04311940000050
3. Jelaskan mengapa air laut asin, dan apa faktor yang mempengaruhinya?
Rasa asin pada air laut itu disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah
pada saat terjadi hujan di daratan, air dari langit jatuh dan meresap ke dalam tanah,
lalu air tersebut mengalir melalui sungai-sungai menuju laut, saat air mengalir menuju
laut air membawa garam-garam mineral terlarut sehingga laut dipenuhi garam-garam
mineral. Selain itu, pada saat air mencapai laut, air mengalami penguapan sehingga
dalam proses penguapan ini lah, air menguap ke udara sedangkan garam mineral tetap
tinggal bersama air laut.
Faktor kedua adalah aktivitas vulkanisme bawah laut dan letusan gunung berapi
yang berada di bawah air. Air laut yang bereaksi dengan batu panas melarutkan
beberapa mineral garam, beberapa garam terlarut bereaksi dengan batu yang panas
dan terpisah dari air. Faktor ketiga dipengaruhi oleh daratan. Ketika terjadi hujan di
daratan, air akan masuk ke dalam tanah sedikit demi sedikit. Ketika tanah sudah
penuh dan tidak dapat menampung lagi, maka air akan keluar sedikit demi sedikit
melalui sungai, dan akhirnya sampai ke laut. Daratan yang mengandung cukup
banyak garam dan juga mineral, akan memberikan dampak pada aliran air yang
menuju laut, sehingga mempengaruhi rasa pada air laut.
Salinitas di Samudra Atlantik, Pasifik dan Hindia sangat bergantung pada lintang.
Salinitas minimum terdapat di daerah ekuator dan salinitas maksimum pada daerah
20ºLU dan 20ºLS, kemudian salinitas ini menurun lagi ke arah kutub. Rendahnya
salinitas di daerah ekuator disebabkan tingginya curah hujan, ditambah lagi
banyaknya sungai-sungai bermuara ke laut. Sedangkan di daerah subtropis utamanya
yang beriklim kering dimana evaporasi lebih tinggi daripada presipitasi, salinitasnya
dapat mencapai 45%. Hal ini dapat dijumpai di Laut Merah dan lagoon-lagoon di
Texas Amerika Serikat.
Distribusi salinitas secara horizontal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah
hujan, pengaliran air tawar ke laut secara langsung atau lewat sungai maupun
pencairan es di laut, penguapan, pembentukan es, arus laut, mixing, gelombang, dan
turbulensi.
5. Uraikan mengapa Indonesia yang memiliki daerah pantai sangat Panjang, tetapi masih
mendatangkan garam dari luar negri?
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan di dunia yang memiliki garis pantai
terpanjang kedua di dunia dengan panjang 99.093 kilometer. Maka tak heran ketika di
Medio tahun 2017 pemerintah memutuskan untuk mengimpor garam sebesar 75.000
ton dari Australia, masyarakat merasa heran dan terhentak. Ternyata ada beberapa
latar belakang yang membuat Pemerintah memutuskan untuk mengimpor garam dari
Australia.
Berikut adalah beberapa penyebabnya :
Adanya Ketimpangan Nilai Produksi dan Konsumsi Garam Nasional
Dikutip dari bbc.com, menurut Sekjen Asosiasi Industri Pengguna Garam
Indonesia, Cucu Sutara mengungkapkan bahwa produksi garam nasional pada
tahun 2016 hanya mencapai 144.000 ton dari kebutuhan konsumsi yang
sebanyak 4,1 juta ton. Adapun dari total nilai tersebut, sebesar 780.000 ton
digunakan untuk konsumsi publik, sedangkan sisanya untuk keperluan
Industri.
Faktor Cuaca
Cucu Sutara mengungkapkan bahwa hujan terus menerus karena pengaruh
La Nina membuat produksi garam terhambat dan nilainya produksi berkurang
secara signifikan.
Faktor Teknologi
Indonesia menerapkan teknologi evaporasi dalam memproduksi garam yang
sangat bergantung pada cuaca dan sinar matahari, dan masih menggunakan
kincir angin serta pengeruk kayu, yang membuat kapasitas produksi sulit
untuk ditingkatkan. Sedangkan Australia memproduksi garam dengan cara
menciptakan suatu tambang garam, sehingga garam dapat diambil secara
praktis dengan cara dikeruk. Selain itu, garam Indonesia juga memiliki
kualitas yang masih rendah.
Keterbatasan Lahan
Menurut Sekjen Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia, Cucu Sutara,
anggapan orang awam bahwa tingkat produksi garam selalu berbanding lurus
dengan panjang garis pantai adalah mitos. Pada kenyataannya dari garis pantai
Indonesia yang memiliki panjang 99.093 kilometer, yang memenuhi syarat
sebagai lokasi tambak garam hanyalah sebesar 26.024 hektare saja. Hal ini
karena dalam memproduksi garam, penentuan tambak turut dipengaruhi oleh
sejumlah faktor lain yaitu air laut, serta tanah lokasi tempat garam diproduksi.
Ketidakberpihakan Pemerintah
Meskipun Pemerintah sendiri sebenarnya sudah memiliki suatu program
yang bernama Pugar (Program Untuk Garam Rakyat) namun hingga saat ini
belum menampakkan hasil yang signifikan. Bhima, selaku pengamat
dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)
menambahkan bahwa dari jumlah peningkatan produksi saja, Pugar hanya
mencapai target sebesar 50%, karena realisasi bantuan kepada petambak
garam juga tidak pernah mencapai 100%.
Salah satu hal yang menyebabkan hal tersebut adalah rantai penyediaan
garam yang begitu panjang sehingga petani garam tidak pernah merasakan
keuntungan yang melimpah ketika harga garam naik. Hal ini kemudian
memicu beralihnya banyak petani garam ke ladang penghasilan lainnya.
Merujuk data dari KIARA (Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan)
dalam lima tahun terakhir saja, jumlah petani tambak garam terus menurun
drastis. Pada tahun 2012, tercatat terdapat 30.668 jiwa petani garam, namun di
2016 jumlahnya merosot hingga 21.050 jiwa saja. Dalam hal ini, ada sekitar
8.400 petani garam yang kemudian menganggap garam tak indah lagi sebagai
ladang penghasilan sehingga mereka lalu beralih profesi.