Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II

FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI KROMATOGRAFI KOLOM


KONVENSIONAL FRAKSI N-HEKSAN EKSTRAK DAUN
PALIASA (Kleinhovia hospita L) ASAL DAERAH
DESA SIMBANG KECAMATAN SIMBANG
KABUPATEN MAROS

OLEH:

NAMA : NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA


STAMBUK : 15020170258
KELAS : C5-C6
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : MUHAMMAD YUNUS SAREDDA

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2018
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran
menjadi komponen-komponen molekular.Seluruh bentuk kromatografi
bekerja berdasarkan prinsip adsorpsi dan partisi.Semua kromatografi
memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-
padatan) danfase gerak (berupa cairan atau gas).Fase gerak mengalir
melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat
dalam campuran.Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju
yang berbeda.
Kromatografi juga merupakan pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya.Untuk itu,
kemurnian bahan atau komposisi campuran dengan kandungan yang
berbeda dapat dianalisis dengan benar. Tidak hanya kontrol kualitas,
analisis bahan makanan dan lingkungan, tetapi juga kontrol dan optimasi
reaksi kimia dan proses berdasarkan penentuan analitik dari kuantitas
material. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif
pada campuran bahan adalah prinsip dasar kromatografi.Pemisahan
senyawa biasanya menggunakan beberapa tekhnik kromatografi.
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat
kelarutan senyawa yang akan dipisahkan.
Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) adalah salah satu metode
yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan
paling dasar. Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam jumlah
gram, sebagian besar pemakainya hanya dalam jumlah milligram KLTP
bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai dalam
sebagaian besar publikasi mengenai isolasi bahan alam.
Dispersi terbaik pada spot di atas pelat KLT diperoleh saat
kromatogram dikembangkan dalam dua mode ortogonal. Itu terjadi ketika
arah pertama sistem normal-fase (NP) yang digunakan, misalnya pada

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

silika gel dengan fase gerak non-berair, dan arah kedua sebuah sistem
fase terbalik (RP) yang diterapkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka
akan dibahas tentang metode kromatografi lapis tipis preparatif.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara memisahkan senyawa dengan metode


kromatografi lapis tipis preparative?
C. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengisolasi


senyawa kimia dengan menggunakan kromatografi lapis tipis preparative
ekstrak daun paliasa (Kleinhovia hospita L).
D. Tujuan Praktikum

1. Tujuan umum praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memisahkan
senyawa kimia fraksi daun daun paliasa (Kleinhovia hospita L)
menggunakan kromatografi lapis tipis preparative berdasarkan tingkat
kepolarannya
2. Tujuan khusus praktikum
Untuk mendapatkan isolat dari fraksi daun paliasa (Kleinhovia
hospital L) dengan menggunakan eluen n-heksan : etil asetat dengan
beberapa perbandingan mulai dari 10:0 hingga eluen dengan
perbandingan 0:10.
E. Manfaat Praktikum
1. Manfaat Teoritis
Bagi praktikum, dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang proses dan prinsip dari kromatografi lapis tipis preparative
dalam memisahkan senyawa berdasarkan warna dan tingkat
kepolarannya.

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang
bagaimana penggunaan kromatografi lapis tipis preparatif dalam
memisahkan senyawa.

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi dari tanaman Daun Paliasa (Raflizar, 2009).
Kingdom : Plantae
Divisio :Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Malxales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Kleinhovia
Species : Kleinhovia hospita L.
2. Nama Lain (Raflizar, 2009)
TanamanKleinhovia hospita L. dikenal di Indonesia dengan
nama Betenuh, di pulau Sumatra dikenal dengan nama Manjar
(Lampung), di pulau Jawa di kenal dengan nama Ubut, Lesmu, Senu,
Weina, Kayu tahun, atau Tunula. Sedangkan di Nusa Tenggara (Bali)
lebih dikenal dengan nama Katimala atau Katimaljan. Di Maluku
dikenal dengan nama Ngaru, Kuhusu (Ternate). Serta di wilayah
Sulawesi dikenal dengan nama Kayu Paliasa, Palia (Bugis), dan daun
Monto (Toraja).
3. Deskripsi Tanaman (Swandari Paramita, 2016)

Gambar. Anatomi Tanaman Kleinhovia hospita L. (Faridah, 1997)

Pohon Kleinhovia hospita L. ini berukuran pendek hingga


sedang, tingginya antara 5-20 m. Pepagan berwarna kelabu, dengan
ranting abu-abu kehijauan dan berambut jarang. Daun Kleinhovia
hospita L. bertangkai panjang, dengan ukuran 3-5 x 5-10 cm. Helaian

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

daun Kleinhovia hospita L. berbentuk jantung lebar, berukuran 4,5-27 x


3-24 cm, pada pangkalnya bertulang dengan daun menjari. Bunga
Kleinhovia hospita L. berkumpul dalam malai di ujung ranting, lebar
dan berambut halus serta daun pelindungnya berbentuk oval. Kelopak
bunga Kleinhovia hospita L. bertaju lima, berbentuk lanset, ukuran 6-
19 mm, berwarna merah muda, sisi luarnya berambut bintang. Daun
mahkota ada 5 helai, empat diantaranya berbentuk pita lebar, dengan
pangkal berbentuk kantung sepanjang 6 mm berwarna merah, helai
yang kelima lebih pendek, oval melintang, dengan tepi yang terlipat ke
dalam dan satu dengan yang lainnya melekat, berujung kuning. Dasar
bunga diperpanjang dengan tiang androginofor yang tipis, berambut,
pangkalnya dikelilingi oleh tonjolan dasar bunga berbentuk cawan.
Benang sari dalam 5 berkas tiga-tiga di ujung tiang. Buah Kleinhovia
hospita L. berbentuk seperti pir, bertaju lima,panjang sekitar 2 cm,
membuka menurut ruang, berwarna merah muda kehijauan dan
menggantung. Bijinya berbentuk hampir bulat dengan diameter 1,5-2
mm, berwarna hitam atau coklat gelap.
4. Kandungan Kimia (Yuliana & Widarsa, 2013)
Kandungan kimia dalam daun paliasa adalah saponin,
cardenolin, bufadienol, dan antrakinon. Serta sejumlah asam lemak
disertai cincin cyclopropenylic (scopoletin, kaempferol, dan quercetin)
berhasil diisolasi dari tanaman paliasa (Kleinhovia hospita L.)
5. Kegunaan Tanaman (Swandari Paramita, 2016)
Inti batang pohon Kleinhovia hospitaL di Papua Nugini dan
Kepulauan Solomon digunakan untuk mengobati radang paru-paru,
sementara itu jus daunnya dapat digunakan sebagai obat cuci mata.
Daunnya juga dapat digunakan keramas untuk menghilangkan kutu
rambut. Daun paliasa (Kleinhovia hospitaL.) digunakan secara
tradisional di Sulawesi Selatan sebagai obat untuk sakit kuning atau
hepatitis. Masyarakat di Lombok Utara, Karangasem dan Timor
Tengah Selatan, menyebut Kleinhovia hospitaL. sebagai berora.
Tumbuhan ini mengandung fitokimia yaitu flavonoid, tanin dan saponin

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

yang berpotensi untuk menurunkan kadar kolesterol. Masyarakat etnis


Moronene di Bombana, Sulawesi Tenggara menyebut Kleinhovia
hospitaL sebagai tokulo, daunnya digunakan sebagai obat sakit kepala
dan untuk mengurangi asam lambung yang berlebihan. Masyarakat di
pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara menyebut Kleinhovia hospitaL
sebagai tokule. Daunnya dicampur dengan akar alang-alang (Imperata
cylindrica (L.) Raeusch.) berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi
atau penyakit dalam. Penggunaan daun ini dapat secara tunggal yaitu
dengan cara menyeduh air daunnya yang sudah kuning dan telah
dikeringkan seperti meminum teh. Sementara itu daun mudanya dapat
dijadikan sayur.
B. Teori Umum
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett
(1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa
Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi berarti
penulisan dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran
yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran
tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak
(mobile). Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa
bergerak dapat berupa zat cair atau gas (Yazid, 2005).
Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu
kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat
mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang
disebut kromatogram (Khopkar, 2008)
KLT Preparatif dapat digunkaan untuk memisahkan bahan dalam
jumlah gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah
milligram. Seperti halnya KLT secara umum, KLT Preparatif juga
melibatkan fase diam dan fase gerak. Dimana fase diamnya adalah
sebuah plat dengan ukuran ketebalan bervariasi. Untuk jumlah sampel 10-
100 mg, dapat dipisahkan dengan mengunakan KLT Preparatif dengan
adsorben silika gel atau aluminium oksida, dengan ukuran 20x20 cm dan
tebal 1 mm, jika tebalnya di dua kalikan, maka banyaknya sampel yang

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

dapat dipisahkan bertambah 50%, seperti halnya KLT biasa, adsorben


yang paling umum digunakan pada KLT Preparatif adalah silika gel
(Kristanti, 2008).
Kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif merupakan salah satu
metode pemisahan dengan menggunakan peralatan sederhana.
Ketebalan penjerap yang sering dipakai adalah 0,5-2 mm, ukuran plat
kromatografi biasanya 20x20 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan
ukuran plat sudah tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan
dengan KLT preparatif. Penjerap yang paling umum digunakan adalah
silika gel (Hostettmann, et al., 1995).
Sebelum ditotolkan pada plat KLT Preparatif, sampel dilarutkan
terlebih dahulu dalam sedikit pelarut. Pelarut yang baik adalah pelarut
yang mudah menguap, misalnya n-heksana, diklorometana atu etil asetat.
Karena jika pelarut yang digunakan tidak mudah menguap, maka akan
terjadi pelebaran pita. Konsentrasi sampel juga sebaiknya hanya 5-10%.
Sampel yang ditotolkan harus berbentuk pita yang sesempit mungkin
karena baik tidaknya pemisahan juga bergantung pada lebarnya pita
(Kristanti, 2008).
Setelah plat KLT Preparatif dielusi, pita yang kedudukannya telah
diketahui dikerok dari plat. Selanjutnya senyawa harus diekstraksi dari
adsorben dengan pelarut yang sesuai (5 ml pelarut untuk 1 gram
adsorben). Diupayakan untuk menggunakan pelarut yang paling nonpolar
yang mungkin. Harus diperhatikan bahwa makin lama senyawa kontak
dengan adsorben, maka makin besar kemungkinan senyawa tersebut
mengalami peruraian. Selanjutnya ekstrak yang diperoleh disaring
menggunakan corong berkaca masir atau menggunakan membran
(Kristianti, 2008).
Kebanyakan penjerap KLT preparatif mengandung indikator
fluorosensi yang membantu mendeteksi letak pita yang terpisah pada
senyawa yang menyerap sinar ultraviolet. Untuk mendeteksi senyawa
yang tidak menyerap sinar ultraviolet yaitu dengan cara menutup plat

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

dengan sepotong kaca lalu menyemprot kedua sisi dengan penyemprot


(Hostettmann, et al., 1995).
Pita ditampakkan dengan cara yang tidak merusak maka senyawa
yang tidak berwarna dengan penjerap dikerok dari plat kaca. Cara ini
berguna untuk memisahkan campuran beberapa senyawa sehingga
diperoleh senyawa murni (Gritter, et al., 1991).
Kelebihan dari penggunaan KLT Preparatif adalah biaya yang
digunakan murah dan memakai peralatan paling dasar. Sementara
kekurangannya antara lain : adanya kemungkinan senyawa yang diambil
dari plat adalah senyawa beracun, waktu yang diperlukan dalam proses
pemisahan cukup panjang ,adanya pencemar setelah proses ekstraksi
senyawa dari adsorben dan biasanya rendemen yang diperoleh berkurang
dari 40%-50% dari bahan awal (Kristanti, 2008).

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu batang
pengaduk, chamber KLTP, pipa kapiler, pensil, pipet volume, mistar,
chamber kecil, gelas ukur dan lampu UV.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu aluminium
foil, DPPH, etil asetat, fraksidaun paliasa (Kleinhovia hospital L), lempeng
KLT ukuran 7 x 1 cm dan lempeng KLTP 20 x 20 cm, kertas saring, n-
heksan dan tissu.
C. Prosedur Kerja (Malik dan najib, 2018)
1. Skrining Eluen
Dipilih fraksi dari KKK (Kromatografi Kolom Konvensional) dan
fraksi KCV (Kromatografi kolom Cair Vakum), kemudian ditotolkan
pada lempeng 7 x 1 cm, dielusi menggunakan eluen (n-heksan : etil
asetat 6:4) hingga terbentuk noda dan diamati pada uv 254 dan 366
nm.
2. Skrining Fraksi
Dipilih fraksi dari KKK (Kromatografi Kolom Konvensional) dan
fraksi KCV (Kromatografi kolom Cair Vakum), kemudian ditotolkan
pada lempeng 7 x 1 cm, dielusi menggunakan eluen (n-heksan : etil
asetat 6:4) hingga terbentuk noda dan diamati pada uv 254 dan 366
nm, disemprotkan dengan DPPH hingan terjadi perubahan warna
menjadi kuning.
3. KLTP (Kromatogrfai Lapis Tipis Preparatif)
Dipilih fraksi yang aktif dari KKK dan KCV, ditotolkan dengan
pipa kapiler fraksi yang aktif pada lempeng KLTP 20 x 20 secara garis
lurus, dielusi didalam chamber KLTP dengan eluen (n-heksan:etil
asetat 6:4), diamatidibawah sinar UV 254 dan 366 nm, disemprotkan

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

dengan DPPH, dikeruk noda atau pita yang aktif dari silika gel,
ditampung di dalam vial sebagai isolat murni.

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett


(1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa
Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi berarti
penulisan dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran
yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran
tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak
(mobile). Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa
bergerak dapat berupa zat cair atau gas.
Tujuan dari kromatografi lapis tipis preparative pada garis besarnya
sama dengan kromatografi yang lain, yaitu untuk memisahkan senyawa.
Tetapi pada KLTP digunakan untuk mendapatkan isolate yang murni.
Pemisahan komponen kimia dengan metode kromatografi lapis tipis
preparatif pada dasarnya sama dengan kromatografi lapis tipis biasa,
namun perbedaan yang nyata ialah pada KLT preparatif menggunakan
lempeng yang besar (ukuran 20 x 20 cm dan 20 x 40 cm) dengan
ketebalan 0,5 – 2 mm dan sampel ditotolkan berupa garis lurus pada
salah satu sisi lempeng.
Pemisahan suatu senyawa dari senyawa lain dalam suatu
ekstrak,dimana senyawa-senyawa itu akan terpartisi sesuai tingkat
kepolarannya. Dimana, fase diam yang digunakan adalah bubuk silika
kasar yang dimampatkan pada kolom yang terlebih dahulu dimasukkan
kapas untuk mencegah silikanya turun, dan digunakan kertas saring agar
proses partisi dapat berjalan baik dan lebih selektif karena lewat pori-pori
penggunaan perbandingan eluen tertentu berguna untuk mempartisi
ekstrak dan digunakan dari yang paling nonpolar lalu paling polar agar
proses pemisahan lebih baik dan dibantu dengan bantuan gaya gravitasi.
Ada 3 metode yang dilakukan pada saat praktikum untuk mencapai
isolate murni yang diinginkan yaitu metode skrining eluen, skrining fraksi

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

dan KLTP. Pada skrining eluent digunakan untuk mendapatkan


perbandingan eluent yang cocok.Skrining fraksi digunakan untuk
mendapatkan fraksi yang bagus sehingga pada saat penotolan dan di
taruh di dalam chamber yang berisi eluent, noda yang dihasilkan bagus
dan tidak berekor. KLTP digunakan untuk mendapatkan isolate murni.
Pada praktikum ini dilakukan kromatografi lapis tipis preparatif
yaitu dengan dipilih fraksi yang aktif pada KKK dan KCV. Fraksi yang aktif
diperoleh dari hasil analisis pada metode skrining eluen dan skrining
fraksi, kemudian ditotolkan dengan pipa kapiler fraksi yang aktif pada
lempeng KLTP 20 x 20 secara garis lurus, dielusi didalam chamber KLTP
dengan eluen (n-heksan:etil asetat 6:4) dalam 50mL, diamatidibawah
sinar UV 254 dan 366 nm, disemprotkan dengan DPPH, dikeruk noda
atau pita yang aktif dari, ditampung di dalam vial sebagai isolat murni.
Pada metode skrining fraksi digunakan fraksi KCV yang paling
pekat yaitu 6:4. selanjutnya dipilih fraksi dari KKK dengan nomor 60.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, hasil yang diperoleh dari
penggunaan fraksi kromatografi kolom konvensional (KKK)dan
menggunakan perbandingan eluen 6 : 4 (n-heksan : etil asetat), terbentuk
2 pita. Pada penggunaan fraksi kromatografi kolom cair vakum (KCV)
terbentuk 1 pita.Hal ini juga dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil KLTP fraksi daun paliasa (Kleinhovia hospital L)
Eluen Pengamatan
(n-heksan:etil Fraksi Pita pada UV 254
asetat) dan UV 366
6:4 KKK 2 pita Kuning
6:4 KCV 1 pita Kuning

Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan


bahwa proses pemisahansenyawa kimia fraksi kasar ekstrak daun paliasa
(Kleinhovia hospital L)menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif
(KLTP) berdasarkan eluen untuk menghasilkan isolat murni diperoleh
pada KKK dan KCV menghasilkan 2 senyawa aktif, berdasarkan

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

terjadinya perubahan warna menjadi kuning setelah disemprotkan dengan


DPPH (1,1 difenil-2-pikril hidrazil).

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa proses pemisahan senyawa kimia fraksi kasar ekstrak daun paliasa
(Kleinhovia hospital L) menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif
(KLTP) berdasarkan eluen untuk menghasilkan isolat murni diperoleh
pada KKK dan KCV menghasilkan 2 senyawa aktif, berdasarkan
terjadinya perubahan warna menjadi kuning setelah disemprotkan dengan
DPPH (1,1 difenil-2-pikril hidrazil).
B. Saran
Diharapkan agar alat-alat yang digunakan pada saat praktikum di
perlengkap untuk memperlancar proses praktikum.

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

DAFTAR PUSTAKA

Faridah Hanum, 1997. Plant Resources Of South-East Asia 11 Auxiliary


Plants, Prosea Foundation, Bogor.

Gritter FJ et al. 1991. Pengantar Kromatografi (terjemahan K.


Padmawinata) edisi 2. ITB Bandung.

Hostettmann, K,.(1995). Cara Kromatografi Preparatif.Diterjemahkan oleh


Kosasih Padmawinata.Bandung : Penerbit ITB

Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press: Jakarta.

Kristanti, Alfinda Novi., dkk. 2008. “Buku Ajar Fitokimia”. Airlangga


University Press. Surabaya.

Malik dan Najib. 2018. Penuntun Praktikum Fitokimia II. Universitas


Muslim Indonesia, Makassar.

Paramita S, 2016. “Tahongai (Kleinhovia hospita l.): Review Sebuah


Tumbuhan Obat dari Kalimantan Timur”. Fakultas kedokteran
Universitas mulawarman :Samarinda.

Rafizar, 2009, Sub Chrocic Toxicity Test From Alkohol Extract Paliasa
Leaves (Kleinhovia hospitasl L.) To Hepar/Liver And Kidney Of
Experimental Mice, Media Penelitian Dan Media Ppengembangan
Kesehatan.

Widyaningrum, Herlina dkk. 2011. Kitab Tanaman Obat Nusantara.


Medpre : Indonesia.

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi: Yogyakarta.

Yuliana & Widarsa, 2013, Pemberian Ekstrak Methanol Daun Paliasa


Menurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Hiperglikemik, Universitas
Udayana, Denpasar.

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

LAMPIRAN

Lampiran 1.Skema Kerja

1. Skrining eluen

Fraksi dari metode KKK dan KCV

- Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV.


- Ditotolkan pada lempeng KLT ukuran
7x1cm.
- Dielusi dengan eluen N-heksan : etil asetat
(6:4)
- Diamati pada UV 254 dan UV 366.

Noda

2. Skring Fraksi

Fraksi dari metode KKK dan KCV

- Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV.


- Ditotolkan pada lempeng KLT ukuran
7x1cm.
- Dielusi dengan eluen N-heksan : etil asetat
(6:4)
- Diamati pada UV 254 dan UV 366.
- Disemprot dengan DPPH.

Perubahan warna kuning ke ungu

3. KLTP

Fraksi yang aktif dari metode KKK dan KCV

- Dilarutkan dengan eluen.


- Ditotolkan dengan berbentuk garis lurus
(pita) pada KLTP ukuran 20x20cm (10cm
untuk KKK dan 10cm untuk KCV.
- Dielusi didalam chamber yang sesuai
dengan ukuran lempeng.
- Diamati pada UV 254 dan UV 366.
Terbentuk Pita atau Noda

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

- Pada lempeng KLTP sebagian ditutup


dengan aluminium foil.
- Desemprotkan dengan DPPH.
- Diamati sinar tampak dan berikan tanda.
- Dikeruk pita lalu dimasukkan ditabung
sentrifuge dan ditambahkan 5mL metanol
kemudian disentrifuge dengan kecepatan
500-1000 rpm selama 10menit.
- Jika terbentuk endapan maka endapan
disaring dan filtrat ditampung divial.

isolat

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Lampiran 2. Perhitungan

Eluen n-heksan : etil asetat 6:4 dalam 50 mL


6
-Untuk n-heksan : 10 x 50 mL = 30 mL
4
-Untuk etil asetat : 10 x 50 mL = 20 mL

Eluen metanol :kloroform1:1 dalam 5 mL


6
-Untuk n-heksan : 10 x 5 mL = 2,5 mL
4
-Untuk etil asetat : 10 x 5 mL = 2,5 mL

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Lampiran 3. Gambar

KCV UV 366 KKK UV 366

NANDA PRASETYA DEWI RIANTIKA MUHAMMAD YUNUS SAREDDA


15020170258

Anda mungkin juga menyukai