Anda di halaman 1dari 19

Makalah Mekanika Tanah dan Geohidrologi

“ Instrusi Air Laut ”

Disusun oleh :
- Rizal Jamil Bahriansyah (03211840000026)
- Wahyu Agung Saputro (03211840000036)
- Bilqis hanifah inas (03211840000056)
- Malia Laila Nabila (03211840000076)

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Intrusi air laut merupakan salah satu fenomena dimana air laut mencemari air
tanah sehingga air tanah tidak dapat digunakan oleh manusia atau makhluk hidup
diatasnya. Hal ini seringkali terjadi pada kawasan pesisir laut. Indonesia sendiri
merupakan Negara kepulauan terbesar dengan potensi terkait wilayah pesisir yang
sangat besar, seperti pada Kawasan Indonesia Timur (KTI) dan luar pulau jawa.
Namun kecenderungannya banyak pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pada
ruang pesisir yang berjalan dengan pola pembangunan yang tidak berkelanjutan.

Intensitas penggunaan lahan di kawasan pesisir mengakibatkan kebutuhan


akan air bersih yang tinggi, sehingga memungkinkan masyarakat sekitar
memanfaatkan air tanah (groundwater) sebagai kebutuhan sehari-hari. Pengambilan
air tanah secara berlebihan menyebabkan perubahan arah aliran air tanah. Bersamaan
dengan keluarnya air tanah secara berlebihan, maka tekanan hidrostatis akan
mengalami penurunan sehingga menyebabkan air laut menekan masuk menuju
lapisan tanah (akuifer) dan menyebabkan air tanah menjadi tercemar oleh air laut atau
biasa disebut dengan intrusi air laut. Air tanah memerlukan waktu puluhan hingga
ratusan tahun untuk memulihkan keadaannya. Sehingga ketika air tanah tercemar,
makhluk hidup yang berada diatasnya tidak dapat memanfaatkan air tanah secara
optimal.

Ketika intrusi air laut sudah terjadi, ada beberapa kerugian yang dapat
ditimbulkan baik dari aspek fisik maupun dampak terhadap penggunaan lahan
diatasnya. Dalam hal ini, Intrusi Air Laut dapat dikatakan sebagai tekanan yang
dihadapi oleh sebuah kota pantai (urban coastal). Dalam prinsip Pengelolaan Wilayah
Pesisir Terpadu, dijelaskan bahwa pembangunan dan pengelolaan kota pantai yang
tidak melihat aspek lingkungan atau tidak mengimplementasikan integrasi antar
sektor akan berdampak pada degradasi sumber daya pesisir, kualitas air di wilayah
pesisir, penurunan peluang pembangunan infrastruktur serta ruang publik yang
kehilangan fungsi utamanya.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah tentang Instrusi Air Laut kali ini adalah :

- Untuk dapat memahami pengertian dari intrusi air laut


- Untuk dapat memahami penyebab terjadinya intrusi air laut
- Untuk dapat memahami proses terjadinya intrusi air laut
- Untuk mengetahui contoh-contoh kasus instrusi air laut
- Untuk mengetahui penanganan dan penanggulangan instrusi air laut
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian intrusi air laut

Sebelum membahas tentang intrusi air laut, kita harus memahami apa yang
dimaksud denga air tanah. Karena proses terjadinya intrusi air laut erat sekali
kaitannya dengan pemanfaatan air tanah. Air tanah merupakan air yang bergerak
dalam lapisan tanah yang terdapat di dalam ruang - ruang antara butir - butir
tanah yang membentuk itu atau dikenal dengan air lapisan dan di dalam retakan
retakan dari batuan yang dikenal dengan air celah. Keadaan air tanah ada yang
tekekang dan air tanah bebas. Jika air tanah itu bebas maka permukaannya akan
membentuk gradient yang dikenal dengan gradient hidrolik sehingga pergerakan
air tanahnya akan membentuk sebuah kontur.

Intrusi air laut merupakan fenomena meresapnya air laut kedalam air tanah
baik secara alami ataupun buatan yang disebabkan oleh pengambilan air tanah
untuk kebutuhan domestik dan sebagainya. pada kondisi alami, air tanah akan
mengalir secara terus-menerus ke laut akibat berat jenis air laut yang lebih besar
dari air tawar akan menyebabkan air laut mudah untuk mendesak air tanah (Putri,
et al)

Intrusi air laut merupakan salah satu fenomena dimana air laut mencemari air
tanah sehingga air tanah tidak dapat digunakan kembali oleh makhluk hidup
diatasnya. Intrusi air laut merupakan fenomena dimana air laut laut menembus
lapisan akuifer air tanah (freshwater) sehingga kondisi air tanah menjadi asin
seperti air laut. Tingkat pencemaran air tanah karena intrusi air laut dapat diukur
dengan melihat uji salinitas pada sampel-sampel air tanah (Herdyansyah dan
Rahmawati, 2017).
Dari uraian mengenai pengertian intrusi air laut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa intrusi air asin merupakan suatu dampak yang mengakibatkan air tanah
menjadi payau atau asin yang disebabkan oleh masuknya air laut ke dalam
lapisan aquifer air tanah.

2.2 Penyebab Intrusi air laut

Perkembangan permukiman dengan segala fasilitasnya mengakibatkan


jumlah kebutuhan akan air tanah semakin meningkat. Dalam banyak kasus,
PDAM tidak bisa menutupi kebutuhan air masyarakat. Sehingga mendorong
masyarakat untuk mencari alternatif lain guna memenuhi kebutuhan air dengan
cara mengebor air tanah. Penggunaan air tanah oleh rumah tangga digunakan
untuk keperluan sehari-hari seperti cuci, mandi dan kakus (MCK). Namun
seiring bertambahnya jumlah penduduk, penggunaan air tanah tidak dapat dapat
dikontrol lagi. Pengambilan air tanah yang berlebihan mengakibatkan penurunan
muka air tanah yang berarti tinggi muka air tanah lebih rendah dari pada
permukaan air laut.

Masuknya air laut ke dalam air tanah ini disebabkan oleh berbagai aktivitas
manusia yang tidak memperhatikan keadaan lingkungan dan dampak yang
dirasakan akibat pemanfaatan airtanah yang berlebihan (Kodoatie, 1996: 253)
seperti:

1. Peningkatan industri, pemukiman, yang mengakibatkan kebutuhan air bersih


meningkat. Sehingga menimbulkan pengambilan airtanah yang tidak
terkendali.

2. Pengurangan tingkat infiltrasi yaitu dengan membuat muka tanah menjadi


kedap air, misalnya dengan membuat paving blocks.

3. Pemadatan tanah, mengakibatkan tanah yang tadinya kedap air menjadi tidak
kedap air. Hal ini juga merupakan efek tidak langsung dari peningkatan
pembangunan bangunan-bangunan industri, pemukiman dan lain-lainnya.
4. Pembangunan bangunan yang berlebihan akan memengaruhi muka air tanah.

5. Konstruksi kanal dan drainase dapat memicu instrusi air asin. Kanal
menyediakan celah bagi air asin untuk menuju ke daratan. Jaringan drainase
yang dibangun untuk mengalirkan air dari wilayah permukiman pinggir pantai
dapat memicu intrusi karena menurunkan tinggi muka air tawar.

Selain itu batuan penyusun akuifer pada suatu tempat berbeda dengan tempat
yang lain, apabila batuan penyusun berupa pasir akan menyebabkan air laut lebih
mudah masuk ke dalam airtanah. Kondisi ini diimbangai dengan kemudahan
pengendalian intrusi air laut dengan banyak metode.  Sifat yang sulit untuk
melepas air adalah lempung sehingga intrusi air laut yang telah terjadi akan sulit
untuk dikendalikan atau diatasi.
2.3 Proses terjadinya intrusi air laut

Proses masuknya air laut ini berlangsung dengan dua  cara. yang pertama


adalah dengan merembes ke dalam pori-pori tanah, sedangkan yang kedua adalah
naiknya permukaan air laut sehingga menyebabkan air laut masuk ke daratan.

Pada kondisi alami, air tanah akan mengalir secara terus menerus kelaut. Berat
jenis air asin sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar, maka air laut akan
mendesak air tawar di dalam tanah lebih ke hulu. Tetapi karena tinggi tekanan
piezometric air tanah lebih tinggi daripada muka air laut, Desakan tersebut dapat
dinetralisir dan aliran air yang terjadi adalah dari daratan ke lautan, sehingga
terjadi keseimbangan antara air laut dan air tanah, sehingga tidak terjadi intrusi
air laut.

 Intrusi air laut dapat terjadi apabila keseimbangan geohidrolik alam


terganggu.Aktivitas yang menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan y
ang berlebihan, karakteristik pantai dan batuan penyusun, kekuatan air
tanah kelaut, serta fluktuasi air tanah di daerah pantai. Proses intrusi dapat
diperparah yang disebabkan oleh pengambilan air tanah dalam jumlah
berlebihan. Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur
akan menjadi asin sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-hari.
Upconning adalah proses kenaikan interface secara lokal akibat pemompaan
pada sumur yang terletak dekat dengan interface. Pada saat pemompaan dimulai,
interface dalam keadaan horizontal. Apabila dilakukan secara terus-menerus,
permukaan interface akan makin mendekati sumur bahkan bisa mencaopai
sumur. Bila pemompaan dihentikan sebelum interface mencapai sumur, air laut
akan cenderung tetap berda di posisi tersebut daripada kembali ke keadaan
semula.

Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi merupakan dataran


rendah dan dilihat secara morfologi berupa dataran pantai. Secara geologi, batuan
penyusun dataran umumnya berupa endapan aluvial yang terdiri dari lempung,
pasir dan kerikil hasil pengangkutan dan erosi batuan di daerha hulu sungai.
Umumnya atuan di dataran rendah bersifat kurang kompak, sehingga potensi air
tanahnya cukup baik. Akuifer di dataran pantai umunya berupa akuifer tertekan,
tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber air tanag yang baik terutama pada
daerah-daerah pantai. Permasalahan pokok pada kawasan pantai adalah
keragaman sistem akuifer, posisi, penyebaran penyusupan atau intrusi air laut
baik secara alami maupun secara buatan yang diakibatkan adanya pengambilan
air tanah untuk kebutuhan domestik, nelayan, dan industri Oleh karena itu,
kondisi hidrogeologi di kawasn pantai perlu diketahui dengan baik, terutama
perbandingan antara kondisi alami dan kondisi setelah adanya pengaruh
eskploitasi.
Gambar di atas menunjukan hubungan Ghyben=Herzberg. Dalam
persamaan:

ketebalan air tawar pada zona di atas permukaan air laut dilambangkan h,
dan di bawah permukaan laut dilambangkan dengan z. Kedua ketebalan air

tawar, h dan z berkaitan dengan   (massa jenis air tawar) dan   (massa jenis


air asin). Air tawar memiliki massa jenis sekitar 1000 gram per centimeter kubik
pada suhu 20 °C, di mana air laut diperkirakan memiliki massa jenis 1025 gram
per centimeter kubik. Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :

z = 40 h

Rasio Ghyben-Herzberg menyatakan bahwa dalam setiap kaki air tawar di


akuifer tak tertutup di atas permukaan air, terdapat 40 kaki air tawar di akuifer di
bawah permukaan air laut.
2.4 KASUS-KASUS YANG TERJADI

2.4.1 Intrusi Air Laut di Semarang

Intrusi atau penyusupan air laut ke dalam akuifer daratan (Irham et al.,
2006) pada dasarnya adalah proses masuknya air laut di bawah permukaan
tanah melalui akuifer di daratan atau daerah pantai. Jika air laut tersebut telah
mengalir kedalam sumur-sumur di daratan, maka penyediaan air menjadi tidak
berguna karena akuifer telah dicemari oleh air laut.

Intrusi air laut yang terjadi di beberapa wilayah kota Semarang ini
ternyata sudah meresep ke sumur gali yang dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk keperluan sehari – hari, seperti mencuci, mandi dan sebaginya.
Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Hendrayana (2002),
diketahui bahwa daerah utara Semarang intrusi air laut semakin meningkat
sejak beberapa tahun terakhir, terutama pada daerah pemukiman pusat
perkotaan, dan di beberapa wilayah industri di bagian utara, misalnya daerah
sekitar Muara Kali Garang, Tanah Mas, Pengapon, dan Simpang Lima. Data
intrusi air laut tersebut berdasarkan hasil pemantauan dari beberapa sumur gali
penduduk yang tersebar, maupun dari kualitas sumur bor di beberapa tempat.
Di daerah Semarang intrusi air laut ini diperkirakan sudah mencapai sejauh 2
km ke arah selatan garis pantai

2.4.2 Intrusi Air Laut di Surabaya


Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah di Wilayah Pesisir
Surabaya Timur Purnomo (2013) telah melakukan studi sebelumnya
mengenai kondisi air tanah di Kawasan Pesisir Surabaya Timur. Dalam
penelitiannya, peneliti melihat kualitas air berdasarkan 3 sifat utama, yaitu (1)
sifat fisik yang dapat dilihat melalui suhu air, (2) sifat kimia yang dilihat
melalui salinitas, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman, dan kandungan ion,
serta (3) melalui indeks pencemaran. Penelitian ini menggunakan hasil dan
kesimpulan dari penelitian Purnomo (2013) berupa kadar salinitas pada air
tanah di Kawasan Pesisir Surabaya Timur. Kadar salinitas dilihat karena
diasumsikan air tanah dengan kadar salinitas tinggi berarti telah tercemar oleh
air laut dan terjadi fenomena intrusi air laut (Notodarmojo, 2005).
2.4.3 Intrusi Air Laut di DKI Jakarta
Kajian Kerentanan Pada Wilayah Terintrusi Air Laut di DKI Jakarta
Pada wilayah lain seperti Jakarta yang termasuk dalam beberapa kota pesisir
di Indonesia, telah dilakukan kajian serupa yang membahas itrusi air laut.
Ashriyati (2011) telah melakukan studi sebelumnya mengenai kajian
kerentanan wilayah yang terindentifikasi oleh intrusi air laut. Dalam
penelitiannya, peneliti menggunakan pendekatan dengan teori bencana dalam
metode penelitiannya. Peneliti melakukan skoring dan pengkelasan terhadap
wilayah yang terintrusi oleh air laut di Jakarta. Penelitian ini menggunakan
beberapa variabel diantaranya jumlah dan kepadatan penduduk, persentase
pelanggan air bersih, persentase penduduk miskin, persentase rumah tinggal
sementara, jumlah sektor industri dan pabrik, jumlah sektor jasa dan
perdagangan, persentase area rawan banjir dan genangan, persentase area
terbangun, dan persentase area terbuka hijau.
2.4.4 Intrusi Air Laut di Bangkalan
Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat diambil suatu kesimpulan
sebagai berikut :
Jumlah pemanfaatan air tanah di kabupaten Bangkalan sebesar
152.566.91 m3/hr. Sistem aquifer Tragah Bangkalan dan Modung Bangkalan
terdiri atas duakelompok lapisan aquifer. Kelompok aquifer atas bersifat tidak
tertekan tersusun oleh material yang halus, dengan kedalaman hingga sekitar
40 – 50 m. Kelompok aquifer bawah umumnya bersifat tidak tertekan hingga
semi tertekan tersusun oleh material batu gamping yang berbutir kasar,
dengan kedalaman sekitar 40 – 100 m. Di beberapa tempat sistem aquifer
tersusun oleh batu gamping dari permukaan tanah sampai kedalaman sekitar
100 m. Di daerah dataran pantai yang cukup luas di daerah Bangkalan,
mempunyai lapisan aquifer landai dan makin mendatar ke arah garis pantai,
sehingga dampak pengambilan air tanah dengan debit sekitar 32
liter/detik/sumur mulai memberikan dampak berupa intrusi air laut bila
jaraknya sekitar 2 km dari pantai. Pada jarak 2 km dari pantai debit aman 23
liter/detik/sumur, Pemanfaatan air tanah di Cekungan Bangkalan 48.700
m3/hari atau 17.775.000 m3/tahun, besarnya recharge 252.990 m3/hari atau
92.341.000 m3/tahun.
Berdasarkan kondisi serta potensi dampak pemanfaatan air tanah di
Kabupaten Bangkalan maka untuk pengembangannya perlu kehati-hatian
untuk daerah dataran dekat pantai. Jarak sumur bor ke garis pantai paling
aman untuk menghindari intrusi air laut, sekitar 2 km dari garis pantai dengan
debit pengambilan air tanah maksimum 10 liter/detik. Disarankan untuk
membangun embung atau sumur resapan di daerah hulu atau perbukitan yang
berfungsi untuk meresapkan air hujan yang jatuh ke permukaan tanah
sehingga dapat menambah cadangan air tanah, selain juga untuk mengurangi
resiko banjir di daerah hilir atau dataran pada saat terjadi hujan lebat di musim
penghujan. Perkembangan kondisi air tanah yang dapat diamati dari
perubahan kedalaman muka air tanah perlu diukur dan dipantau secara berkala
sehingga dapat diketahui kecende rungan perkembangan cadangan air tanah
dan data pemantauan tersebut sangat berguna untuk perencanaan di waktu
mendatang baik untuk pengembangan air tanah maupun untuk upaya
pelestarian air tanah (Wahyudi, 2009).
2.4.5 Intrusi Air Laut di Pekalongan
Di daerah pantai Kota Pekalongan, airtanah tawar dengan DHL < 1500
μS/cm dijumpai di bagian selatan dengan batas utara melalui Dukuh, Krapyak
Kidul hingga Dehayu bagian selatan. Untuk air tanah agak payau dengan DHL
1500 μS/cm – 2.200 μS/cm dijumpai di sebelah utara, meliputi Desa
Bandengan, Kandang Panjang, Panjang Wetan, Krapyak Lor, dan sebagian
Degayu. Sedangkan untuk airtanah dalam seluruhnya dalam kondisi tawar
dengan nilai DHL < 1500 μS/cm, kecuali sumur di Pantai Sari tergolong agak
payau dengan DHL 1.602 μS/cm. Berdasarkan analisis fasies hidrokimia
diketahui bahwa airtanah dangkal di Kota Pekalongan telah terintrusi air laut
secara merata pada bagian tepi pantai, sedangkan untuk akifer dalam juga
tampak mulai muncul tanda-tanda intrusi terutama pada wilayah bagian barat
dan tengah, namun belum sampai membuat airtanah menjadi asin. Sedangkan
di wilayah timur sekitar Pelabuhan Perikanan Nusantara belum tampak
adanya gejala intrusi air laut.
2.5 CARA MENGATASI INTRUSI AIR LAUT

2.5.1 Merencanakan pengembangan berdasarkan skala dampak yang diperoleh

Herdiansyah (2017) menyatakan bahwa secara spesifik, rekomendasi


pengembangan dibuat berdasarkan karakteristik masing-masing wilayah
berupa nilai besaran dampak yang telah dianalisis pada proses sebelumnya.
Berikut adalah rekomendasi pengembangan yang diberikan pada wilayah studi
:

1. Besaran dampak rendah : Menurut laporan yang diterbitkan oleh Atlantic


Climate Adaptation Solution Association : Saltwater Intrusion and Climate
Change, hal tersebut dapat diminimalisir dengan regulasi yang mengatur
penggunaan lahan dan pengembangan terutama pada kawasan pesisir. Hal
ini berkaitan dengan jenis aktivitas pada penggunaan lahan tertentu yang
berpotensi terdapat eksploitasi sumberdaya air tanah. Disamping hal
tersebut, Edukasi kepada masyarakat terkait intrusi air laut dari sisi
penyebab, dampak serta upaya penanggulangan. Edukasi merupakan hal
yang penting karena dengan edukasi kepada masyarakat, upaya
penanggulangan intrusi air laut secara bottom up dengan melibatkan tokoh
masyarakat akan lebih efektif jika dibandingkan dengan upaya top down
dari pemerintah. Edukasi pada kawasan dengan jenis besaran dampak
rendah lebih kepada pengenalan intrusi air laut secara umum.
2. Besaran dampak sedang : Regulasi pengaturan penggunaan lahan juga
perlu dilakukan pada wilayah ini, khususnya pada kawasan lindung yang
menjadi barrier utama. Salah satu upaya untuk menanggulangi intrusi air
laut adalah dengan membangun barrier seperti penanaman mangrove pada
kawasan lindung. Tanaman mangrove memiliki fungsi sebagai penahan
intrusi air laut karena akar-akar mangrove dapat mengendapkan lumpur
yang telah bercampur dengan air asin. Hal tersebut tentu dapat mengurangi
intensitas intrusi air laut yang menyebar sampai ke daratan.
3. Besaran dampak tinggi : Regulasi pengaturan penggunaan lahan pada
wilayah dengan besaran dampak tinggi dapat dilakukan dengan pembatasan
peruntukan untuk lahan terbangun. Hal tersebut dikarenakan mayoritas
masyarakat pada wilayah ini merasakan dampak intrusi air laut jauh lebih
signifikan jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. Hal tersebut
berpotensi jika terdapat lahan terbangun yang baru pada wilayah ini akan
menimbulkan dampak yang relatif sama bahkan akan menambah jumlah
masyarakat yang merasakan dampak dari intrusi air laut. Disamping hal
tersebut, Program-program sosial dari pemerintah khususnya pada aspek
kebutuhan tempat tinggal manusia perlu diperbanyak. Hal ini dikarenakan
ada sebagian masyarakat yang masih belum mampu untuk memulihkan
dampak dari intrusi air laur terutama pada aspek konstruksi bangunan.
Bantuan-bantuan seperti program “bedah rumah” sangat dibutuhkan oleh
masyarakat terutama masyarakat kurang mampu yang merasakan dampak
dari intrusi air laut. Program tersebut dapat disesuaikan dengan bahan
bangunan yang lebih tahan air asin atau dapat memminimalisir dampak
yang merugikan masyarakat. Selain itu program pembangunan fasilitas
umum seperti sumur resapan juga dibutuhkan sebagai upaya antisipasi jika
penyedia sumber air bersih tidak berjalan dengan optimal agar masyarakat
dapat menggunakan air tanah yang layak pakai sebagai alter

2.6 CARA MENCEGAH INTRUSI AIR LAUT

2.6.1 Membangun giant sea walls atau tanggul laut raksasa.

Pada tahun 2012, Gubernur DKI Jakarta mengatakan bahwa Pemda DKI
akan mengembangkan Teluk Jakarta dengan membangun giant sea walls atau
tanggul laut raksasa. Selain itu, DKI Jakarta juga memerlukan tanggal laut
tersebut untuk mencegah intrusi air laut ke kawasan daratan dan untuk
mencegah banjir gelombang rob ke daratan yang pada tahun itu semakin terasa
di kawasan Jakarta Utara. Tanggul raksasa tersebut akan membenamkan
kakinya sampai di bawah permukaan laut. Dengan demikian, badan tanggul
diharapkan akan bisa mencegah intrusi air laut.

2.6.2 Mengawasi pengambilan air tanah

Tresnadi (2014) menyatakan bahwa untuk mencegah intrusi air laut


maka pengambilan air tanah dangkal dan dalam di pesisir Cilegon, di
Kecamatan Ciwandan, Citangkil, Grogol dan Pulo Merak harus diawasi dan
dikendalikan pengambilannya, agar mempertimbangkan recovery air tanah
yang ada dengan mempertimbangkan konservasi terhadap sumberdaya air yang
ada.

2.6.3 Mangrovisasi di lahan-lahan pantai

Kegiatan ini memang terlihat sepele dan sangat sederhana tetapi


dampaknya luar biasa dan yang dibutuhkan saat ini pun solusi yang sustainable
dan eco-friendly. Mangrove (bakau) adalah tumbuhan yang ”tercipta” di alam
untuk mengatasi problem intrusi dan gelombang air laut. Hutan mangrove
merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir yang memiliki kekhasan,
baik dari bentuk batang, tajuk maupun sistem perakarannya. Hutan mangrove
ini tumbuh dengan baik pada pantai berlumpur yang terpengaruh pasang surut
air laut dan kadar garam.

Vegetasi ini sangat berperan sebagai pelindung alami wilayah pesisir. Ini
terjadi karena sistem perakaran mangrove yang mampu menstabilkan lumpur
pantai, menyerap berbagai polutan dan menahan penyusupan air laut (intrusi)
ke arah daratan. Kerapatan batang dan tajuknya juga mampu menahan dan
mematahkan kekuatan angin laut. Maka dari itu, daerah pesisir membutuhkan
solusi ini.

Dengan proyek mangrovisasi ini yang terencana dan terukur, kerusakan


tanah akibat intrusi air laut bisa diatasi. Selain itu, proyek mangrovisasi ini
harus pula dibarengi dengan pencegahan pengambilan air tanah berlebihan dan
perluasan zona-zona hijau di darat yang berfungsi sebagai lahan penyerap air
hujan.
DAFTAR PUSTAKA

- Efendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: KANISIUS.
- Ucu, K. R. (2014, September 17). Warga DKI Dilarang Gunakan Air
Tanah. Dalam Republika Online:
http://m.republika.co.id/berita/koran/urbana/14/09/17/nc1h2
b30-warga-dki-dilarang-gunakan-air-tanah

- Papatheochari, D. (2007, December 1). Coastal Cities. Dalam Coastal Wiki:


http://www.coastalwiki.org/wiki/Coastal_Cities

- Dahuri, R., & Rais, J. (2001). Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan
Secara Terpadu. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
- Notodarmojo, S. (2005). Pencemaran Tanah dan AIr Tanah. Bandung: Penerbit
ITB.
Alikodra, Hadi S. 2010. http://lppm.ipb.ac.id/mangrove-untuk-mencegah-silent-killer/
diakses pada tanggal 30 September 2019

Herdyansah, Auke dan Rahmawati, Dian. 2017. Dampak Intrusi Air Laut pada
Kawasan Pesisir Surabaya Timur. Surabaya : JURNAL TEKNIK ITS

Soerono, Agus S. 2012. http://www.neraca.co.id/article/18654/Untuk-Mencegah-


Intrusi-Air-Laut diakses pada tanggal 30 September 2019

Supriyadi dan Khumaedi. 2016. Edukasi Fenomena Amblesan-Intrusi Air Laut dan
Penanggulangannya di Semarang Utara. Semarang : ABDIMAS

Tresnadi, Hidir. 2014. Mitigasi Intrusi Air Laut di Pesisir Pantai di Kawasan Industri
Cilegon. Balikpapan: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Putri, et al. Identifikasi Pencemaran Air Tanah Akibat Intrusi Air Laut (Studi Kasus
Pesisir Pantai Ketah Kabupaten Situbondo). Jurnal Sumberdaya Alam dan
Lingkungan : 33

Herdyansah, Auke., Rahmawati, Dian. 2017. Dampak Intrusi Air Laut pada Kawasan
Pesisir Surabaya Timur. Jurnal Teknik ITS 6(2) : C599
Wahyudi, Hendra. 2009. Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanahdi
Kabupaten Bangkalan. Jurnal Aplikasi 6(1) : 19

Anda mungkin juga menyukai