PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup biota laut.
2. Untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup biota air
tawar.
3. Untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup biota air
payau.
1
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengaruh salinitas air laut terhadap kelangsungan hidup
biota laut.
2. Dapat mengetahui pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup biota air
tawar.
3. Dapat mengetahui pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup biota air
payau.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat garam yang terlarut dalam 1 liter
air, biasanya dinyatakan dalam satuan 0/00 (per mil, gram perliter). Di perairan
samudera, salinitas berkisar antara 340/00 – 350/00. Tidak semua organisme laut
dapat hidup di air dengan konsentrasi garam yang berbeda. Secara mendasar, ada 2
kelompok organisme laut, yaitu organisme euryhaline, yang toleran terhadap
perubahan salinitas, dan organisme stenohaline, yang memerlukan konsentrasi garam
yang konstan dan tidak berubah. Kelompok pertama misalnya adalah ikan yang
bermigrasi seperti salmon, eel, lain-lain yang beradaptasi sekaligus terhadap air laut
dan air tawar. Sedangkan kelompok kedua, seperti udang laut yang tidak dapat
bertahan hidup pada perubahan salinitas yang ekstrim. (Reddy, 1993).
Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi
proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara
lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai
konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup. (Andrianto, 2005).
3
Penguapan.
curah hujan, dan
aliran air sungai.
Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan
lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai kedalaman 50-70 meter atau
lebih tergantung dari intensitas pengadukan. Di lapisan dengan salinitas homogen
suhu juga biasanya homogen, baru di bawahnya terdapat lapisan pegat dengan
degradasi densitas yang besar yang menghambat pencampuran antara lapisan atas
dengan lapisan bawah (Nontji, 1993).
Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas :
Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka
salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan
air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka
salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah
hujan yang turun salinitas akan tinggi.
Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak
sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan
rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut
maka salinitasnya akan tinggi.
Para Ahli Oseanografi membagi pola salinitas dalam arah vertikal menjadi
empat lapisan :
4
dapat terjadi di daerah kutub, walaupun pada kenyataannya sekitar 75 % air laut
mempunyai salinitas antara 34,5 ‰ - 35,0 ‰. Contoh nilai salinitas rata-rata
untuk beberapa tempat :
– Atlantik : 34,90 ‰.
– Pasifik : 34,62 ‰.
– Indonesia : 34,76 ‰.
Distribusi salinitas permukaan juga cenderung zonal. Air laut bersalinitas lebih
tinggi terdapat di daerah lintang tengah dimana evaporasi tinggi. Air laut lebih
tawar terdapat di dekat ekuator dimana air hujan mentawarkan air asin di
permukaan laut, sedangkan pada daerah lintang tinggi terdapat es yang mencair
akan menawarkan salinitas air permukaannya. Di perairan lepas pantai yang
dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan di lapisan atas hingga
membentuk lapisan homogen kira-kira setebal 50-70 m atau lebih bergantung
intensitas pengadukan. Di perairan dangkal, lapisan homogen ini berlanjut sampai
ke dasar. Di lapisan dengan salinitas homogen, suhu juga biasanya homogen. Baru
di bawahnya terdapat lapisan pegat (discontinuity layer) dengan gradasi densitas
yang tajam yang menghambat percampuran antara lapisan di atas dan di
bawahnya. Di bawah lapisan homogen, sebaran salinitas tidak banyak lagi
ditentukan oleh angin tetapi oleh pola sirkulasi massa air di lapisan massa air di
lapisan dalam. Gerakan massa air ini bisa ditelusuri antara lain dengan mengakji
sifat-sifat sebaran salinitas maksimum dan salinitas minimum dengan metode inti
(core layer method). Volume air dan konsentrasi dalam fluida internal tubuh ikan
dipengaruhi oleh konsentrasi garam pada lingkungan lautnya. Untuk beradaptasi
pada keadaan ini ikan melakukan proses osmoregulasi, organ yang berperan
dalam proses ini adalah insang dan ginjal. Osmoregulasi memerlukan energi yang
jumlahnya tergantung pada perbedaan konsentrasi garam yang ada antara
lingkungan eksternal dan fluida dalam tubuh ikan. Toleransi dan preferensi
salinitas dari organisme laut bervariasi tergantung tahap kehidupannya, yaitu telur,
larva, juvenil, dan dewasa. Salinitas merupakan faktor penting yang
mempengaruhi keberhasilan reproduksi pada beberapa ikan dan distribusi
berbagai stadia hidup. (Reddy, 1993).
2.4 Pengukuran Salinitas
Cara yang biasa digunakan untuk menentukan salinitas adalah dengan
menghitung jumlah total klor yang ada dalam satu sampel ( chlorinitas ). Dari hasil
5
pengukuran ini kita kemudian dapat menentukan besarnya salinitas. Rumus yang
dipergunakan adalah salinitas sama dengan khlorinitas ( Hutabarat, 1984 ). Salinitas
dapat diukur dengan menggunakan alat pengukur salinitas yaitu Refraktometer dan
Salinometer.
a. Pengukuran salinitas dengan menggunakan Refraktometer
- Tetesi refraktometer dengan aquades.
- Bersihkan Refraktometer yang telah ditetesi aquades dengan tissue.
- Teteskan air sampel yang ingin diukur kadar salinitasnya.
- Lihat ditempat yang bercahaya dan amati hasilnya.
- Bilas kaca prisma dengan aquades, usap dengan tissue dan simpan
refraktometer di tempat kering.
Refraktometer adalah pengukur kadar garam (salinity) berdasarkan prinsip
pembiasan cahaya oleh kaca prisma, karena memanfaatkan cahaya maka alat ini harus
dipakai ditempat yang mendapatkan banyak cahaya atau lebih baik digunakan
dibawah sinar matahari jadi stelah pengambilan sampel air laut langsung
menghitungnya dengan alat ini. Selain mengukur salinitas bisa juga untuk pengukuran
indeks bias.
b. Pengukuran salinitas dengan menggunakan Salinometer
- Ambil gelas ukur yang panjang, isi dengan air sampel yang akan
diukur salinitasnya.
- Salinitas akan terbaca pada skalanya.
Salinometer adalah alat untuk mengukur salinitas dengan cara mengukur
kepadatan dari air yang akan dihitung salinitasnya. Bekerjanya berdasarkan daya
hantar listrik,semakin besar salinitas semakin Besar pula daya hantar listriknya. Alat
ini digunakan di laboratorium, berbeda dengan refraktometer yang biasa digunakan di
lapangan atau outdoor.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
3.2 Pengaruh Salinitas terhadap Kelangsungan Hidup Biota Air Tawar
Jurnal 3 : Pengaruh Salinitas terhadap Perkembangan Parasit Pada Benih
Ikan Gurami, Osphronemus goramy.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh salinitas selama
masa penanganan di Instalasi Karantina Ikan terhadap perkembangan populasi
parasit pada benih ikan gurami, mengetahui pengaruh lamanya waktu
perendaman dengan garam terhadap perkembangan populasi parasit pada benih
gurami dan mengetahui pengaruh perkembangan parasit terhadap kelulushidupan
gurami.
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil perlakuan perendaman dengan salinitas
2, 4, 6 g/l dapat menghambat perkembangan parasit Trichodina sp., Oodinium sp.
Dan Ichthyopthirius sp. Pada benih gurami. Lama waktu perlakuan berpengaruh
terhadap perkembangan parasit. Penurunan intensitas parasit dapat meningkatkan
kelulushidupan benih gurami.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Dalam kegiatan budidaya, baik budidaya air payau, air tawar maupun air laut
sebaiknya mengenali karakteristik hewan yang dibudidayakan karena samgat
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup meliputi pertumbuhan dan
perkembangan hewan budidaya terutama menyangkut penentuan habitat dan
kualitas air yang berhuibungan dengan salinitas.