“FARMAKOKINETIKA”
BLOK 5 PRAKTIKUM 4
DISUSUN OLEH
NAMA : Edo Aditya Nugroho
NIM/KELOMPOK : 20210350099/Kelompok B-2
TGL PRAKTIKUM : 29 JUNI 2022
ASISTEN : apt. Titi Ira Pangestuti, M.Clin.Pharm
PRODI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2022
A. TUJUAN
mahasiswa mampu memperkirakan model kompartemen obat berdasarkan kurva
farmakokinetik obat
mahasiswa mampu menetapkan dan menghitung parameter farmakokinetik
B. DASAR TEORI
Farmakokinetika adalah ilmu dari kinetika absorbsi, distribusi daneliminasi (yakni
ekskresi dan metabolisme) obat. Deskripsi distribusi daneliminasi obat sering disebut
disposisi obat. Karakterisasi disposisi obatmerupakan suatu persyaratan pentinguntuk
penentuan atau modifikasiaturan pendosisan untuk individual (Shargel, 2012).
Dalam arti sempit farmakokinetika khususnya mempelajariperubahan-perubahan
konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalamdarah dan jaringan sebagai fungsi dari
waktu (Tjay, 2007).
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuhatau efek tubuh
terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakniabsorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi (Ganiswara, 2007).
Sebelum obat yang diberikan pada pasien yang tiba di dalam tubuhobat mengalami
banyak proses obat yang dapat dibagi dalam tigatingkatan yaitu fase biofarmasi, fase
farmakokinetik, fase farmakodinamik(Ganiswarna, 2005).
Mekanisme interaksi obat secara umum dibagi menjadi interaksi farmakokinetika
dan farmakodinamika. Beberapa jenis obat belumdiketahui mekanisme interaksinya
secara tepat (unknown). Interaksifarmakokinetik terjadi jika salah satu obat
mempengaruhi absorpsi,distribusi, metabolisme, atau eksresi obat kedua sehingga kadar
plasma kedua obat meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatantoksisitas atau
penurunan efektifitas obat tersebut (Utami, 2013).
Absorpsi, distribusi, biofarmasi (metabolisme) dan eliminasi suatu obat dari tubuh
merupakan proses yang dinamis yang kontinyu dari suatuobat dimakan dan sampai
semua obat tersebut hilang dari tubuh. Laju dariterjadi proses-proses ini merupakan
onset, serta intensitasnya dan lamakerjanya obat dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut
prosesfarmakokinetik (Ganiswarna, 2005).
Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahuibioavabilitas
suatu obat adalah (Ganiswarna, 2005) :
1. Daerah dibawah kurva (Area Under Curva) adalah integritasi batas obatdi dalam
darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC berbandinglurus dengan
jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC merupakansalahsatu parameter untuk
menentukan bioavabilitas. Cara yang palingsederhana untuk menghitung AUC
adalah dengan metode trapezoid.
2. Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yangmenggambarkan
luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh.Volume distribusi bukan
merupakan vilume yang sesungguhnya dariruang yang ditempati obat dalam
tubuh, tetapi hanya volume tubuh.Besarnya volume distribusi dapat digunakan
sebagai gambaran, tingkatdistribusi obat dalam darah.
Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah konsentrasi dari obatmaksimum yang
diamati dalam plasma darah dan serum pemberiandosis obat. Jumlah obat biasanya
dinyatakan dalam Batasan konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik
dari darah, serumdan plasma.
3. Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan unsure untukmencapai level
obat maksimum dalam darah (tmax). serta parameter inimenunjukan laju absorsi
obat dari formulasi. Laju absorbsi obat,menentukan waktu diperlukan untuk
dicapai konsentrasi efektifminimum dan dengan demikian untuk awal dari efek
farmakolpgis yang dikendaki.
4. Waktu paruh obat (t½) adah gambaran waktu yang dibutuhkan untuksuatu level
aktivitas obat dan emnjadi separuh dari leval asli atau levelyang
dikendaki6. Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan
lajuabsorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula obatharus
larut dalam cairan.
5. Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang gambarkan laju eliminasisuatu obat
tubuh. Dengan ekskresinya obat dan metabolit obat,aktivitas dan keberadaan obat
dalam tubuh dapat dikatakan berakhir.
Metode pemberian obat yang paling dikenal, paling tidak di UK,adalah secara oral.
Tablet, kapsul, atau cairan oral ditelan, dan begituberada didalam lambung, tablet atau
kapsul tersebut hancur danmelepaskan zat aktif obat. Menariknya, suatu obat dianggap
tidak beradadi dalam tubuh sampai obat tersebut diabsorpsi melintasi dinding ususdan
masuk kedalam aliran darah. Usus data dianggap sebagai suatutabung cekung yang
melalui tubuh, terbuka pada kedua ujungnya (sangat diharapkan tidak terbuka pada saat
yang bersamaan), dan sama halnya,isi usus dianggap berada di luar tubuh. Pelintasan obat
kedalam tubuhharus dicapai melalui absorpsi melewati membrane bioogi, untuk
rutepemberian obat secara oral, membrane biologi yang dimaksud adalahmembrane sel
yang melapisi dinding lambung dan usus (Cairns, 2008).
Distribusi obat ke seluruh tubuh terjadi saat obat mencapai sitkulasi.Selanjutnya
obat harus masuk ke jaringan untuk bekerja (Neal, 2006).
Oral adalah berkenaan dengan mulut; dimasukkan lewat atau dipakaipada mulut
(Dorland, 2011).
Oral. Sebagian besar obat diabsorbsi melalui jalur ini dan cara inipaling banyak
digunakan karena kenyamanannya. Akan tetapi, beberapaobat ( Misalnya benzilpenisilin,
insulin) dirusak oleh asam atau enzimdalam usus dan harus diberikan secara parenteral
(Neal, 2006).
Pemberian obat melalui mulut memberi banyak keuntungan bagipasien, obat oral
mudah diberikan dan dapat membatasi jumlah infeksisistemis yang dapat mempersulit
tata laksana. Selain itu, toksisitas atauoverdosis karena pemberian oral dapat diatasi
dengan pemberian antidot,seperti arang aktif. Dipihak lain, jaras yang terlibat dalam
absorpsi obatadalah yang terumit, dan obat terpapar dengan kondisi pencernaansaluran
cerna yang kasar sehingga absorpsi terbatas. Beberapa obatdiabsorpsi mulai dari
lambung, namun, duodenum merupakan pintumasuk utama menuju sirkulasi sistemis
karena permukaan absorpsinyalebih besar (Harvey, 2009).
Bila dibandingkan melalui rute lain, rute oral lebih menyenangkan,murah serta
aman walaupun responnya lebih lambat dan absorpsinyatidak teratur karena tergantung
pada beberapa faktor, antara lain(Syamsuni, 2006) :
1. Jumlah dan jenis makanan yang ada di saluran lambung
2. Kemungkinan obat dapat dirusak oleh reaksi asam lambung atauenzim-enzim
pencernaan. Misalnya, insulin harus diberikan dengancara injeksi karena dapat
dirusak oleh enzim proteolitik pada salurangastrointestinal.
3. Keadaan penderita muntah-muntah atau koma
4. Kerja awal yang cepat dikehendaki sehingga tidak memungkinkanpemberian
secara oral.Metabolisme obat biasanya terjadi dalam hati melalui
satu atau dua jenis reaksi.
Tahap 1 reaksi umumnya membuat molekul obat lebih polardan larut dalamair
sehingga mudah dieliminasi oleh ginjal. Tahapmodifikasi termasuk oksidasi, hidrolisis
dan reduksi. Tahap II reaksimelibatkan konjugasi untuk membentuk glucuronides, asetat
atau sulfat(Dipiro, 2008).Reaksi ini umumnya menonaktivkan aktivitas farmakologi obat
danmembuatnya lebih cepat dieliminasi oleh ginjal. Organ lain yang
memilikikemampuan untuk mengeliminasi obat atau metabolit dari badan. Ginjalbisa
mengekskresi obat dengan filtrasi glomerulus atau proses aktifseperti sekresi tubular
proksimal. Obat juga dapat dieliminasi melalui empedu yang diproduksi oleh hati atau
pengeluaran udara oleh paru-paru(Dipiro, 2008).
-y = -0,237x+4,233
Ka = 0,237/jam
lnA = 4,233
A = 68,92
-cp = Be^-kt -Ae^-kat
=68,90 e^-0,0685 – 68,92 e^-237t
Lncp = ln4,2326-0,0685t-ln 4,233-0,237t
Perhitungan parameter
a. Ka = a =0,237/jam
b. Ke = b = 0,0685/jam
c. t1/2 a = 0,693/ka
= 0,693/0,237
= 2,9 jam
d. t1/2 b = 0,693/kc
= 0,693/0,0685
= 10,12 jam
e. tmax = ln(0,237/0,0685)
(0,237 – 0,0685)
= 7,37 jam
f. CPmax = 68,90e−ke .t - 68,92e−ka .t
= 68,90e−0,0685.7,37 – 68,92e−0,237.7,37
: 29,5718 µg/ml
g. AUC =(B/Ke)-(∆ /Ka)
= 68,90 68,92
0,0685 0,237
:715,04 µg jam/ml
h. Vd = Do.F/Ke. AUC
= 1000.1/0,0685 x 715,04
= 204,164 ml
i. Cl = Vd. Ke
= 204,164 x 0,0685
= 13,99 ml/jam
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilqkukan penetapan waktu pengambilan cuplikan asumsi model
komprtemen dan pemilihan dosis dalam farmakokinetika yang bertujuan supaya
mahasiswa mampu memperkirakan model kompartemen dan menghitung parameternya
Pada soal ke 3 pengambilan sampel dengan pemberian secara oral dosis 10 mg
memberikan hasil yaitu mengikutin model satu kompartemen terbuka. Obat menganggap
tubuh sebagai ruang yang sama, dimana obat secara cepat terdistribusi ke semua jaringan.
Pada model satu kompartemen terbuka ekstravaskuler, sebelum memasuki kompartemen
sentral. Obat akan mengalami absorbsi sehingga model satu kompartemen terbuka
ekstravaskuler akan mengalami dua fase yaitu absorbs dan eliminasi.
Untuk menentukan model kompatemen diperoleh dengan data soal ke 3 lalu dibuat
kurva semi logaritmik yang dibuat dengan membuat kurva dengan menentukan Lncp
terlebih dahulu bedasarkan data. Selanjutnya stelah menghitung Lncp tiap kadar stelah itu
dapat dibuat kurva semilogaritmik dan data tersebut terdapat persamaan Lncp VS t. kurva
semilogaritmik tersebut menunjukkan model satu kompartemen ekstravaskuler yang
mempunyai du fase yaitu absorbs dan eliminasi
Setelah membuat kurva semilog yang menyatakan kompartemen I e.v didapat
persamaan linear yaitu y=-0,0370 +2,906 dan R2=0,3563. Parameter farmakokinetik yang
harus ditentukan yaitu Ka (kecepatan absorbs), Ke(kecepatan eliminasi), t1/2 a (waktu
paruh absorbs). T1/2 e (waktu paruh eliminasi), tmax(waktu untuk mencapai kadar
puncak), CPmax(kadar puncak), AUC(luas daerah dibawah puncak), Vd(volume
distribusi),dan Cl(klirens)
Langkah selanjutnya adalah membuat kurva fase eliminasi Dapat dilihat dari kurva
bahwa fase eliminasi dimulai pada t24-t48 karena menunjukkan hubungan yang linter.
Kurva fare eliminari dengan hubungan in cp vs t dimulai dari t29-t98
Dari kurva fase eliminasi yang telah dibuat, diperoleh persamaan regress linser y = -
0,060 x + 4,232 dan R²-1 sehingga persamaan eliminasinya Lncp = -0,068+ + 4,32.
Setelah diperoleh persamaan regresi dari tase eliminasi, kita dapat menghitung fase
absorbsi. Fase absorbsi dapat digunakan dari tiga data teratas yaitu mulai dari to,s, t₁ dan
t₂ fase absorbsi dapat dihitung dengan mencari Cp' terlebih dahulu dengan cara
memasukkan nilai & fase absorbst (to, s, t, dan ta) pada persamaan regresi eliminasi.
Kemudian dibuat anti In. Setelan dihitung, didapatkan hasil (p' dari to,5 sebesar 66,576,
t₁ Cp¹ sebesar 64,334% dan untuk 16) sebesar 60, 0754. Setelah menghitung (p¹, kita
dapat menentukan Cr dengan cara mengurangi nilai (pl dengan nilai Cp. Sebelumnya
nilai cp'diperoleh dari perhitungan
G. KESIMPULAN
-Ka = 0,397/jam
-1/₂a=2,9 jam
2. Fase eliminasi
-Ke= 0,0685/jam
3. tmax=7,37 Jam
4. Cpmax=29, 5718 Ng/m 1
5. AUC = 715, 04 Ng Jan/mL
6. Vd = 204,164 ML
7. Cl tot = 12, ga mlijam
H. DAFTAR PUSTAKA
Gunawan. 6.S. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Jakarta: Departemen
farmakologi dan Terapeutik FK UI
Katzug. Betram
1997 Farmakologi Dasar dan klinik. Jakarta : ECE
I. LAMPIRAN