Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK II

UKURAN PARTIKEL

OLEH :

NAMA : NIM :
ARISTA TRI UTAMI 18123383 A
PRANITA WIDYANTI 18123384 A
OCTAVIA AYU A. C. 18123385 A
ALDI NUGROHO 18123386 A
YUSUF ANGGORO MUKTI 18123387 A

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2013
UKURAN PARTIKEL

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengukur partikel partikel zat dengan metode mikroskpi dan pengayakan (
sieving )

II. DASAR TEORI


Ukuran partikel ialah diameter purata partikel suatu paket sampel. Karena
umumnya sediaan obat yang digunakan dalam farmasi mengandung komponen
bahan berupa partikel-partikel baik sendirian atau terdispersi sebagai partikel-
partikel halus dalam medium yang lain, maka penentuan ukuran partikel ( obat)
menjadi sangat menentukan. Pengecilan ukuran partikel hingga batas tertentu
sangat menguntungkan sejak pembuatan sediaan hingga efek obat yang
bersangkutan.
Ukuran pertikel dapat diperkecil baik dengan metode fisis maupun metode
kimiawi. Kominusi (comminution) adalah suatu proses memperkecil ukuran
partikel sayuran (vegetables), obat-obat berasal dari hewani atau obat-obat berasal
dari bahan kimiawi yang dilakukan secara fisis. Prinsip metode kimiawi yang
digunakan adalah dengan pengendapan dari suatu larutan dengan jalan
mereaksikan zat satu dengan zat yang lainnya untuk menghasilkan senyawa kimia
yang diinginkan dalam bentuk partikel-partikel halus.
Metode kominusi meliputi pemotongan, pemarutan, pememaran, penggerusan,
pembuatan serbuk dengan cara levigasi. Umumnya proses-proses ini dilakukan
dengan menggunakan alat mekanis seperti penggiling atau mortar atau stmaper.
Pengukuran ukuran partikel biasanya cukup sukar kecuali jika patikel tersebut
mempunyai bentuk yang tetap/teratur dan hal ini jarang terjadi. Pengetahuan
statistik berguna sekali dalam pengukuran partikel karena alasan tersebut diatas
umumnya diasumsikan sebagi diameter bola eqivalen.
Metode pengukuran ukuran partikel ada bermacam-macam, mulai dari yang
sederhana sampai yang sangat kompleks dan tergantung ukuran partikel yang
diselidiki. Beberapa metode yang digunakan sangat kompleks dan tergantung
ukuran partikel yang diselidiki. Beberapa metode yang digunakan adalah
mikroskopi, pengayakan, pengempaan, adsorbsi, permeametri, dan pancaran
radiasi atau transmisi. Metode yang sederhana adalah mikroskopi, pengayaan, dan
pengendapan ( sedimentasi ).
Di dalam partikel ada lebih dari satu(dilain kalimat di polidisper), 2 bahan
penting yaitu:
(a) bentuk dan permukaannya
(b) ukuran dan berat dari partikel tersebut.
ukuran bidan sudah diekprsikan dalam diamter bidang meter tersebut. Dalam
penambahan partikel derajat asimetri yang berfungsi untuk mengukur diameter
ukuran partikel tersebut. Didalam kondisi ini tidak ada satupun ukuran partikel
yang unik. Tetapi, dengan jalan lain harus dibuat untuk pemakaian equivalent
spherical diameter dari permukaan bidang tersebut. Volume atau diameternya.
Lalu, permukaan diameter, ds, itu adalah diameter bidang yang sama dengan
permukaan partikel tersebut. Diameter bidang tersebut punya volume yang sama
dengan volume partikel tersebut. dv, dengan project diameter dp, dari diameter
bidang tersebut mempunyai area yang diamati sama dengan partikel ketika dilihat
dengan normal.

III. ALAT DAN BAHAN


ALAT :
1. Mikroskop
2. Mikrometer
3. Obyek glas
4. Dek glas

BAHAN :

1. Tepung jagung
IV. GAMBAR ALAT

Mikroskop

Mikrometer Glass

V. CARA KERJA
Metode Mikroskp
1. Kalibrasi skala okuler dengan cara : tempatkan mikrometer dibawah
mikroskop. Himpitkan garis awal okuler dengan garis awal skala obyektif.
Tentukan garis skala yang tepat berhimpit. Tentukan harga skala okuler.
2. Buat suspensi encer partikel yang akan dianalisis dan buat sediaan yang cukup
(3-5 sediaan) diatas obyek glass
3. Lakukan grouping dengan cara : tentukan ukuran partikel yang terkecil dan
terbesar untuk seluruh sediaan, bagilah jarak ukur yang diperoleh menjadi
beberapa bagian yang gasal (paling sedikit 5 bagian).
4. Ukur partikel dan golongkan dalam grup yang telah ditentukan dan ukurlah <
500 partikel jika sampel bersifat monodispers serta ukurlah <1000 partikel jika
polidispers

Penentuan sistem monodispers atau polidispers adalah sebagai berikut:


a. Tentukan 20-25partikel dari seluruh sediaan
b. Tentukan harga logaritma masing masing partikel
c. Tentukan purata harga logaritma partikel dan harga standart deviasi (SD)
purata partikel
d. Tentukan harga anti logaritma (=dgeometric) dan antilog SD purata partikel
(SDgeomtric)
e. Sistem disebut polidispers jika harga antilog SD 1,2 dan monodispers
jika SDgeometric 1,2

5. Buat kurva distribusi ukuran partikel dan tentukan harga diameter tersebut
dibawah ini :

Length-Number Mean dengan rumus : ln =

2
Surface Number Mean dengan rumus : ln =

3 3
Volume Number Mean dengan rumus : =

2
Surface Length dengan rumus : =

3
Volume Surface Number Mean : = 2

4
Volume Weight Mean dengan rumus : = 3

n = Jumlah partikel dalam tiap range ukuran partikel ( size range )


b = rata-rata range ukuran partikel ( mid size ) dalam mikron
VI. HASIL PENGAMATAN
Metode Mikroskopi
Skala okuler : 15
Skala obyektif : 10
Mikrometer : 0,01 mm
Kalibrasi skala okuler :
15 ok : 20 ob
ok : 20/15 ob
ok : 1,33 ob x 0,01 mm
ok : 0,133 x 1000
ok = 13,3
Size Range Jumlah Partikel (n)
0,5 - 0,85 213
0,85 1,2 137
1,2 1,55 66
1,55 1,90 64
1,90 2,25 20

x Log x | |
0,60 -2,22 0,46 0,21
0,70 -0,15 0,56 0,31
2,25 0,35 2,11 4,55
1,00 0 0,86 0,73
1,25 0,99 1,11 1,23
1,5 0,17 1,36 1,84
1,1 0,44 0,96 0,92
1,35 0,13 1,21 1,46
0,85 -0,07 0,71 0,50
1,15 0,06 1,01 1,02
1,95 -0,02 0,81 0,65
2,15 0,33 2,01 4,04
1,75 0,4 1,61 2,59
0,75 -0,12 0,61 0,37
1,95 0,29 1,81 3,28
2,00 2,30 1,86 3,46
1,85 0,26 1,71 2,92
1,65 0,22 1,51 2,28
0,90 -0,05 0,76 0,58
1,90 0,28 1,76 3,1
2,10 0,32 1,96 2,84
1,70 0,23 1,56 2,43
1,80 0,26 1,60 2,76
1,55 0,19 1,41 2,00
1,20 0,34 2,66 7,08

| |2
=

SD = antilog 2,126
SD = 0,75

Size range Mid Jumlah n.d n.d2 n.d3 n.d4


() size partikel
(d) tiap
size (n)
6,65 - 11,30 8,98 213 1912,74 1776,41 154.244,12 1.385.112,19
11,30-15,96 13,63 137 1867,31 25.451,44 346.903,06 4.728.288,75
15,96-20,62 18,29 66 1207,14 22.078,59 403.817,42 7.385.820,65
20,62-25,27 22,59 64 1468,8 33.708,96 773.620,63 17.754.593,5
25,27-29,93 27,6 20 552 15.2351,2 15.235,2 11.605.565,95
= 500
= 7007,59

2 = 64.706,44

3 = 2.099.076,75

4 = 42.859.381,04
VII. GRAFIK

Kurva Distribusi
250

200

150

100

50

0
0 5 10 15 20 25 30

VIII. PEMBAHASAN
Pada metode mikroskopi, perlu dilakukan kalibrasi yaitu mencari hubungan
antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau
nilai yang diwakili oleh bahan ukur (mikrometer), dengan nilai-nilai yang sudah
diketahui (skala obyektif pada mikroskop) yang berkaitan dari besaran yang
diukur dalam kondisi tertentu yang bertujuan untuk mencapai ketertelusuran
pengukuran. Kalibrasi dilakukan dengan cara menempatkan mikrometer di bawah
mikroskop dan menghimpitkan garis awal skala okuler pada garis awal skala
objektif kemudian menentukan garis kedua dari kedua skala tersebut yang tepat
berimpit. Pada percoaan ini, garis ke-15 dari skala okuler tepat berimpit dengan
garis ke-20 dari skala objektif. Sehingga skala lensa okuler sebenarnya adalah
20/15x 0,01 mm= 13,3 m, 1 skala okuler sama dengan 0,133 mm atau 13,3 m.
Metode mikroskopi umunya digunakan untuk mengukur partikel suspensi
farmasi, emulsi, dan granul halus. Pada percobaan ini digunakan suspensi amilum.
Pembuatan suspensi amilum dilakukan dengan menambahkan aquades ke dalam
beker glass yang telah berisi granul amilum. Penambahan aquades dilakukan
sampai terbentuk suspensi amilum yang encer dan bila dilihat di bawah
mikroskop, partikel-partikelnya tidak menggerombol. Bila masih menggerombol
maka perlu ditambahkan aquades lagi hingga didapatkan partikel-partikel tunggal
yang akan diukur ukurannya.
Penentuan apakah sistem termasuk monodispers atau polidispers dilakukan
dengan mengukur sebanyak 25 partikel dari suspensi amilum lalu dicari antilog
standard deviasi purata dari partikel-partikel tersebut. Pada percobaan ini
didapatkan antilog SD puratanya adalah 0,75 (lebih besar dari 1,2) sehingga
sistem termasuk monodispers
Ukuran partikel (500 partikel) dibagi ke dalam 5 kelompok untuk
memudahkan penghitungan partikel dan memudahkan untuk menganalisis data.
Cara membaginya, dicari dulu ukuran partikel terbesar (29,93) dan terkecil (6,65),
lalu dikurangkan, hasilnya dibagi interval (5), sehingga didapatkan panjang kelas
yaitu 4,66. Dibuat 5 kelompok dari 6,65 sampai 29,93 dengan panjang masing-
masing kelompok sebesar 4,66.
Dari 1030 partikel yang diukur digolongkan sesuai ukurannya ke dalam 5
kelompok tersebut kemudian dihitung harga diameter-diameternya. Dari
perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut:
a.Length-Number Mean sebesar 14,016 m
b.Surface-Number Mean sebesar 11,37 m
c.Volume-Number Mean sebesar 10,45 m
d.Surface Length sebesar 9,233 m
e.Volume Surface sebesar 32,44 m
f.Volume weight mean sebesar 20,418 m
Selanjutnya dibuat kurva yang menggambarkan distribusi ukuran partikel (mid
size vs frekuensi ukuran partikel). Distribusi ukuran partikel ini penting karena
pada system polidispers tidak hanya diketahui ukuran suatu partikel, tetapi juga
untuk mengetahui berapa banyak partikel-partikel yang berukuran sama yang
terdapat dalam sample. Dari kurva dapat diketahui ukuran partikel yang paling
sering terjadi atau dinamakan mode adalah partikel-partikel pada mid size 8,98
m sedangkan ukuran partikel yang paling jarang terjadi adalah partikel-partikel
pada mid size 27,6 m. Dapat dilihat bahwa kurva distribusinya bukanlah suatu
kurva distribusi normal. Kurva distribusi normal memang jarang ditemukan pada
sediaan farmasi. Sistem-sistem ini cenderung mempunyai distribusi yang tidak
simetris, atau miring seperti kurva pada percobaan ini.
Pengetahuan dan pengukuran terhadap partikel sangat penting dalam farmasi.
Ukuran, berhubungan dengan luas permukaan, dari suatu partikel dapat dikaitkan
dengan sifat fisika, kimia, dan farmakologi dari suatu obat. Ukuran partikel
mempengaruhi pelepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara
oral, topikal, parenteral, dan rektal. Ukuran partikel mempengaruhi kekompakan
tablet, kestabilan emulsi, dan suspensi ( kemudahan digojog). Pada tablet dan
kapsul, ukuran partikel menentukan sifat alir serta pencampuran yang benar dari
granul dan granul.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan harga SD 1,2 yaitu 0,75 maka sampel dikatakan
bersifat monodispers.

X. DAFTAR PUSTAKA
Ekowati, D., dan Dzakwan, M., 2013, Petunjuk Praktikum Farmasi Fisik II,
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta.
Martin, A., and Bustamante, P., Physical Pharmacy : Physical Chemical
Principles in The Pharmaceutical Science, Fourth Edition, Lea & Febiger,
Philadelphia London.

Situs web : http://www.scribd.com/doc/33257665/FARMASIFISIK-UKURANPARTIKEL

Anda mungkin juga menyukai