Anda di halaman 1dari 15

Karakteristik Laut

Sebagian besar bumi terdiri dari air yang hampir semuanya (98%) berupa laut dan es. Air
tawaryang terdapat di danau danau dan sungai-sungai volumenya sangat kecil sekitar
0,036%, sedangkan air tanah sekitar 0,365%. Gletser(salju yang mengeras) dan es yang
menutupi permukaan bumi mengandung sekitar 1,641% dari seluruh air yang terdapat di
bumi. Selain air, bumi juga mengandung gas, tetapi volumenya sangat kecil.

Air laut terdiri dari 96,5% air dan 2,5% garam. Air laut juga mengandung substansi lain,
termasuk senyawa organik dan anorganik terlarut, serta gas yang berasal dari udara. Ion yang
paling banyak terdapat adalah klor (Cl-), natrium (Na+), sulfat (SO2 4-), magnesium (Mg2+),
kalsium (Ca2+), dan kalium (K+). Di dalam air laut juga terlarut berbagai unsur kimia lain,
seperti karbon anorganik, bromida, boron, strontium, dan fluor.

Selain itu masih terdapat pula fosfor anorganik dan nitrogen anorganik yang merupakan
unsur penting karena dibutuhkan oleh organisme laut untuk pertumbuhan. Air laut juga
mengandung berbagai senyawa organik terlarut, seperti karbohidrat, asam amino, dan
butiran-butiran yang kaya akan unsur- unsur organik.

Komposisi air laut yang seperti ini dikarenakan oleh adanya berbagai mekanisme
transportasi. Senyawa-senyawa terlarut dan butiran-butiran masuk ke dalam laut melalui
sungai-sungai. Butiran-butiran juga bisa dibawa oleh angin sampai ke tengah lautan, sangat
jauh dari sumbernya di daratan. Senyawa-senyawa kimia juga bisa masuk ke dalam perairan
laut melalui celahcelah hidrotermal yang berada di kedalaman dasar laut.

Laut adalah suatu massa air asin yang menutupi sebagian besar permukaan bumi. Laut
menutupi sekitar 71% permukaan bumi dengan kedalaman rata-rata 3.795 meter, sedangkan
29% sisanya merupakan daratan dengan ketinggian rata-rata 840 meter. Kalau semua daratan
dimasukkan ke dalam laut maka bumi akan merupakan sebuah bulatan dengan permukaan
yang rata dan seluruhnya tertutup oleh air dengan kedalaman rata-rata 2.686 meter. Massa air
yang sangat besar ini (137 x 107 km3) terbentuk dalam kurun waktu geologik bumi yang
sangat lama.
Suhu rata-rata bumi adalah 16C, yang mengalami perubahan tahunan (karena musim) dan
perubahan siang dan malam. Suhu bumi yang demikian memungkinkan air bisa ditemukan
dalam tiga fase, yaitu gas, cair, dan padat.

Diposkan 19th June 2012 oleh Nabila Arifannisa

Karakteristik Fisika & Kimia Air Laut

Berbicara Air, tentu berbicara tentang suatu senyawa yang penting bagi semua bentuk
kehidupan.

Mengapa penting? Sebab bila tidak ada air maka tidak ada kehidupan. Jadi, bisa dikatakan
Semua makhluk hidup diketahui memiliki ketergantungan terhadap air.

Istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang artinya
mengandung sifat khas. Tidak hanya manusia, air pun memiliki karakteristik yang
membedakannya dengan senyawa lainnya. Disini kita akan berbicara tentang karakteristik
fisika dan kimia air laut.

Karakteristik fisika utama air laut yaitu suhu, salinitas, densitas, cahaya dan suara.

1. Suhu

Faktor yang mempengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut
(Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi
udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans, 1986). Suhu pada daerah tropis relatif
stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub.
Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan
panas sebelum cahaya tersebut mencapai kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara
-1.87C (titik beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42C di daerah
perairan dangkal (Hutabarat dan Evans, 1986).

Sebaran suhu secara menegak ( vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas tiga lapisan, yakni:

A. Lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada lapisan ini gradien
suhu berubah secara perlahan,

B. Lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan
pertambahan kedalaman. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan
suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1C untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter
(Nontji,1987).

C. Lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan hipolimnion dimana
suhu air laut konstan sebesar 4C.

Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin
rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk
kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar
antara 2C 4C (Hutagalung, 1988). Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari
daerah pantai menuju laut lepas. Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena
daratan lebih mudah menyerap panas matahari sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu
bila suhu lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah dan stabil.

Lapisan permukaan hingga kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal ini dikarenakan sinar
matahari yang banyak diserap oleh permukaan. Sedangkan pada kedalaman 200-1000 meter
suhu turun secara mendadak yang membentuk sebuah kurva dengan lereng yang tajam. Pada
kedalaman melebihi 1000 meter suhu air laut relatif konstan dan biasanya berkisar antara 2-
4o C (sahala hutabarat,1986).

Suhu atau Temperatur ini secara tidak langsung juga mempengaruhi kehidupan flora dan
fauna laut, komposisi kimia air laut, sirkulasi massa air, dan cepat rambat gelombang akustik.
Tapi apakah suhu akan tetap stabil seperti demikian sementara isu-isu perubahan iklim akibat
pemanasan global semakin marak?

2. Salinitas

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas air
berdasarkan persentase garam terlarut dibagi menjadi:
a. Air tawar < 0,05 %

b. Air payau 0,05 3 %

c. Air saline 3 5 %

d. Brine > 5 %

Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil
sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya
pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai
air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut
brine.

Sainitas air laut juga mempengaruhi berbagai aspek diantaranya untuk penentuan sedimen
dan kandungan mineral dan sebagai indikator arah dan kecepatan arus.

3. Densitas

Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut.
Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di
permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Begitu pula sebaliknya.

Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p).
Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of Sea
Water):

=(T,S,p)
Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali
pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg
m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3. Densitas rata-rata air laut adalah t = 25.
peningkatan densitas air laut juga mempengaruhi stabilitas massa air dan sirkulasinya.

4. Cahaya

Pernahkah anda melihat laut? Atau anda gemar dengan sesuatu yang berhubungan dengan
laut?. Bagi seorang seniman, laut bisa dijadikan sebagai bahan ekspresi yang
menggambarkan kedamaian hati terutama dengan menampilkan warna biru air laut. Tapi
apakah benar air laut itu berwarna biru? Berikut jawabannya.

Pada dasarnya, air tidak memiliki warna. Air hanya menyerap cahaya yang kemudian
merefleksikannya. Ada dua proses optik utama pada air laut, dan zat terlarut atau
tersuspensi dalam air laut, saat berinteraksi dengan cahaya yang masuk dari Matahari. Dua
proses ini adalah penyerapan ( absorption ) dan hamburan ( scattering ).

Di atmosfer, alasan utama bahwa langit berwarna biru adalah disebabkan oleh hamburan
cahaya. Di laut, cara utama air berinteraksi adalah dengan penyerapan cahaya, air menyerap
cahaya merah, dan pada tingkat lebih rendah, air juga menyerap cahaya kuning dan hijau,
menyebabkan warnanya bisa berubah ubah tergantung kedalaman dan tempatnya.

Warna biru merupakan warna yang paling tidak diserap oleh air, sehingga air nampak
berwarna biru.

Singkatnya, semakin dalam kedalaman laut, semakin ia berwarna kebiruan. Berikut adalah
diagram yang menunjukkan kedalaman cahaya yang akan menembus di air laut beserta warna
yang mengandungnya.

Karena cahaya merah diserap kuat, menjadikannya hilang, dan cahaya biru terus menembus
masuk kedalam. Saat matahari mulai terbenam dan terbit, air laut akan kelihatan merah di
permukaannya dikarenakan penyerapan cahaya tersebut.

Warna yang berbeda pada laut, sungai dan danau juga disebabkan oleh tanaman yang hidup
di dasarnya seperti alga yang terdapat pada laut merah, dan endapan yang terbawa didalam
air. Seperti warna coklat yang merupakan endapan yang terbawa dari sungai, sehingga
membuat warnanya nampak keruh.

5. Suara

Air itu bisa menghantarkan suara seperti udara. Hanya saja zat air laut lebih padat dari udara.

Pernahkah anda coba, menepuk air di bak kamar mandi. Lalu tepuk udara di sekitarmu. Air
terasa lebih keras kan?!!

Percobaan tadi pun membuktikan, tidak semua suara kuat menekan air supaya air bergetar
dan merambatkan suara.
Suara mempunyai kecepatan yang lebih besar di air daripada udara. Kecepatan suara di udara
adalah 334 m/s sedangkan di air 1445 m/s. Kecepatan suara dapat bervariasi sekitar 100 m/s
tergantung variasi suhu, salinitas, kedalaman.

Pada laut terbuka, dimana salinitas konstan kecepatan suara meningkat 2 m/s setiap 100 m
kedalaman yang setara dengan 1 atm tekanan. Sedangkan variabel yang paling penting dalam
kecepatan suara meningkat 4,5 m/s setiap kenaikan 1 derajat celcius air laut.

Karakteristik kimia air laut yaitu diantaranya mayor elemen, minor elemen, dan terace
elemen.

PROSES PENGOLHAN

Desalinasi, mengolah air laut menjadi air tawar

08.23 Proses AMDK


Salah satu cara untuk
mendapatkan sumber air yang
layak untuk keperluan hidup sehari-hari adalah dengan mengolah air laut menjadi air tawar.
Proses pengolahan air laut menjadi air tawar lebih dikenal dengan istilah Desalinasi. Yaitu
mengurangi kadar garam yang terkandung pada air laut sampai pada level tertentu sehingga
air laut tersebut layak untuk dipergunakan seperti halnya air tawar. Sebagaimana diketahui,
air laut adalah sumber air terbesar di muka bumi sementara air tawar yang tersedia dianggap
akan semakin berkurang seiring berkembangnya populasi manusia.

Ukuran yang biasa digunakan untuk menentukan tinggi-rendahnya kadar garam dalam air
laut adalah ppm (part per million) dan digolongkan dalam 3 bagian yaitu:
1. Air laut berkadar garam rendah: 1000 ppm < air laut < 3000 ppm
2. Air laut berkadar garam sedang: 3000 ppm < air laut < 10.000 ppm
3. Air laut berkadar garam tinggi: 10.000 ppm < air laut < 35.000 ppm

Sedang air laut yang berkadar garam dibawah 1000 ppm dikategorikan sebagai air tawar
(fresh water) yang layak dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi kadar
garam dalam air laut akan semakin tinggi pula biaya yang dibutuhkan untuk mengolah air
laut menjadi air tawar.
Proses Desalinasi
Ada beberapa proses dalam desalinasi ini, namun yang banyak untuk saat ini hanya ada dua,
yaitu:

1. Multistage Flash Distillation System


Sistem ini merupakan pengembangan dari sistem distilasi biasa, yaitu air laut dipanaskan
untuk menguapkan air laut dan kemudian uap air yang dihasilkan dikondensasi untuk
memperoleh air tawar yang ditampung di tempat terpisah sebagai hasil dari proses distilasi
dan dikenal sebagai air distilasi, seperti gambar berikut.

Pada sistem distilasi bertingkat (Multistage Flash Distillation System), air laut dipanaskan
berulang-ulang pada setiap tingkat distilasi dimana tekanan pada tingkat sebelumnya dibuat
lebih rendah dari tingkat berikutnya.
Berikut contoh gambar sistem MSF yang disederhanakan yang aktualnya dibangun sampai
lebih dari sepuluh tingkat.

Evaporator (penguap) dibagi dalam beberapa stage (tahap). Gambar di atas memperlihatkan
empat tahap evaporator. Setiap tahap selanjutnya dibagi menjadi flash chamber yang
merupakan ruangan yang terletak dibawah pemisah kabut dan bagian kondensor yang terletak
diatas pemisah kabut.

Air laut dialirkan dengan pompa ke dalam bagian kondensor melalui tabung penukar panas
dan hal ini menyebabkan terjadi pemanasan air laut oleh uap air yang terjadi dalam setiap
flash chamber. Kemudian air laut selanjutnya dipanaskan dalam pemanas garam dan
kemudian dialirkan ke dalam flash chamber tahap pertama.

Setiap tahap dipertahankan dengan kondisi vakum tertentu dengan sistem vent ejector, dan
beda tekanan antara tahap-tahap dipertahankan dengan sistem vent orifices yang terdapat
pada vent penyambung pipa yang disambung di antara tahap-tahap.

Air laut yang telah panas mengalir dari tahap bertemperatur tinggi ke tahap bertemperatur
rendah melalui suatu bukaan kecil antara setiap tahap yang disebut brine orifice, sementara
itu penguapan tiba-tiba (flash evaporates) terjadi dalam setiap chamber. Dan air laut pekat
(berkadar garam tinggi) keluar dari tahap terakhir dengan menggunakan pompa garam (brine
pump).

Uap air yang terjadi dalam flash chamber pada setiap tahap mengalir melalui pemisah kabut,
dan mengeluarkan panas laten ke dalam tabung penukar panas sementara air laut mengalir
melalui bagian dalam dan kemudian uap berkondensasi. Air yang terkondensasi dikumpulkan
dalam penampung dan kemudian dipompa keluar sebagai air tawar.

(Source: Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, Pusat Pengkajian
dan Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT)

2. Reverse Osmosis System


Desalinasi yang menggunakan sistem Reverse Osmosis (RO) lebih kompleks jika
dibandingkan dengan sistem RO yang digunakan untuk memurnikan air tawar. Sistem RO
yang dipakai dalam desalinasi, air laut yang akan diolah diperlukan pengelolaan awal (pre
treatment) sebelum diteruskan ke bagian RO karena masih mengandung partikel padatan
tersuspensi, mineral, plankton dan lainnya. Berikut skema desalinasi yang memanfaatkan
teknologi Reverse Osmosis (RO).
Setelah melalui tahap pre-treatment, air laut disalurkan ke membran RO dengan pompa yang
bertekanan tinggi sekitar 55 dan 85 bar, tergantung dari suhu dan kadar garamnya. Air yang
keluar dari membran RO ini berupa air tawar dan air yang berkadar garam tinggi (brine
water). Air tawar selanjutnya dialirkan ke tahapanpost treatment untuk diolah kembali agar
sesuai dengan standar yang diinginkan. Sedang brine water dibuang melalui Energy Recovery
Device. Aliran Brine Water ini masih memiliki tekanan yang tinggi. Tekanan yang tinggi ini
dimanfaatkan oleh Energy Recovery Device untuk membantu pompa bertekanan tinggi
sehingga tidak terlalu besar memakan daya listrik. Karenanya desalinasi dengan tekonlogi
RO ini dianggap yang paling rendah konsumsi daya listriknya diantara sistem desalinasi
lainnya.

2. DESALINASI AIR LAUT: dari air garam menjadi air bersih layak minum
February 24, 2013 by Re - Rinaldi in Sains-Teknologi and tagged Air Laut, Desalinasi

Assalamu alaikum para pembaca di seluruh dunia. Kali ini PPMI Jeddah menghadirkan
tulisan yang bertajuk desalinasi air laut yang ditulis oleh salah satu kandidat doktor di
KAUST, Rinaldi Medali Rachman. Selamat membaca!

Salam,

PPMI Jeddah

Bagi yang tinggal atau pernah tinggal di daerah gurun seperti di Saudi Arabia dan
sekitarnya, pasti pernah terbesit dalam benak kita, darimanakah sumber air yang sehari-hari
kita konsumsi?? Sedangkan kita sadar bahwa daerah yang kita tinggali sebagian besar
adalah gurun pasir Tentunya ada teknologi dibalik ini. Mari simak artikel dibawah ini:
KRISIS AIR
Selain disebabkan oleh lokasi geografis, keterbatasan akses pada sumber air bersih telah
menjadi masalah global. Krisis air bersih telah menjadi ancaman hampir di seluruh belahan
dunia. Hal ini terjadi karena sumber air alami tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan yang
kian meroket dengan tingginya laju pertumbuhan populasi manusia dan semakin gencarnya
industrialisasi di berbagai bidang. Dalam hal ini, industri beperan khususnya pada
pencemaran sumber air bersih dari limbah buangannya.

Keberadaan air bersih di bumi ini ternyata tidaklah banyak. Pada gambar di bawah ini terlihat
bahwa air bersih berada dalam porsi sangat terbatas dibandingkan dengan sumber air lainnya
(air laut). Dalam jumlah ini, terhitung pula porsi air yang tercemar limbah, sehingga netto air
bersih semakin kecil jumlahnya.

komposisi air di bumi


Dari gambar diatas, air laut jelas menjadi potensi yang sangat besar jika dapat dimanfaatkan
untuk bahan baku air bersih. Dengan adanya inovasi teknologi, proses produksi air bersih dan
layak minum yang berasal dari air laut dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi
desalinasi air laut.

AIR LAYAK MINUM dari AIR LAUT?


Air laut telah menjadi bahan baku produksi air bersih bahkan sejak 60-an tahun yang lalu
melalui proses desalinasi. Desalinasi air laut merupakan istilah umum yang menggambarkan
penyisihan kandungan garam dan pengotor lainnya yang secara alami terdapat pada air laut.

Proses produksi air bersih dengan metode desalinasi dilakukan melalui beberapa tahapan,
meliputi: pengambilan air laut, pengolahan awal air laut, proses pemisahan garam, dan
pengolahan akhir.

Pengambilan air laut


Tahapan paling awal dalam proses desalinasi adalah pengambilan air laut sebagai bahan baku
proses. Metode yang umum dilakukan adalah dengan pemasangan pipa kearah laut hingga
jarak beberapa kilometer dari pantai. Hal ini dilakukan untuk memperoleh air laut dengan
kualitas baik yang terhindar dari pergerakan sedimen permukaan yang umumnya terjadi pada
laut kedalaman dangkal. Laju alir pengambilan air laut dilakukan secara lambat untuk
mencegah masuknya biota laut ke dalam pipa.

metode pengambilan air laut dengan pipa


Metode diatas menjadi pilihan utama karena kemudahan pemasangan sistem. Namun, dalam
hal kinerja, teknik tersebut sangat sensitif dengan perubahan kondisi air laut yang terjadi
seiring dengan perubahan musim dan iklim. Pencegahan biota laut untuk masuk ke dalam
sistem juga tidak seefektif yang diharapkan.
pengambilan air laut dengan beach well darihttp://www.scwd2desal.org
Metode alternatif yang sedang ramai diperbincangkan adalah dengan memanfaatkan kondisi
geologi lokal pantai untuk menyaring air laut dengan sistem sumur (beach wells). Dengan
metode ini, air laut diekstraksi dari lapisan bawah permukaan (subsurface) pantai. Selain itu,
teknologi yang sedang dikembangkan adalah tipe gallery dengan struktur menyerupai
penyaringan pasir yang dipasang di permukaan bawah laut (seabed) untuk mendapatkan
bahan baku dengan kualitas tinggi. Metode-metode diatas tercakup dalam sistem subsurface
intake.

pengambilan air laut dengan gallery dari http://www.scwd2desal.org


Pengolahan awal
Pengolahan awal bertujuan untuk mengkondisikan bahan baku, dalam hal kandungan
pengotor, agar ramah bagi proses utama desalinasi. Pengotor yang biasa terkandung dalam air
laut mencakup makromolekul (pasir dan biota laut termasuk ikan, alga dll.) dan
mikromolekul (unsur penyebab sedimentasi, kristalisasi dan fouling). Teknik yang dilakukan
pada umumnya mencakup koagulasi-flokulasi-sedimentasi (coagulation-flocculation-
sedimentation), membrane tekanan rendah (low pressure membrane), penyaringan dengan
media (media filter) dan catridge filter.

contoh rangkaian proses pengolahan awal dari http://www.wateronline.com


Proses pengolahan awal menjadi kunci penting lancarnya proses desalinasi karena
menentukan stabilitas dan kinerja proses dengan semakin tingginya kualitas air umpan. Dari
segi ekonomi, proses pengolahan awal terhitung hampir mencapai 30% dari keseluruhan
biaya proses. Penghematan biaya dalam proses pengolahan awal sangat mungkin dilakukan
dengan aplikasi alternatif pengambilan air laut seperti yang dijelaskan sebelumnya. Dengan
bahan baku yang kualitasnya lebih baik saat, proses pengolahan awal akan lebih ringan
sehingga mengurangi konsumsi bahan kimia proses serta mengurangi jumlah peralatan proses
dan pada akhirnya menurunan biaya operasional serta meningkatkan performa dan stabilitas
proses.

Proses Inti
Pada tahapan ini, bahan baku yang telah mengalami pengolahan awal akan mengalami proses
penyisihan garam sehingga menghasilkan air bersih. Berdasarkan teknik pemisahan
garamnya, proses desalinasi dikategorikan menjadi dua: berbasis panas dan berbasis
membran.

Pada proses berbasis panas, bahan baku dikondisikan mendidih pada tekanan rendah sehingga
menghasilkan uap air pada temperatur rendah. Pada proses ini, hanya air saja yang
mengalami penguapan, sehingga setelah pengumpulan dan pengkondensasian uap, akan
dihasilkan air bersih tanpa garam dan pengotor. Multistage flash distillation dan multi effect
distillation adalah contoh teknologi desalinasi dengan berbasis panas.

skema pemisahan air laut berbasis panas darihttp://www.roplant.org


Berbeda halnya pada proses diatas yang menggunakan energi panas untuk pemisahan garam
dari air laut, teknologi membran menggunakan energi tekanan. Membran adalah istilah
umum untuk saringan tipis yang memfasilitasi pemisahan secara selektif hanya bahan-
bahan tertentu yang dapat dilewatkan dan ditahan oleh membran ini. Tipe membran yang
digunakan sangat bergantung pada aplikasi. Khusus untuk desalinasi, digunakan reverse
osmosis (RO) membrane dengan karakter tak berpori yang mampu melakukan pemisahaan
pada level ion, termasuk garam dengang komposisi utama ion natrium dan klorida.
proses pemisahan dengan berbagai tipe membran dari http://www.intechopen.com
Penyaringan dengan membran RO dilakukan dengan cara menekan bahan baku air laut pada
permukaan membran sehingga melewatkan air murni pada sisi produk, sementara menahan
kandungan garam dan pengotor lainnya ke aliran buangan. Produk air yang dihasilkan sangat
murni dengan konsentrasi ion yang sangat rendah.

Pengolahan akhir
Kondisi air murni dengan konsentrasi ion rendah dalam produk desalinasi perlu disesuaikan
agar nyaman saat dikonsumsi dan tidak merusak pipa distribusi. Untuk konsumsi, air murni tidak
berasa, perlu adanya penambahan mineral supaya rasanya sesuai dengan kualitas air minum: rasa
menyegarkan dari air berasal dari kandungan mineral. Kandungan ion yang minimal dapat memicu
proses korosi pada pipa distribusi karena kecenderungan pengikatan ion-ion metal pipa agar
keseimbangan kimia air tercapai. Pada tahapan akhir penambahan mineral dilakukan pada aliran
produk sehingga dihasilkan produk air bersih dengan kualitas air minum.

Proses desalinasi air laut hingga saat ini terus berkembang di seluruh dunia untuk memenuhi
kebutuhan air bersih dan mengentaskan permasalahan krisis air. Kegiatan penelitian sangat intensif
dilakukan dan menyeluruh pada setiap tahapan proses untuk menjadikan proses ini lebih ramah
lingkungan, hemat energi dan murah. Proses ini juga cocok untuk diimplementasikan di Indonesia
yang merupakan negara maritime dengan garis pantai yang panjang. Studi mengenai energi yang
berujung pada kelayakan ekonomi perlu di lakukan lebih lanjut pada implementasi proses ini.

Anda mungkin juga menyukai