Anda di halaman 1dari 13

ParafAsisten

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK


Judul

: Pembuatan Asam Salisilat dari Minyak Gondopuro

Tujuan Percobaan

: Mempelajari pembuatan asam salisilat dari minyak gondopuro


melalui reaksi hidrolisis ester

Pendahuluan
Gandapura (Gaultheria fragrantissima) dikenal juga sebagai Indian wintergreen,
mempunyai sinonim G. punctuata, termasuk dalam famili Ericaceae, dan merupakan salah satu
tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup potensial. Tanaman ini dapat tumbuh pada dataran
tinggi, 1.300 3.300 m dpl. Pemakaian minyak gandapura dalam produk makanan,
penambahannya tidak boleh terlalu berlebihan, karena minyak bersifat sangat toksik. Persyaratan
yang dianjurkan adalah 0,04% atau untuk campuran permen sekitar 0,2 - 0,5 mg/100 mg (Oyen
dan Dung, 1999). Minyak gandapura diperoleh melalui proses penyulingan dari
daun dan gagang tanaman gandapura. Daun gandapura mengandung minyak atsiri
sekitar 1,2%. Minyak gandapura dalam perdagangan internasional dikenal
dengan istilah wintergreen oil. Komponen utama minyak gandapura adalah
senyawa metil salisilat yang banyak digunakan dalam industri obat-obatan,
bahan pewangi, serta industri makanan dan minuman. Kandungan metil
salisilat dalam minyak gandapura mencapai 93- 98 %. Metil salisilat
merupakan turunan dari asam salisilat yang berwarna kuning dengan bau
menyengat seperti salep. Sifatnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam
alkohol dan eter. Metil salisilat merupakan senyawa ester yang sering
digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat salep (lotion) yang dapat
mengobati sakit otot. Metil salisilat sudah banyak dikembangkan menjadi
senyawa lain, misalnya asam asetil salisilat (aspirin). Turunan metil salisilat selain
asam asetil salisilat juga dapat diubah menjadi salisilanilida. Minyak gandapura sering
digunakan sebagai minyak gosok dan banyak dijual di pasaran. Minyak ini juga digunakan
dalam bidang industri makanan, minuman, farmasi dan kosmetik (Sulistyo, 2015).
Metil salisilat adalah cairan kuning kemerahan serta tidak larut dalam
air tetapi larut dalam alkohol dan eter. Metil salisilat dalam minyak gondopuro sering
digunakan sebagai bahan farmasi, penyedap rasa pada makanan, minuman,
pemanis, pasta gigi, antiseptik dan kosmetik serta parfum. Metil salisilat
telah digunakan untuk pengobatan sakit syaraf, sakit pinggang, radang

selaput dada dan rematik, juga sering digunakan sebagai obat gosok dan
balsem. Secara teknik metil salisilat pun digunakan sebagai bahan pencelup
pada fiber poliester, fiber tracetate dan fiber sintetik lainnya (Bruice, 2004).
Persenyawaan ester dapat mengalami hidrolisis dalam suasana asam maupun basa untuk
menghasilkan asam karboksilat dan alkohol. Hidrolisis ester dalam suasana asam dapat terjadi
melalui beberapa mekanisme reaksi bergntung pada struktur esternya, tetapi mekanisme reaksi
yang umum merupakan kebalikan dari reaksi esterifikasi Fischer. Perubahan metil salisilat yang
terdapat dalam minyak gondopuro menjadi asam salisilat adalah reaksi hidrolisis ester dengan
katalis basa. Proses reaksi hidrolisis dengan katalis basa terjadi dalam beberapa tahap yang
dimulai dengan deprotonasi, serangan ion hidroksida, eliminasi metanol dan dan diakhiri dengan
protonasi. Hidrolisis ester dalam suasana basa sering dikenal sebagai reaksi penyabunan
RCOOR + NaOH

kalor

RCOONa + ROH

Hidrolisis ester dapat berlangsung melalui substitusi nukleofilik terhadap asil dimana nukleofil
ion hidroksida yang ditambahkan pada gugus karbonil ester akan menghasilkan intermediet
tetrahedral (Wilcox, 1995).
Asam salisilat memiliki rumus molekul C 6H4COOHOH berbentuk kristal kecil berwarna
merah muda terang hingga kecoklatan yang memiliki berat molekul sebesar 138,123 g/mol
dengan titik leleh sebesar 156C dan densitas pada 25C sebesar 1,443 g/ml, larut sebagian dalam
air dingin tetapi dapat melarutkan dalam keadaan panas. Asam salisilat dapat menyublim tetapi
dapat terdekomposisi dengan mudah menjadi karbon dioksida dan phenol bila dipanaskan secara
cepat pada suhu sekitar 20C selain itu asam salisilat mudah menguap dalam steam. Reaksi
penyabunan terhadap metil salisilat yang diperoleh dari minyak gondopuro akan menghasilkan
garam salisilat, sedangkan untuk memperoleh asam salisilat harus dilakukan pengasaman
(Fessenden, 1999). Asam salisilat adalah turunan dari asam karboksilat. Suatu asam karboksilat
adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus karboksil, -COOH. Asam karboksilat
penting secara biologis maupun komersial. Aspirin adalah sebuah asam karboksilat, seperti juga
asam oleat. Sifat kimia yang paling menonjol dari asam karboksilat ialah keasamaanya. Asam
karboksilat adalah asam lemah (pka yang khas adalah sekitar 5) (Fessenden, 1994).
Asam salisilat telah digunakan sebagai bahan terapi topikal sejak lebih
dari 2000 tahun yang lalu. Asam salisilat telah lama dikenal dengan khasiat
utama sebagai bahan keratolitik. Asam salisilat hingga saat ini masih
digunakan dalam terapi veruka, kalus, psoriasis, dermatitis seboroik pada
kulit kepala, dan iktiosis. Penggunaannya semakin berkembang sebagai

bahan peeling dalam terapi penuaan kulit, melasma, hiperpigmentasi


pascainflamasi, dan jerawat. Asam salisilat memiliki efek komedolitik ringan.
Zat ini telah digunakan sejak tahun 1950 dalam berbagai preparat terapi
jerawat yang meliputi krim, pembersih wajah, astringen, medicated pads,
dan sabun. Asam salisilat juga telah lama diketahui memiliki khasiat antiinflamasi, contohnya aspirin (asam asetil salisilat) telah digunakan secara
luas sebagai analgesik, anti-piretik, dan anti-inflamasi sistemik. Asam
salisilat menghambat biosistesis prostaglandin dan memiliki efek antiinflamasi pada sediaan topikal dengan konsentrasi 0,5- 5% (Lee, 2003).
Pembuatan

asam

salisilat

dalam

praktikum

ini

dengan

cara

menghidrolisis metil salisilat dengan katalis basa. Prinsip percobaan ini


adalah reaksi hidrolisis ester dengan menggunakan NaOH sebagai katalis
basa. Metode yang digunakan adalah metode refluks, metode kristalisasi,
dan metode rekristalisasi. Metil salisilat akan membentuk garam natrium
salisilat saat direaksikan dengan NaOH yang kemudian akan membentuk
asam salisilat saat direaksikan dengan H2SO4. Asam salisilat yang diperoleh
merupakan kristal putih dengan bentuk kristal kecil dan rapuh (Warren, 1981).
Refluks merupakan salah satu metode ekstraksi dengan cara panas. Refluks adalah
ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah
pelarutnya terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendinginan balik. Refluks umumnya
dilakukan proses pengulangan pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk
dalam proses ekstraksi sempurna (Hasiholan, 2012).
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang sering digunakan. Zatzat padat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Metode
rekristalisasi ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu saat suhu diperbesar
(Fressenden, 1998). Berikut ini reaksi sederhana pembuatan asam salisilat dari metil salisilat:

Asam Salisilat
Metil salisilat

Gambar 1.1 Reaksi pembuatan Asam Salisilat dari


Metil Salisilat

Mekanisme Reaksi
a. Tahap 1. Reaksi Hidrolisis
:O :
..
O
..
..
O
..

..
:O :

:O :
CH3

..

..
:OH
..

O
..

..

..
:OH
..

CH3

..
..0 :

..

OH
..
O
..

CH3

..

O
.. :

+ H2O

:O :

:O :
..

..
..O

O:
..

..
..0 :

..
+ :O-CH
3
..

..

+ CH3OH

O
.. :

b. Tahap 2. Reaksi Penambahan NaOH


O
O

CH3

N a

+ -

O H

OH

CH3

OH

N a

O
O
H

OH

O
H

O CH3
O

N a
O
H

+
N a

+ -

H3C OH

O H

c. Tahap 3. Reaksi Penambahan Asam

Na
O
Na

H3C OH

H2O

O CH3

:O :

:O : H
..
..O

..
O
..

:O :

H-SO4

Na

H-SO4H

Na

O
..

..

O
..

OH

Na

..

Na

Na

NaSO4

:O :

OH

Na2SO4

+
OH

Alat
Labu leher tiga 100 mL, kondensor refluks, termometer, penangas air, penyaring Buchner, kertas
saring.
Bahan
Minyak gondopuro, larutan NaOH 5 M, asam sulfat pekat, aquades.
Skema Kerja
2 mL minyak gondopuro

dimasukkan kedalam labu leher tiga 100 mL yang dilengkapi dengan

kondensor dan termometer.


ditambahkan 25 mL NaOH 5N dan direfluks pada suhu sekitar 80oC

selama satu jam.


diamati dan dicatat campuran yang terjadi.
diturunkan dari pemanas setelah satu jam dan didinginkan labu pada

suhu kamar.
ditambahkan H2SO4 2M sambil digoyang-goyang sampai terbentuk

endapan berwarna putih.


disaring endapan dengan corong Buchner kemudian dicuci 3 kali

dengan 50 mL aquades dingin.


dikeringkan di udara atau oven vacum, dikenali baunya, ditimbang
beratnya, diuji kelarutannya dalam air (panas dan dingin) dan
ditentukan titik lelehnya.

Hasil
Prosedur Kerja
Masukkan 10 ml minyak gondopuro kedalam labu leher tiga 100 mL yang dilengkapi
dengan kondensor dan termometer. Tambahkan 25 mL NaOH 5 N dan refluklah pada suhu
sekitar 80 oC selama satu jam, amati dan catat perubahan campuran yang terjadi.
Setelah satu jam, turunkan dari pemanas dan dinginkan labu pada suhu kamar dan aman
untuk dikerjakan. Tambahkan H2SO4 2 M sambil digoyang-goyang sampai terbentuk endapan
berwarna putih. Saring endapan dengan corong Buchner kemudian dicuci 3 kali dengan 50 mL
aquades dingin. Keringkan di udara atau oven vacum, kenali baunya, timbang beratnya, uji
kelarutannya dalam air (panas dan dingin) dan tentukan titik lelehnya.
Hasil
No.
1.

Perlakuan
Keterangan
Minyak gondopuro (10 mL) + NaOH Terbentuk endapan putih

2.

(25 mL)
Proses refluks

Setelah proses refluks larutan berubah


warna menjadi kuningbening dan endapan

3.

hilang semua.
Distilat + H2SO4 2 M (digoyang- Reaksi eksotermis.
goyang)

Terbentuk endapan putih.


Sebelum terbentuk endapan putih, warna

4.
5.
6.

Didekantasi dengan corong Buchner

berubah menjadi sedikit pink )


Endapan terpisah dengan cairan atau

Endapan dikeringkan dengan oven


Menimbangkertassaringdanendapan

filtratnya
Endapan metal salisilat tidak berbau
Massa kertas saring: 0,901 gram
Massa kertas saring+endapan: 13,007

7.

Uji kelarutan

gram
-air dingin: tidak larut

7.

Uji titik leleh

-air panas: larut


titik leleh: 165C

Gambar:
Minyak+NaOH

Proses refluks

Distilat

Distilat + H2SO4

Penyaringan dengan
Corong Buchner

Uji kelarutan.
Kiri: air dingin, kanan: air panas
Data dan perhitungan

Uji titik leleh

Endapan yang sudah


dikeringkan/dioven

Diket :
metil salisilat : 1,17 g/cm3
Mr metil salisilat : 152,14 g/mol
V metil salisilat : 10 mL
Volume NaOH : 25 mL
Mr NaOH : 40 g/mol
Mr asam salisilat : 138,14 g/mol
Berat kertas saring : 0,901gram
Berat kertas saring + padatan : 13,007 gram
Berat padatan : 12,106 gram
Ditanya:
a. Mol metil salisilat ?
b. Mol NaOH?
c. %Rendemen?
Penyelesaian:
a. metil salisilat = massa / V metil salisilat
1,17 g/mL = massa / 10 mL
Massa = 11,7 gram
Mol metil asetat = massa / Mr
= 11,7 gram / 152,13 gram/mol
= 0,077 mol
b. M NaOH

= mol / V NaOH

5 M = mol/ 0,025 l
Mol = 0,125 mol
C8H8O3(aq) + NaOH(aq) + H2SO4(aq) C7H6O3(s) + Na2SO4 (s) + H2O(l)+ CH3OH(aq)
M

0,077mol

0,077 mol

0,077mol

0,048 mol

0,125mol

berlebih
-

0,077 mol

0,077 mol

0,077mol

0,077mol

0,077mol

0,077 mol

Massa teori : 0,077 mol . 138,14 g/mol = 10,64gram

c. % Rendemen = (massa yang diperoleh / massa teori) x 100%


= 12.106/10,64 x 100%

= 113,78 % Waktu yang dibutuhkan


Kegiatan

No

Jam

Waktu

1.

Persiapan peralatan refluks

12.30 13.15

45 menit

2.

Refluks sampai

13.15 14.15

1 jam

3.

Mendinginkan sampel

14.15 14.25

20 menit

4.

Pengeringan sampel

14.25 14.45

20 menit

5.

Identifikasi sifat fisik (massa jenis,

14.45 15.30

45 menit

uji kelarutan, titik leleh)

Pembahasan
Percobaan kedua pada praktikum sintesis senyawa organik ini adalah pembuatan asam
salisilat dari minyak gondopuro yang bertujuan untuk mempelajari pembuatan asam salisilat dari
minyak gondopuro dengan melalui reaksi hidrolisis ester. Reaksi hidrolisis merupakan proses
kimia yang melibatkan adisi molekul air (H 2O) yaitu molekul H2O dipecah menjadi H+ dan OHmelalui suatu proses kimia. Satu fragmen dari molekul yang direaksikan diprotonasi oleh H + dari
H2O dan satu fragmen lain dari molekul yang direaksikan bergabung dengan OH - dari H2O. Metil
Salisilat yang terkandung dalam minyak gondopuro merupakan suatu ester yang dapat
dihidrolisis dalam suasana asam maupun basa dan menghasilkan asam karboksilat dan alkohol.
Bahan utama yang digunakan dalam percobaan ini minyak gondopuro, karena kandungan metil
salisilat yang banyak terkandung dalam minyak gondopuro yaitu 93-98% sehingga akan
menghasilkan asam salisilat yang banyak juga. Percobaan ini menerapkan metode ekstraksi
dengan refluks. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarutnya terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendinginan
balik. Prinsip ekstraksi dengan metode refluks adalah mempertahankan reaksi saat ekstraksi
berlangsung dengan pemanasan dan pengembunan uap, serta menjaga kestabilan suhu di bawah
titik didih pelarut. Penggunaan metode refluks pada percobaan ini karena dalam proses refluks
tidak ada senyawa yang hilang, hal itu dikarenakan uap yang dihasilkan dari senyawa akan
didinginkan oleh kondensor sehingga akan berubah menjadi cair dan kembali ke dalam labu alas
bulat.
Tahap awal yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasang peralatan untuk refluks.
Prosedur selanjutnya yaitu memasukkan minyak gondopuro sebanyak 10 mL ke dalam labu leher

tiga berukuran 100 mL yang telah dipasangi termometer dan kondensor, kemudian ditambahkan
NaOH 5 N sebanyak 25 mL. Penambahan NaOH ini bertujuan untuk menghidrolisis metil
salisilat yang terdapat dalam minyak gondopuro. Temometer dipasang pada labu alas bulat untuk
mengetahui suhu saat proses refluks berlangsung. Penambahan NaOH pada minyak gondopuro
menghasilkan endapan berwarna putih. Endapan berwarna putih ini disebabkan oleh adanya 2
gugus fungsi reaktif yaitu gugus karbonil dan gugus hidroksi yang memungkinkan terbentuknya
garam salisilat. Proses refluks dilakukan selama kurang lebih 1 jam. Suhu maksimal yang yang
digunakan selama proses pemanasan minyak gondopuro adalah 80C, sehingga praktikan harus
mengatur dengan baik suhu mantel pemanas agar termometer tidak melebihi suhu 80C. Hal ini
dilakukan agar garam salisilat yang terbentuk tidak bereaksi lagi dengan alkohol membentuk
ester.
Proses refluks menghasilkan endapan putih yang terbentuk perlahan-lahan dan kemudian
larut sampai sampel berubah menjadi berwarna kuning. Sampel berubah berwarna kuning
tersebut terbentuk karena ion hidroksida dari NaOH yang bersifat sebagai basa akan menyerang
atom C karbonil pada metil salisilat sehingga ikatan rangkap gugus karbonil yang mempunyai
dua pasang elektronnya akan diberikan pada atom oksigen karena sifat keelektronegatifan atom
oksigen lebih elektronegatif daripada atom C. Pasangan elektron bebas pada atom O yang
bermuatan negatif akan kembali menjadi ikatan rangkap untuk menstabilkan molekul,
.. Na+
..
-O
.. : OH
..

: O:
.. CH3
O
..
..
OH
..

Na OH

..
O
..
OH

CH3

: O:
.. H
O
..
.. H
O
..

gugus metoksi (-OCH3) yang terlepas akan menyerang atom H pada gugus hidroksil yang dekat
dengan karbonil agar stabil, maka ikatan yang digunakan antara H dengan O akan diberikan
kepada atom O sehingga atom O menjadi kelebihan elektron Atom oksigen yang bermuatan
negatif itu akan distabilkan oleh Na+ sehingga terbentuklah natrium salisilat yang berwarna
kuning,

: O:

:O:
.. H
O
..

..
+
O
..: Na

..
: O - CH3
..

.. H
O
..

.. H
O
..

H3C

OH

+ ..
Na : OH ..

: O:
.. Na
O
..

Na

..
O
..

H3C

OH

H2O

Presedur yang dilakukan selanjutnya setelah proses refluks selesai adalah sampel hasil
refluks didiamkan pada suhu ruang dan kemudian ditambahkan H2SO4 2M sambil digoyanggoyang sampai terbentuk enadapan berwarna putih. H2SO4 dilakukan sampai terbentuk endapan
putih . Tujuan dari penambahan H2SO4 2M adalah untuk memprotonasi garam natrium salisilat
menjadi asam salisilat yang kemudian akan menghasilkan endapan putih. Penggoyangan
bertujuan agar campuran menjadi homogen. Endapan putih tersebut terbentuk karena ion natrium
dari natrium salisilat akan digantikan dengan aton hifrogen dari asam sulfat (H 2SO4) sehingga
terbentulah asam salisilat. Reaksinya sebagai berikut:
P e m b e n tu k a n a sa m
O

O
Na

O
Na

H -OHSO 3

O
disodium 2-oxidobenzoate

H -OHSO 3

O
OH

O
H

H
+Na
O
Na

+Na

Na -OSO 3

OH
OH

N a2S O

Asam Salisilat

Endapan asam salisilat yang terbentuk kemudian disaring menggunakan corong buchner dan
dibilas dengan akuades dingin agar sisa endapan yang terdapat dalam erlenmeyer bisa terambil
semua. Corong buchner digunakan agar kristal yang diperoleh lebih kering dan lebih banyak
karena filtratnya disedot secara filtrasi vakum. Endapan asam salisilat yang diperoleh kemudian

dikeringkan dalam oven sampai kering lalu ditentukan massanya dengan neraca analitik. Massa
padatan asam salisilat yang diperoleh adalah 12,106 gram dan didapat rendemen berdasarkan
perhitungan yaitu sebesar 113,78%. Rendemen yang didapatkan ini tidak sesuai dengan literatur
karena melebihi massa teori yang sudah dihitung, hal ini kemungkinan karena pada saat
dilakukan penimbangan padatan asam salisilat masih mengandung kadar air atau belum kering
sempurna.
Prosedur selanjutnya yaitu pengujian kelarutan, bau dan titik leleh asam salisilat. Pengujian
kelarutan dilakukan dengan melarutkan asam salisilat dalam air dingin dan air panas.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, asam salisilat tidak larut dalam air dingin tetapi larut
dalam air panas. Asam salisilat sesuai MSDS seharusnya larut sebagian dalam air dingin dan
larut dengan mudah dalam air panas. Ketidaklarutan tersebut kemungkinan terjadi akuades
belum cukup dingin atau suhu akuades kurang rendah untuk dapat melarutkan sebagian asam
salisillat. Pengujian selanjutnya yaitu uji titik lebur padatan asam salisilat dengan cara
memasukkan padatan asam salisilat ke dalam pipa kapiler dan meletakkannya pada alat uji titik
lebur. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, asam salisilat melebur pada suhu 165C. Titik
lebur ini tidak sesuai dengan literatur karena berdasarkan MSDS, titik lebur asam salisilat
adalah 159C. Hal ini kemungkinan karena terdapat pengotor dalam padatan asam salisilat atau
ketidaktelitian praktikan dalam mengamati peleburan asam salisilat. Penambahan air saat uji
kelarutan dengan akuades menyebabkan asam salisilat akan bereaksi dengan air dan mengalami
ionisasi menjadi C8H8NOO- (ion salisilat) dan ion H3O+. Berikut ini adalah reaksi ionisasinya:
O

OH
OH
(s)

H2O (l)

OH

H3O+ (aq)

(aq)

Asam salisilat saat ditambah dengan air dingin tidak larut karena memang air merupakan pelarut
yang baik yang sulit melarutkan senyawa apapun dalam kondisi dingin, sehingga saat
ditanmbahkan air dingin kelarutan asam salisilat menjadi berkurang.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan kali ini adalah pembuatan asam salisilat
melalui reaksi hidrolisis dapat disintesis dari minyak gondopuro yang yang mengandung metil
salisilat yang kemudian dihidrolisis dengan basa (NaOH) menghasilkan garam natrium salisilat
lalu ditambahan H2SO4 untuk mendeprotonasi garam sehingga terbentuklah asam salisilat.
Referensi

Bruice, Paula Yurkanis. 2004. Organic Chemistry Fourth Edition. USA: Pearson Prentice Hall.
Fessenden, J. Ralph. 1998. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta : Binarupa Aksara.
Hasiholan, Anju.2012.Isolasi, Uji Aktivitas Antioksidan dan Karakterisasi Senyawa dari Ekstrak
Daun Garchia Pierre.Depok:Universitas Indonesia Press
Lee HS, Kim IH. Salicylic Acid Peels For The Treatment Of Acne Vulgaris In Asian Patients.
Dermatol Surg.2003;29:1196-9
Sulistyo,

et.,al.2015.

Sintesis

Salisilanilida

dari

Komponen

Utama

Minyak

Gandapura.Universitas Brawijaya. Volume 1, No. 1


Tim penyusun. 2015. Petunjuk Praktikum Sintesis Senyawa Organik. Jember: Universitas Jember
Warren, S. 1981. Organic Synthesis The Disconnection Approach. New York : John Wiley
Sons
Wilcox. 1995. Experimental Organic Chemistry. New Jerset : Prentice
Nama Praktikan
Ainul Avida (141810301042)

Anda mungkin juga menyukai