“DISOLUSI”
OLEH:
KELOMPOK I
STIFA B 2020
LABORATORIUM FARMASETIKA
PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat
penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari
kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke
dalam tubuh. Obat yang telah memenuhi persyaratan baik dari waktu hancur,
keregasan, keseragaman bobot, dan penetapan kadar, belum dapat
menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi. Karena itu uji disolusi
harus dilakukan pada setiap produksi tablet atau kapsul.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam uji disolusi zat yang sukar larut dalam air dibutuhkan
penambahan surfaktan ke dalam media disolusi (Shah, dkk., 2013).
Berdasarkan USP pengujian disolusi digunakan dalam dapar pH 7,0 yang
mengandung 0,5% SDS (Sodium Dodesil Sulfat) dalam 0,01 M natrium fosfat
(Pharmacopeia, 2013). Namun, sakarin dan aspartam dapat membentuk
garam Na-Sakarin dan Na-aspartam dengan senyawa alkali seperti natrium
dalam SDS dan Na-fosfat sehingga ikatan simvastatin dengan surfaktan
menurun dan memberikan kerancuan terhadap hasil uji laju disolusi
(Meléndez dan Hamilton, 1998). Selain itu aspartam dan sakarin stabil pada
pH asam (Rowe, dkk., 2009) maka uji disolusi dilakukan pada pH 4,5 dengan
menggunakan dapar fosfat.
dc DAK (Cs−C)
=
dt h
Di mana:
dc
: Laju pelarut obat (perubahan konsentrasi per satuan waktu)
dt
D : Tetapan difusi
1. Temperatur
Naiknya temperature umumnya memperbesar kelarutan zat yang
endotermis, serta memperbesar harga koefisien difusi zat.
2. Viskositas
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan pelarutan
suatu zat sesuai naiknya temperatur juga akan menurunkan viskositas
sehingga memperbesar kecepatan pelarutan.
3. pH
Pelarut pH sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang bersifat
asam lemah atau basa lemah.
4. Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi. Bila
pengadukan cepat maka tebal lapisan difusi berkurang sehingga
menaikkan kecepatan pelarutan suatu zat.
5. Ukuran Partikel
Bila partikel zat terlalu kecil maka luas permukaan efektif besar sehingga
menaikkan kecepatan pelarutan suatu zat.
6. Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh adanya polimorfisme. Karena
bentuk kristal yang berbeda akan mempunyai kelarutan yang berbeda.
Faktor-Faktor Lain selain factor diatas dapat juga berpngaruh terhadap
disolusi :
1. Sifat fisikokimia obat
Sifat sisika dan kimia partikel-partikel obat padat mempunyai pengaruh
yang besar pada kimetika pelarutan. Luas permukaan efektif obat dapat
diperoleh dengan memperkecil ukuran partikel, karena pelarutan terjadi
pada permukaan partikel, maka semakin luas permukaan makin laju
pelarutan.
2. Formulasi Obat
Berbagai bahan tambahan atau eksipien dalam produk obat juga dapat
mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan mengubah sifat kelarutan
atau bereaksi dengan obat itu sendiri. Sebagai contoh, bahan- bahan
tambahan seperti bahan penyuspensi menaikkan viskositas pembawa
obat dan oleh karena itu menurunkan laju pelarutan obat dari suspensi.
Contoh lain adalah bahan pelincir tablet seperti magnesium stearat yang
dapat menolak air dan bila digunakan dalam jumlah besar akan
menurunkan pelarutan. Sebagai tambahan, bahan tambahan dalam
suatu formulasi dapat berinteraksi secara langsung dengan obat
membentuk suatu kompleks yang larut atau tidak larut dalam air.
3. Aspek kondisi percobaan
Kondisi percobaan juga mempengaruhi kecepatan melarut, seperti
pelarut yang digunakan, laju pengadukan, pH dan suhu medium
percobaan. Uji disolusi dan penetapan kadar merupakan dua aspek yang
penting dalam rangka menjamin kualitas dari suatu obat. Dari uji disolusi
ini maka dapat didapatkan beberapa informasi obat yang meliputi
bioavaibilitas obat, variabel kontrol proses pengaruh dari obat dan
melihat perubahan pengaruh formulasi dari suatu obat (Raini, dkk.,
2010). Disolusi dari kokristal juga dapat dipengaruhi beberapa faktor
seperti kelarutan koformer dalam air, interaksi antar molekul dalam kisi
kokristal, kristal habit dan juga pH dari medium disolusi yang digunakan.
4. Habit Kristal (crystal habit)
Kristal habit dari kokristal juga memiliki pengaruh pada disolusinya dalam
medium disolusi. Obat dapat terkokristalisasi dengan molekul koformer
dalam berbagai ukuran dan bentuk tergantung pada kondisi kristalisasi
yang berbeda beda. Peristiwa kristalisasi dapat mengubah sifat kristal
seperti habit, polimorfisme dan ukuran. Istilah "crystal habit" digunakan
untuk menjelaskan tentang bentuk umum dari suatu kristal. Modifikasi
dari kristal habit pada suatu obat selama proses kristalisasi dapat
mengubah sifat disolusinya karena adanya perubahan pada bagaimana
kristal terekspos ke medium disolusi. Penelitian yang berkaitan dengan
modifikasi kristal habit dan pemahaman tentang efek kokristal habit
terhadap sifat disolusinya saat ini masih terbatas (Sathisaran & Dalvi,
2018).
II.2 Uraian Bahan
PARACETAMOL (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Acetaminophen
Sinonim : Paracetamol
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul : 151,16
Pemerian : Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa pahit,
berbau, serbuk kristal dengan sedikit rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95
%)P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan
dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkalihidroksida.
penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
kegunaan : Analgetikum, Antipiretikum
HCl (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Asam Klorida
Nama Lain : Acidum Hydrochloridum
Berat Molekul : 36,46
Rumus Molekul : HCl
Pemerian : Cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang; Jika
diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap hilang. Bobot jenis
lebih kurang 1,18.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan
menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan: Zat pereaksi.
BAB III
METODE KERJA
BAB IV
12 0,2
17 0,28
24 0,41
36 0,57
48 0,76
Kurva Baku
0.8
0.7 f(x) = 0.02 x + 0.02
0.6 R² = 1
Adsorbansi
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
10 15 20 25 30 35 40 45 50
Konsentrasi
Linear ()
Menit Ke Absorbansi
15 0,42
30 0,531
45 0,73
60 0,882
y = 0,0154x + 0,022
Menit 15
0,42 = 0,0154x + 0,022
0,42−0,022
x=
0,0154
0 , 398
x=
0,0154
x=25,84
Menit 30
0,531 = 0,0154x + 0,022
0 , 531−0,022
x=
0,0154
0 , 509
x=
0,0154
x=33,05
Menit 45
0,73 = 0,0154x + 0,022
0 , 73−0,022
x=
0,0154
0 , 708
x=
0,0154
x=45,97
Menit 60
0,882 = 0,0154x + 0,022
0 , 88 2−0,022
x=
0,0154
0 , 86
x=
0,0154
x=5 5,84