Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang
Perkembangan fisika di dunia sangat pesat saat ini. Sejak Newton menemukan hukum-
hukumnya, serta penemuan-penemuan lain di bidang mekanika, elektronika, termodinamika,
gelombang, bahkan Einstein dengan penemuannya di bidang fisika modern membuat rahasia
alam dapat terungkap —walau belum semua— dengan kacamata fisika. Hasilnya, dapat kita lihat
pada saat ini, banyak produk-produk teknologi yang memudahkan manusia untuk melaksanakan
pekerjaannya.
Produk-produk teknologi dalam bidang otomotif, komunikasi, pangan, kesehatan, dan
sebagainya; hampir semuanya menggunakan konsep fisika yang telah ditemukan oleh para
ilmuan sebelumnya. Mobil misalnya, dengan perkembangan termodinamika, manusia mampu
untuk mengubah bahan bakar menjadi usaha. Ilmu kedokteran, telah menggunakan sinar x dalam
membantu melihat kondisi organ dan tulang manusia, tanpa harus melakukan pembelahan.
Selain itu, manusia juga mampu memperluas cakrawalanya dalam memahami alam semesta ini,
melalui ilmu astronomi — salah satu cabang fisika— di mana para manusia dapat memahani
pergerakan benda langit dan bahkan menemukan planet baru.
Jika kita perhatikan dengan seksama, bahwa hampir semua temuan atau teori fisika
ditemukan oleh fisikawan dari Eropa maupun Amerika. Dengan kecerdasan dan rasa ingin tahu
dari negara barat, mereka mampu mengembangkan ilmu fisika dan temuannya dapat diterapkan
dalam berbagai produk teknologi yang ada. Akan tetapi, kita harus meyakini bahwa
perkembangan ilmu fisika tidak hanya didominasi oleh bangsa barat.
Jika kita memerhatikan dengan seksama, ada banyak sekali bangsa-bangsa non barat
yang juga memegang peranan penting dalam ilmu fisika. Bahkan, sebelum bangsa barat
berkembang, sudah ada peradaban manusia yang telah menerapkan ilmu fisika dalam membuat
berbagai macam produk. Contoh-contoh seperti piramida di Mesir, ilmu matematika dan
astronomi yang telah berkembang di Babilonia, bahkan Candi Borobudur di Indonesia,
membuktikan bahwa perkembangan fisika juga dipengaruhi oleh peradaban manusia kuno. Akan
tetapi, ada banyak juga peranan bangsa lain dalam perkembangan fisika saat ini, di mana dapat
kita lihat pada peraih Nobel Fisika, yang tidak seluruhnya didominasi oleh bangsa barat.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 1


Kita tiba sekarang, bagaimanakah peran bangsa kita sendiri, bangsa Indonesia, dalam
perkembangan ilmu fisika? Jika kita perhatikan, hampir tidak ada nama orang Indonesia yang
tercantum dalam buku teks fisika di sekolah atau perguruan tinggi. Namun, hal itu tidak berarti
bahwa bangsa Indonesia tidak memiliki peranan dalam pekembangan fisika.
Sebenarnya, ada banyak ilmuan fisika dari Indonesia yang juga berperan dalam
perkembagan fisika. Nama-nama seperti Yohanes Surya, Pantur Silaban, Hans Jacobus
Wospakrik, dan Nelson Tansu; adalah beberapa contoh ilmuan fisika Indonesia yang telah
berkontribusi dalam bidang fisika. Banyak juga ahli fisika dari Indonesia yang telah bekerja
sebagi peneliti atau pengajar di luar negeri.
Nenek moyang bangsa Indonesia juga telah membuat beberapa karya, yang telah
melampaui kecerdasan manusia saat itu. Candi Borobudur yang dibuat oleh Gunadharma
misalnya. Pembuatan candi itu harus dengan ketelitian yang tinggi, dan memerlukan pemahaman
ilmu fisika teknik. Kalender Djawa juga dibuat berdasarkan rotasi bumi terhadap bulan. Selain
itu, ada banyak produk-produk teknologi yang berhasil dibuat oleh orang Indonesia sendiri.
Melalui makalah ini, kiranya kita dapat memahami bahwa bangsa Indonesia memiliki peran
dalam perkembangan fisika di dunia.

Tujuan penulisan:
Agar pembaca ilmuan-ilmuan fisika asal Indonesia yang memiliki peran yang sangat besar dalam
perkembangan fisika
Agar pembaca mengetahui produk-produk teknologi yang menggunakan konsep fisika yang
dibuat oleh Indonesia
Agar pembaca mengetahui tempat-tempat penelitian fisika di Indonesia

Rumusan Masalah
Apakah peranan ilmuan fisika asal Indonesia dalam perkembangan fisika?
Produk teknologi apakah yang dibuat oleh Indonesia yang menggunakan konsep fisika?
Fasilitas apakah yang ada di Indonesia dalam menunjang kegiatan penelitian fisika?

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 2


Manfaat penulisan
Pembaca mengetahui ilmuan-ilmuan fisika asal Indonesia yang memiliki peran yang sangat besar
dalam perkembangan fisika
Pembaca mengetahui produk-produk teknologi yang menggunakan konsep fisika yang dibuat
oleh Indonesia
Pembaca mengetahui tempat-tempat penelitian fisika di Indonesia
Meningkatkan kesadaran nasionalisme dan bermotivasi untuk mengharumkan nama bangsa
melalui ilmu fisika.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 3


BAB 2

PEMBAHASAN

Sumbangan Indonesia dalam Perkembangan Fisika

A. Bidang Astronomi
Berabad-abad lampau ketika peradaban baru dimulai, catatan dan cerita turun temurun
dalam budaya masyarakat sudah menunjukkan berbagai kisah rakyat yang terkait astronomi.
Cerita-cerita dari langit ini memberi interpretasi tersendiri akan obyek langit yang mereka lihat.
Sebagai contoh ada kisah Bulan Pejeng (Bali), Pasaggangan’ Laggo Samba Sulu atau
Pertempuran Matahari dan Bulan (Mentawai), Memecah Matahari (Papua), Manarmakeri
(Papua), Hala Na Godang (Batak), Kilip dan Putri Bulan (Dayak Benoaq), Lawaendrona
Manusia Bulan (Nias), Bima Sakti (Jawa), Mula Rilingé’na Sangiang Serri’ (Bugis), Batara
Kala, Nini Anteh (Jawa Barat).
Penamaan rasi bintang berdasarkan nama lokal menunjukkan, masyarakat Indonesia di masa
lampau juga melakukan pengamatan langit. Dalam budaya Jawa, dikenal Gubug Penceng (Salib
Selatan), Lintang Wulanjar Ngirim (rasi Centaurus), Joko Belek, Lintang Banyak Angrem,
Bintang Layang – Layang, Lintang Pari, Lintang Kartika (Pleiades), Wuluh (Pleaides), Kalapa
Doyong (Scorpio), Sapi Gumarang (Taurus), adalah contoh penamaan rasi bintang secara lokal
di Indonesia, yang sekaligus menandai kegiatan astronomi amatir di tengah masyarakat di masa
lalu.
Di tahun 800 Masehi, pembangunan candi Borobudur menjadi penanda lainnya keberadaan
astronomi di Indonesia. Borobudur yang dibangun oleh wangsa Syailendra diduga merupakan
penanda waktu raksasa di abad ke -8, dimana stupa utama candi berfungsi sebagai penanda
waktu. Pembangunan candi seperti Borobudur memberi penegasan dan petunjuk kemampuan
nenek moyang dalam astronomi.

Proses bercocok tanam


Setiap interpretasi tidak sekedar memberi akan benda-benda langit, baik itu bulan, bintang,
matahari, rasi bintang, Bima Sakti, namun juga kisah tentang proses terjadinya alam semesta.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 4


Benda-benda langit ini juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai penentu waktu
bercocok tanam, sarana pemujaan, kalender, maupun navigasi.
Kehidupan agraris masyarakat Indonesia juga menjadikan benda-benda langit sebagai
petunjuk musim menanam dan musim panen. Di Jawa, rasi Lintang Kartika diasosiasikan juga
sebagai tujuh bidadari, yang direpresentasikan dalam tarian Bedhaya Ketawang di Keraton
Mataram. Di wilayah Pantai Utara Jawa rasi ini digunakan untuk menandakan waktu (kalender)
dalam penanggalan Jawa. Jika rasi ini sudah terbit sekitar 50° di langit, maka musim ketujuh
(mangsa kapitu) pun dimulai. Pada musim ini, beras muda harus mulai ditanam di sawah.

Sistem penanggalan
Saat belum ada kalender, masyarakat setempat telah menggunakan perbintangan untuk
menentukan siang dan malam, pasang surut air laut, berbunga dan berbuahnya tanaman, maupun
migrasi dan pembiakan hewan. Bagi mereka gejala alam adalah cerminan lintasan waktu.
Masyarakat di masa itu juga menentukan saat menanam dengan menggunakan bambu yang diisi
air untuk mengukur ketinggian bintang. Pada posisi tertentu mereka akan bisa mengetahui
apakah sudah saatnya memulai bercocok tanam atau belum.

Sistem Navigasi
Sedangkan masyarakat Maritim Indonesia, menjadikan obyek langit sebagai panduan
navigasi dalam pelayaran. Salah satu kisah yang diyakini merupakan bagian dari penggunaan
langit sebagai navigasi adalah ditemukannya peninggalan berupa puisi dan gambar-gambar
perjalanan masyarakat dari Indonesia menuju Afrika Selatan.

B. Bidang Kebudayaan Indonesia


Keris
Proses pembuatan sebuah keris secara garis besar adalah sebagai berikut: dari material dasar
berupa logam dengan berbagai paduan seperti baja dan juga bahan meteor dipanasi sampa
isuhu austenisasi. Penentuan suhu austenisai ini sangat tergantung pada kandungan Carbon yang
terdapat pada material dasar tersebut.
Setelah mencapai suhu austenisasi bahan keris dipipihkan dengan cara dipukul berkali-kali
sampai permukaannya tipis dandatar. Lalu bahan tersebut dilipat menjadi dua bagian dan

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 5


dipipihkan sampai tipis dan datar lagi dengan cara dipanaskan terlebih dahulu. Proses ini
dilakukan berulang-ulang sebanyak mungkin tergantung seberapa kuat keris yang ingin
diciptakan. Semakin banyak jumlah lipatan yang dilaku kan maka kekuatan sebuah keris akan
semakin baik.
Dengan menggunakan metode lipatan-lipatan tersebutlah yang ternyata menjadikan sebuah
keris akan mampu menahan pembebanan dari semua jenis pembebanan yang tidak dimiliki oleh
senjata tajam masa kini.

Candi Borobudur

Borobudur adalah karya seni yang megah, Salah satu


bangunan buatan manusia Indonesia yang paling
mengagumkan. Candi yang berbentuk punden berundak
yang terbagi atas 6 tingkat ini adalah Candi Budha yang
dibangun sekitar abad ke 8. Jadi kira-kira usianya sudah
1200 tahun.
Susunan batu Borobudur disusun dengan teknik penguncian, yaitu teknik yang mirip puzzle
jigsaw. Hal ini bisa dilihat pada susunan batu candi pada bagian bawah dan pintu gerbang.
Jadi bagian batu yang akan disusun sudah dibentuk sedemikian rupa agar bisa disusun
dengan teknik penguncian (lock and key).

C. Satuan-satuan Ukuran pada Masa Kerajaan


Menurut jenisnya, sistem satuan hidup dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni
satuan ukuran yang terkait dengan pengukuran lahan pertanian yang di dalamnya termasuk
satuan hitung (perdagangan), pajak, dan persembahan; dan satuan ukuran yang terkait dengan
sistem moneter.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 6


Satuan-satuan Pengukur Lahan Pertanian
Terdapat dua jenis satuan ukuran yang berkaitan dengan lahan pertanian, yakni satuan ukuran
jarak (panjang dan lebar) dan satuan ukuran luas. Data mengenai satuan ukuran ini biasanya
berkaitan dengan penetapan tanah sima yang akan digunakan untuk membiayai bangunan suci
dan besarnya pajak yang harus dibayar untuk tanah dengan luas tertentu.

Satuan Ukuran Jarak (Panjang dan Lebar)


Termasuk dalam kategori ini adalah istilah-istilah dpa, dpa sihwa, dan hasta. Ukuran
satu dpaadalah panjang dari rentang kedua tangan atau sekitar 1,6 s/d 2 meter. Ukuran ini
dikenal sejak abad ke-9. Di samping itu dikenal juga istilah dpa sihwa yang mulai diperkenalkan
pada abad ke-10, yakni pada masa pemerintahan Balitung. Satuan ukuran ini menjadi ukuran
baku sehingga tanah-tanah diukur ulang dengan dpa sihwa ini.
Menurut Damosoetopo, ukuran dpa sihwa sama dengan istilah dpa agung di Bali. Dpa
agungadalah jarak antara telapak kaki sampai ke ujung jari tangan yang direntangkan ke atas.
Dengan demikian dpa sihwa diperkirakan sama dengan 1,5 dpa. Perubahan ukuran ini
menjadikan beban pajak hasil bumi yang ditanggung rakyat menjadi lebih ringan. Hasta juga
merupakan satuan ukuran jarak (panjang/lebar) yang biasanya digunakan untuk mengukur luas
tanah/lahan (pemukiman, kebun, tegal, tanah sima, atau tanah yang tidak digarap).
Ukuran hasta adalah jarak antara siku dengan ujung jari (kurang lebih 40-50 cm). Konsep ukuran
ini telah dikenal sejak abad ke-9 (Prasasti Taragal).

Satuan Ukuran Luas


Termasuk dalam kategorinya adalah istilah-istilah barih, latir, tu, tampah, tampah haji, suku,
hamat, blah, jong, kikil, lirih, kunci, dan pecal. Istilah barih dan latir hanya dijumpai dalam
prasasti awal abad ke-9 yang ditemukan di daerah Temanggung (Sang Hyang Wintang, 803 M).
Sesuai dengan bahasa yang digunakan dalam prasasti, maka kedua istilah tersebut mungkin
merupakan kata yan berasal dari bahasa Melayu Kuno. Perlu dikemukakan lebih dulu bahwa
pada masa ini ukuran luas tanah biasanya dihitung berdasarkan jumlah benih yang dapat ditanam
dilahan tertentu. Oleh karena itu, satuan ukuran luas selalu didahului dengan "banyaknya benih"
(kwaih winihnya). Berdasarkan rincian jumlah benihnya maka dapat dihitung bahwa
satu barih= enam latir.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 7


Satuan ukuran yang paling umum dijumpai dalam prasasti-prasasti masa Jawa Tengah hingga
abad ke-10 adalah lamwit dan tampah. Kedua istilah tersebut biasanya disebut secara berurutan
yang mengindikasikan bahwa yang disebut pertama memilki ukuran lebih besar. Prasati Taragal,
misalnya, menyebutkan luas tanah yang diterapkan sebagai sima adalah
satu lamwit dua tampah.Sementara itu, untuk keperluan membayar pajak disebutkan adanya
sawah di Palepengan yang luasnya satu lamwit tujuh tampah, dan satu belah dengan keterangan
tambahan bahwa jumlah pajak yang harus dibayar untuk setiap tampah adalah enam dharana
perak. Menurut perhitungan, luas satu lamwit = 20 tampah, dan luas satu tampah =
dua blah (satu blah = 0,5 tampah). Pajak dihitung menurut satuan tampah luasnya sekitar 6.750
m² s/d 7.680 m².
Luas satuan blah atau wlah adalah setengah tampah, karena kata wlah berarti “setengah”.
Di samping istilah tampah, sebagai satuan ukuran dasar dijumpai juga istilah tampah
haji. Satuan ukuran ini nampaknya digunakan pada masa Balitung, ukuran yang lebih besar dari
pada tampahyang biasanya digunakan oleh para penarik pajak yang curang sehingga sering
menimbulkan kerugian bagi pembayar pajak (Boechari, 1981: 77-78). Menurut perhitungan dari
istilah Prasasti Palepangan, luas satuan tampah haji sekitar 9.818 s/d 11.170 m².
Untuk memeroleh gambaran yang lebih jelas tentang nilai tanah pada periode abad ke-9
sampai ke-10, dapat diambil contoh dari dua prasti, yaitu Sumpit (tahun 878) dan Hering (934
M). Prasasti yang pertama menyebutkan pristiwa jual beli tanah sawah seluas 3 tampah dengan
harga emas senilai satu kati (mas ka satu) atau sekitar 750 gram (hitungan terendah). Jika luas
satu tampahditetapkan sekitar 6.750 m² (dihitung terendah), maka tiga tampah sama dengan
20.250 m². Dengan demikian, satu tampah tanah harganya 250 gram emas. Prasasti kedua
menyebutkan seorangsamget bernama Marganung yang membeli tanah penduduk desa seluas
enam tampah satu suku (satu suku = seperempat tampah) seharga lima kali sembilan emas
(ma lima ka sembilan su) atau sekitar 3.773,36 gram. Jika dihitung dalam satuan sekarang, maka
luas seluruh sawah tersebut 42.187,5 m². Dengan demikian, harga jual tanah bagi setiap tampah-
nya adalah 603,75 gram emas.
Di samping istilah-istilah di atas, terdapat dua istilah lain, yaitu tu dan hamat
(ha). Penyebutan istilah tu diduga merupakan kata-kata singkatan yang biasa digunakan dalam
prasasti-prasasti, tetapi tidak diketahui secara jelas istilah lengkapnya. Prasasti Mantyasih
menyebutkan tanah dengan luas tu 18 hamat.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 8


Penyebutan tu mendahului hamat menunjukan bahwa satuan tu lebih besar dari
pada hamat Boechari menduga satu tu sekurang-kurangnya 20 hamat. Sedangkan
satuhamat menurut Darmosoetopo sama dengan 10 kati (satu kati = 0,617 kg). Perlu
dikemukakan bahwa istilah tu dan hamat tergolong unik karena hanya dijumpai pada prasasti
yang ditemukan di daerah Kedu (Kayumwangun, 824; Trui Tpusan, 842; dan Mantyasih I, 907).
Masih terdapat istilah lain yang berhubungan dengan satuan ukuran luas, yakni suku. Istilah ini
dijumpai pada Prasasti Landa (tak bertarikh). Menurut perhitungan, satu suku = 1,5 hamat.
Sejak abad ke-11 dikenal istilah jong untuk menggantikan istilah tampah yang kemudian
tidak digunakan lagi. Istilah jong ini terus digunakan pada masa Jawa Timur hingga abad ke-14.
Satuan dasar lain yang dikenal pada abad ke 14 adalah kikil (setengah jong). Sistem satuan-
satuan lain juga dijumpai pada abad ke-14, khususnya pada masa Hayam Wuruk,
yakni lirih dan kunci.Memasuki abad ke-15 muncul lagi satuan ukuran yang dikenal dengan
sebutan pecal.

Satuan-Satuan dalam Perdagangan, Pajak, dan Persembahan


Terdapat sejumlah istilah satuan ukuran yang terkait dengan masalah perdagangan dan pajak.
Ukuran tersebut mencakup dua jenis. Jenis pertama adalah volume dan berat; sedangkan yang
kedua adalah satuan hitung barang.

Volume dan Berat


Satuan-satuan yang berkait dengan volume adalah: catu, sukat/kulak, barang, nalih, pikul,
bantal,dan kati. Satuan catu diukur dari batok kelapa yang dipotong bagian atasnya. Batok
kelapa ini dapat digunakan untuk mengukur beras, remapah-rempah, garam, minyyak, dan bahan
pewarna. Ukuran 1 catu berkisar 300-450 ml. Satuan ukuran ini digunakan pada abad ke-10.
Satuan sukat baru digunakan pada abad ke-15. Ukuran 1 sukat (kemudian kulak) sama dengan
4 catu atau sekitar 1.200-1.800 ml. Istilah batang sebagai satuan ukuran mungkin diambil dari
batang bambu dan dapat digunakan untuk menakar benda-benda cair.
Pada awal abad ke-15 dikenal satuan nalih yang banyknya sama dengan
8 kulak setiap nalih.Satuan ini rupanya tidak dikenal dalam sumber-sumber tertulis pada masa
sebelumnya. Satuan ukuran ini agaknya digunakan dalam perdagangan internasional. Berita Cina

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 9


dari awal abad ke-15 menyebutkan ukuran satuan in (nai-li) sebagai salah satu sistem
pengukuran yang digunakan di Jawa. Mills menghitung satu nalih sama dengan 15,46 liter.
Kati adalah satuan berat yang digunakan untuk mengukur berbagai barang, termasuk untuk
menghitung uang dalam sistem moneter. Ukuran berat untuk untuk satu kati sekitar 750 gram.
Sebagai satuan hitung dasar, kati digunakan tidak hanya di wilayah Indonesia, tetapi juga di
Malaysia hingga abad ini. Satuan lainnya adalah tahil yang juga digunakanuntuk menghitung
nilai uang dalam dalam sistem moneter. Berat satu tahil diperkirakan 38 gram, atau kira-kira
sama dengan seperduapuluh kati, jadi satu kati sama dengan 20 tahil. Sama seperti kati,
tahil tidak hanya digunakan dalam sistem perhitungan mata uang (emas mau pun perak), tetapi
juga yang lain.
Satuan yang lebih besar dan biasanya digunakan untuk mengukur barang-barang yang
dibebankan di atas pundak adalah bantal. Berat satu bantal sama dengan 20 kati. Satuan yang
lebih berat lagi adalah pikul. Menurut perhitungan satu pikul sama dengan lima
kali bantal, jasisama dengan 100 kati, atau sekitar 75 kg.

Satuan Hitung Barang


Satuan-satuan hitung barang yang dikenal dalam sumber-sumber tertulis adalah blah/wlah,
yuga, kujur, prana, wantayan, jamwangan, wakul, gagalah, tenah, kadut, agem, rakut, ubban,
gusali, parean, dan tarub.Satuan hitung blah atau wlah digunakan untuk menyatakan banyaknya
satuan pakaian perempuan yang disebut kain. Untuk pakaian laki-laki
disebut wdihan, dinyatakan dengan satuan yuga atauyugala (pakaian yang terbuat dari dua
potong kain) dan hlai (pakaian yang terbuat dari satu potong kain, hingga kini masih dipakai
"helai"). Penggunaan istilah Sansekerta yuga ini diduga merupakan pengaruh India sebagai
akibat dari perdagangan pakaian. Kujur mungkin digunakan untuk menyebut satuan jajanan
(semacam kue) yang berbentuk batangan.
Hewan berkaki empat (kerbau, sapi, kambing) dihitung dengan satuan prana, sedangkan
hewan berkaki dua, misalnya ayam atau itik, disebut dalam satuan wantayan (keranjang?). Untuk
tujuan pajak atau persembahan tenaga kerja, prana juga digunakan untuk menyebut jumlah
orang.
Sejumlah ikan tidak dihitung satu per satu, tetapi dalam satuan jamwangan (misalnya: iwak
jamwangan dua) dan bunga dihitung dalam satuan wakul . Gagalah mungkin digunakan untuk

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 10


menyatakan barang tombak atau sejenisnya. Padi dihitung dalam satuan ikatan yang disebut
dengan istilah tenah, sedangkan beras dihitung dalam satuan kadut.
Barang lain yang dapat digenggam dinyatakan dalam satuan agem atau rakut. Satuan hitung
lainnya yang menggambarkan adanya usaha kerajinan atau perdagangan dinyatakan dalam
istilah-istilah tertentu yang tampaknya didasarkan atas pertimbangan keperakitan.
Satuan tarub untuk menyatakan satuan usaha pandai logam, yakni pandai emas, besi, dan
tembaga (higana kwaihahanya pandai mas wsi tamwaga gangsa tlung ububan).Satuan lain yang
juga digunakan kepada pra pandai logam adalah gusali, parean, dan tarub.
Satuan yang terkait dengan sistem moneter adalah kati, rahil, tahil, suwarna, dharana,
masa, atak, kupang, saga, dan pisis. Di dalam prasasti, beberapa satuan hanya ditulis
singkatannnya, misalnya kati dengan ka, tahil dengan ta, suwarna dengan su,
dharana dengan dha, kupang denganku, dan saga dengan sa. Sebelumnya telah dikemukakan
bahwa kati dan tahil, di samping untuk mengukur barang-barang secara umum, juga untuk
mengukur nilai (intrinsik) mata uang, baik yang terbuat dari logam emas mau pun perak. Berat
satuan kati sekitar 750-768 gram, dan berat satuantahil sekitar 38 gram, jadi kira-kira
seperduapuluh kati. Terdapat juga satuan lain yang memiliki berat sama dengan tahil (38 gram),
yakni suwarna dan dharana. Satuan suwarna, sesuai denga arti katanya, digunakan untuk
mengukur emas, sedangkan dharana untuk mengukur perak. Masing-masing memiliki satuan
lain yang diambil dari bahasa Sansekerta, yakni masa.
Satuan ini berlaku untuk ukuran emas dan perak dengan bobot 2,4 gram, jadi hanya
seperenambelastahil/suwarna/dharana. Satuan lain yang lebih kecil dari bahasa Jawa Kuno
adalah atak (1,2 gram, jadi setengah masa), kupang (0,6 gram, jadi seperempat masa), dan saga
(0,1 jadi seperempatkupang).
Gambaran mengenai nilai tukar terhadap barang dari mata uang Jawa Kuno diperoleh dari
keterangan prasasti-prasasti yang berasal dari abad ke-10. Menurut Darmosetopo, seekor kerbau
yang akan digunakan untuk pesta dalam penetapan sima diberi harga antara 22,257 gram hingga
39,569 gram. Prasasti yang lebih muda cenderung menyebut harga yang lebih tinggi. Hal ini
menunjukkan dua kemungkinan, yakni harga kerbau meningkat atau nilai emas yang turun.
Kemungkinan lain adalah bahwa kerbau yang dijual memiliki ukuran yang berbeda-beda.
Satuan ukuran lain yang hanya dikenal pada masa Jawa Timur, khususnya pada masa
Majapahit, yakni picis. Satuan ini khususnya digunakan untuk menyebut mata uang tembaga

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 11


yang berasal dari atau mendapat pengaruh mata uang Cina. Satuan ini merupakan ukuran
terendah dibandingkan dengan ukuran-ukuran satuan yang dikenal sebelumnya dan biasanya
digunakan untuk pembayaran pajak dan denda-denda. Menurut keterangan tertulis dari periode
ini, 100 picis sama dengan satu kupang (sakupang), 200 picis sama dengan satu atak (seatak),
400 picis sama dengan masa (samas), dan 800 picis sama dengan 2 masa (domas), 1.000
picis sama dengan satutali, 10.000 picis sama dengan satu laksa (salaksa), dan
100.000 picis sama dengan satu keti (saketi).

D. Tokoh-tokoh fisika Indonesia


1. Tjia May On
Pada saat indonesia berada dalam keadaan negeri terjajah, pengetahuan sulit berkembang
karena situasi masyarakat indonesia yang kurang begitu peduli terhadap pendidikan. Maka
perkembangan ilmu fisika dimulai pasca indonesia merdeka. Perlu kita fahami bahwa kondisi
kultur masyarakat yang kurang memahami pentingnya pendidikan menjadikan faktor terbesar
penghambat kemajuan pengetahuan secara umum. Saat ini, banyak ilmuwan fisika yang ikut
andil peran dalam memajukan fisika di mata dunia. Banyak ilmuwan indonesia yang
memberikan sumbangan penting bagi ilmu fisika. Enam ilmuwan Indonesia masuk daftar Wise
Index of Leading Scientists and Engineer. Daftar tersebut dikeluarkan sebuah lembaga
internasional berkredibilitas di bidang sains dan teknologi, salah satunya adalah Tjia May On.
Wise Index of Leading Scientists and Engineer adalah sebuah daftar yang dikeluarkan
Comstech (Standing Committee on Scientific and Technological Cooperation), lembaga yang
bertujuan meningkatkan promosi serta kerja sama sains dan teknologi di antara negara-negara
anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). Nama Tjia masuk deretan daftar tersebut karena
konsistensinya dalam menekuni bidang partikel kuantum dan kosmologi relativistik. Dia juga
menekuni penelitian polimer, optik nonlinier, dan superkonduktor. Selama 33 tahun, Tjia tekun
dengan penelitiannya itu, baik dilakukan secara individu maupun tim. Hingga kini, profesor
kelahiran Probolinggo 25 Desember 1934 itu telah menerbitkan dua buku teks, 24 penelitian
kolaboratif internasional, 86 jurnal ilmiah internasional, 44 presentasi simposium internasional,
44 publikasi jurnal nasional, dan 77 presentasi ilmiah nasional.
Sebagian karya ilmiahnya dipublikasikan di jurnal internasional Physical Review,
Nuclear Physics, Physica C, International Journal of Quantum Chemistry, Review of Laser

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 12


Engineering, dan Journal of Non-linear Optical Physics. Tjia menyelesaikan studi sebagai
sarjana fisika pada 1962 di ITB. Setahun kemudian dia melanjutkan belajar fisika partikel di
Northwestern University, Amerika Serikat, hingga meraih PhD pada 1969 dengan tesis berjudul
Saturation of A Chiral Charge-Current Commutator.
Pada 1966, risetnya bersama fisikawan CH Albright dan LS Liu masuk Physical Review
Letters dengan judul Quark Model Approach in the Semileptonic Reaction.
Pada awal 1960-an, para sarjana fisika di Indonesia baru mempelajari partikel kuantum dan
kosmologi relativistik. Dua bidang itu yang mengubah pandangan dunia secara radikal-
revolusioner awal abad XX tentang alam semesta dan asal-usulnya. Sepuluh tahun kemudian, di
Indonesia hanya ada lima nama yang punya otoritas untuk berbicara tentang kuantum dan
relativitas. Salah seorang di antara mereka adalah Tjia. Empat nama lain kala itu adalah Ahmad
Baiquni, Muhammad Barmawi, Pantur Silaban, dan Jorga Ibrahim. Mereka adalah angkatan
pertama yang jumlah penerusnya relatif sedikit dibandingkan dengan bidang fisika terapan.
Tjia juga sempat ikut riset di International Center of Theoretical Physics (ICTP), Trieste,
Italia, yang didirikan fisikawan peraih hadiah Nobel asal Pakistan, Abdus Salam. Saat itulah, dia
meninggalkan fisika partikel dan memasuki riset polimer, optik nonlinier, dan superkonduktor.
Dalam dua bidang terakhir itu, namanya menginternasional.

2. Johny Setiawan
Selain itu ada juga astronom asal Indonesia, Johny Setiawan yang bekerja di Max Planck
Institute for Astronomy Jerman, Johny Setiawan, menemukan delapan planet di tata surya lain.
Tiga di antaranya, yaitu planet yang dinamai HD 47536c, HD 110014b, dan HD 110014c. Lima
lainnya telah teridentifikasi, tetapi masih dalam penyusunan makalahnya.
Johny mempresentasikan makalah berjudul ”Astronomy: A Culture, Science, and
Philosophy for the Humanity” dan ”Search for Life in Other Solar Systems”. Sebagai ilmuwan
postdoctoral di Departemen Planet dan Formasi Bintang Max Planck Institute for Astronomy
(MPIA) sejak tahun 2003, Johny meneliti planet extrasolar (di luar sistem matahari) yang
mengelilingi bintang muda dan evolusi bintang serta stelar atmosfer atau pulsasi dan aktivitas
khromosferik.
Menurut Johny, satu-satunya ilmuwan non-Jerman di antara tiga peneliti planet lainnya di
MPIA, sekarang ini dengan adanya teleskop modern, bukanlah hal sulit untuk menemukan

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 13


bintang-bintang yang bertebaran di jagat raya ini. Dengan teropong optik yang dipadukan sistem
komputer, benda langit yang memancarkan cahaya itu dapat teridentifikasi. Yang sulit adalah
melihat adanya planet-planet yang mengitari bintang-bintang yang jaraknya dari bumi ribuan
tahun cahaya. Planet, yang hanya memantulkan cahaya dari bintang induknya, penampakannya
10 juta kali lebih redup daripada bintang atau matahari yang dikitarinya.
Namun, dengan adanya pergerakan radial bintang karena dipengaruhi gaya tarik-menarik
dengan planet yang mengitarinya, keberadaan planet dapat diketahui secara tidak langsung.
Pergerakan radial itu dapat dilihat dengan alat spektrograf yang berfungsi mengurai cahaya
bintang menjadi komponen cahaya.
Seperti halnya cahaya matahari yang dapat diurai menjadi warna-warna pelangi, garis-
garis spektrum cahaya itu dijadikan kunci untuk mengetahui keberadaan planet. Bila pada garis
spektrum itu terjadi osilasi atau pergerakan pendar ke kiri atau kanan, itu adalah indikasi ada
planet yang mengitarinya.

3. Terry Mart
Riset fisika, apalagi fisika dasar, selama ini dianggap tidak
memiliki prospek ekonomis yang baik bagi penelitinya.
Karena salah satu alasan itulah, hingga kini hanya segelintir
orang yang tetap menekuni ilmu ”rumit” ini. Di antara
mereka yang langka dan mampu mematahkan anggapan itu
adalah Terry Mart, Ilmuwan Fisika Nuklir dan Partikel
tingkat dunia.
Menekuni bidang Fisika Nuklir dan Partikel Teoretis sejak 20 tahun lalu, Terry kini
menjadi orang yang kaya ilmu dan dipandang oleh komunitas ilmuwan fisika di tingkat dunia.
Kekayaannya itu terlihat pada makalahnya yang terbit di jurnal dan prosiding internasional,
jumlahnya mencapai sekitar 100 makalah.
Dari paper internasional, yang dihasilkan rata-rata dua kali setahun, ia mendapat insentif dari
Universitas Indonesia Rp 10 juta per makalah. Belum lagi tawaran dana penelitian dan
penggunaan fasilitas riset dari perguruan tinggi asing.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 14


Bila ditanya apa kiatnya bisa seproduktif itu? Kuncinya adalah kreativitas dan perhatian
sepenuh hati pada ilmu yang ditekuni. ”Bila tiap hari kita memikirkannya, setiap kali pula
muncul ide untuk mengembangkannya,” ujar Terry.
Di ruang kerjanya yang berukuran 4 x 3 meter ada seperangkat komputer yang bekerja 24 jam,
melakukan komputasi ribuan data eksperimen yang kemudian dicocokkan dengan model yang
dikembangkannya. Dengan menggunakan satu komputer, waktu yang diperlukan untuk
memproses data mencapai 3 hingga 11 hari. Karena itu, ia bercita-cita memiliki 50 komputer
yang bekerja paralel untuk mempercepat proses tersebut dan dengan jumlah data input yang jauh
lebih besar.
Tiada hari tanpa penelitian
Prinsip tiada hari tanpa meneliti diterapkan bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan
juga mahasiswa dan peneliti lain di kelompok Peminatan Fisika Nuklir & Partikel UI yang
dipimpinnya sejak tahun 1998.
”Dengan begitu dapat tumbuh budaya riset, yaitu seorang dosen dan mahasiswa merasa
malu dan ketinggalan jika tidak ikut melakukan penelitian. Saat ini di Jurusan Fisika
sudah mulai mengarah ke situ,” urainya.
Namun bagi Terry, suasana kampus di Indonesia memang belum kondusif untuk kegiatan
riset karena rendahnya proses kreatif, sikap santai, bahkan cenderung malas yang melekat di
sebagian masyarakat kampus. Inilah yang menyebabkan terjadinya scientific decomposition atau
pembusukan ilmiah.
Karena itu, secara periodik Terry harus ”menyetrum” kembali semangatnya dengan
mengadakan penelitian di luar negeri. Ini dijalaninya selama tiga bulan setiap dua tahun.
”Bila ingin maju, peneliti ilmu dasar memang harus ’keluar’ dan bersaing dengan peneliti dunia
lainnya. Jangan hanya bermain di tingkat nasional,” ujar salah satu pendiri Grup Fisika Teoritik
di Indonesia pada tahun 2004 ini.
Baginya tidak sulit mendapat dukungan dana dari universitas terkemuka yang membuka
peluang baginya melakukan kerja sama riset di luar negeri. Paling tidak ada lima universitas dari
empat negara maju yang menerimanya sebagai peneliti tamu dan menanggung semua biaya riset
dan perjalanan.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 15


Meski penelitiannya kerap dilakukan di luar negeri, Terry sangat mencintai Indonesia
sehingga tidak tebersit sedikit pun untuk hijrah ke negeri orang. Justru hasil penelitian di luar
negeri menjadi ”oleh-oleh” untuk diteliti lebih lanjut para mahasiswanya menjadi bahan tesis.
Riset partikel kaon
Dari belantara ilmu pengetahuan masa depan, hingga kini yang secara intens dibidiknya
sebagai fisikawan adalah partikel kaon yang berada dalam skala femtometer (femi), yaitu sama
dengan 10 pangkat minus 15 meter atau perseribu nanometer. Perhatiannya pada partikel kaon
yang disebut juga ”partikel aneh” ini dimulai tahun 1987 ketika ia menyusun skripsi sarjana.
Terobsesi pada kaon, putra guru Bahasa Inggris M. Yusuf Rahman ini berhasil
menciptakan model produksi partikel kaon. Model itu kemudian dipasangnya dalam situs web
sehingga peneliti dari seluruh dunia dapat mengacu pada model tersebut.
Kaon disebut partikel aneh karena bila diproduksi, partikel itu selalu berdampingan
dengan hyperon. Dengan temuan partikel berukuran femi ini, memungkinkan partikel ini
disusupi dalam nukleus atau inti atom. Dua sejoli partikel itu kini tengah dikembangkan untuk
meneliti inti atom.
Sebenarnya dalam lingkup astronomi, ada tata surya yang disebut bintang netron yang
juga tersusun oleh netron dan hyperon. Munculnya hyperon ini memungkinkan sebuah bintang
dipadatkan dalam ukuran yang jauh lebih kecil namun berenergi sangat dahsyat. Fenomena ini
dapat mengilhami pengembangan kaon-hyperon selanjutnya.
Sekarang ini, meski telah diteliti selama 20 tahun, belum terbayang pengembangan
partikel kaon-hyperon ke arah komersial. Dunia saat ini masih pada tahap pengembangan
teknologi nano untuk berbagai aplikasi. Misalnya, meningkatkan kualitas material melalui
rekayasa struktur molekulnya dengan nanopartikel atau untuk mengatasi penyakit kanker
berbasis rekayasa DNA (deoxyribose nucleic acid).
Penelitian kaon mulai dilakukannya ketika mengambil program doktor di Jerman. Namun
kemudian ia mendapat peluang emas ketika Amerika Serikat mulai mengoperasikan Akselerator
pada tahun 1996 untuk meneliti partikel asing itu. Ia menjadi salah satu orang pertama yang
dapat memanfaatkan fasilitas canggih itu. Dalam ilmu partikel skala femi, nama Terry di dunia
kini sangat dikenal sehingga ia kerap diundang sebagai pembicara tamu pada pertemuan ilmiah
internasional di sejumlah negara.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 16


Forschen und Lehren an den Grenzen des Wissens (meneliti dan mengajar di batas
cakrawala pengetahuan). Slogan yang tertulis di gerbang masuk Universitas Mainz Jerman
tempat Terry menimba ilmu itu selalu mencambuknya untuk selalu berkarya. Dia juga ingin para
mahasiswa dan dosen serta peneliti lainnya juga terus berkarya. ”Kuncinya adalah pembenahan
sistem pendidikan dan sistem penelitian,” kata Terry.
Ia mengusulkan agar mata kuliah untuk mahasiswa tidak terlalu banyak, dosen harus
doktor atau S-3, serta penelitian tak semuanya harus berorientasi aplikatif apalagi bernilai
komersial. Ada penelitian tertentu yang memang untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Terry Mart lahir di Palembang 3 Maret 1965. Ia mengenyam pendidikan S1 di Universitas
Indonesia lulus dengan cum laude pada 1988 dan mengambil S3 di Universitat Mainz, Jerman
dan lulus cum laude pada 1996.
Pengalaman kerja Terry antara lain menjadi pengajar fisika di UI (1990-sekarang),
Asisten peneliti Universitat Mainz (1996), Ketua Peminatan Fisika Nuklir & Partikel UI (1998-
sekarang), Sekretaris program Studi Ekstensi Fisika UI (2002-2009), Peneneliti tamu di George
Washington University, AS; Okayama University of Science, Jepang; Tohoku University,
Jepang; Universitat Mainz, Jerman; Univeristy of Stellenbosch, Afrika Selatan.
Dalam berorganisasi, Terry menjadi Anggota Dewan Pendidikan Tinggi Indonesia (2009-
sekarang), Anggota Komite Pengarah Internasional IUPAP & Asia Pacific Few-Body
Conference (2005-sekarang), Anggota Komite Seleksi Bersama Lembaga Pertukaran Akademik
Jerman/DAAD (1998-sekarang), serta Editor dan Referee pada beberapa jurnal nasional dan
internasional (2005-sekarang).
Selain itu, Terry pernah menerima penghargaan berupa Mahasiswa Teladan FMIPA UI
(1987), Penghargaan publikasi internasional UI (1998-2010), Habibie Award (2001), Dosen
berprestasi III UI (2004), Satyalancana Karya Satya 10 tahun (2007), Leading Scientist dari
COMSTECH/Organisasi Konferensi Islam (2008), Ganesa Widya Jasa Adiutama ITB (2009),
Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa dari Departemen Pendidikan Nasional (2009), dan
Excellent Researcher dari SEA EU NET (2009).
4. DR. Azhari Sastranegara
Fujisawa-shi, Kanagawa, Jepang. Doctor of engineering dari
Tokyo Institute of Technology, Jepang, itu bergabung dengan
produsen bearing dan komponen otomotif tersebut sejak April

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 17


2005. Awalnya ia berkarier sebagai research engineer di NSK Research and Development
Center. “Tema penelitian saya cukup beragam, berkisar pada analisis struktur dan bahan terhadap
benturan,” ujar Azhari.
Salah satu riset pria kelahiran Majene, Sulawesi Barat, itu adalah tentang desain kemudi
kendaraan yang aman. Dalam penelitian itu, tugasnya melakukan perhitungan apakah rancangan
kemudi yang diajukan oleh bagian desain sudah memenuhi syarat keamanan ketika terjadi
tabrakan. Dari aneka penelitian itu, Azhari dan timnya di NSK menghasilkan enam paten yang
kini terdaftar di Japan Patent Office.
NSK ternyata juga bukan tempat kerja pertamanya. Sebelumnya, Azhari—yang meraih
gelar doktor dengan disertasi berjudul “Effect of Transverse Impact on Energy Absorption of
Column”—sempat menjadi asisten dosen di Tokyo Institute of Technology. Di kampus itu pula
Azhari merampungkan pendidikan dari S-1 sampai S-3 (Ph.D).
Dia belajar di kampus itu setelah lulus dari SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa
Tengah, pada 1994. Modalnya: beasiswa Mitsui Bussan Indonesia Scholarship, Pada program S-
3 (Ph.D), ia kembali mendapatkan beasiswa—kali ini dari Moritani Scholarship dan Tsuji Asia
Scholarship.
Setelah memperoleh gelar doktor/Ph.D, Azhari sempat ingin kembali ke Tanah Air.
Namun, ia tak mendapatkan tempat untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya.

5. Liem Tiang Gwan


Anda yang pernah atau berkali-kali mendarat di Bandara
Heathrow, London, Inggris ? barangkali tidak mengetahui
bahwa radar (radio detection and ranging) yang digunakan
untuk memantau dan memandu naik-turunnya pesawat
dirancang oleh putra Indonesia kelahiran Semarang.Selain itu,
banyak negara di Eropa serta militer menggunakan jasanya untuk merancang radar pertahanan
yang pas bagi negaranya.
Itulah Liem Tiang-Gwan, yang selama puluhan tahun bergelut dan malang melintang
dalam dunia antena, radar, dan kontrol lalu lintas udara. Maka, bagi mereka yang biasa
berkecimpung dalam dunia itu, pasti tidak asing dengan pria kelahiran Semarang, 20 Juni 1930,
ini.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 18


Namanya sudah mendunia dalam bidang radar, antena, dan berbagai seluk-beluk sistem
gelombang elektromagnetik yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur jarak, dan membuat
peta benda-benda, seperti pesawat, kendaraan bermotor, dan informasi cuaca.
Meskipun sudah bekerja dan mendapatkan posisi yang lumayan, Liem muda masih
berkeinginan untuk kembali ke Tanah Air. Ia masih ingin mengabdikan diri di Tanah Air. Maka,
tahun 1963 ia memutuskan keluar dari tempatnya bekerja di Stuttgart dan kembali ke Indonesia.
”Apa pun yang terjadi, saya harus pulang,” ujarnya mengenang.

6. Haryo Sumowidagdo
Bagi anda yang pernah membaca novel Dan
Brown, berjudul Angel and Demon, pasti tak asing lagi
dengan CERN (Conseil Européene pour la Recherche
Nucléaire) atau European Organization for Nuclear
Research. Sebuah komplek laboratorium percepatan
partikel terbesar di dunia yang terletak di perbatasan
antara Perancis dan Swiss, persis di sebelah barat Jenewa,
yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para peminat ilmu fisika. Di sanalah ribuan ilmuwan
yang setengahnya adalah komunitas fisika partikel, melakukan eksperimen bersama.
Namun, siapa nyana ternyata ada orang Indonesia di antara ribuan ilmuwan itu. Salah
satunya adalah Haryo Sumowidagdo. Lelaki yang menggondol Ph.D dari Florida State
University dan S1 dan S2 di Universitas Indonesia
Aktivitas di CERN
Ada tiga kegiatan utamanya di CERN, yaitu sebagai teknisi, pembimbing, dan fisikawan.
Sebagai teknisi, ia menulis program kendali dan kontrol untuk alat eksperimennya. Alat
eksperimen fisika partikel tidak dijual di toko. Semua harus dibuat dan dikerjakan sendiri. Jadi
tidak heran kalau fisikawan partikel eksperimen sering punya keahlian di luar fisika, itu semua
karena panggilan tugas.
Sebagai pembimbing, ia membimbing dan menjadi tempat bertanya para mahasiswa
program doktoral. Interaksinya dengan mahasiswa terjadi dua arah, karena ia juga kadang
bertanya kepada mereka.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 19


Sebagai fisikawan, Haryo menganalisis data untuk melakukan pengukuran besaran fisika
atau mencari penemuan baru dalam bidang fisika. Kemudian tentunya menulis karangan ilmiah
dan mempublikasikannya di jurnal ilmiah.
Ada kegiatan keempat yang belum banyak ia lakukan, yakni mempopulerkan iptek
kepada masyarakat luas. Di CERN, kendala utama bagi Harya adalah belum fasih berbahasa
Prancis. Ia memulai sebuah blog akhir-akhir ini dalam bahasa Indonesia untuk kegiatan ini, jadi
jangan lupa untuk melihat blognya http://sumowidagdo.wordpress.com/ setelah membaca artikel
ini.
Saat ini Haryo terlibat proyek Large Hadron Collider (LHC) secara tidak langsung. Ia
menjadi anggota Compact Muon Solenois (CMS), sebuah eksperimen fisika partikel yang
terletak di LHC. LHC sendiri merupakan bagian dari CERN.
LHC merupakan sebuah akselerator/pemercepat zarah. Akselerator adalah sebuah mesin
yang bisa mempercepat sesuatu. Mirip dengan pedal gas di sebuah mobil yang bisa menaikkan
kecepatan mobil dari diam ke kecepatan tinggi. Zarah (diadaptasi dari bahasa Arab) adalah
sesuatu yang sangat kecil, tidak kasat mata, namun merupakan bahan baku yang menyusun
semua benda yang kita lihat di sekitar kita. Di dalam LHC, zarah-zarah dipercepat sampai
mendekati kecepatan cahaya. Zarah-zarah yang berkecepatan tinggi ini kemudian saling
ditubrukkan. Dalam tubrukan tersebut bisa tercipta zarah-zarah lain yang kemudian dilihat oleh
alat-alat eksperimen fisika partikel.
LHC merupakan sebuah terowongan di bawah tanah yang membentuk lintasan lingkaran
dengan diameter delapan kilometer. Bandara Soekarno-Hatta bisa diletakkan di dalam lingkaran
LHC. Letak LHC adalah dekat kota Jenewa di Swiss. Sebagian dari lingkaran LHC berada di
wilayah negara Prancis, sebagian lagi berada di wilayah negara Swiss.
Peta udara & diagram keadaan LHC di bawah tanah
Akselerator sebenarnya bukan barang yang tidak
umum.Kalau anda pernah melihat TV atau monitor
komputer jaman dulu yang masih pakai layar kaca, itu
sebenarnya akselerator juga. Di bagian belakang TV/layar monitor ada akselerator yang
mempercepat zarah, dan zarah itu kemudian menumbuk layar kaca. Layar kacanya kemudian
bersinar, dan kita bisa melihat gambar di layar. Cuma memang LHC ukurannya jauh lebih besar
dari TV, dan juga lebih rumit dari TV.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 20


Cita-cita Sewaktu Kecil
Profesinya saat ini sebenarnya tidak sesuai dengan cita-citanya sejak kecil. Sewaktu
Haryo masih SD, ia sebenarnya ingin menjadi petani dan ingin masuk IPB. Alasannya karena ia
terkesan dengan cerita Rumah Kecil (Little House) karangan Laura Ingalls Wilder yang
menceritakan betapa petani bisa menjadi orang yang makmur, mandiri, dan hidup dari usaha dan
tanahnya sendiri. Ketika di SMP kemudian berubah, ingin menjadi sarjana teknik komputer.
Zaman itu komputer pribadi baru masuk di Indonesia dan ia termasuk orang yang beruntung bisa
menggunakan komputer.
Terakhir ketika SMA, barulah Haryo mulai suka kepada fisika dengan serius. Di kelas III
SMA, ia melamar untuk program penerimaan mahasiswa tanpa tes di Universitas Indonesia (UI).
Ia memilih Fisika dan diterima. Ketika di Fisika UI, ia bertemu dengan mendiang Prof. Darmadi
Kusno dan Dr. Terry Mart. Mereka berdua memberikan pengaruh besar padanya sehingga
Haryo akhirnya mantap dengan cita-cita untuk menjadi fisikawan. Pak Darmadi ini adalah guru
dan pembimbing Pak Terry Mart dan Pak Yohanes Surya. Pak Terry Mart kemudian menjadi
pembimbing skripsinya. Haryo merasa bangga dan bersyukur diberi kesempatan menjadi murid
beliau, dan hingga sekarang pun ia tetap hormat dan memiliki hubungan baik dengan beliau.
Selain Haryo, ada juga orang Indonesia lain yang tergabung di CERN, yaitu Rahmat dari
University of Mississipi dan Romulus Godang dari University of South Alabama. Mereka
berdua merupakan anggota CMS, sehingga mereka juga terlibat dengan CERN. Mereka saat ini
masih di Amerika Serikat dan belum diberi kesempatan untuk berkunjung dan bekerja di CERN.
Awalnya Bergabung di CERN
Awal cerita Haryo bergabung di CERN dimulai dari sebuah artikel di Kompas tanggal 8
Juni 1994 yang berjudul Seorang Fisikawan Indonesia Terlibat Penemuan Top Quark. Artikel
itu menceritakan tentang kisah seorang alumni Fisika UI yang tengah menempuh studi doktoral
di Amerika Serikat (AS) dan bekerja di Fermilab (sebuah laboratorium fisika seperti CERN yang
terletak dekat Chicago, Amerika Serikat). Alumni tersebut terlibat dalam eksperimen fisika
partikel yang menemukan top quark, salah satu partikel elementer. Penemuan top quark
merupakan salah satu penemuan sangat penting dalam bidang fisika, setara dengan penemuan-
penemuan penting lain yang sudah dianugrahi Hadiah Nobel Fisika. Meski kemudian Haryo
menyelesaikan sarjana fisika dengan topik skripsi fisika partikel teoretik, kesan yang
ditinggalkan artikel itu sangat dalam.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 21


Ketika ia diterima sebagai mahasiswa doktoral di AS, Haryo sebenarnya ingin
melanjutkan kembali ke fisika nuklir/partikel teoretik. Namun, ternyata para profesor dalam
bidang fisika nuklir/partikel teoretik sudah membimbing terlalu banyak mahasiswa doktoral
sehingga mereka tidak lagi punya beasiswa untuk mahasiswa baru. Sebaliknya, profesor-profesor
fisika partikel eksperimen memiliki beasiswa, dan mereka dengan senang hati mau menerimanya
sebagai mahasiswa. Penelitian fisika partikel eksperimen mereka dilakukan di Fermilab.
Disinilah ia teringat kembali kepada kisah dalam artikel tersebut dan kemudian memutuskan
untuk bergabung dengan grup penelitian fisika partikel eksperimen. Jadi ia berpindah dari teori
ke eksperimen, meski masih fisika partikel.
Setelah menamatkan studi, Haryo mendapat pekerjaan sebagai peneliti pascadoktoral di
University of California, Riverside (UCR). Grup penelitian fisika partikel di UCR terlibat dalam
eksperimen bernama CMS di CERN, dan ia akan ditempatkan di CERN. Awal tahun 2009,
Haryo pindah dari Fermilab di Chicago ke CERN di Jenewa, dan semenjak itulah ia bekerja di
sana.
Untuk masuk ke CERN ternyata tidak melalui seleksi khusus atau tertentu. Seseorang
tidak perlu menjadi pegawai CERN untuk bekerja di CERN, melainkan bisa dengan menjadi
mahasiswa doktoral atau peneliti di grup penelitian yang melakukan penelitian di CERN. Haryo
bukan pegawai CERN namun ia ditempatkan di CERN. Mirip dengan pegawai Departemen Luar
Negeri RI yang ditempatkan di kantor pusat PBB. Mereka bukan pegawai PBB, tetapi bekerja di
kantor pusat PBB. Namun, tentunya harus menjadi mahasiswa doktoral atau peneliti terlebih
dahulu.
Untuk kaum muda Indonesia yang tertarik untuk bekerja di CERN, mereka harus
menyelesaikan pendidikan sarjana dahulu. Kemudian meneruskan ke pendidikan pascasarjana
dan bergabung dengan universitas/grup penelitian yang memiliki kegiatan penelitian di
CERN. Ada banyak perguruan tinggi/lembaga penelitian (PT/LP) yang melakukan penelitian di
CERN (sekitar 500-600an) dari seluruh penjuru dunia (66 negara). Saat ini, beasiswa untuk
pendidikan ke luar negeri sudah sangat banyak sehingga peluang terbuka lebar bagi siapa saja
yang mau berusaha dan bekerja keras.
Menurut Haryo, penyebab sangat sedikitnya orang Indonesia yang bekerja di bidang
fisika partikel eksperimen adalah karena ketidaktahuan, dan bukan karena ketidakmampuan.
Ketiadaan penelitian fisika partikel eksperimen di Indonesia sama sekali bukan masalah:

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 22


Pengalaman Haryo dan beberapa rekan dari Indonesia menunjukkan bahwa sarjana fisika lulusan
perguruan tinggi di Indonesia bisa menyelesaikan pendidikan pascasarjana bidang fisika partikel
eksperimen.
Ilmuwan di CERN berasal dari 66 negara yang memiliki institusi yang berpartisipasi
dalam penelitian di CERN. Kemudian ada lagi orang dari luar 66 negara ini yang bekerja untuk
salah satu PT/LP di 66 negara ini (seperti Haryo misalnya, ia berasal dari Indonesia yang tidak
memiliki PT/LP yang melakukan penelitian di CERN, namun ia bekerja untuk UCR yang
melakukan penelitian di CERN). Saat ini ada warga negara dari 97 negara yang berada di CERN.
CERN sendiri memiliki pegawai sekitar 2.500 orang, dan ada sekitar 10.000 orang yang
berkunjung setiap tahun sebagai peneliti tamu. CERN merupakan salah satu organisasi
internasional terbesar di Jenewa.
Pulang Kampung dan Rencana Masa Depan
Ketika Haryo ditanya apakah akan pulang ke Indonesia, ia menjawab bahwa pulang ke
Indonesia belum menjadi prioritasnya dalam waktu dekat.Alasannya adalah karena ia belum
yakin apakah di Indonesia sudah tersedia infrastruktur yang memadai untuk memulai aktivitas
penelitian dalam fisika partikel eksperimen. Perlu dimengerti bahwa infrastruktur tidak berarti
sebuah akselerator, seperti LHC atau laboratorium besar seperti CERN. Akselerator sama sekali
tidak diperlukan di Indonesia, karena sudah ada banyak akselerator di tempat lain.
Demikian pula sudah ada banyak eksperimen fisika partikel yang sedang berjalan
sehingga tidak perlu memulai sebuah eksperimen baru dari nol. Infrakstruktur yang dimaksud
misalnya adalah jaringan internet kecepatan tinggi, industri elektronika dan manufaktur, dan
dukungan politik untuk penelitian dalam jangka panjang (lebih dari 10 tahun). Meskipun
infrastruktur yang diperlukan bukan sebuah proyek mercusuar, tetap diperlukan usaha luar biasa
untuk menggabungkan berbagai infrastruktur tersebut untuk membentuk kegiatan penelitian
fisika partikel eksperimen yang nyata. Bahkan di negara yang lebih maju dari Indonesia pun hal
ini tidak mudah. Misalnya, baru-baru ini ia mendengar bahwa beberapa fisikawan dari National
University of Singapore mengajukan proposal untuk bergabung dengan CMS. Namun kemudian
mereka menarik kembali proposal ini, karena ada masalah dengan teknis dan pendanaan. Padahal
di Singapore aktivitas penelitian dan infrastrukturnya lebih baik daripada Indonesia.
Adapun rencananya ke depan adalah, dalam jangka panjang, ia merencanakan untuk
memiliki karier yang mapan dalam bidang fisika partikel eksperimen. Selain fisika partikel

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 23


eksperimen, ia juga tertarik kepada beberapa bidang yang sangat erat kaitannya dengan fisika
partikel, seperti instrumentasi, fisika medis, dan teknologi komputasi grid. Beberapa bulan
terakhir Haryo juga banyak berdiskusi dengan para profesor senior tentang bagaimana meniti dan
membina karir dalam bidang fisika. Jalannya ke depan masih panjang dan berat, namun Haryo
optimis bahwa ia akan menemukan jalan untuk membuat rencananya menjadi kenyataan. Obsesi
lain, ia juga ingin menjadi penulis.

7. B. J. Habibie
Bacharuddin Jusuf Habibie (lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni
1936; umur 73 tahun) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Ia
menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada
tanggal 21 Mei 1998. Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil
Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun
dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia
dengan masa jabatan terpendek.
Keluarga dan pendidikan
Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil
Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Alwi Abdul Jalil Habibie lahir pada tanggal 17
Agustus 1908 di Gorontalo dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo lahir di Yogyakarta 10
November 1911. Ibunda R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak seorang spesialis mata di
Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai penilik sekolah. B.J.
Habibie adalah salah satu anak dari tujuh orang bersaudara.
B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan
dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Ia belajar teknik mesin di Institut Teknologi Bandung tahun 1954. Pada 1955-1965 ia
melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH
Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingineur pada 1960 dan gelar doktor ingineur
pada 1965 dengan predikat summa cum laude.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 24


Pekerjaan dan karier
Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan
penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai
seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas
permintaan mantan presiden Suharto.
Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978
sampai Maret 1998. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie
adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di
bawah Presiden Soeharto. Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.

8. Prof. Nelson Tansu, Ph.D


Prof. Nelson Tansu, Ph.D dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, tanggal 20
Oktober 1977. Ia adalah lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan pada tahun 1995
dan juga menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Setelah
menamatkan SMA, ia memperoleh beasiswa dari Bohn’s Scholarships untuk
kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika di Universitas
Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. Tawaran ini diperolehnya karena ia menjadi salah satu
finalis TOFI. Ia berhasil meraih gelar bachelor of science kurang dari tiga tahun dengan predikat
summa cum laude.
Setelah menyelesaikan program S-1 pada tahun 1998, ia mendapat banyak tawaran
beasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat. Walaupun demikian, ia
memilih tetap kuliah di Universitas Wisconsin dan meraih gelar doktor di bidang electrical
engineering pada bulan Mei 2003.
Selama menyelesaikan program doktor, Prof. Nelson memperoleh berbagai prestasi
gemilang di antaranya adalah WARF Graduate University Fellowships dan Graduate Dissertator
Travel Funding Award. Penelitan doktornya di bidang photonics, optoelectronics, dan
semiconductor nanostructires juga meraih penghargaan tertinggi di departemennya, yakni The
2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award.
Setelah memperoleh gelar doktor, Nelson mendapat tawaran menjadi asisten profesor
dari berbagai universitas ternama di Amerika Serikat. Akhirnya pada awal tahun 2003, ketika

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 25


masih berusia 25 tahun, ia menjadi asisten profesor di bidang electrical and computer
engineering, Lehigh University. Lehigh University merupakan sebuah universitas papan atas di
bidang teknik dan fisika di kawasan East Coast, Amerika Serikat.
Saat ini Prof. Nelson menjadi profesor di universitas ternama Amerika, Lehigh
University, Pensilvania dan mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3) dan
post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer. Lebih dari 84 hasil riset maupun karya
tulisnya telah dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah internasional. Ia juga
sering diundang menjadi pembicara utama di berbagai seminar, konferensi dan pertemuan
intelektual, baik di berbagai kota di AS dan luar AS seperti Kanada, Eropa dan Asia. Prof Nelson
telah memperoleh 11 penghargaan dan tiga hak paten atas penemuan risetnya. Ada tiga
penemuan ilmiahnya yang telah dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure
optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers.
Ketika masih di Sekolah Dasar, Prof. Nelson gemar membaca biografi para fisikawan
ternama. Ia sangat mengagumi prestasi para fisikawan tersebut karena banyak fisikawan yang
telah meraih gelar doktor, menjadi profesor dan bahkan ada beberapa fisikawan yang berhasil
menemukan teori (eyang Einstein) ketika masih berusia muda. Karena membaca riwayat hidup
para fisikawan tersebut, sejak masih Sekolah Dasar, Prof. Nelson sudah mempunyai cita-cita
ingin menjadi profesor di universitas di Amerika Serikat.
Walaupun saat ini tinggal di Amerika Serikat dan masih menggunakan passport
Indonesia, Prof. Nelson berjanji kembali ke Indonesia jika Pemerintah Indonesia sangat
membutuhkannya.

9. Prof. Hans Jacobus Wospakrik


Prof. Hans Jacobus Wospakrik dilahirkan di Serui, Papua, tanggal 10 september
1951. Setelah menamatkan sekolah menengah, ia melanjutkan pendidikan pada
jurusan Pertambangan, Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1971. Karena
tidak diminatinya, Hans pindah ke jurusan Fisika dan menyelesaikan pendidikan
sarjananya pada tahun 1976. Pada akhir tahun 1970-an, ia pergi ke Belanda dalam rangka
menyelesaikan pendidikan pasca sarjana di bidang fisika teoritis. Pada tahun 1999 Hans juga
pergi ke Universitas Durham, Inggris dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 2002.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 26


Pada awal tahun 1980-an, sambil melanjutkan studi pasca sarjananya, Hans pernah
mengadakan riset bersama Martinus J.G. Veltman di Utrecht, Belanda. Veltman adalah
Fisikawan peraih nobel fisika tahun 1999. Ketika pindah ke Ann Arbor, Michigan, Amerika
Serikat, Veltman ngotot mengajak Hans untuk bersama-sama dengannya melakukan riset di
sana. Hal ini menunjukan bahwa Hans adalah fisikawan yang cemerlang.
Hans Wospakrik adalah mantan seorang fisikawan Indonesia yang merupakan dosen
fisika teoritik di Institut Teknologi Bandung. Hans adalah seorang yang mendapatkan
penghargaan fisikawan terbaik oleh Universitas Atma Jaya Jakarta atas pengabdian, konsistensi,
dan pengorbanannya yang tinggi dalam penelitian di bidang fisika teori. Ia memberi sumbangan
berarti kepada komunitas fisika dunia berupa metode-metode matematika guna memahami
fenomena fisika dalam partikel elementer dan Relativitas Umum Einstein. Hasil-hasil
penelitiannya ini dipublikasikannya di jurnal-jurnal internasional terkemuka, seperti Physical
Review D, Journal of Mathematical Physics, Modern Physics Letters A, dan International
Journal of Modern Physics A.
Dengan tujuh hasil penelitian yang menembus jurnal internasional terkemuka, tiga hasil
penelitian diterbitkan jurnal online yang bersifat internasional, tak terhitung penelitiannya yang
diterbitkan jurnal dan prosiding dalam negeri, serta menghabiskan waktu sebagai pegawai negeri
mengajar dan membimbing mahasiswa di ITB, Dr Hans J Wospakrik yang meninggal pada 11
Januari 2005 dihargai pemerintah hanya sampai golongan IV-A, lektor kepala. Setelah
mengetahui publikasi Hans yang menembus Physical Review D, padahal waktu itu Hans masih
dengan gelar sarjana, belum PhD, Prof Dr Ryu Sasaki dari Institut Fisika Teori Yukawa di
Kyoto, Jepang geleng-geleng kepala mengetahui Hans hanya dihargai pemerintah dengan
golongan pangkat yang tidak memadai. Prof Dr Ryu Sasaki mengatakan bahwa bila
menggunakan syarat-syarat di Jepang, Hans adalah satu dari sedikit ilmuwan di Indonesia yang
berhak mendapat gelar profesor.
Santun, ramah, dan penolong. Inilah kesan yang dibawa setiap orang yang pernah
berjumpa dengan Hans. Sikap ini tidak hanya diperlihatkannya secara alami kepada rekan-
rekannya sesama pengajar, tetapi juga kepada mahasiswa-mahasiswanya. Sebagian besar kawan-
kawannya dan mahasiswanya mengatakan belum pernah melihat Hans marah. Paling-paling dia
diam kalau ada yang tidak berkenan di hatinya. Diam itu pun biasanya segera cair.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 27


Sebagai pegawai negeri, Hans memperlihatkan hubungan berbanding langsung antara
gaji dan kehidupan. Pada sebagian besar pegawai negeri, hubungan gaji dan kehidupan adalah
berbanding terbalik sebab dengan gaji kecil (gaji pokok pegawai dengan golongan tertinggi IV-E
tidak lebih dari Rp 4 juta), banyak pegawai negeri punya rumah lebih dari satu, mobil lebih dari
satu, deposito dalam orde miliar rupiah. Hans selama hidupnya sebagai pegawai negeri tidak
sempat memiliki rumah, tidak pernah memiliki mobil, bahkan sepeda motor. Setiap tahun ia
harus memperbarui kontrak rumahnya, ke kampus naik angkot. Tak jarang ia pulang malam dari
kampus jalan kaki setelah menempuh tujuh kilometer sebab angkot menuju rumahnya sudah
tidak beroperasi lagi. Dalam hal ini, satu lagi predikat harus disematkan ke pundaknya : Pegawai
Negeri Terbaik.
Kebaikan-kebaikannya inilah yang menumbuhkan pilu ketika menyaksikan bagaimana
rumah sakit memperlakukan seorang fisikawan Indonesia yang luar biasa ini di akhir hidupnya.
Karena kekurangan uang panjar, dua hari pertama Hans yang menderita leukemia itu tidak
mendapatkan obat dari rumah sakit tempat ia terakhir dirawat. Begitu ada uang tambahan,
barulah rumah sakit mulai memberikan obat. Beberapa jam setelah itu Hans mengembuskan
napasnya yang terakhir. Di kamar jenazah, tubuh Hans harus menunggu suntik formalin karena
keluarga harus pontang-panting mengumpulkan uang sebanyak Rp 1 juta. Kartu kredit tidak
berlaku di ruang jenazah itu. Dokter menunggu uang terkumpul. Untung ada Karlina Supelli,
seorang yang bertanya ke dokter, “Saya punya beberapa dollar dan rupiah yang kalau
dikumpulkan sekitar Rp 1 juta. Apakah ini dapat diterima?” Sang dokter langsung memungut
uang itu dan formalin seketika disuntikkan. Karlina adalah adik kelas Hans di ITB. Karlina di
Departemen Astronomi, Hans di Departemen Fisika. Keduanya mendalami kosmologi.
Keduanya menulis skripsi dengan pembimbing yang sama: Dr Jorga Ibrahim. Keduanya lulus
cum laude.
Dari Atomos Hingga Quark adalah sebuah buku hasil karya Hans yang menceritakan
mengenai pencarian manusia sepanjang sejarah mengenai penyusun terkecil dari materi-materi
alam ini. Berawal dari Yunani di mana para filsuf saat itu berfilsafat mengenai penyusun terkecil
setiap materi, Jazirah Arab yang disinggung oleh Hans sebagai pemegang “obor pengetahuan”
berikutnya setelah Yunani, ilmu alkemi, reaksi nuklir yang “menceritakan” pada kita tentang
keberadaan atom, proton dan neutron, sampai temuan saat ini mengenai satuan materi yang lebih
kecil, yaitu quark. Pada halaman depan buku tersebut, Prof. Dr. Martinus J.G. Veltman

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 28


mengatakan : “Dari publikasinya … saya lihat dia betul-betul terus bekerja sebaik mungkin
dalam teori partikel. Orang seperti Hans besar sekali nilainya buat negeri yang mulai memasuki
komunitas riset dunia. Kita merasa kehilangan”. Dia adalah ilmuwan terbaik (Indonesia) yang
pernah kita miliki.

10. Prof. Yohanes Surya


Prof. Yohanes Surya dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 november 1963.
Setelah menyelesaikan kuliah pada Jurusan Fisika Universitas Indonesia
tahun 1986, ia mengajar di SMAK I Penabur Jakarta sampai tahun 1988.
Professor Yohanes Surya Ph. D adalah seorang fisikawan lulusan William
and Mary College Amerika Serikat. Program Masternya diselesaikannya pada tahun 1990 dan
program doktor dalam bidang fisika nuklir pada tahun 1994 dengan predikat summa cum laude.
Kesempatan untuk memperdalam ilmu fisika di William and Mary College diperolehnya melalui
program beasiswa. Ketika masih kuliah di Universitas Indonesia, Prof. Yohanes Surya juga
sering mendapat beasiswa. Hal ini dilatarbelakangi oleh kemampuan intelektual yang cemerlang
dan didukung oleh kerja keras dalam mengembangkan talenta yang dimilikinya. Walaupun sudah
mendapatkan ijin tinggal dan bekerja di Amerika Serikat, Prof. Yohanes memilih untuk pulang
ke Indonesia, dengan tujuan ingin mengharumkan nama bangsa Indonesia melalui Olimpiade
Fisika.
Prof. Yohanes adalah fisikawan pendidik dan peneliti selebritis di Indonesia. Ia menjadi
terkenal karena membimbing murid-murid cemerlang sekolah menengah Indonesia masuk pada
komunitas fisika pemula antarbangsa melalui Olimpiade Fisika Internasional dan kompetisi riset
fisikawan muda berkelas dunia : The First Step to Nobel Prize in Physics. Gagasan untuk
membentuk Tim Olimpiade Indonesia (TOFI), yang kemudian membuatnya menjadi sangat
terkenal, berawal ketika ia masih kuliah di Virginia, Amerika Serikat. Ide yang dicetuskan
bersama temannya Agus Ananda ini medapat dukungan dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Nasional dan Fakultas Fisika Universitas Indonesia. Pada tahu 1993, Fakultas
Fisika Universitas Indonesia bersama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional
menyaring lima pelajar terbaik yang kemudian dikirim ke Virginia, Amerika, tempat para
mahasiswa tingkat doktoral ini belajar guna dilatih untuk mengikuti Olimpiade Fisika
International yang akan berlangsung di William and Mary College. Walaupun Indonesia baru

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 29


pertama kali mengikuti Olimpiade Fisika Internasional, tim ini berhasil memenangkan Medali
Perunggu atas nama Oki Gunawan dari SMAN 78 Jakarta. Sepulangnya ke Indonesia, para
mahasiswa ini bersama dengan Roy Sembel dan Joko Saputro mendirikan Tim Olimpiade Fisika
dengan membawa serta nama Indonesia, menjadikannya Tim Olimpiade Fisika Indonesia
(TOFI). Sejak pertama kali mengikuti Olimpiade Fisika, Tim Indonesia selalu memperoleh
penghargaan. Medali emas pertama kali diperoleh di Padova, Italia, pada tahun 1999. Perolehan
medali emas merupakan tujuan awal yang telah menjadi tradisi TOFI dalam mengikuti kompetisi
bergengsi ini. Pengalaman mengikuti olimpiade dengan prestasi membanggakan itu
memudahkan Prof. Yohanes menghubungi perguruan tinggi papan atas AS melamar tempat
belajar sekaligus beasiswa bagi alumni TOFI. Beberapa alumni TOFI yang belajar di Universitas
papan atas di dunia tersebut sedang dibimbing oleh Fisikawan Peraih Nobel. Hal ini merupakan
kesempatan yang baik bagi orang Indonesia untuk memperoleh Nobel Fisika. Nobel adalah
penghargaan yang sangat bergengsi, karenanya apabila Orang Indonesia berhasil meraih nobel,
maka terbuka kesempatan bagi Indonesia menjadi negara yang cepat Maju dan terdepan dalam
teknologi.
Selain membimbing Tim Olimpade Fisika Indonesia, Prof. Yohanes Surya juga sering
mengadakan pelatihan guru fisika dan matematika di seluruh pelosok Indonesia, baik di kota-
kota besar, kotamadya/kabupaten hingga ke desa-desa. Ia juga menjadi penulis buku yang
produktif untuk bidang Fisika dan Matematika. Salah satu bukunya yang terkenal adalah
Mestakung. Selain menulis buku, banyak artikel fisika yang ditulisnya dimuat di jurnal ilmiah
nasinal mapun internasional, serta surat kabar terkenal di Indonesia. Beliau adalah pencetus
istilah MESTAKUNG dan pembelajaran GASING (Gampang, Asyik dan Menyenangkan).
Selain sebagai penulis, Prof. Yohanes juga menjadi narasumber berbagai program
pengajaran sekolah dasar dan menengah. Ia juga ikut memproduksi berbagai program televisi
pendidikan, di antaranya “Petualangan di Dunia Fantasi” dan “Tralala-Trilili” di RCTI.
Selain aktivitasnya di atas, Prof. Yohanes juga terlibat dalam kepengurusan Organisasi
Internasional, di antaranya adalah Board Member of The International Physics Olimpad, The
First Step to Nobel Prize, The First Asian Physics Olimpiad, executive member of the Word
Physics Federation Competition, Asian Science Camp. Selain itu, memimpin pusat penelitian
nanoteknologi dan bioteknologi, The Mochtar Riady Center for Nanotechnology and
Bioengineering di Karawaci, Tangerang.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 30


Sudah banyak penghargaan yang diperoleh Profesor Yohanes Surya setelah bekerja keras
dalam membimbing para pelajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya bidang
fisika, di antaranya adalah CEBAF/AWARD AS 1992/1993 (salah satu mahasiswa terbaik dalam
bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika Serikat, Penghargaan Kreativitas 2005 dari
Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari Presiden
Bambang Susilo Yudoyono, penghargaan penulis Best Seller tercepat di Indonesia untuk buku
“Mestakung” yang ditulisnya.
Yohanes Surya merupakan Guru Besar fisika dari Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga. Ia pernah menjadi Dekan Fakultas Sains dan Matematika Universitas Pelita Harapan,
Kepala Promosi dan Kerjasama, Himpunan Fisika Indonesia (2001-2004), juri berbagai lomba
sains dan matematika, anggota Dewan Kurator Museum Iptek Taman Mini Indonesia Indah,
salah satu pendiri The Moctar Riady Institut, Anggota Dewan Wali Amanah Sekolah Tinggi
Islam Assalamiyah Banten, Fisikawan rombongan pertama yang membawa ekonofisika, cabang
ilmu yang mengawinkan fisika dan ekonomi, di Indonesia dan Rektor Universitas Multimedia
Nusantara (Kompas Gramedia Group), serta asyik mengkampanyekan cinta fisika di seluruh
Indonesia.
Pesan Kehidupan
Pesan kehidupan apa yang diperoleh setelah membaca riwayat Prof. Yohanes Surya di
atas ?
a. Hal yang paling menarik untuk diperhatikan adalah ketika berada di Virginia, Amerika
Serikat. Ketika itu, Prof. Yohanes Surya telah menyelesaikan program Doktor dan sempat
bekerja di Amerika Serikat. Walaupun sudah mendapat ijin tinggal dan kerja di Amerika
Serikat, Prof. Yohanes lebih memilih untuk kembali ke Indonesia dan mengharumkan nama
bangsa melalui Tim Olimpiade Fisika Indonesia didirikannya. Semangat nasionalis atau cinta
tanah air dan bangsa yang ditunjukkan oleh Prof. Yohanes patut kita tiru. Sebagai warga
negara Indonesia, kita harus bangga dan tetap mencintai negara kita, serta berusaha untuk
memajukan kehidupan bangsa, sesuai dengan bakat dan kemampuan kita.
b. Tekun dan Kerja Keras merupakan dua hal yang dimiliki oleh Prof. Yohanes Surya. Memiliki
bakat atau kemampuan otak yang pintar belum cukup jika tidak disertai ketekunan dan kerja
keras. Sejak masih kuliah di Universitas Indonesia, Prof. Yohanes sudah sering mendapat
beasiswa. Hal ini berlanjut hingga kuliah di Amerika Serikat. Demikian juga keberhasilannya

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 31


dalam membimbing Tim Olimpiade Fisika Indonesia, serta berbagai penghargaan dan
keikutsertaannya dalam organisasi Ilmu Pengetahuan, baik di tingkat Nasional maupun
Internasional. Hal ini tentu saja tidak dapat diperoleh tanpa usaha sungguh-sungguh, tekun
dan kerja keras.
c. Sikap saling menolong. Melalui bimbingannya, Prof. Yohanes Surya secara tidak langsung
telah menolong banyak pelajar sekolah menengah yang cemerlang untuk belajar di
Universitas Terkenal di Dunia, melalui program beasiswa. Hal ini sangat membantu para
pelajar sekolah menengah Indonesia yang berbakat namun memiliki kesempatan yang terbatas
untuk mendalami pengetahuan di Univesitas yang berkualitas, karena faktor biaya.
d. Kemauan keras untuk mengubah nasib. Ketika masih kuliah di Universitas Indonesia, Prof.
Yohanes Surya sering mendapat beasiswa untuk meringankan beban ekonomi yang
dialaminya. Kerja keras dan ketekunannya dalam belajar akhirnya membuatnya mendapat
beasiswa untuk belajar di Amerika Serikat. Hal ini tidak dapat tercapai jika tidak disertai
keinginan kuat untuk mengubah nasib. Ingat bahwa Prof. Yohanes juga berasal dari keluarga
menengah ke bawah. Setelah menamatkan kuliah di UI, beliau sempat mengajar di SMAK I
Penabur Jakarta, lalu melanjutkan kuliah di Amerika Serikat karena program beasiswa.
Masih banyak hal yang dapat kita petik dari riwayat hidup Prof. Yohanes Surya. Mari
kita teladani hal-hal baik yang telah ditunjukkan oleh Prof. Yohanes Surya.

11. Prof. Pantur Silaban, Ph.D


Prof. Pantur Silaban, Ph.D, dilahirkan di Sidikalang, Dairi, Sumartera Utara, tanggal 11
november 1937. Setelah menamatkan SMA, Pantur Silaban merantau ke Jakarta dengan tujuan
awal ingin masuk sekolah tinggi teologi. Niatnya ini tidak tercapai karena beliau sakit ketika
mempersiapkan diri mengikuti tes masuk sekolah tinggi teologi. Akhirnya ia masuk program
studi teknik fisika teoretik Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga memperoleh gelar Doktorandus (Drs). Pada tahun 1964
ia diangkat menjadi staf pengajar Jurusan Fisika. Dua tahun kemudian, tepatnya bulan desember
1966, ia memperoleh beasiswa United States Agency For International Developments (USAID)
untuk melanjutkan pendidikan di Graduate School, Syracuse University, New York dan
menekuni Teori Relativitas Umum. Sekolah itu berada di bawah Universitas Syracuse, New
York dan termasyhur sebagai pusat studi gravitasi dan Relativitas Umum yang pertama dan

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 32


terkemuka di dunia, bahkan sampai saat ini. Gelar Ph.D diperolehnya di universitas yang sama,
pada tanggal 12 Juni 1971.
Pantur Silaban adalah orang Indonesia pertama yang mendalami teori peninggalan
Einstein tersebut. Untung baginya sebab Bergmann bersedia menjadi ko-pembimbing untuk
disertasinya. Dengan demikian, Pantur merupakan fisikawan Indonesia yang berguru langsung
kepada murid dan kolega Einstein dalam Relativitas Umum. Ia merupakan satu dari 32
mahasiswa dari seluruh dunia yang mempelajari Relativitas Umum di Syracuse dengan
Bergmann sebagai pembimbing atau ko-pembimbing dalam kurun tahun 1947-1982. Tak salah
jika orang menyebutnya sebagai cucu murid Einstein. Selain Bergmann, Prof. Pantur Silaban
juga dibimbing oleh Joshua N. Goldberg, pembimbing yang lebih muda dari Bergmann, tapi juga
raksasa dalam Relativitas Umum. Peter Gabriel Bergmann dan Joshua N. Goldberg adalah
otoritas Teori Relativitas Umum setelah pencetusnya, Einstein.
Setahun setelah menyelesaikan disertasinya, Pantur kembali di Bandung pada tahun 1972
dan mengajar di Jurusan Fisika ITB. Sebagai seorang dosen, Pantur adalah pembicara ulung. Ia
hadir di kelas hanya dengan membawa kapur. Selalu saja ada ilustrasi-ilustrasi selama kuliahnya
untuk memudahkan mahasiswa menangkap konsep fisika yang rumit, demikian juga rasa
humornya yang khas. Pantur Silaban dikukuhkan sebagai guru besar ITB dalam fisika teoretis
pada Januari 1995. Ia memasuki masa pensiun pada tanggal 11 November 2002.
Prof. Pantur Silaban mempunyai peran yang besar dalam membangun komunitas fisika
teori di Indonesia, di mana salah satu anggotanya adalah fisikawan Hans Jacobus Wospakrik
(almarhum), yang juga murid Prof. Pantur silaban ketika Hans kuliah di ITB. Sebuah risetnya
setelah disertasinya dimuat di Journal of General Relativity and Gravitation. Makalah-
makalahnya mengenai teori gravitasi dan fisika partikel elementer juga dimuat di berbagai
prosidings dalam dan luar negeri. Sebagai seorang fisikawan teoretis, selain relativitas umum,
Pantur juga menekuni fisika partikel elementer. Beberapa kali beliau diundang sebagai
pembicara di International Centre for Theoretical Physics (ICTP), Trieste, Italia, yang didirikan
fisikawan Pakistan pemenang Nobel Fisika, Abdus Salam.
Karena referensi dalam bahasa Indonesia untuk fisika teori sangat minim, pada tahun
1979 Pantur Silaban menerbitkan buku daras Teori Grup dalam Fisika. Kemudian ia menerbitkan
buku Tensor dan Simetri. Pertengahan 1980-an, bekerja sama dengan Penerbit Erlangga, ia

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 33


menerjemahkan banyak buku tentang teknologi mesin, elektroteknik, dan matematika yang
dipakai perguruan-perguruan tinggi terbaik dunia.

E. Produk perkembangan fisika di Indonesia


1. Panser Anoa
Namanya terilhami dari mamalia khas Sulawesi, Anoa
tampilannya tidak kalah dengan buatan Eropa. Kelahirannya
disiapkan untuk mewujudkan kemandirian di bidang alutsista
oleh Departemen Pertahanan dan PT Pindad. Panser beroda 6
ini mampu melaju hingga kecepatan 90 Km/jam. Mampu
melompati parit selebar satu meter dan menanjak dengan kemiringan sampai dengan 45 derajat.
Panser ini dilapisi baja anti peluru yang apabila diberondong dengan AK47 atau M-16 dijamin
tidak akan tembus.

2. Pesawat Gatotkaca N-250


Pesawat ini adalah pesawat regional komuter turboprop
rancangan asli IPTN (Sekarang PT. Dirgantara Indonesia)
Diluncurkan tahun 1995. Kode N artinya Nusantara,
menunjukan bahwa desain, produksi dan perhitungannya
dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan
pendiri dan perintis industry penerbangan di Indonesia. Pesawat ini diberi nama Gatotkaca dan
primadona IPTN merebut pasar kelas 50-70 penumpang.

3. KRI-Krait-827
Kapal perang ini merupakan hasil saling tukar ilmu antara TNI
AL lewat fasharkan (Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan)
Mentigi dan PT Batan Expressindo Shipyard (BES), Tanjung
Guncung. Dikerjakan selama 14 Bulan dan 100 % ditangani
oleh putra-putri Indonesia. Berbahan baku aluminium, bertonase

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 34


190 DWT dengan jarak jelajah sekitar 2.500 Mil. Dilengkapi dengan radar dengan jangkauan 96
Nautical Mil (setara 160 Km) dengan system navigasi GMDSS area 3 dengan kecepatan
terpasang 25 Knots.

4. Smart Eagle II (SE II)


Merupakan Prototype pertama UAV (Unman Aerical Vehicle) yang dibuat PT. Aviator
Teknologi Indonesia guna kepentingan intelegen Indonesia. SE II menggunakan mesin 2 tak
berdiameter 150cc, mampu terbang hingga 6 Jam. Dilengkapi dengan colour TV Camera.
Mampu beroperasi dimalam hari dengan menggunakan Therman Imaging (TIS) kamera untuk
opsi penginderaannya.

5. Mobil Arina-SMK
Mobil ini dirancang menggunakan mesin sepeda motor
dengan kapasitas mesin 150cc, 200cc dan 250cc.
Konsumsi bensin hanya 1 liter untuk 40 km. Panjang 2,7
meter, lebar 1,3 meter dan tinggi 1,7 meter sehingga
bisa masuk jalan dan gang yang sempit. Dinamakan
Arina-SMK karena pembuatannya bekerja sama dengan
Armada Indonesia (Arina) dengan siswa-siswa SMK.

6. Senjata baru buatan Indonesia


Patutlah Kita Bangga Terhadap Indo Yang Sedang Maju
Di bidang Militer
ss-1

7. Chip Asli Buatan Indonesia


Chipset Wimax Xirka, sebuah chip yang dibuat oleh
orang Indonesia asli, Bukan usaha mudah memang
membuat chip dengan kompleksitas yang cukup tinggi.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 35


Xirka yang dikawal beberapa engineer Indonesia ini mulai dikembangkan pada 2006.
Chipset ini terdiri dari dua spesifikasi, yakni Chipset Xirka untuk Fixed Wimax dan Chipset
Xirka untuk Mobile Wimax. Untuk fixed wimax telah diluncurkan pada Agustus tahun ini.
Sedangkan mobile wimax rencananya diluncurkan pada quartal keempat 2009.
Produk asli buatan Indonesia ini diluncurkan langsung oleh Menteri Riset dan Teknologi
Republik Indonesia, Kusmayanto Kadiman. Beliau menjelaskan, seluruh komponen di dalam
Xirka merupakan buatan Indonesia. Operator yang memberikan layanan Wimax wajib
menggunakan Xirka.

8. PC TABLET WAKAMINI
Wakamini adalah komputer tablet seratus persen buatan Indonesia dengan harga yang bisa
dijangkau siapapun, Rp3.599.000.
Dari sisi layarnya, desain komputer tablet lokal ini tergolong unik yang dapat diputar 180 derajat,
berukuran 10 inchi dan memiliki empat varian warna; coklat, merah, hitam dan biru.
Sistem operasinya menggunakkan Windows 7 Home Premium dan Ultimate, dengan layar
sentuh.
Wakamini dibekali dengan prosesesor Intel Atom N450 berkecepatan 1,66 Ghz,RAM (Random
Access Memory) sebesar 1 GB DDR2, Ruang penyimpanan 250 GB, sedangkan bobotnya 1,35
KG dengan Wifi “4 in 1″ card reader dan 1,3 MP Webcam dengan batrai berdaya tahan tiga jam.
Sementara Wakatobi berukuran lebih mungil dan didesain untuk anak-anak, hanya 8,9 inchi.
Desain layarnya juga unik, demikian pula harganya yang cukup menarik Rp2,999.000 per unit
atau termurah di kelasnya.
Tapi berbeda dari saudaranya, Wakatobi tidak mendukung fitur multi touch.
Prosesor Wakatobi adalah Intel Atom N270 berkecepatan 1,6 Ghz, dengan RAM 1 GB DDR2.
Bobotnya hanya 1,25 kg.

9. ROBOT TEMPUR
Lembaga Pengkajian Teknologi (Lemjitek) TNI AD, Karangploso, Kabupaten Malang, mampu
menciptakan robot tempur.
Prototype robot tempur ini sudah beberapa kali diujicobakan,dan
mampu menempuh jarak hingga 1 km dari pusat kendali.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 36


”Ukurannya 1,5 m kali 0,5 m dengan berat sekitar 100 kg. Robot ini memiliki mesin penggerak
dua roda,dan mampu mengangkut beban hingga sekitar 150 kg, kecepatan maksimalnya bisa
mencapai 60 km/jam,” terangnya. Robot yang diciptakan pada tahun 2009 dan belum memiliki
nama ini, digerakkan dengan tenaga listrik dari dua baterei yang tersimpan di dalam bodi robot.
Dua baterei ini memiliki kekuatan 36 volt yang berfungsi untuk penggerak, dan 12 volt untuk
sistem kontrolnya. Gunawan mengaku, kondisi robot ini belum sepenuhnya sempurna karena
baru selesai proses perakitannya, kemungkinan masih sekitar 70-80% dari kondisi ideal yang
diinginkan.

10. PELURU KENDALI


Walaupun, roket RX-420 masih jadi pertimbangan Departemen
Pertahanan, apakah mampu menjadi salah satu senjata penangkal di darat
yang dapat diandalkan sehingga, Indonesia tidak memerlukan armada
kapal atau senjata perang lainnya, selain faktor biaya yang dominan
besar.
ide produksi rudal dalam negeri mulai tercetus tahun 2005. Dana sebesar
Rp 2,5 miliar digelontorkan untuk proyek pembuatan rudal pada tahun
itu, dan bila itu terwujud Dephan akan menggandeng PT Pindad Indonesia, pabrik senjata dalam
negeri yang melakukan penelitian hulu ledak kaliber 122 milimeter.
Saat ini, LAPAN telah berhasil meluncurkan roket dengan kekuatan jarak tempuh 100 kilometer,
dan memiliki kecepakatan luncur awal 4 kali kecepatan suara.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 37


BAB III

Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya, terbukti bahwa Indonesia memiliki peran yang sangat
besar bagi perkembangan fisika. Para ilmuan fisika asal Indonesia sangat diakui oleh dunia
internasinal, terbukti mereka tergabung dalam tim peneliti, dipercaya sebagai dosen di luar
negeri, dan bekerjasama dengan fisikawan peraih nobel. Ini membuktikan bahwa orang
Indonesia mampu berperan dalam perkembangan fisika.

Selain ilmuan, ada banyak produk teknologi yang telah dibuat oleh orang Indonesia
sendiri, yang memanfaatkan konsep-konsep dalam fisika. Ini menunjukkan bahwa Indonesia
mampu bersaing dalam penerapan konsep fisika dalam teknologi. Selain itu, Indonesia juga
memiliki tempat penelitian fisika yang memadai untuk kegiatan penelitian fisika di Indonesia.

Hal-hal di atas adalah bukti bahwa Indonesia sangat berperan dalam perkembangan ilmu
fisika.

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 38


DAFTAR PUSTAKA

http://semangatbelajar.com/proses-pembuatan-keris-versi-empu-zaman-dahulu/

http://wikipedia.com

http://www.hindubooks.org/sudher_birodkar/bookhtml/

http://www-groups.dcs.st-and.ac.uk/history/Mathematicians/brahmagupta.html

Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika Page 39

Anda mungkin juga menyukai