Anda di halaman 1dari 16

Proposal Kegiatan Kunjungan BMKG

Analisis Pola Persebaran Salinitas dan Temperatur


Perairan Selat Madura dalam Upaya Meningkatkan
Potensi Sumber Daya Laut di Pantai Kenjeran

Oleh:

1. Lilik Ayumniyya (16030184037)


2. Dyah Setyowati (16030184047)
3. Julinasari (16030184062)
4. M. Iqbal Maulana S (16030184065)
5. Laily Riska Dewi (16030184066)
6. Wahyu Inda Safitri (16030184090)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber air terbanyak di bumi ini adalah air laut, namun untuk sampai pada tahap
penggunaan sehari-hari tidak bisa langsung digunakan harus melalui pengolahan terlebih
dahulu, mengingat salinitas air laut sangat tinggi. Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar
garam terlarut dalam air. Pada versi yang lebih lengkap Salinitas merupakan jumlah total
dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut. Air laut mengandung 3,5%
garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut.
Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas,
kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum). Beberapa
sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua
sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik
(konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium
(31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari
1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama
garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi
lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam. Salinitas pada air laut berbeda-
beda, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat salinitias air laut misalnya tingkat penguapan,
tingkat curah hujan, dan banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pola persebaran salinitas dan suhu
khususnya di perairan Selat Madura.
Kawasan pesisir dan laut memiliki potensi sumber daya hayati dan nonhayati yang
penting bagi kehidupan manusia, termasuk dipantai kenjeran Surabaya. Di pantai kenjeran
terdapat banyak potensi sumber daya laut yang bisa dikembangkan, misalnya potensi
perikananya. Selain itu masih banyak potensi sumber daya laut yang belum dikembangkan
oleh masyarakat sekitar. Dalam penelitian ini diharapkan bisa mengembangkan potensi
sumber daya laut setelah mengetahui tngkat salinitas dan temperatur pada selat Madura.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola persebaran salinitas dan temperatur di perairan selat Madura?
2. Bagaimana pengaruh salinitas dan temperatur periran selat Madura terhadap potensi
sumber daya laut di wilayah pantai Kenjeran?

C. Tujuan
1. Mengetahui pola persebaran salinitas dan temperatur di perairan selat Madura
2. Mengetahui pengaruh salinitas dan temperatur periran selat Madura terhadap
potensi sumber daya laut di wilayah pantai Kenjeran?
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Salinitas
1. Pengertian Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Pada
versi yang lebih lengkap Salinitas merupakan jumlah total dalam gram bahan-bahan
terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat dirubah menjadi oksida,
semua bromida dan yodium dirubah menjadi klorida dan semua bahan-bahan organik
dioksidasi Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air
alami sangat kecil (kurang dari 0,005 ppt) sehingga air di tempat ini dikategorikan
sebagai air tawar. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi
saline bila konsentrasinya 30 ppt dan dikatakan brine jika kobnsentrasinya lebih dari
50 ppt.
2. Faktor- factor yang mempengaruhi salinitas
1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka
salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan
air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. Penguapan bisa
disebabkan oleh panas dari sinar matahari atau oleh pergerakan angin.
2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka
salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan
yang turun salinitas akan tinggi.
3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak
sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah,
dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka
salinitasnya akan tinggi. Air laut secara alami merupakan air saline dengan
kandungan garam sekitar 32-35 ppt. Beberapa danau garam di daratan dan
beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya.
Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 300 ppt. Walaupun
kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam sekitar 3,5 %, air laut juga
berbeda-beda kandungan garamnya. Yang paling tawar adalah di timur Teluk
Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, keduanya bagian dari Laut Baltik. Yang
paling asin adalah di Laut Merah, di mana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas
membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-sungai. Kadar
garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi.
Air laut tersusun dari berbagi bahan terlarut, yang berasal dari bahan
organic Maupun anorganik. Garam-garam utama (mayor element) yang
terdapat dalam air laut adalah klorida (18,980 gr), natrium (10,556), sulfat
(2,649 gr), magnesium (1,272 %), kalsium (0,400 gr), kalium (0,380 gr) dan
bikarbonat (0,140 gr), Sisanya termasuk minor element (Brom, Silika, Flour,
Strontium, Boron) dan trace element (Merkuri, Emas, Nitrogen, Phosfor, dll).
Tiga sumber utama dari garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di
darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal
vents) di laut dalam. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air
laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana
densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya.
Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara
signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam
di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan
osmosis. Kandungan garam mempunyai pengaruh pada sifat-sifat air laut.
Karena mengandung garam, titik beku air laut menjadi lebih rendah daripada
0o C (air laut yang bersalinitas 35 ppt titik bekunya -1,9o C), sementara
kerapatannya meningkat sampai titik beku (kerapatan maksimum air murni
terjadi pada suhu 4o C). Sifat ini sangat penting sebagai penggerak pertukaran
massa air panas dan dingin, memungkinkan air permukaan yang dingin
terbentuk dan tenggelam ke dasar sementara air dengan suhu yang lebih hangat
akan terangkat ke atas. Sedangkan titik beku dibawah 00 C memungkinkan
kolom air laut tidak membeku.
3. Cara menentukan salinitas
Ada dua cara menentukan salinitas air yaitu dengan menentukan Total
Disolved Salt (TDS) dan Electric Conductivity (EC). Pengukuran TDS amat sulit
dilakukan dilapangan, sedangkan pengukuran EC sangat sederhana, cepat dan sangat
berguna di lapangan (Anderson,1999). Hasil pengukuran menggunakan EC
dinyatakan dalam μS/cm (mikromhos/cm). Hasil pengukuran dalam μS/cm dapat
dikonversikan ke mg/l dengan menggunakan grafik yang disajikan oleh Hansen dkk
(1992). Global Positioning system (GPS) adalah suatu sistim yang dipergunakan
untuk menentukan posisi dipermukaan bumi menggunakan satelit navigasi. Ada 24
satelit navigasi yang ditempatkan di luar angkasa, 4 sampai 10 satelit navigasi yang
akan selalu dapat diamati dari manapun pada satu lokasi dipermukaan bumi
(Poerbandono, 2005) Aplikasi sistim ini telah banyak dipergunakan secara luas pada
bidang militer dan sipil untuk menentukan posisi suatu objek.
4. Hubungan salinitas dengan temperature
Semakin Tinggi Suhu Maka Salinitas Akan Meningkat Seiring Peningkatan
Kenaikan Suhu. Perubahan pada suhu dan salinitas akan menaikan atau mengurangi
densitas air laut di lapisan permukaan sehingga memicu terjadinya konveksi
kelapisan bawah menurut Robert.
Konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut. Konsentrasi
garam-garam dalam air laut jumlahnya relative sama Beberapa jenis ikan memiliki
kisaran toleransi salinitas yang luas seperti (bandeng, kakap, nila, mujair) :
 Pengubahansalinitas air
 Penggantian air
 Penambahan air tawar

Peningkatan salinitas di pengaruhi oleh :


 suhu
 intensitascahaya yang masuk
 kedalaman
Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan adalah
 Penyerapan panas (heat flux)
 curah hujan (presipitation)
 aliran sungai (flux)
 pola sirkulasi arus

Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan
lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai kira-kira setebal 50-70 meter
atau lebih tergantung dari intensitas pengadukan. Lapisan dengan salinitas homogen,
maka suhu juga biasanya homogen, selanjutnya pada lapisan bawah terdapat lapisan
pekat dengan degradasi densitas yang besar yang menghambat pencampuran antara
lapisan atas dengan lapisan bawah (Nontji, 2007).

Salinitas permukaan air laut sangat erat kaitannya dengan proses penguapan
dimana garam-garam akan mengendap atau terkonsentrasi. Daerah-daerah yang
mengalami penguapan yang cukup tinggi akan mengakibatkan salinitas
tinggi. Berbeda dengan keadaan suhu yang relatif kecil variasinya, salinitas air laut
dapat berbeda secara geografis akibat pengaruh hujan lokal, banyaknya air
sungai yang masuk kelaut (Presetiahadi, 1994). Penguapan dan edaran massa air
(dalam King, 1963)

B. Selat Madura
1. Geografis
Lokasi penelitian berada di perairan Selat Madura, Kabupaten Bangkalan.

Berdasarkan letak geografisnya, lokasi penelitian terletak antara 07°09'44'' LS


dan 112°46'54'' BT sampai dengan 07°11'47'' LS dan 112°46'44''BT. Lokasi penelitian
memiliki karakteristik perairan yang beragam dan relatif dinamis. Karakteristik
substrat yang berupa lumpur diduga berkaitan dengan karakteristik hidrooseanografi
di perairan di selat Madura (Siswanto, 2010). Selain itu juga merupakan dataran tinggi
tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering. Komposisi tanah dan curah
hujan yang tidak sama dilereng-lereng yang tinggi letaknya justru terlalu banyak
sedangkan di lereng-lereng yang rendah malah kekurangan dengan demikian
mengakibatkan Madura kurang memiliki tanah yang subur.
Secara geologis Madura merupakan kelanjutan bagian utara Jawa, kelanjutan
dari pengunungan kapur yang terletak di sebelah utara dan di sebelah selatan lembah
solo. Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih
kasar dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknyapun lebih bergabung.
Luas keseluruhan Pulau Madura kurang lebih 5.168 km², atau kurang lebih 10
persen dari luas daratan Jawa Timur. Adapun panjang daratan kepulauannya dari ujung
barat di Kamal sampai dengan ujung Timur di Kalianget sekitar 180 km dan lebarnya
berkisar 40 km. Pulau ini terbagi dalam empat wilayah kabupaten. Dengan Luas
wilayah untuk kabupaten Bangkalan 1.144, 75 km² terbagi dalam 8 wilayah
kecamatan, kabupaten Sampang berluas wilayah 1.321,86 km², terbagi dalam 12
kecamatan, Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19 km², yang terbagi
dalam 13 kecamatan, dan kabupaten Sumenep mempunyai luas wilayah
1.857,530 km², terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar diwilayah daratan dan
kepulauan.
2. Arus
Karakteristik arus di lokasi penelitian menunjukkan kisaran yang relatif kecil.
Pada minggu pertama, kecepatan arus berkisar 1,56-2,55 cm/detik dengan rata-rata
2,16 cm/detik. Kecepatan arus pada minggu kedua berkisar 2,29-3,54 cm/detik
dengan rata-rata 2,71 cm/detik. Minggu ketiga, kecepatan arus berkisar 0,81-1,54
cm/detik dengan rata-rata 1,23 cm/detik. Pada minggu keempat, kecepatan arus
berkisar 0,28-0,67 cm/detik dengan rata-rata 1,43 cm/detik (Gambar 2). Secara umum
arah arus berasal dari Timur laut, Timur dan Tenggara. Kecenderungan pola
kecepatan arus yang ada dilokasi penelitian semakin meningkat pada kurun waktu
satu hari (minggu pertama dan ketiga) dan cenderung menurun (minggu kedua dan
keempat). Kecepatan arus pada minggu kedua adalah yang terbesar jika dibandingkan
dengan kecepatan arus pada minggu lainnya selama periode pengambilan data.
1. Gelombang
Karakteristik gelombang menunjukkan kecenderungan semakin besar pada setiap
minggunya. Pola gelombang harian menunjukkan kecenderungan stabil sepanjang hari,
dengan kisaran perubahan tinggi gelombang yang sangat kecil. Minggu kedua merupakan
waktu dengan data. Ketinggian gelombang paling besar, sedangkan tiga minggu lainnya
memiliki kecenderunga nilai tinggi gelombang yang hampir sama. Gelombang yang
dianalisa merupakan gelombang yang dibangkitkan oleh angin, sehingga gelombang ini
adalah tipe gelombang permukaan (Gambar 5.2). Sehingga, besar kecil dan lamanya
angin yang berhembus menjadi penentu utama tinggi gelombang yang terbentuk
(Triatmodjo, 1999). Kecepatan angin di Selat Madura relatif kecil (Siswanto, 2010;
Yulianti, 2011), sehingga gelombang yang terbentuk juga tidak signifikan. Gelombang
diduga berpengaruh pada sebaran konsentrasi Total Suspended Solid (TSS), khususnya
di profil permukaan.
2. Pasang Surut
Data pasang surut diperoleh dari BMKG Stasiun Maritim, Tanjung Perak,
Surabaya. Metode admiralty digunakan dalam analisa komponen pasang surut, karena
mudah dan sederhana dalam penggunaannya, meskipun langkahnya panjang dan
melibatkan banyak tabel (Suyarso, 1988 dalam Siswanto, 2010). Karakteristik pasang
surut di perairan Selat Madura menunjukkan terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut dalam
waktu satu hari (Gambar 4) dengan waktu dan ketinggian yang berbeda. Sehingga,
pasang surut di lokasi penelitian dapat dikategorikan dalam pasang surut jenis
campuran condong ke harian ganda (Siswanto, 2010; Triatmodjo, 1999). Hasil analisa
admiralty menunjukkan komponen bulan lebih dominan mempengaruhi pola pasang
surut dilokasi penelitian. Perbedaan nilai pasang dan surut relatif tidak terlalu besar,
berkisar 50 cm. Pasang surut diduga berpengaruh pada sebaran konsentrasi Total
Suspended Solid (TSS) (Siswanto, 2012a).
C. Potensi pengembangan sumber daya alam
Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia dan menjadi pusat dagang dan referensi
pengembangan ekonomi Indonesia Timur, Surabaya memiliki tantangan
pembangunan yang meliputi jumlah penduduk yang besar dan terus meningkat, luas
wilayah yang terbatas dan keragaman masyarakatnya dalam hal ini pendidikan,
ekonomi dan sosial terkait dengan pengembangan ekonomi berbasis sumber daya alam
perlu mempertimbangkan tidak hanya aspek di wilayah kota Surabaya namun wilayah
yang terkait, sebagai contoh pembangunan perikanan tambak di Surabaya tidak
terlepas dari pengelolaan air sungai mulai dari mata air menuju ke muara di Surabaya
(Anominus, 2010).
Strategi pembangunan kelautan perikanan, diantaranya :
- Pengembangan sumber daya manusianya pada sektor perikanan tidak saja
kepada pembudidaya ikan/nelayan atau masyarakat perikanan pada umumnya
termasuk juga aparat-aparat pembina perikanan dan kelautan sendiri.
- Memanfaatkan sumber daya kelautan perikanan secara optimal, efisien dan
berkelanjutan dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber daya kelautan
dan perikanan tetap berorientasi pada pembangunan perikanan yang ramah
lingkungan serta mengutamakan kelestarian sumber daya hayati, perlu
diarahkan untuk pencapaian produktifitas yang optimal pemanfaatan secara
nasional, peningkatan pendapatan serta pembangunan struktur jalan yang
seimbang antara usaha skala besar maupun usaha kecil.
- Meningkatkan mutu hasil perikanan, pembangunan kelautan dan perikanan
merupakan salah satu nilai strategis dan sangat prospektif, sehubungan dengan
meningkatnya permintaan tersebut maka selain pencapaian target produksi
juga upaya peningkatan faktor utama dalam meningkatkan hasil produksi,
peningkatan teknologi dan pemrosesan produk, peningkatan akses pasar lokal
dan nasional bahkan internasional dengan jenis komoditas yang diusahakan
dan diperlukan di pasar.
- Meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang akan
dilaksanakan sesuai dengan peraturan pemerintah.
- Memberdayakan sosial ekonomi masyarakat kelautan, perikanan, masyarakat
pesisir merupakan masyarakat yang sangat tertinggal atau mempunyai
pendapatan yang relatif rendah dan merupakan salah satu kelompok .

D. Pantai Kenjeran
Berikut beberapata kecamatan di sekitar pantai kenjeran berserta karakteristik
social ekonomi masyarakatnya.
1. Kecamatan Mulyorejo hasil perikanan yang dihasilkan pada Kelurahan Kejawan
Putih Tambak merupakan kelurahan yang mempunyai mata pencaharian sebagai
nelayan dengan hasil yang diperoleh antara lain kerang, jangkang, udang, kepiting
dengan masing-masing hasil tangkapan setiap hari 5 kg, hasil tangkapan tersebut
tergantung pasang surut dan angin. Selain nelayan ada juga petambak dengan
budidaya bandeng dan udang, pemasaran hasil melalui tengkulak lokal, jumlah
pendapatan bersih yang diterima setelah menjual hasil tangkapan sebesar Rp.
50.000,- dengan tanggungan keluarga rata-rata 6 orang, untuk tingkat pendidikan
masih dibawah yaitu SD, rata-rata melaut sudah ditekuni selama sepuluh tahun,
perbaikan kapal dilakukan oleh pemilik dan libur tidak melaut selama dua hari.
Produksi terasi yang dilakukan masyarakat disini. Sarana dan prasarana yang ada
di lingkungan pesisir Kejawan Putih Tambak adalah lapangan dan bengkel.
Kumpulan Nelayan Lestari yang ada di kelurahan tersebut.
Karakteristik Sosial Ekonomi Penduduk 2013 adalah :
 Jumlah penduduk (jiwa) : 87.873
 Kepadatan (jiwa) : 7.360
 Pendidikan merata mulai dari tingkat SD sampai S3, daerah
nelayan Kejawan Putih Tambak, Kalisari dan Dukuh Sutorejo.
2. Kecamatan Kenjeran dengan luas wilayah seluruhnya 7,72 km2, mempunyai
beberapa Kelurahan Panah Kali Kedinding, Sidotopo Wetan, Bulak Banteng,
Tambak Wedi. Hasil perikanan yang menonjol di Kecamatan dan Kelurahan
tambak Wedi adalah ikan pari dan rajungan dan keting dengan pemasaran dibawa
ke pasar. Rata - rata ikan pari yang didapat sebanyak 20 kg dengan harga Rp.
40.000,-/ kg. Fasilitas yang dipunyai demi kelangsungan perikanan di wilayah
perahu, jaring, pancing (alat tangkap). Usaha lain selain usaha perikanan
peracangan dan mencari kerang, budidaya udang dan lele. Perbaikan dengan
bantuan pemerintah adalah berupa bedah rumah dan saluran got. Teknologi Tepat
Guna yang sudah berkembang adalah perahu motor. Wisata yang berkembang
wisata perahu di Suramadu dan faktor modal ada dari Dinas Perikanan berupa
bensin dan Koperasi Nelayan-Nelayan dengan kumpulannya kerapu ada 40
orang, cumi-cumi ada 50 orang, kakap merah ada 40 orang dan madiri ada 60
orang. Karakteristik Sosial Ekonomi Penduduk 2013 adalah:
 Jumlah penduduk (jiwa) : 151.933
 Kepadatan (jiwa) : 40.106
 Pendidikan merata mulai dari belum tamat SD sampai S3
 Daerah nelayan Tambak Wedi, mayoritas wiraswasta (pedagang besar)
dan sebagian pedagang kecil
3. Kelurahan Bulak dengan luas wilayah seluruhnya 6,72 km2, mempunyai
beberapa KelurahanSukolilo, Komplek Kenjeran, Kenjeran, Bulak dan Kedung
Cowek. Hasil perikanan yang menonjol di daerah Kelurahan udang, terung,
teripang, ikan tongkol, ikan tuna, lorjuk, masing-masing mendapatkan tangkapan
: ikan tongkol 4 kg. ikan tuna 6 kg, teripang 3 kg, lorjuk 2 kg, penetapan dan
pemasaran melalui pengepul dilakukan masyarakat di kelurahan Kenjeran, dan di
Kelurahan Sukolilo pemasaran langsung ke konsumen, teknologi tepat guna alat
pengering ikan, manual perahu, pengasapan dan pembakaran, budidaya yang
masih ada bandeng, mujaer. Sanitasi lingkungan yang sudah dibenahi saluran air
/ sungai, rata-rata tanggungan keluarga sebanyak tiga orang, pendapatan yang
diterima setiap kali melaut sebesar Rp. 100.000,- sampai Rp 160.000,-. Usaha lain
jualan kelontong, warung, penjual makanan, pengrajin kerang-kerangan, tukang
ojek. Pengolahan ikan yang dilakukan di daerah pengasinan, pengasapan ikan
laut, pembuatan krupuk, pembuatan terasi udang.
4. Tidak melaut selama dua hari biasa dilakukan di Kelurahan Sukolilo. Kumpulan
Nelayan yang ada di kelurahan adalah Maju Makmur, manfaatnya nelayan bisa
melakukan pinjam modal. Kegiatan sosial yang ada adalah pengajian. Di
kelurahan Kedung Cowek ada 3 kelompok nelayan yaitu Nelayan Bintang Timur,
Kelompok Nelayan Mandiri. Kelompok Nelayan Suramadu. Alat tangkap yang
dipunyai nelayan di Kelurahan Kedung Cowek jaring trammel net (jaring
gondrong) untuk menangkap udang, ikan gelomoh, keting, jaring illnet ikan yang
ditangkap bulu ayam, jaring kakap/sumbal penyelaman mencari kerang -
kerangan.Selanjutnya petorosan yaitu memasang jaring untuk udang rebon.
Sehari bisa mendapatkan 60 - 70 kg udang rebon basah dengan harga basah Rp.
2.000 sampai Rp. 3.000/kg. Ongkos basah 1 bak berisi 30 kg mengeluarkan bayar
ongkos cuci Rp. 15.000,- termasuk ongkos jemur. Harga kering gragu Rp
16.000/kg Karakteristik Sosial Ekonomi Penduduk 2013 adalah :
 Jumlah penduduk (jiwa) : 42.142
 Kecamatan Sukolilodengan luas wilayah seluruhnya 23,66 km2,
mempunyai beberapa Keluruahan Nginden Jangkungan, Semolowaru,
Medokan Semampir, Keputih, Gebang Putih, Klampis Ngasem, Menur
Pumpungan.
 Hasil tangkapan berupa udang, ikan tongkol teri laut dengan hasil
tangkapan rata- rata udang sebanyak 2 kg, ikan tongkol 4 kg, teri laut 1
kg, dengan pemasaran melalui tengkulak, penetapan harga dari
pembeli, pendapatan hasil melaut Rp. 120.000,- sampai Rp. 150.000,-
dan
 tanggungan keluarga sebanyak 3 orang tidak melaut selama dua hari,
dan melakukan pekerjaan melaut selama tiga belas tahun, pengolahan
ikan yang dilakukan adalah pengasinan ikan, pembuatan kerupuk
udang, pembuatan terasi, pembuatan kripik. Ada kumpulan kelompok
Nelayan Mina Putih di Kelurahan Keputih. Karakteristik Sosial
Ekonomi Penduduk 2013 adalah:
 Jumlah penduduk (jiwa) : 107.989
 Pendidikan mulai dari SD sampai SMA (Survei 2014)
Daya tarik wisata Kenjeran dapat dikembangkan dan dikelompokkan menjadi lima
katagori wisata yaitu :
1. Wisata pantai, antara lain pantai Watu-Watu, pantai Kenjeran, pantai Ria kenjeran
2. Wisata taman, antara lain taman Bulak, taman hiburan Kenjeran, taman edukasi
kenjeran,
3. Wisata bangunan seni rupa, antara lain Kya-Kya Kenjeran, Patung Dewa empat muka,
klenteng Sanggar Agung, pagoda Tian Ti
4. Wisata permainan, hiburan, & olahraga, antara lain wisata perahu tradisional, festival
laying-layang & perahu hias, pacuan kuda & karapan sapi, sirkuit Kenjeran. waterpark
Kerjeran
5. Wisata kuliner dan cinderamata antara lain pernak pernik kerang, kerupuk ikan, ikan
asap (ikan bakar)

Fungsi dan Manfaat


Ekosistem Pesisir di Pantai Timur yang didominasi dengan vegetasi mangrove
mempunyai fungsi penting bagi kota Surabaya sebagai berikut :
Fungsi ekologis :
Pelindung alami yang paling kuat dan praktis untuk menahan erosi pantai dan
berperan untuk menjaga stabilitas garis pantai.
Penyaring dan perangkap bahan pencemar,
Merupakan daerah berkembang biak dan mencari makan berbagai jenis ikan dan
udang, burung, monyet, buaya, dan satwa liar lainnya.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya telah menetapkan
Pantai Timur Surabaya termasuk dalam kawasan perlindungan bawahan yang memilik
fungsi penting dalam mencegah banjir dan bencana terutama dalam hal resapan air.
Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya
mengurangi energy gelombang dan memperlambat arus sehingga dapat mencegah
terjadinya abrasi.

Fungsi Ekonomi
Pemanfaatan mangrove sebagai objek pariwisata, seperti Ken Park, Pantai Ria
Kenjeran, pusat oleh - oleh.
Masyarakat membentuk Ekowisata Mangrove sebagai upaya pemanfaatan di bidang
pariwisata yang di dalamnya terdapat ekowisata perahu, pos pantau dan pemancingan
ikan di daerah Wonorejo
Terdapat sektor usaha kecil seperti dawet mangrove, sirup, kripik, dll terutama jenis
Bogem (Sonrereratia)

Dari hasil penelitian, potensi daya tarik wisata Kenjeran yang ada di pesisir
Kenjeran terangkum dalam pengembangan kawasan wisata terpadu Kenjeran yang
perlu dibenahi diantaranya :
a. Revitalisasi kampung nelayan Kenjeran menjadi kampung wisata yang
memiliki ciri khas pesisir Kenjeran,
b. Pembangunan tempat penjemuran ikan olahan untuk masyarakat nelayan
Kenjeran,
c. Menjadikan obyek wisata Pantai dan produk olahan hasil laut kampung
nelayan Kenjeran sebagai obyek wisata unggulan kawasan wisata terpadu
Kenjeran.
d. Pebingkatan pengetahuan dan peran serta masyarakat kampung nelayan
Kenjeran di bidang kepariwisataan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Subyek dan Obyek Penelitian


a. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah air laut yang terdapat di kawasan perairan Selat Madura
b. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah salinitas dan temperatur air laut yang terdapat di kawasan
perairan Selat Madura

3.2 Variabel Penelitian


Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu :
a. Variabel manipulasi
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penentuan titik sampling air laut.
b. Variabel kontrol
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel air laut dilakukan di
perairan Selat Madura.
c. Variabel respon
Variabel respon dalam penelitian ini adalah salinitas dan temperatur air laut.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian


a. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : GPS

3.4 Alur Peneltian


a. Melakukan studi literatur
Sebelum melakukan penelitian, dilakukan studi literatur mengenai salinitas,
temperatur, dan sumber daya laut sebagai pengetahuan awal. Selain itu, studi literasi
juga diperlukan untuk membuat topik pertanyaan yang akan diajukan kepada pihak
BMKG.
b. Melakukan wawancara secara langsung dengan pihak BMKG
Dalam penelitian ini, akan diperoleh data salinitas dan temperatur air laut yang
bersumber dari BMKG. Wawancara dengan pihak BMKG dapat dilakukan guna
membantu dalam menganalisis data yang diperoleh dari BMKG
c. Penentuan titik sampling dan pengambilan data
Dalam penelitian ini diambil sampel air laut di beberapa titik di perairan Selat
Madura. Dari sampel air laut tersebut kemudian diambil data salinitas dan temperatur
air laut. Selanjutnya, dilakukan analisis pola persebaran salinitas dan temperatur serta
pengaruh pola tersebut terhadap potensi sumber daya laut di Pantai Kenjeran
berdasarkan data yang diperoleh dari BMKG.
Tahapan skematik dalam penelitian ini tampak pada gambar dibawah ini :

Studi Literatur

wawancara

Penentuan Titik
Sampling dan
Pengambilan Data

Salinitas Air Laut Temperatur Air Laut

Analisis pola persebaran salinitas dan temperatur


air laut

Analisis pengaruh pola persebaran salinitas dan


temperatur air laut terhadap potensi sumber daya laut
DAFTAR PUSTAKA

- DADANG, K.M.; SOENARYO dan M. ALI 1982. Pendahuluan Oseanografi.


Diktat Kuliah Jur. Geofisika dan Meteorologi, ITB.
- DUXBURY, A; B. ALYN; C. DUXBURY and K.A. SVERDRUP 2002.
th
Fundamentals of Oceanography-4 Ed, McGraw-Hill Publishing, New York.
- http://laboseanografi.mipa.unsri.ac.id/wp-content/uploads/2012/04/03-
Salinitas.pdf
- http://www.alpensteel.com/article/55-114-artikel-non-energi/186--data-angin-
untuk-perikanan-dibutuhkan.htm
- Munasir, dkk.2012. Uji XRD dan XRF padaBahan Mineral (BatuandanPasir)
SebagaiSumber Material Cerdas (CaCO3dan SiO2) Vol.2 No.1.Surabaya :
JPFA.http://mspunhas.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai