PENDAHULUAN
Oseanografi adalah ilmu yang mempejari laut dalam segala aspek dengan penekanan laut
sebagai suatu lingkungan. Oseanografi terbagi lagi menjadi beberapa bidang keilmuan salah
satunya adalah osenografi kimia. Osenografi kimia mempelajari segala sesuatu tentang zat-
zat yang terkandung didalam air laut. Hal-hal yang dipelajari yaitu tentang jenis-jenis zat
yang ada dilaut, asal-usul pembentukannya, proses reaksi yang terjadi dan faktor-faktor yang
menguasai atau mempengaruhi penyebaran zat-zat tersebut baik di samudera dan di dasar
laut. Sumber air terbanyak di bumi ini adalah air laut, namun untuk sampai pada tahap
penggunaan sehari-hari tidak bisa langsung digunakan harus melalui pengolahan terlebih
dahulu, mengingat salinitas air laut sangat tinggi. HYDRO sea water membran dapat
mengubah air laut dengan salinitas tinggi menjadi air tawar untuk penggunaan sehari-hari.
Laut sendiri menurut sejarahnya terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya
bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100C) karena panasnya
bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer bumi dipenuhi oleh
karbon dioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi
yang menghasilkan garam-garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang
ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam
bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu bertipe mamut alias 'luar biasa' tingginya
karena jarak bulan yang begitu dekat dengan bumi. Air laut mengandung 3,5% garam-
garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan
garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik
1
beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak
menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara
signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Pada versi yang lebih
lengkap Salinitas merupakan jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu
kilogram air laut jika semua karbonat dirubah menjadi oksida, semua bromida dan yodium
dirubah menjadi klorida dan semua bahan-bahan organik dioksidasi Kandungan garam pada
sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil (kurang dari 0,005 ppt)
sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Jika lebih dari itu, air
dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 30 ppt dan dikatakan
brine jika kobnsentrasinya lebih dari 50 ppt. Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas
1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka
salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air
lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. Penguapan bisa disebabkan oleh
2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air
laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun
2
3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang
bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya
makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 32-35 ppt.
Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari
air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 300 ppt.
Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam sekitar 3,5 %, air laut juga
berbeda-beda kandungan garamnya. Yang paling tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di
utara Teluk Bothnia, keduanya bagian dari Laut Baltik. Yang paling asin adalah di Laut
Merah, di mana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit
masukan air dari sungai-sungai. Kadar garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi.
Temperatur atau suhu merupakan derajat panas suatu objek yang diakibatkan oleh tumbukan
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air. Yaitu
jumlah gram garam yang terlarut untuk setiap liter larutan. Biasanya dinyatakan dalam satuan
0/00 (parts per thousand). Oleh karena itu, suatu sampel air laut yang seberat 1000 gram yang
Tancung 2007:66).
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam
pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat
ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara
definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau
menjadi Saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.
Distribusi salinitas secara horizontal yaitu semakin kearah lintang tinggi maka salinitas
juga akan bertambah tinggi. Maka dari itulah salinitas di daerah laut tropis (daerah di sekitar
khatulistiwa) lebih rendah daripada salinitas di laut subtropis. Daerah yang memiliki salinitas
paling tinggi berada pada daerah lintang antara 30°LU dan 30°LS kemudian menurun ke arah
lintang tinggi dan khatulistiwa. Di perairan Indonesia yang termasuk iklim tropis, salinitas
meningkat dari arah barat ke timur dengan kisaran antara 30-35 o/oo. Air samudera yang
memiliki salinitas lebih dari 34o/oo ditemukan di Laut Banda dan Laut Arafuru yang diduga
berasal dari Samudera Pasifik (Wyrtki,1961). Sebaran salinitas secara horizontal tersebut
terjadi karena faktor-faktor utama yang telah disebutkan di atas, yaitu run off, presipitasi,
evaporasi dan pola sirkulasi air namun selain itu ada beberapa faktor lainnya yang ternyata
mempengaruhi distribusi secara horizontal yaitu angin dan topografi. Presipitasi di daerah
tropis lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya maka terjadi pengenceran air laut yang
4
menyebabkan rendahnya salinitas di daerah tropis. Di Indonesia system angin munson sangat
berpengaruh terhadap sebaran salinitas baik secara vertical dan horizontal. Secara horizontal
dikarenakan angin munson mempengaruhi arus untuk bergerak dan arus akan membawa
massa air. Angin munson akan menyebabkan terjadinya musim hujan dan musim panas.
Perubahan musim inilah yang menyebabkan variasi tahunan salinitas perairan seperti
terjadinya perubahan sirkulasi massa air yang bersalinitas tinggi dengan massa air
karena terkait dengan ada tidaknya limpasan air tawar yang berasal dari sungai menuju
muara. Akibatnya adanya limpasan (run off) maka akan terjadi pengadukan yang berdampak
pada pengenceran.
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air,
penguapan, curah hujan, aliran sungai. Perairan estuaria atau daerah sekitar kuala dapat
mempunyai struktur salinitas yang kompleks, karena selain merupakan pertemuan antara air
tawar yang relatif lebih ringan dan air laut yang lebih berat, juga pengadukan air sangat
menentukan. Pertama adalah perairan dengan stratifikasi salinitas yang sangat kuat, terjadi di
mana air tawar merupakan lapisan yang tipis di permukaan sedangkan di bawahnya terdapat
air laut. Ini bisa ditemukan di depan muara sungai yang alirannya kuat sedangkan pengaruh
pasang-surut kecil. Nelayan atau pelaut di pantai Sumatra yang dalam keadaan darurat
kehabisan air tawar kadang-kadang masih dapat menyiduk air tawar di lapisan tipis teratas
dengan menggunakan piring, bila berada di depan muara sungai besar. Kedua, adalah
perairan dengan stratifikasi sedang. Ini terjadi karena adanya gerak pasang-surut yang
menyebabkan terjadinya pengadukan pada kolom air hingga terjadi pertukaran air secara
vertikal. Di permukaan, air cenderung mengalir keluar sedangkan air laut merayap masuk
dari bawah. Antara keduanya terjadi percampuran. Akibatnya garis isohalin (=garis yang
menghubungkan salinitas yang sama) mempunyai arah yang condong ke luar. Keadaan
5
semacam ini juaga bisa dijumpai di beberapa perairan estuaria di Sumatra. Di perairan lepas
pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan di lapisan atas hingga
membentuk lapisan homogen kira-kira setebal 50-70 m atau lebih bergantung intensitas
pengadukan. Di perairan dangkal, lapisan homogen ini berlanjut sampai ke dasar. Di lapisan
dengan salinitas homogen, suhu juga biasanya homogen. Baru di bawahnya terdapat lapisan
pegat (discontinuity layer) dengan gradasi densitas yang tajam yang menghambat
percampuran antara lapisan di atas dan di bawahnya. Di bawah lapisan homogen, sebaran
salinitas tidak banyak lagi ditentukan oleh angin tetapi oleh pola sirkulasi massa air di lapisan
massa air di lapisan dalam. Gerakan massa air ini bisa ditelusuri antara lain dengan mengakji
sifat-sifat sebaran salinitas maksimum dan salinitas minimum dengan metode inti (core layer
method). Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga mendekati
kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara tetap (monotonik) terhadap kedalaman. Di
daerah subtropis (atau semi tropis, yaitu daerah antara 23,5 o– 40o LU atau 23,5o – 40o LS),
(penguapan). Di kedalaman sekitar 500 sampai 1000 meter harga salinitasnya rendah dan
kembali bertambah secara monotonik terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis
(curah hujan).
menegak salinitas dibagi menjadi 3 lapisan yaitu lapisan tercampur dengan ketebalan antara
50-100 m dimana salinitas hampir homogen , lapisan haloklin yaitu lapisan dengan
tersebut dengan tegas memberikan nilai salinitas minimum. Angin sangat menentukan
penyebaran salinitas secara vertical. Di Indonesia, Sistem angin muson berpengaruh bagi
sebaran salinitas perairan secara vertikan maupun horizontal. Angin menyebabkan arus yang
6
membawa massa air seperti arus yang bersalinitas tinggi dari Lautan Pasifik yang masuk
melalui Laut Halmahera dan Selat Torres. Di Laut Flores, salinitas perairan rendah pada
Musim Barat sebagai akibat dari pengaruh masuknya massa air Laut Jawa, sedangkan pada
Musim Timur, tingginya salinitas dari Laut Banda yang masuk ke Laut Flores mengakibatkan
meningkatnya salinitas Laut Flores. Laut Jawa memiliki massa air dengan salinitas rendah
yang diakibatkan oleh adanya run-off dari sungai-sungai besar di P. Sumatra, P. Kalimantan,
dan P. Jawa Faktor selain angin adalah pengadukan. Pengadukan dalam lapisan permukaan
massa air dengan tingkat salinitas tinggi di lapisan dalam dan mengakibatkan naiknya tingkat
horisontal sesuai garis lintang dan secara vertikal sesuai kedalaman. Temperatur juga penting
dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Seperti kita ketahui bersama
dipengaruhi oleh temperatur masa air di sekitarnya. Secara umum terdapat empat zona
beriklim sedang-dingin Temperatur di laut mengalami penurunan drastis pada kedalaman 50-
300 m (zona termoklin). Lapisan termoklin terjadi sepanjang tahun di perairan tropik, di
daerah beriklim sedang terjadi pada musim panas dan di kutub tidak ada. Temperatur juga
berpengaruh terhadap kerapatan air laut. Air laut yang hangat kerapatannya lebih rendah dari
air yang dingin pada salinitas yang sama. Temperatur suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi
matahari, posisi matahari, letak geografis, musim, kondisi awan serta proses interaksi antara
air dan udara. Rata-rata radiasi matahari yang mencapai bumi dan menembus atmosfir hanya
sekitar 70%. Sebesar 30% lainnya dikembalikan ke angkasa oleh awan dan partikel debu.
Dari sekitar 70% yang ada, sebanyak 17% diserap atmosfer, 23 sampai ke atmosfer sebagai
7
difusi cahaya siang hari dan 30% sampai ke permukaan bumi sebagai sinar matahari
langsung.
terutama tergantung pada sudut dimana sinar matahari mengenai permukaan. Distribusi
temperatur di permukaan bumi bervariasi terhadap lintang dan musim karena sumbu bumi
mengikuti orbitnya mengitari matahari. Temperatur permukaan laut tergantung pada insolasi
dan penentuan jumlah panas yang kembali diradiasikan ke atmosfer. Temperatur rata-rata
laut adalah 3,8oC, namun pada daerah ekuator temperatur rata-rata lebih rendah dari 4,9 o C.
Pada lapisan perairan dimana terjadi perubahan suhu secara drastis pada kedalaman perairan,
dengan temperatur 8-15o C disebut sebagai lapisan termoklin. Pada daerah tropis, lapisan
termoklin terjadi pada kedalaman 150-400 meter, sedangkan pada daerah subtropis, lapisan
ini terjadi pada kdalaman 400 – 1000 meter. Panas juga ditransfer di sepanjang permukaan
laut melaui konduksi dan konveksi serta pengaruh penguapan. Jika permukaan laut lebih
panas dari udara di atasnya maka panas dapat ditransfer dari laut ke udara. Panas yang hilang
dari laut ke udara di atasnya terjadi melalui proses konduksi. Namun demikian, kehilangan
panas tersebut tidak penting untuk total panas lautan dan pengaruhnya dapat diabaikan
kecuali untuk percampuran konvektif oleh angin yang memindahkan udara hangat dari
permukaan laut. Penguapan (transfer air ke atmosfer sebagai uap air) yaitu mekanisme utama
dimana laut kehilangan panasnya sekitar beberapa magnitude dibandingkan yang hilang
melalui konduksi dan percampuran konvektif. Laju kehilangan panas dalam proses
penguapan merupakan perkalian antara panas laten penguapan dan laju penguapan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada penyebaran salinitas yang kita ketahui air laut mengandung garam. Garam tersebut
terdiri dari zat-zat terlarut yang dibagi dalam 4 kelompok yaitu : elemen mayor, gas terlarut,
elemen minor dan trance elemen. Selain zat-zat terlarut di atas, air laut juga mengandung
butiran-butiran halus dalam suspensi. Sebagian zat ini akan terlarut dan sebagian lagi akan
mengendap ke dasar laut dan sisanya diuraikan oleh bakteri laut. Semua zat-zat terlarut inilah
yang menyebabkan rasa asin pada air laut. Pada distribusi salinitas juga di pengaruhi oleh
beberapa factor utama yaitu pla sirkulasi air, penguapan (evaporasi), curah hujan (presipitasi)
9
DAFTAR PUSTAKA
Press,Jakarta.
DADANG, K.M.; SOENARYO dan M. ALI 1982. Pendahuluan Oseanografi. Diktat Kuliah
10