Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada
setiap kilogram air laut. Salinitas merupakan parameter yang digunakan dalam
kajian oseanografi. Salinitas juga sangat membantu dalam mempelajari gerak
masssa air, hal ini berhubungan dengan pencampuran. Konsentrasi garam terlarut
dalam air laut sebagian besar berupa ion klorida, natrium, sulfat, magnesium,
kalsium, kalium, bikarbonat, bromida, borat, stronsium dan florida. Dimana
semuanya memiliki komposisi dilautan yang relatif tetap.
Lingkungan hidup biota perairan berada di dalam air, sehingga untuk
membudidayakan biota air juga dilakukan di dalam air. Prinsipnya, semua
lingkungan perairan yang didalamnya terdapat kehidupan biota air dapat
digunakan untuk budidaya biota air tertentu. Akan tetapi, parameter kualitas air
merupakan faktor pembatas terhadap jenis biota air yang dibudidayakan di suatu
perairan. Oleh karena itu, agar dapat tumbuh secara optimal, biota yang
dibudidayakan membutuhkan lingkungan hidup yang optimal pula. Para
pembudidaya harus mengetahui pengaruh kualitas air, khususnya faktor kimia air,
terhadap biota yang dibudidayakan. Salah satu parameter kimia air yang perlu
diketahui diantaranya adalah salinitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh salinitas air laut terhadap kelangsungan hidup biota
laut ?
2. Bagaimana pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup biota air tawar ?
3. Bagaimana pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup biota air payau ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup biota laut.
2. Untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup biota air
tawar.
3. Untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup biota air
payau.

1
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengaruh salinitas air laut terhadap kelangsungan hidup
biota laut.
2. Dapat mengetahui pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup biota air
tawar.
3. Dapat mengetahui pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup biota air
payau.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Salinitas

Salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat garam yang terlarut dalam 1 liter
air, biasanya dinyatakan dalam satuan 0/00 (per mil, gram perliter). Di perairan
samudera, salinitas berkisar antara 340/00 – 350/00. Tidak semua organisme laut
dapat hidup di air dengan konsentrasi garam yang berbeda. Secara mendasar, ada 2
kelompok organisme laut, yaitu organisme euryhaline, yang toleran terhadap
perubahan salinitas, dan organisme stenohaline, yang memerlukan konsentrasi garam
yang konstan dan tidak berubah. Kelompok pertama misalnya adalah ikan yang
bermigrasi seperti salmon, eel, lain-lain yang beradaptasi sekaligus terhadap air laut
dan air tawar. Sedangkan kelompok kedua, seperti udang laut yang tidak dapat
bertahan hidup pada perubahan salinitas yang ekstrim. (Reddy, 1993).
Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi
proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara
lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai
konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup. (Andrianto, 2005).

2.2 Peranan Salinitas di Bidang Perikanan


Keanekaragaman salinitas dalam air laut akan mempengaruhi jasad-jasad
aquatik melalui pengendalian berat jenis dan keanekaragaman tekanan osmotik. Pada
udang putih pengaruh osmoregulasi, salinitas yang tinggi juga bisa menyebabkan
udang sulit berganti kulit karena kulit udang cenderung keras.
Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan
kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis salinitas
berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut.

2.3 Sebaran Salinitas di Laut


Menurut Nontji (1993) sebaran salinitas air laut dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
 pola sirkulasi air.

3
 Penguapan.
 curah hujan, dan
 aliran air sungai.
Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan
lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai kedalaman 50-70 meter atau
lebih tergantung dari intensitas pengadukan. Di lapisan dengan salinitas homogen
suhu juga biasanya homogen, baru di bawahnya terdapat lapisan pegat dengan
degradasi densitas yang besar yang menghambat pencampuran antara lapisan atas
dengan lapisan bawah (Nontji, 1993).
Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas :
 Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka
salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan
air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
 Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka
salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah
hujan yang turun salinitas akan tinggi.
 Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak
sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan
rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut
maka salinitasnya akan tinggi.
Para Ahli Oseanografi membagi pola salinitas dalam arah vertikal menjadi
empat lapisan :

1. Well-mixed surface zone, dengan ketebalan 50 - 100 m (salinitas


seragam).
2. Halocline, zona dimana salinitas berubah dengan cepat sesuai dengan
bertambahnya kedalaman.
3. Zona di bawah Halocline sampai ke dasar laut, dengan salinitas yang
relatif homogen.
4. Zona Berkala (Occasional Zone), pada kedalaman 600 - 1000 m, dimana
terdapat nilai salinitas minimum.
Salinitas air laut di seluruh wilayah perairan di dunia berkisar antara 33 - 37‰
dengan nilai median 34,7 ‰, namun di Laut Merah dapat mencapai 40 ‰.
Salinitas air laut tertinggi terjadi di sekitar wilayah ekuator, sedangkan terendah

4
dapat terjadi di daerah kutub, walaupun pada kenyataannya sekitar 75 % air laut
mempunyai salinitas antara 34,5 ‰ - 35,0 ‰. Contoh nilai salinitas rata-rata
untuk beberapa tempat :
– Atlantik : 34,90 ‰.
– Pasifik : 34,62 ‰.
– Indonesia : 34,76 ‰.
Distribusi salinitas permukaan juga cenderung zonal. Air laut bersalinitas lebih
tinggi terdapat di daerah lintang tengah dimana evaporasi tinggi. Air laut lebih
tawar terdapat di dekat ekuator dimana air hujan mentawarkan air asin di
permukaan laut, sedangkan pada daerah lintang tinggi terdapat es yang mencair
akan menawarkan salinitas air permukaannya. Di perairan lepas pantai yang
dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan di lapisan atas hingga
membentuk lapisan homogen kira-kira setebal 50-70 m atau lebih bergantung
intensitas pengadukan. Di perairan dangkal, lapisan homogen ini berlanjut sampai
ke dasar. Di lapisan dengan salinitas homogen, suhu juga biasanya homogen. Baru
di bawahnya terdapat lapisan pegat (discontinuity layer) dengan gradasi densitas
yang tajam yang menghambat percampuran antara lapisan di atas dan di
bawahnya. Di bawah lapisan homogen, sebaran salinitas tidak banyak lagi
ditentukan oleh angin tetapi oleh pola sirkulasi massa air di lapisan massa air di
lapisan dalam. Gerakan massa air ini bisa ditelusuri antara lain dengan mengakji
sifat-sifat sebaran salinitas maksimum dan salinitas minimum dengan metode inti
(core layer method). Volume air dan konsentrasi dalam fluida internal tubuh ikan
dipengaruhi oleh konsentrasi garam pada lingkungan lautnya. Untuk beradaptasi
pada keadaan ini ikan melakukan proses osmoregulasi, organ yang berperan
dalam proses ini adalah insang dan ginjal. Osmoregulasi memerlukan energi yang
jumlahnya tergantung pada perbedaan konsentrasi garam yang ada antara
lingkungan eksternal dan fluida dalam tubuh ikan. Toleransi dan preferensi
salinitas dari organisme laut bervariasi tergantung tahap kehidupannya, yaitu telur,
larva, juvenil, dan dewasa. Salinitas merupakan faktor penting yang
mempengaruhi keberhasilan reproduksi pada beberapa ikan dan distribusi
berbagai stadia hidup. (Reddy, 1993).
2.4 Pengukuran Salinitas
Cara yang biasa digunakan untuk menentukan salinitas adalah dengan
menghitung jumlah total klor yang ada dalam satu sampel ( chlorinitas ). Dari  hasil

5
pengukuran ini kita kemudian dapat menentukan besarnya salinitas. Rumus yang
dipergunakan adalah salinitas sama dengan khlorinitas ( Hutabarat, 1984 ). Salinitas
dapat diukur dengan menggunakan alat pengukur salinitas yaitu Refraktometer dan
Salinometer.
a. Pengukuran salinitas dengan menggunakan Refraktometer
- Tetesi refraktometer dengan aquades.
- Bersihkan Refraktometer yang telah ditetesi aquades dengan tissue.
- Teteskan air sampel yang ingin diukur kadar salinitasnya.
- Lihat ditempat yang bercahaya dan amati hasilnya.
- Bilas kaca prisma dengan aquades, usap dengan tissue dan simpan
refraktometer di tempat kering.
Refraktometer adalah pengukur kadar garam (salinity) berdasarkan prinsip
pembiasan cahaya oleh kaca prisma, karena memanfaatkan cahaya maka alat ini harus
dipakai ditempat yang mendapatkan banyak cahaya atau lebih baik digunakan
dibawah sinar matahari jadi stelah pengambilan sampel air laut langsung
menghitungnya dengan alat ini. Selain mengukur salinitas bisa juga untuk pengukuran
indeks bias.
b. Pengukuran salinitas dengan menggunakan Salinometer
- Ambil gelas ukur yang panjang, isi dengan air sampel yang akan
diukur salinitasnya.
- Salinitas akan terbaca pada skalanya.
Salinometer adalah alat untuk mengukur salinitas dengan cara mengukur
kepadatan dari air yang akan dihitung salinitasnya. Bekerjanya berdasarkan daya
hantar listrik,semakin besar salinitas semakin Besar pula daya hantar listriknya. Alat
ini digunakan di laboratorium, berbeda dengan refraktometer yang biasa digunakan di
lapangan atau outdoor.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Salinitas terhadap Kelangsungan Hidup Biota Laut


Jurnal 1 : Pengaruh Suhu dan Salinitas Terhadap Respon Fisiologi Larva
Tiram Mutiara Pinctada maxima (Jameson)
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mendapatkan informasi tentang
pemakaian energi untuk metabolisme pada tingkat suhu dan salinitas berbeda,
serta dapat diketahui tingkat suhu dan salinitas optimum, sehingga dapat
diperoleh sintasan dan pertumbuhan yang tinggi.
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil suhu dan salinitas optimum untuk larva
P. maxima adalah 28 ºC dan 32 – 34 ‰. Pembelanjaan energi untuk metabolisme
rutin tertinggi terdapat pada perlakuan suhu 28 ºC, salinitas 34 ‰ (BF) dan tidak
berbeda nyata dengan suhu 28 ºC, salinitas 32 ‰ (BE). Pengaruh suhu (81,58 %)
terhadap pembelanjaan energi untuk metabolisme rutin lebih besar jika dibanding
salinitas (49,78 %). Pembelanjaan energi untuk metabolisme rutin menurun
seiring dengan meningkatnya berat badan larva. Sintasan tertinggi terjadi pada
perlakuan BF dan tidak berbeda nyata. Waktu pencapaian stadia akhir larva
(plantigrade) tercepat terjadi pada perlakuan suhu 28 ºC, salinitas 34 ‰ (BF,
18,93 hari) dan tidak berbeda nyata lebih kecil dari suhu 28 ºC dan salinitas 32
‰. (BE, 19,55 hari).

Jurnal 2 : Pengaruh Salinitas terhadap Kandungan Protein dan


Pertumbuhan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan protein dan
pertumbuhan Ikan Bawal Bintang yang diberi perlakuan salinitas yang berbeda
dalam rangka diversifikasi spesies perikanan budidaya air payau.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kandungan protein dan pertumbuhan Ikan Bawal Bintang yang dipelihara pada
salinitas yang berbeda selama 28 hari tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
dalam taraf kepercayaan 95%. Kandungan protein ikan tertinggi adalah sebesar
62,49% pada salinitas 14‰, sedangkan nilai pertambahan panjang harian dan
berat spesifik tebesar adalah sebesar 1,84 mm per hari dan 10,59% per hari pada
salinitas 24‰.

7
3.2 Pengaruh Salinitas terhadap Kelangsungan Hidup Biota Air Tawar
Jurnal 3 : Pengaruh Salinitas terhadap Perkembangan Parasit Pada Benih
Ikan Gurami, Osphronemus goramy.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh salinitas selama
masa penanganan di Instalasi Karantina Ikan terhadap perkembangan populasi
parasit pada benih ikan gurami, mengetahui pengaruh lamanya waktu
perendaman dengan garam terhadap perkembangan populasi parasit pada benih
gurami dan mengetahui pengaruh perkembangan parasit terhadap kelulushidupan
gurami.
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil perlakuan perendaman dengan salinitas
2, 4, 6 g/l dapat menghambat perkembangan parasit Trichodina sp., Oodinium sp.
Dan Ichthyopthirius sp. Pada benih gurami. Lama waktu perlakuan berpengaruh
terhadap perkembangan parasit. Penurunan intensitas parasit dapat meningkatkan
kelulushidupan benih gurami.

3.3 Pengaruh Salinitas terhadap Kelangsungan Hidup Biota Air Payau


Jurnal 4 : Pengaruh salinitas dan daya apung terhadap daya tetas telur
ikan bandeng, Chanos-chanos.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui salinitas media penetasan dan
daya apung terhadap daya tetas telur ikan bandeng. Berdasarkan hasil
pengamatan dan analisis data yang didapatkan selama penelitian dapat
disimpulkan bahwa daya tetas telur yang mengapung lebih tinggi daripada telur
yang tenggelam dan melayang pada semua tingkat salinitas yang diuji, namun
telur yang tenggelam masih memiliki peluang untuk menetas. Daya tetas juga
meningkat seiring dengan peningkatan salinitas.

8
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari ke empat jurnal dapat ditarik kesimpulan


bahwa salinitas merupakan salah satu parameter pengukuran kualitas air yang
perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya karena sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup hewan budidaya. Setiap jenis ikan atau hewan budidaya
memilki salinitas optimum yang berbeda-beda tergantung habitat masing-masing.
Salinitas optimum pada air tawar dan air payau berbeda dengan air laut karena
salinitas air laut lebih tinggi dibandingkan perairan tawar dan payau. Selain itu
peningkatan salinitas dapat meningkatkan daya tetas telur ikan bandeng (Chanos
chanos) dan bermanfaat dalam mengontrol atau menghambat perkembangan
parasit pada benih ikan gurami.

4.2 Saran

Dalam kegiatan budidaya, baik budidaya air payau, air tawar maupun air laut
sebaiknya mengenali karakteristik hewan yang dibudidayakan karena samgat
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup meliputi pertumbuhan dan
perkembangan hewan budidaya terutama menyangkut penentuan habitat dan
kualitas air yang berhuibungan dengan salinitas.

Anda mungkin juga menyukai