Anda di halaman 1dari 5

JURNAL AWAL PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

QC (Quality Control)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5 FA2 EKSTENSI:

NENG YULIA NURMALATIPAH (13171074)

NISKA ANGGRAINI (13171076)

NURJANAH` (13171077)

PINDI NATANIA TARIGAN (13171078)

QODARIYATI (13171079)

RAISY IKRIMAH (13171080)

S1 EKSTENSI A

PROGRAM STUDI STRATA I FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG

2018
I. ORGANISASI KERJA
Manager :
Bagian Persiapan :
Bagian Perbekalan :
Bagian Pelaksanaan Kerja :
a. Pipet sample/reagen :
b. Baca/ukur :
c. Hitung/laporan :

II. TUJUAN
2.1 Untuk mengetahui mutu pemeriksaan kadar sampel yang dilakukan.
2.2 Untuk meningkatkan mutu pemeriksaan kadar sampel yang dilakukan.

III. PRINSIP KERJA


Dari hasil pemeriksaan absorbansi sampel, ditentukan standar deviasi serta batas
peringatan dan batas penolakan. Data-data tersebut dibuat grafik Levey-Jennings,
kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan Westgard Multirule.

IV. TEORI DASAR


Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan specimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan
terutama untuk menunjang diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan
kesehatan. (Permenkes, 2010)
Laboratoriun klinik berdasarkan jenis pelayanannya terbagi menjadi:

a. Laboratorium klinik umum


Laboratorium klinik umum merupakan laboratorium yang melaksanakan pelayanana
pemeriksaan specimen klinik di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi,
parasitologi, dan imunologi klinik.
b. Laboratorium klinik khusus
Laboratorium klinik khusus merupakan laboratorium yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan specimen klinik pada satu bidang pemeriksaan khusus dengan kemampuan
tertentu. (Permenkes, 2010)
Menurut Indriyono Gitosudarno (1988:177), quality adalah keadaan suatu produk yang
menunjukkan tingkat kemampuan produk tersebut didalam menjalankan fungsinya untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Control atau pengawasan adalah kegiatan pemeriksaan dan
pengendalian atas pemeriksaan yang telah dan sedang dilakukan, agar kegiatan-kegiatan
tersebut dapat sesuai dengan apa yang telah diharapkan atau direncanakan. Control tidaklah
berarti mengontrol saja, ia juga meliputi aspek penilaian, apakah yang dicapai itu sesuai
tujuan dan sejalan dengan tujuan yang sudah ditetapkan, lengkap dengan rencananya,
kebijaksanaan, program dan lain sebagainya daripada manajemen. Dengan mengadakan
pengawasan kualitas (quality control) diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk
menjadi tidak cacat, pada akhirnya dapat menghemat biaya, bahan baku, waktu serta dapat
mencapai target produksi yang telah ditetapkan.

Tujuan pengendalian mutu meliputi dua tahap, yaitu tujuan antara dan tujuan akhir.
Tujuan antara pengendalian mutu adalah agar dapat diketahui mutu barang, jasa, maupun
pelayanan yang dihasilkan. Tujuan akhirnya yaitu untuk dapat meningkatkan mutu barang,
jasa, maupun pelayanan yang dihasilkan. (Control and Mutu, 1984) Pentingnya pengendalian
mutu dikarenakan dapat meningkatkan indeks kepuasan mutu (quality satisfaction index),
produktivitas dan efisiensi, laba/keuntungan, pangsa pasar, moral dan semangat karyawan,
serta kepuasan pelanggan. (Control and Mutu, 1984)

Terdapat lima dimensi pokok mutu, yaitu sebagai berikut :

a. Bukti langsung (tangible), terdiri dari fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana
komunikasi. Contohnya dalam hal pelayanan gizi di poliklinik suatu rumah sakit, maka
pasien melihat mutu pelayanan dari fasilitas ruangan yang memadai, food model,
perlengkapan pengukur status gizi, dan sebagainya.
b. Keandalan (reliability), merupakan kemampuan perusahaan/institusi dalam memberi
pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. Contohnya dalam hal
pelayanan gizi yaitu janji ditepati sesuai jadwal, anjuran diet terbukti akurat, dan
sebagainya.
c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu dapat diakses, tidak lama menunggu, serta bersedia
mendengar keluh kesah konsumen.
d. Standar yang ditetapkan serta menyelesaikan masalah yang ditemukan dengan tujuan
untuk memperbaiki mutu.
e. Empati, merupakan kemudahan berhubungan, berkomunikasi, perhatian pribadi, serta
memahami kebutuhan konsumen. (Control and Mutu, 1984)

V. TAHAP PRE-ANALITIK
Sampel : KMnO4

VI. TAHAP ANALITIK

PROSEDUR KERJA QC

1. Buat larutan KMnO4 kadar 50 ppm dengan menimbang 0.005 gram KMnO4
dilarutkan dengan 100 ml aquadest = > sebagai larutan baku. Ukur Absorban
nya pada panjang gelombang (λ) 546.
2. Dari Larutan Baku, buat larutan KMnO4 kadar 40 ppm dengan mengencerkan
800 u larutan Baku ditambah 200 u aquadest.
3. Dari Larutan Baku, buat larutan KMnO4 kadar 30 ppm dengan mengencerkan
600 u larutan Baku ditambah 400 u aquadest.
4. Buatkan pula larutan KMnO4 kadar 20 ppm dengan mengencerkan 400 u larutan
Baku ditambah 600 u aquadest.
5. Buat masing masing 5 tabung untuk setiap larutan yang diencerkan.
6. Ukur masing masing larutan dan catat Absorban nya.
7. Hitung masing masing larutan dengan menggunakan Larutan Baku sebagai
standard.
8. Hitung mean ( nilai rata rata ) dari setiap konsentrasi dengan rumus X = Σx / n

Keterangan : X = nilai rata rata


Σ = jumlah
X = nilai tiap pengamatan
N = Jumlah pengamatan
9. Hitung SD ( Standard Deviasi )/ penyimpangan dari tiap pengukuran dengan
rumus
SD= Akar Σ (X -x )2
n–1
Hitung KV ( Koefisien Variasi ) dari tiap pemgukuran dengan rumus
KV = SD.100
X
Dari data yang diperoleh dibuat grafik pemantapan ketelitian dengan
ditentukannya batas peringatan (x + 2SD) dan batas kontrolnya (x + 3SD).

VII. ALAT DAN BAHAN


A. Alat-alat
1. Kuvet sebanyak 10 buah
2. Labu ukur 100 ml sebanyak 1 buah
3. Labu ukur 50 ml sebanyak 1 buah
4. Labu ukur 10 ml sebanyak 4 buah
5. Pipet gelas (volume pipette)
6. Pipet piston (Clinipette)
7. Spektrofotometer

B. Bahan-bahan
1. Aquadest
2. KMNO4

Anda mungkin juga menyukai