Anda di halaman 1dari 26

TUGAS FLOTASI

FLOTATION NICKEL-COPPER (Ni-Cu)

OLEH :

SRI RAHAYU WIDYANINGRUM 19/452082/PTK/13110

VENISA MEGA PUTERI ANGGRAENI 19/453237/PTK/13183

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
Flotasi merupakan proses pemisahan mineral secara gravitasi yang didasarkan oleh
perbedaan sifat permukaan mineral yaitu hidrofilik (mudah berinteraksi dengan air) atau sifat
hidrofobik (sukar berinteraksi dengan air). Gelembung udara akan terbentuk didalam liquid.
Terdapat mekanisme material yang terjadi pada proses flotasi yaitu : (Wills and Finch,2016):

1. Penempelan mineral secara selektif dengan gelembung udara


2. Terjadinya sedimentasi mineral di dalam air yang melewati busa (froth)
3. Terjadinya pengumpulan antar partikel yang tertempel di gelembung udara di dalam busa
(froth) yang sering disebut sebagai aglomerasi.

Gambar 2. Skema Alat Tangki Flotasi (Wills and Finch,2016)

Skema flotasi dapat dilihat pada gambar 1. Mekanisme pemisahan dengan flotasi dimulai
dengan tertempelnya mineral berharga (valuable minerals) yang memiliki sifat hidrofobik pada
gelembung udara dengan dilakukannya penambahan reagen (flotation reagent), sehingga terjadi
pemisahaan antara mineral dengan laruutan (flotation pulp). Mineral hidrofobik yang tertempel
pada gelembung akan terangkat menuju permukaan air. Penambahan reagen bertujuan untuk
mendapatkan kondisi stabil pada gelembung sehingga tidak mudah pecah dan dapat menempel
dengan partikel lebih kuat ataupun mengubah sifat permukaan mineral berharga menjadi lebih
hidrofobik. Untuk menempelkan mineral dengan gelembung digunakan alat bantu berupa
agitator yang dapat meningkatkan tumbukan antara partikel dan gelembung dengan memberikan
gelombang (turbulence) pada air (pulp). Prinsip kerja flotasi hanya bisa digunakan pada ukuran
partikel yang kecil (fine particles) karena jika ukuran terlalu besar maka gaya adhesi antar
partikel dan gelembung lebih kecil dibandingkan dengan berat partikel sehingga gelembung akan
mudah pecah (Wills and Finch, 2016).

Terdapat dua cara yang digunakan pada proses flotasi yaitu direct flotation dan reverse
flotation. Direct flotation adalah pengambilan mineral berharga dengan ditempelkan dengan
gelembung menuju froth dan meninggalkan mineral pengganggunya (gangue mineral). Reverse
flotation adalah pengambilan mineral berharga dengan cara diambilnya mineral gangue menuju
froth dengan meninggalkan mineral berharganya. Fase froth merupakan fase untuk pengumpulan
mineral yang akan diambil dan memindahkannya dilakukan dengan proses skimming (Wills and
Finch, 2016).

Di dalam flotasi terdapat dua variable pada proses flotasi yaitu variabel kimia dan fisik.
Proses
yang terjadi pada saat proses flotasi adalah sebagai berikut : (Michaud, 2013)
1. Pengkondisian reagen untuk didapatkan sifat permukaan mineral hidrofobik
2. Pengumpulan dan pergerakan mineral dengan gelembung udara
3. Terbentuknya fasa froth yang stabil di permukaan larutan
4. Terdapat pemisahan mineral yang tertempel pada froth dari tangki

Beberapa faktor yang digunakan untuk pemilihan proses flotasi adalah (Fuerstenau and Han,
2009; Wills and Finch, 2016) :
1. Wettabilities factor yaitu permukaan yang bersifat hidrofobik akan menempel pada
gelembung udara dan bergerak ke atas dan akan meninggalkan mineral pengotornya di
konsentratnya. Partikel dapat secara alami bersifat hidrofobik atau diubah dengan
penambahan reagen kimia untuk merubah sifat permukaan menjadi hidrofobik.
Hidrokarbon (batubara) dan padatan non-polar (sulfur) merupakan contoh dari mineral
hidrofobik alami
2. Ukuran artikel (particle size) yaitu mineral hidrofonik haru melakukan kontak dengan
gelembung, sehingga tumbukan antara partikel dengan gelembung dipengaruhi oleh
ukuran. Apabila ukuran partikel terlalu besar dibandingkan dengan gelembung maka
partikel akan melewati tanpa adanya kontak dengan gelembung
3. Massa jenis (density) yaitu flotasi akan lebih mudah dilakukan apabila partikel memilki
massa jenis yang kecil (missal batubara) dibandingkan bermassa jenis besar (timbal
sulfide/galena).
4. Kecapatan gas (gas velocity) yaitu recovery dan grade dari hasil proses flotasi
dipengaruhi
oleh kecepatan gas yang didominasi oleh pengaruh dari ukuran gelembung yang
dihembuskan. Ukuran gelembung dipengaruhi oleh ukuran pori atau lubang dari sparger.

Bagian yang sangat penting dalam proses flotasi adalah reagen, proses flotasi dapat
berlangsung optimal bergantung dari reagen yang digunakan. Selama proses berlangsung udara
harus kuat dan stabil untuk membawa serta mineral hidrofobik ke permukaan pulp, sehingga
diperlukan beberapa bahan kimia untuk mencapai kondisi terebut, yang dinamakan reagen
flotasi. Reagen yang digunakan juga beragam tergantung dari mineral yang ingin diperoleh.
Klasifikasi reagent dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Kolektor, merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengubah mineral tertentu
bersifat hidrofobik sehingga dapat menempel pada gelembung udara. Kolektor ditambah
ke dalam pulp dan waktu yang diperlukan untuk teradsorpsi ke permukaan mineral
dinamakan dengan conditioning period. Contoh kolektor adalah xanthates.
2. Frother (Pembusa) adalah senyawa yang dapat menurukan tegangan permukaan
gelembung, sehingga dapat menghasilkan dan menstabilkan gelembung agar tidak mudah
pecah. Ketika permukaan partikel telah menjadi hidrofobik, partikel tersebut harus
mampu menempel pada gelembung udara yang disuntikkan (aerasi). Namun muncul
masalah ketika gelembung-gelembung tersebut tidak stabil dan mudah pecah akibat
tumbukan dengan partikel padat, dinding sel dan gelembung-gelembung lain. Oleh
karena itu perlu adanya penambahan material ke dalam pulp yang dapat menstabilkan
gelembung udara. Material yang ditambahkan tersebut sebagai frother.
3. Modifer adalah zat-zat yang memengaruhi jalannya kolektor berinteraksi dengan
partikel-pertikel (acids, alkali, larutan garam, quebracho extract) atau merubah jalannya
partikel-partikel bereaksi satu sama lain, menggunakan sodium silikat. Modifier seperti
aktifator, depresant, dan pH regulator sering ditambahkan ke dalam proses flotasi.

Berdasarkan sel flotasinya, flotasi dibagi menjadi tiga yaitu :


1. Flotasi mekanik, shaft dan impeller terletak ditengah mesin, udara akan dimasukkan
melalui shaft dan didespresikan ke permukaan melalui impeller. Jenis ini terdiri dari dua
macam berdasarkan proses aerasinya, yaitu induksi dan blower.
2. Flotasi pneumatik, tidak ada impeller dan bekerja dengan mengkompres udara untuk
agitasi atau “ the pulp aerator”
3. Flotasi kolom, Flotasi dilakukan di dalam sebuah kolom, sementara proses conditioning
dilakukan di luar sel. Tidak ada bagian yang bergerak pada flotasi ini. Udara
dihempuskan dari bawah.

FLOTASI NICKEL-COPPER (Ni-Cu)

Ada lebih dari 45 jenis mineral nikel, tetapi hanya sedikit yang memiliki nilai ekonomi.
Nikel, dalam berbagai bijih dapat ditemukan pada mineral lain, seperti pyrrhotite dan berbagai
mineral kobalt sebagai exsolution dalam fase isomorfik. Mineral nikel dapat dibagi menjadi tiga
kelompok besar, termasuk nikel sulfida, arsenida nikel dan antimonida nikel, umumnya mineral
yang berasal dari magmatik dan hidrotermal, nikel silikat mempuyai senyawa sama. Dari
Mineral sulfida yang paling melimpah adalah pentlandit, rloanlit dan nikel. Dari silikat, garnierit
adalah yang paling melimpah. Secara umum, ada tiga tipe dasar endapan bijih yang mengandung
nikel, yaitu : (Srdjan M. Bulatovic,2007)
1. Endapan hidrotermal yang terbentuk sebagai hasil pengendapan nikel dari hidrotermal
larutan.
2. Endapan mafik magmatik dengan dua subtipe yaitu endapan sulfida masif dan deposit
diresapi.
3. Endapan bijih mengandung silika yang sebagian besar mengandung nikel silikat.

Deposit tembaga-nikel dan nikel yang ditemukan di Australia memiliki komposisi


geologi dan mineralogi yang berbeda. Beberapa deposit ditemukan di bebatuan Archaean.
Batuan yang mendominasi adalah granit yang dianamakan dengan "greenstones" terdiri dari
banded iron, asam dan vulkanik basa, sedimen ultramafik dan minor. Di sebagian besar deposit
nikel dan tembaga-nikel, mineral yang paling melimpah adalah pyrrhotite (Fe8S9), kalkopirit,
pentlandit, magnetit, dan pirit. Dari jumlah tersebut, mineral tiga yang pertama adalah yang
paling penting dari sudut pandang pemrosesan. Mineralogi pyrrhotite mungkin memainkan peran
paling penting dalam treatment nikel dan bijih tembaga – nikel. (Srdjan M. Bulatovic,2007)

A. METODE PEMANFAATAN NICKEL-COPPER ORES


Froth Flotasi banyak digunakan untuk memisahkan mineral logam dasar sulfida dalam
bijih kompleks. Satu dari tantangan utama yang dihadapi oleh flotasi bijih ini adalah kadar dan
mineralogi yang selalu bervariasi sebagai bijih dieksploitasi (Kabuda et. al., 2011). Saat ini,
hanya bijih sulfida yang diolah menggunakan metode flotasi atau kombinasi pemisahan magnet /
flotasi. Seperti dalam pemprosesan mineral apa pun, efisiensi pemisahan flotasi sangat
tergantung pada perubahan karakteristik umpan yang semuanya dapat mempengaruhi tingkat
produk dan pemulihan (Nashwa, 2007). 
Oleh karena itu perlu untuk terus mengkarakterisasi bijih tersebut dan mengoptimalkan
parameter flotasi sehingga kinerja konsentrator secara keseluruhan selalu terawat. Efisiensi
flotasi tergantung pada sejumlah parameter yang meliputi ukuran partikel, pulp kepadatan,
kualitas air, pH dan dosis reagen (Pérez-Garibay et. al., 2014; Muzenda, 2010; Saleh, et. al.,
2008; Shuhua, 2006; Göktepe, 2002). Untuk mencapai pemulihan dan nilai maksimum parameter
harus diseimbangkan dengan hati-hati dan dioptimalkan secara kolektif (Muzenda et. al., 2011).
Prinsip pemisahan metode froth flotation adalah dengan memanfaatkan perbedaan sifat
permukaan mineral terhadap air yaitu hidrophobik. Hidrophobik merupakan kemampuan
permukaan mineral berinteraksi dengan air yaitu apakah dapat dibasahi air atau sulit dibasahi.
Pada proses flotasi yang menjadi media pemisahan adalah air dan gelembung udara, serta
proses pengapungan mineral berharga dilakukan dengan menggunakan gelembung udara.
Pemisahan tersebut terjadi ketika mineral yang berharga bersifat hidrofobik menempel pada
gelembung dan mengapung ke permukaan air, sedangan mineral pengotor (gangue) yang bersifat
hidrofilic tidak menempel dan tetap di dalam fasa air.

B. KARAKTERISTIK PROSES FLOTASI NICKEL-COPPER ORES


Sifat flotasi mineral nikel belum pernah diteliti sejauh mineral yang lain dan oleh karena
itu sangat sedikit yang diketahui tentang daya apung (floatability) mineral nikel. Sebagian besar
penelitian tentang flotasi nikel mineral dari bijih alam telah dilakukan oleh laboratories of large
nickel producers (Inco, Falconbridge, WMC), dan oleh peneliti di Rusia pada bijih deposit dari
Rusia. Hanya data terbatas yang dipublikasikan, terutama dalam 10 tahun terakhir. Permasalahan
lainnya yang terkait dengan daya apung mineral nikel adalah mineral tersebut mengandung
impurities mineral lain dan karenanya sifat permukaan mineral itu sendiri dapat bervariasi dari
satu deposit ke deposit lainnya. Akibatnya, sifat flotasi adalah variabel. Jenis mineral gangue
berperan penting dalam daya apung nikel dan mineral tembaga-nikel. Beberapa bijih pembawa
nikel dari Australia (Yakabindie) mengandung gangue bantalan magnesium dan associated
slimes. Flotasi nikel dari bijih ini cukup sulit dan membutuhkan penambahan kolektor yang
sangat tinggi. Sebaliknya, flotasi dari nikel bijih masif, seperti dari Voisey Bay (Kanada)
membutuhkan sangat sedikit kolektor karena faktanya bahwa mineral yang mengandung nikel
relatif dapat mengapung. (Srdjan M. Bulatovic,2007)
Dari sudut pandang mineralogi, bijih yang mengandung gangue (pengotor) yang dapat
mengapung secara alami memiliki skema reagen yang berbeda dari yang digunakan untuk
perawatan bijih sulfida masif. Dalam treatment bijih sulfida masif, terjadinya pyrrhotite dan
adanya jumlah nikel dalam pyrrhotite memainkan peran yang menentukan dalam pemilihan
skema reagen.
Pyrrhotite dari konsentrat bulk diikuti dengan peningkatan nikel dari pecahan magnetik
dan nonmagnetik di sirkuit terpisah. Penggunaan reagent untuk masing-masing sirkuit ini sangat
berbeda.

C. REAGEN FLOTASI

Pada tahap awal proses flotasi, reagen flotasi memegang peranan penting. Banyak
penelitian dan studi dilakukan terkait pemilihan reagen flotasi yang efektif. Reagen yang
digunakan tergantung pada jenis mineral yang diflotasi. Pada flotasi Ni-Cu, ada 3 faktor dasar
yang digunakan untuk mempertimbangkan pemilihan reagen, antara lain :

a. Mineralogi
Pada ore Ni-Cu, ada mineral gangue yaitu pyrrhotite. Kehadiran pyrrhotite inilah yang
mempengaruhi pemilihan reagen. Pyrrhotite pada ore Ni-Cu ini memiliki variasi rasio
atom sulfur dengan besi yang berbeda-beda. Kandungan besi pada besi pyrrhotite
bervariasi dari 58.2% menjadi 63.5%. Selain itu, kehadiran pyrrhotite heksagonal pada
Ni-Cu ore memberikan tantangan pada pemilihan depressant karena sifat-sifat flotasinya
mirip dengan pentlandite.
b. Flowsheet pengolahan ore
Flowsheet juga memberikan pengaruh yang besar dalam pemilihan reagen. Misalnya,
reagen yang digunakan pada flowsheet sequential flotation ore Ni-Cu berbeda dengan
yang digunakan pada flowsheet bulk flotation ore Ni-Cu. Reagen yang digunakan untuk
penghilangan pyrrhotite dengan magnetic separation sebelum flotasi berbeda dengan
reagen yang digunakan untuk penghilangan pyrrhotite setelah dilakukan flotasi.
c. Degree of liberation
Degree of liberation atau derajat kebebasan digunakan untuk melihat seberapa banyak
mineral yang diinginkan dapat dibebaskan dari mineral-mineral lain yang tidak berharga.
Tujuan dari liberasi mineral berharga ini untuk menentukan ukuran partikel terkasar
dalam mineral sehingga dapat menghemat energi pada proses grinding.

Reagen dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu collector, frother, dan modifying
reagents :

i. Collector
Collector adalah senyawa yang melapisi mineral tertentu dan membuat permukaan
mineral tersebut menolak air (hydrophobic). Collector merupakan senyawa kimia organik
yang struktur molekulnya dapat dibagi menjadi kelompok polar dan non-polar. Bagian
yang polar dapat bereaksi dengan air, sedangkan bagian non-polar tidak bereaksi dengan
air. Bagian kolektor yang non-polar ini merupakan gugus hidrokarbon. Saat terjadi proses
adsorpsi kolektor pada permukaan mineral, bagian yang non-polar cenderung berorientasi
terhadap air dan bagian polar akan menempel pada permukaan mineral.
Pada flotasi ore Ni-Cu, kolektor yang banyak digunakan adalah xanthate. Xanthate sudah
banyak dipakai sebagai kolektor untuk mineral sulfida. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa semakin tinggi ikatan karbon xanthate, maka semakin
banyak nikel yang bisa dipulihkan daripada jika menggunakan xanthate yang ikatan
karbonnya rendah.
Gambar Gugus fungsi xanthate (Bulatovic, 2007)

Sebuah percobaan dilakukan pada ore Voisey Bay (Kanada) yang merupakan massive
ore sulfide yang mengandung sekitar 95% sulfida, sebagian besar adalah pyrrhotite
heksagonal. Percobaan tersebut menggunakan kolektor natrium isopropil xanthate
(sodium isopropyl xanthate) dan menunjukkan pemulihan nikel yang baik. Hal yang sama
juga diperoleh ketika menggunakan kolektor kalium amil xanthate (potassium amyl
xanthate). Selain itu ada studi tentang penggunaan mercaptans bersamaan dengan
thionocarbamate sebagai pengganti xanthate. Mercaptans dan thionocarbamate biasanya
digunakan sebagai kolektor untuk pemulihan mineral kelompok platinum (PGM).
Penggunaan kolektor tersebut tidak hanya meningkatkan pemulihan platinum, tapi juga
pemulihan kobalt dan nikel serta selektivitas terhadap pyrrhotite.
Studi pemilihan kolektor serta evaluasinya masih sangat jarang dilakukan. Biasanya studi
oleh perusahaan pengolahan nikel besar hanya fokus terhadap penurunan pyrrhotite dan
memaksimalkan pemulihan nikel.
ii. Frother
Frother adalah senyawa heteropolar yang menurunkan tegangan muka (surface tension)
air serta memiliki kemampuan adsorpsi pada permukaan air-gelembung udara. Frother
meningkatkan kekuatan film gelembung udara sehingga partikel hydrophobic dapat
menempel dengan baik pada gelembung udara. Keefektivitasan frother sangat tergantung
pada pH pulp.
Pada flotasi ore Ni-Cu, jika tidak ada hydrophobic gangue maka digunakan frother kuat
seperti glikol. Hal ini dikarenakan ada 2 alasa, yaitu :
a. Ore Ni-Cu biasanya mengandung slimes dan jika menggunakan frother jenis alkohol,
buihnya tidak cukup stabil dan tidak memiliki kekuatan untuk pengangkatan.
b. Pemulihan partikel yang kasar dan ukuran sedang selama bulk flotation memerlukan
banyak frother yang kuat.
Menurut data penelitian yang sudah dilakukan serta uji coba di plant Strathcona,
pemulihan pentlandite tertinggi diperoleh ketika menggunakan frother tipe glikol. Tetapi
frother tipe glikol kurang selektif jika dibandingkan dengan frother tipe alkohol. Hal ini
dikarenakan kekuatan froth dipengaruhi selain oleh frother yang digunakan, juga
dipengaruhi oleh jenis collector yang digunakan. Kekuatan frother akan meningkat jika
jumlah atom karbon dalam hidrokarbon collector memiliki 6 sampai 7 atom karbon.
Tetapi kekuatan frother akan turun jika ikatan hidrokarbon memiliki 8 atom karbon. Pada
flotasi ore Ni-Cu yang menggunakan collector xanthate (kurang dari 6 atom karbon) akan
menghilangkan buih jika menggunakan frother alkohol.

iii. Modifying reagents


Modifying reagents atau regulator merupakan bahan kimia yang mengontrol interaksi
antara collector dengan mineral-mineral. Penggunaan regulator ini berguna untuk
meningkatkan atau menurunkan selektivitas adsorbsi collector. Klasifikasi regulator
ditunjukkan oleh gambar....

Modifying
Agents

Organic
Inorganic Organic Acids
Polymers

Non-ionic Anionic Cationic Amphoteric


Acids
polymers Polymers Polymers Polymers

Polymers
Alkalines containing
carboxyl group

Polymers
Salts containing sulfo
groups

Gambar 2. Klasifikasi modifying reagents

Selain dapat meningkatkan adsorpsi collector, modifying reagents juga dapat


menghilangkan collector coating dari permukaan mineral, menyebabkan penurunan
mineral. Modifying reagents juga mampu mengubah floability mineral-mineral tertentu
terlepas dari kemampuan mereka bereaksi dengan collector. Modifying reagents dapat
mengubah pH dari pulp.
Pada flotasi ore Ni-Cu, modifying reagents yang digunakan antara lain :
- Asam sulfat (H2SO4), flotasi asam, pH 4.5-6.5
- Asam sulfit (H2SO3), flotasi asam, pH 5.5-6.5
- Natrium karbonat (Na2CO3), flotasi basa, pH 7.5-8.5
- Kapur (CaO), flotasi basa, pH 9.0-10.0

Natrium karbonat atau soda abu digunakan jika di dalam ore terdapat hydrophobic
gangue. Keuntungan penggunaan soda abu adalah dapat digunakan juga sebagai
dispersant, meningkatkan penurunan talc dengan CMC, dan mencegah slime coating
pada permukaan mineral.

Kapur digunakan dalam flotasi massive sulfide copper-nickel ore seperti di Voisey Bay,
Kanada. Selain itu, kapur digunakan jika ore sulfida mengandung pyrrhotite heksagonal.
Penggunaan kombinasi kapur dan asam sulfat dalam semi-bulk flotation dapat
mengambangkan sebagian besar tembaga dengan pentlandite kualitas tinggi. Hal ini
dapaet diperoleh jika kapur ditambahkan ke primary rougher. Sedangkan untuk flotasi
sekunder dimana pyrrhotite dan nikel ada, asam sulfat dan tembaga sulfat ditambahkan
hingga pH mencapai 8.0-8.5.

Modifying reagents pada kondisi tertentu dapat menjadi aktivator, depressant, atau
dispersant. Kondisi tertententu tersebut dapat berupa sifat alami dan jenis mineral yang
ada di dalam ore, juga komposisi ionik pulp. Adsorpsi modifying reagents juga
tergantung pada ukuran partikel yang ada di dalam pulp.

Pada flotasi ore Ni-Cu ini, modifying reagents dapat berperan sebagai penurun pyrrhotite
(depressant) dan sebagai aktivator pentlandite (activator).

a. Penurun pyrrhotite (depressant)


Depressant bertindak kebalikan dengan aktivator. Jika aktivator meningkatkan
kemampuan adsorbsi collector, maka depressant akan mendesorpsi collector atau
aktivator pada permukaan mineral atau mencegah absorpsi oleh collector.
Mekanisme depressant meliputi :
 Desorpsi collector yang terabsorpsi pada permukaan mineral membentuk senyawa
yang tidak mampu melakukan re-adsorbing pada permukaan mineral.
 Jika pada permukaan mineral aktivator teradsorpsi, maka aktivator akan
terdesorpsi oleh depressant.
 Interaksi depressant dengan kation yang ada di pulp,mencegah terjadinya adsorpsi
kation pada permukaan mineral dan menyebabkan aktivasi.
 Adsorpsi depressant pada permukaan mineral terjadi di monolayer, hal ini untuk
mencegah adsorpsi collector.
Penurunan pyrrhotite selama flotasi Ni-Cu bertujuan untuk mengurangi emisi sulfur
selama peleburan ore yang mengandung nikel kualitas rendah. Banyak penelitian
dilakukan untuk menemukan kombinasi depressant yang efektif untuk
menurunkan/menolak pyrrhotite tetapi tetap mempertahankan pemulihan nikel yang
tinggi.
 Depressant soda abu organik sudah banyak diaplikasikan dalam sejumlah
pengolahan ore Ni-Cu yang mengandung mineral hydrophobic gangue seperti talc
dan aluminosilikat. Soda abu CMC atau soda abu dextrin memiliki efek
penurunan pyrrhotite (pertama kali diketahui ketika uji coba ore Mt. Windarra).
Dengan hilangnya talc, 70% pyrrhotite ditemukan di tailing. Pada pengolahan ore
Thompson Pipe dan ore Shebandowan (Kanada), konsentrat orenya dari 5%
meningkat menjadi 11% Ni.
 Depressant organik berdasarkan asam poliakrilik juga dikembangkan dan diuji
oleh Cytec Chemical Company. Diketahui bahwa penurunan pyrrhotite bagus,
tetapi terjadi penurunan pentlandite juga.
 Poliamina terlarut dalam air (water-soluble polyamine) diuji sebagai potensial
depressent untuk pyrrhotite. Pengujian pertama kali dilakukan oleh Phillips
Petroleum pada tahun 1980-an dengan menggunakan polyyamine-substitued
dithiocarbamate sebagai depressant untuk reparasi tembaga-molybdenum.
Polyyamine-substitued dithiocarbamate (ORFOM D8) menjadi depressant yang
baik jika digunakan bersamaan dengan soda abu dalam jumlah sedikit.
 Ethylenediamine (EDTA0, diethylenetetramine (DETA), dan 2-(2-amino ethyl
amino) ethanol (AEAE) menunjukkan efek penurunan pada pyrrhotite. DETA
dikenalkan oleh Inco’s Sudburry plant.
 Penelitian juga dilakukan dimana depressant yang mengandung sulfur (Na2SO3,
SO2) ditambah dengan poliamina yang menghasilkan depressant baru yang terdiri
dari DETA dan SO2. Walaupun fungsi penggunaan depressant baru ini belum
diketahui, tetapi mungkin menghasilkan peningkatan adsorbsi depressant pada
pyrrhotite.
 Studi dilakukan menggunakan depressant seri P200 pada ore nikel. Depressant
seri P200 adalah campuran Na2S2O5, NaHSO3, dan Na2S2O3 dalam berbagai rasio,
direaksikan dengan salah satu dari penta-amine atau EDTA. Dari studi ini
ditemukan bahwa depressant P200 adalah depressant yang baik untuk pyrrhotite
monosiklik maupun heksagonal. Depressant ini biasanya digunakan untuk
menurunkan marcasite selama flotasi ore tembaga-zinc.
b. Aktivator pentlandite (Activator)
Penggunaan aktivator bertujuan untuk meningkatkan perbedaan dalam hidrasi
pemisahan mineral dan menurunkan hidrasi partikel mengapung. Beberapa aktivator
dapat berinteraksi di permukaan air-mineral dan juga permukaan air-udara. Aktivator
dapat digunakan sebagai agen pembersih permukaan mineral akibat oksidasi.
Perlakuan asam pada mineral sulfida dapat meningkatkan floatibilitasnya.
Pada flotasi ore Ni-Cu, sebagai aktivator pentlandite digunakan CuSO 4 dalam rentang
50 hingga 800 g/t. CuSO4 juga bisa menjadi aktivator yang baik untuk pyrrhotite serta
dapat meningkatkan floatibilitas nikel pyrrhotite daripada pentlandite. Dalam
beberapa studi, amoniak CuSO4 digunakan untuk meningkatkan floabilitas pentlandite
dan violarite. Plant pengolahan ore Kamolda Blanka (Australia) dan Strathcona
(Kanada) melakukan evaluasi efeknya. Hanya dengan penambahan 100 g/t amoniak
CuSO4 sudah menunjukkan laju flotasi nikel dan pemulihannya meningkat secara
signifikan.

Reagen yang digunakan pada pengolahan ore Ni-Cu tergantung pada penggunaan
modifying agents dan depressant. Penggunaan depressant sendiri berhubungan dengan
mineralogi ore. Berikut adalah macam-macam reagen yang digunakan di plants besar yang
beroperasi.

Konsentrator Ore Reagen


Pechenganickel, Rusia Kaul deposit, terdiri dari Na2CO3 = 3000 g/t (pH 10,2),
campuran sulfida dalam butil xanthate = 180 g/t, natrium
batuan serpentine yang aeroflot = 200 g/t, cresylic acid
berubah. Mineral sulfida yang = 250 g/t.
paling banyak adalah
pentlandite, chalcopyrite, dan
pyrrhotite.
Severonickel, Rusia Ore ini adalah ore yang CuSO4 = 20-60 g/t, Na2CO3 =
tersebar dengan pentlandite, 2700 g/t (pH 9.2-9.4), NaBX =
chalcopyrite, pyrrhotite, dan 180 g/t, natrium aeroflot = 110
magnenite. Ada mineral g/t, CMC = 400 g/t.
gangue yaitu olivine,
pyroxene, dan chlorite.
Norilsk, Rusia Ore sulfida masif dengan Flotasi Cu-Ni - NaOH = pH 9.5-
pentlandite, chalcopyrite, dan 10.0, PAX = 100 g/t, isopropil
pyrrhotite. Ore ini aeroflot = 50 g/t, cresylic acid =
mengandung sekitar 60% 20-50 g/t, CuSO4 = 100 g/t.
sulfida dengan pyroxene dan Pemisahan Cu-Ni – CaO, aerasi,
silikat. flotasi nitrogen tembaga.
Falconbridge- Sulfida masif yang mayoritas Bulk flotation Cu-Ni – CuSO4 =
Strathcona, Kanada berupa chalcopyrite dan 50-100 g/t, CaO = pH 10.0
pentlandite (ada sedikit (primary rougher), SIPX = 150
PGM). Mineral gangue g/t, Dow 250 = 60-80 g/t, H2SO4
berupa pyrrhotite yang = 650 g/t (secondary rougher).
mengandung 0.7-0.8% Ni, Pemisahan Cu-Ni – CaO = pH
pyroxene, dan silikat. 11.5, NaCN = 20 g/t.
Internationa Inco Co. Ore Sudbury Basin CaO = pH 9.0 – 9.5, SIPX = 80
Clarabelle Mill, Kanada mengandung berbagai ore. g/t, CuSO4 = 100 g/t, DF250 =
Mineral berharga berupa 60 g/t, DITA = 100 g/t.
chalcopyrite, pentlandite, Pemisahan Ni-Cu –
emas, dan mineral PGM. conditioning, aerasi, CaO,
Mineral gangue berupa NaCN (variabel).
pyrrhotite (monosiklik dan
heksagonal). Terdapat pula
mineral non-opaque yaitu
kuarsa, serpentine, dan
aluminosilikat.
Thompson Mill, Yang terkandung dalam CuSO4 = 100-200 g/t, Na2CO3 =
Kanada deposit : a. Variasi 300 g/t, SIPX = 50 g/t, MIBC =
disseminated yang terdiri dari 50-80 g/t.
pentlandite dengan minor Pemisahan Cu-Ni – sistem
pyrrhotite, b. Variasi sulfida CaO/ SO2.
masif pentlandite dan
pyrrhotite.
Batuannya adalah serpentine
peridote.
Shebandowan, Kanada Mineral berharga dalam ore Na2CO3 = 1500 g/t, CMC = 200
adalah chalcopyrite dan g/t, SIPX = 30 g/t, MIBC = 10
pentlandite. Sedangkan g/t.
mineral gangue antara lain Pemisahan Cu-Ni – CaO = pH
tremolite, falite, magnesite, 11.5, NaCN = 30 g/t.
dan talc.
Langmuir Plant, Ore terdiri atas pyrite masif Guartec = 650 g/t, CuSO4 = 200
Kanada dan zona pyrrhotite dalam g/t, SIPX = 150 g/t, MIBC = 30
batuan andesit. g/t.
Rankin Nickel, Kanada Mineral berharga yang utama Na2CO3 = 800 g/t (pH 9.5), pati
adalah pentlandite dan = 300 g/t, PAX = 10 g/t, R3477
chalcopyrite. Mineral gangue = 30 g/t, MIBC = 25 g/t.
utamanya adalah pyrrhotite
dan silikat.
Lynn Lake, Kanada Mineral berharga mayoritas Na2CO3 = 1800 g/t, Dextrin =
adalah chalcopyrite dan 200 g/t, SIPX – 50 g/t, MIBC =
pentlandite. Pyrrhotite, pyrite, 10 g/t, CuSO4 = 20 g/t.
talc, dan klorite juga ada di
dalam ore.
Silver Standard Mine, Ore ini tersebar, sulfida semi Flotasi Cu-Ni – pati kaustik =
Iskut River, Canada masif dan mengandung 300 g/t, CuSO4 = 100 g/t, PAX
chalcopyrite dan pentlandite, = 60 g/t, MIBC = 15 g/t.
mengandung nikel sulfida, Pemisahan Cu-Ni – CaO = pH
covellite, dan pyrite. Mineral 11.2, NaCN = 20 g/t.
gangue utamanya adalah
feldspars, pyroxene, dan
amphiboles.
Union Mine, USA Ore sulfida semi-masif CuSO4 = 100 g/t, Dextrin = 200
dengan pentlandite dan g/t, R407 = 20 g/t, PAX = 20
chalcopyrite ada dalam g/t, MIBC = 20 g/t.
matriks gangue serpentine.
Kotalahti, Finlandia Ada dua jenis ore yaitu H2SO4 = 9500 g/t, K-etil
disseminated ore dan ore tipe xanthate = 60 g/t, minyak pinus
breccia. = 200 g/t, pH 4.5.
Pemisahan Cu-Ni – CaO = 4800
g/t, dextrin = 30 g/t, pH 12.0.
Hitura, Finlandia Intrusi serpentine dengan ore H2SO4 = 3000 g/t, PAX = 210
mika gneiss, mineral berharga g/t, minyak pinus = 82 g/t, CMC
yang utama adalah = 100 g/t, Na2CO3 = 300 g/t, pH
pentlandite dan chalcopyrite. 3.5.
Mineral-mineral ini tersebar
dengan silikat dan magnetite
sehingga perlu digerus halus.

D. SEL FLOTASI

Pada flotasi Cu-Ni ini sistem sel flotasi yang digunakan adalah aerasi. Salah satu sel
flotasi jenis aerasi yang banyak digunakan adalah Denver “Sub-A” cell flotation. Pertama kali
ditemukan oleh A.W. Fajrenwald. Sel flotasi ini terdiri dari sel-sel persegi yang dipaskan dengan
impeller. Setiap sel adalah mesin utuh yang dirancang dengan memasang sejumlah unit pada
pondasi umum dan menghubungkan pipa-pipa yang mentrasfer pulp dari satu sel ke tahap
selanjutnya.

Sel flotasi ini Terdiri dari seri sel persegi dengan impeller berputar pada shaft vertikal
pada masing-masing dasar. Impeller berbentuk seperti salib yang bagian atasnya ditutupi dengan
plat sirkular datar. Dua baffle diletakkan secara diagonal pada masing-masing sel di atas
impeller untuk menghancurkan putaran pulp dan untuk membatasi agitasi hingga zona terendah.
Udara dimasukkan ke dalam masing-masing sel lewat pipa yang dilewatkan bawah dan
menyalurkannya langsung ke impeller. Blower tekanan rendah disediakan tetapi jarang
digunakan karena kecepatan impeller cukup cepat untuk menarik kebutuhan udara yang
diperlukan dalam operasi normal. Jumlah aerasi dapat diatur secara akurat untuk menyesuaikan
kebutuhan setiap sel dengan penyesuaian keran pada pipa udaranya.

Kontak antara gelembung udara dan partikel mineral terjadi di zona paling bawah (zona
aerasi). Impeller memaksa pulp teraerasi untuk secara terus menerus melewati baffle ke bagian
atas dan bagian yg diam dari sel. Di sini gelembung yang mengandung banyak partikel mineral,
menjatuhkan partikel gangue secara mekanis yang terjerat di antaranya dan menangkap beberapa
mineral yang sebelumnya terlepas saat kontak. Jika ingin meningkatkan pemulihan mineral dan
eliminasi gangue, maka jumlah aerasi harus ditingkatkan. Pulp yang mengandung gangue dan
partikel mineral lainnya yang belum menempel pada gelembung udara, akan berputar pada
beberapa tingkat melewati zona agitasi. Pulp pada akhirnya keluar lewat celah yang diletakkan
di belakang sel, di atas baffle dan mengalir melewati bendungan pembuangan sebagai tailing.
Froth masing-masing sel ditarik ke dalam concentrate launder untuk selanjutnya dialirkan lewat
pipa, kembali ke mesin flotasi. Froth atau produk menengah lainnya tidak bisa ditransfer
menggunakan pipa untuk kembali ke kepala mesin. Froth akan diambil menggunakan gaya
gravitasi kemudian dialirkan kembali ke aliran pulp yang tertarik oleh impeller.
Gambar 3. Mesin flotasi Denver “Sub-A”

Sel flotasi Sub-A ini terdiri dari 3 zona, antara lain :

a. Zona pengadukan dan aerasi


Mekanismenya pulp mengalir ke dalam sel dengan pengaruh gaya gravitasi, lewat pipa
umpan, kemudian jatuh langsung di atas impeller yang berputar di bawah stationary
hood. Pulp terjun melewati impeller blade, kemudian terlempar keluar dan ke atas akibat
gaya sentrifugal impeller. Ruang di antara blades yang berputar dan stationary hood
membuat sebagian pulp untuk terjun melewati impeller blades. Hal ini mengakibatkan
positive suction sehingga menarik sejumlah besar udara untuk masuk ke dalam sel. Hal
ini membuat udara dan pulp bercampur dan menghasilkan pulp teraerasi dengan
gelembung udara kecil. Gelembung udara terdifusi ini menyokong sejumlah besar
partikel mineral.
b. Zona pemisahan
Pada zona ini, aliran cross-current dihilangkan untuk mencegah jatuhnya muatan mineral
dari gelembung udara yang menyokongnya. Gelembung udara sarat mineral dipisahkan
dari gangue yang tak berharga. Produk menengah kembali ke zona agitasi melewati
lubang resirkulasi yang ada di puncak stationery hood. Proses ini mengakibatkan produk
menengah kembali kontak dengan gelembung udara sehingga sedikit partikel mineral
berharga yang terikut dapat menempel pada gelembung udara.
c. Zona konsentrat
Pada zona ini, gelembung-gelembung udara/ buih-buih yang mengandung banyak
partikel mineral berharga akan diambil. Paddle shaft yang berputar akan mengambil
buih-buih tersebut dengan cepat. Hasil dari zona ini adalah konsentrat berkualitas tinggi.

Gambar 4. Zona-zona pada sel flotasi Sub-A

Sel flotasi Denver “Sub-A” ini selain digunakan sebagai aerasi, juga dapat digunakan
sebagai rougher, cleaner, atau sel recleaner. Ketika digunakan sebagai rougher, produk
menengah (middling product) akan kembali ke sel flotasi hanya dengan mengandalkan gaya
gravitasi. Hal ini menjadi lebih efisien karena tidak diperlukan pompa lagi. Mesin flotasi tidak
hanya bisa mengapungkan mineral berharga dalam campuran ore dan air, tetapi juga harus
menjaga pulp beredar terus-menerus dari umpan (feed end) ke discharge end untuk
menghilangkan froth. Selain itu, mesin flotasi tidak hanya mampu mengedarkan material kasar,
tetapi juga harus meresirkulasi dan mengolah kembali produk menengah sehingga efisiensi dapat
diperoleh secara maksimal.

E. PEMISAHAN NICKEL-COPPER ORES

Sequential Flotation Bijih Nickel-Copper

Contoh flotasi sekuensial versus bulk flotation diikuti oleh Cu-Ni , percobaan ini
dilakukan pada tembaga-nikel bijih dari badan bijih Sungai Iskut di British Columbia, Kanada.
Saat menggunakan metode flotasi sekuensial, kandungan nikel dari konsentrat tembaga jauh
lebih rendah dibandingkan saat menggunakan flotasi bulk diikuti dengan pemisahan. Flotasi
sekuensial dalam praktik industri digunakan dalam kasus di mana tembaga di kepala jauh lebih
besar dari nikel (4-5 kali). Flotasi sekuensial digunakan di Pabrik Falconbridge Strathcona untuk
mengolah dip zona tembaga-bijih nikel zona dengan pengujian sekitar 5,5% Cu dan 0,4-0,6% Ni.
Berikut ini merupakan skema Flotasi Sequential bijih nikel-tembaga.
Gambar. 5 Sequential Cu-Ni flotation Flowsheet and Reagent schema in the treatment of Iskut
River Ore

Pemisahaan nickel-copper ores adalah proses yag paling umum dalam pengolahan nickel-
copper ores. Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengembangkan sebuah metode
pemisahaan nickel-copper agar lebih efisiensi adalah sebagai berikut :

Desorpsi Kolektor

Dalam banyak proses yang telah diamati bahwa level kolektor dalam larutan berkurang atau
sebagian dari kolektor diserap dari permukaan mineral, kemudian pemisahan tembaga-nikel
meningkat secara signifikan. Ada beberapa metode yang digunakan dalam desorpsi dan
penghapusan kolektor, yaitu :

1. Perlakuan awal dengan NaHS dan pengentalan konsentrat bulk sebelum pemisahan.
2. Tahap aerasi dengan SO2 dan kapur, diikuti dengan flotasi copper. Metode ini efektif
digunakan jika pyrrhotite tidak ada dalam konsentrat bulk.
3. Penggunaan oksidasi lain seperti hipoklorida (NaOCl) juga diperiksa di studi yang sama.
4. Depresi pyrhotite dengan adanya sianida dan oksidasi memungkinkan terjadinya
pengangkatan pyrrhotite dari konsentrat tembaga.
Desorpsi kolektor dalam pemisahan tembaga-nikel dilakukan jika penambahan
berlebihan kolektor digunakan dalam flotasi bulk nickel-copper. Pemilihan metode pemisahan
nickel-copper juga diatur oleh jumlah insol yang ada dalam konsentrat bulk, yang mana
penggunaan sianida dihindari karena bila ada sianida, gangue menjadi pemisahan yang
mengganggu konstituen dari konsentrat massal.

Dibawah ini merupakan flowsheet yang digunakan pada Pabrik Inco (Sudbury) pada
pemisahan nickel-copper.
Gambar 5. Flowsheet Pemisahan nickel-copper pada Pabrik Inco (Sudbury)
(Sumber :Srdjan M. Bulatovic,2007)

F. PROSES LAIN DALAM PENGOLAHAN NICKEL-COPPER ORES

Beberapa proses yang baru dikembangkan dan digunakan dalam flotasi nickel-copper
ores oleh sejumlah pabrik yang beroperasi adalah flotasi nitrogen dan penerapan pengkondisian
intensitas tinggi (HIC).

1. Penggunaan Nitrogen Dalam Flotasi


Penggunaaan nitrogen dalam flotasi bijih secara ektensif dapat ditetapkan bahwa :
a. Dalam beberapa kasus, daya apung mineral tertentu meningkat (emas sulfida)
b. Penurunan mineral tertentu meningkat (pyrrhotite dan copper dalam pemisahan
(copper-moly)
Gambar 6. Flowsheet used in the Norilsk Nickel Complex in treatment
of high-pyrrhotite ore.
(Sumber :Srdjan M. Bulatovic,2007)

2. Pengaruh Pengondisian Intensitas Tinggi (HIC)


HIC secara ekstensif khusus untuk meningkatkan :
1. Laju pentlandit dalamflotasi
2. Selektivitas antara pyrrhotite dan pentlandit
3. Selektivitas antara mineral gangue dan pentlandit.
Tabel 1. Pengaruh HIC terhadap laju flotasi pentlandit dari fraksi non-magnetik
Strathcona (Kanada)
(Sumber :Srdjan M. Bulatovic,2007)

Dari grfik diatas dapat dinyatakan bahwa dengan adanya reagen tertentu, HIC
meningkatkan agregasi selektif pentlandit. Selama uji coba pabrik telah diamati bahwa HIC
memproduksi flocs kaya pentlandit. Efektivitas HIC biasanya ditentukan oleh jumlah dan jenis
froth kolektor yang ditambahkan.
EXAMPLE OF FLOTATION UNIT : PROCESS FLOW DIAGRAM
DAFTAR PUSTAKA

Muzenda, E., Afolabi, A.S., Abdulkareem, A.S. and Ntuli, F. (2011). Effect of pH on the
Recovery and grade of base metal sulphides (PGMs) by flotation, Proceedings of the
World Congress on engineering and Computer Science 2011 Vol II, WCECS 2011,
October 19-21, San Francisco, USA

Nashwa, V.M. (2007). The flotation of high talc-containing ore from the Great Dyke of
Zimbabwe, MSc Thesis, University of Pretoria

Pérez-Garibay, R., Ramírez-Aguilera, N., Bouchard, J., and Rubio, J. (2014). Froth flotation of
sphalerite: Collector concentration, gas dispersion and particle size effects, Minerals
Engineering 57, pp. 72-78

Srdjan M. Bulatovic,(2007). Handbook of Flotation Reagents Vol I. Elsevier Science &


Technology Books

Wills, B. A. and Finch, J. A. (2016) Wills ’ Mineral Processing Technology; An Introduction to


the Practical Aspects of Ore Treatment and Mineral Recovery. 8th ed. Oxford: Elsevier
Ltd.

Anda mungkin juga menyukai