OLEH :
Skema flotasi dapat dilihat pada gambar 1. Mekanisme pemisahan dengan flotasi dimulai
dengan tertempelnya mineral berharga (valuable minerals) yang memiliki sifat hidrofobik pada
gelembung udara dengan dilakukannya penambahan reagen (flotation reagent), sehingga terjadi
pemisahaan antara mineral dengan laruutan (flotation pulp). Mineral hidrofobik yang tertempel
pada gelembung akan terangkat menuju permukaan air. Penambahan reagen bertujuan untuk
mendapatkan kondisi stabil pada gelembung sehingga tidak mudah pecah dan dapat menempel
dengan partikel lebih kuat ataupun mengubah sifat permukaan mineral berharga menjadi lebih
hidrofobik. Untuk menempelkan mineral dengan gelembung digunakan alat bantu berupa
agitator yang dapat meningkatkan tumbukan antara partikel dan gelembung dengan memberikan
gelombang (turbulence) pada air (pulp). Prinsip kerja flotasi hanya bisa digunakan pada ukuran
partikel yang kecil (fine particles) karena jika ukuran terlalu besar maka gaya adhesi antar
partikel dan gelembung lebih kecil dibandingkan dengan berat partikel sehingga gelembung akan
mudah pecah (Wills and Finch, 2016).
Terdapat dua cara yang digunakan pada proses flotasi yaitu direct flotation dan reverse
flotation. Direct flotation adalah pengambilan mineral berharga dengan ditempelkan dengan
gelembung menuju froth dan meninggalkan mineral pengganggunya (gangue mineral). Reverse
flotation adalah pengambilan mineral berharga dengan cara diambilnya mineral gangue menuju
froth dengan meninggalkan mineral berharganya. Fase froth merupakan fase untuk pengumpulan
mineral yang akan diambil dan memindahkannya dilakukan dengan proses skimming (Wills and
Finch, 2016).
Di dalam flotasi terdapat dua variable pada proses flotasi yaitu variabel kimia dan fisik.
Proses
yang terjadi pada saat proses flotasi adalah sebagai berikut : (Michaud, 2013)
1. Pengkondisian reagen untuk didapatkan sifat permukaan mineral hidrofobik
2. Pengumpulan dan pergerakan mineral dengan gelembung udara
3. Terbentuknya fasa froth yang stabil di permukaan larutan
4. Terdapat pemisahan mineral yang tertempel pada froth dari tangki
Beberapa faktor yang digunakan untuk pemilihan proses flotasi adalah (Fuerstenau and Han,
2009; Wills and Finch, 2016) :
1. Wettabilities factor yaitu permukaan yang bersifat hidrofobik akan menempel pada
gelembung udara dan bergerak ke atas dan akan meninggalkan mineral pengotornya di
konsentratnya. Partikel dapat secara alami bersifat hidrofobik atau diubah dengan
penambahan reagen kimia untuk merubah sifat permukaan menjadi hidrofobik.
Hidrokarbon (batubara) dan padatan non-polar (sulfur) merupakan contoh dari mineral
hidrofobik alami
2. Ukuran artikel (particle size) yaitu mineral hidrofonik haru melakukan kontak dengan
gelembung, sehingga tumbukan antara partikel dengan gelembung dipengaruhi oleh
ukuran. Apabila ukuran partikel terlalu besar dibandingkan dengan gelembung maka
partikel akan melewati tanpa adanya kontak dengan gelembung
3. Massa jenis (density) yaitu flotasi akan lebih mudah dilakukan apabila partikel memilki
massa jenis yang kecil (missal batubara) dibandingkan bermassa jenis besar (timbal
sulfide/galena).
4. Kecapatan gas (gas velocity) yaitu recovery dan grade dari hasil proses flotasi
dipengaruhi
oleh kecepatan gas yang didominasi oleh pengaruh dari ukuran gelembung yang
dihembuskan. Ukuran gelembung dipengaruhi oleh ukuran pori atau lubang dari sparger.
Bagian yang sangat penting dalam proses flotasi adalah reagen, proses flotasi dapat
berlangsung optimal bergantung dari reagen yang digunakan. Selama proses berlangsung udara
harus kuat dan stabil untuk membawa serta mineral hidrofobik ke permukaan pulp, sehingga
diperlukan beberapa bahan kimia untuk mencapai kondisi terebut, yang dinamakan reagen
flotasi. Reagen yang digunakan juga beragam tergantung dari mineral yang ingin diperoleh.
Klasifikasi reagent dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Kolektor, merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengubah mineral tertentu
bersifat hidrofobik sehingga dapat menempel pada gelembung udara. Kolektor ditambah
ke dalam pulp dan waktu yang diperlukan untuk teradsorpsi ke permukaan mineral
dinamakan dengan conditioning period. Contoh kolektor adalah xanthates.
2. Frother (Pembusa) adalah senyawa yang dapat menurukan tegangan permukaan
gelembung, sehingga dapat menghasilkan dan menstabilkan gelembung agar tidak mudah
pecah. Ketika permukaan partikel telah menjadi hidrofobik, partikel tersebut harus
mampu menempel pada gelembung udara yang disuntikkan (aerasi). Namun muncul
masalah ketika gelembung-gelembung tersebut tidak stabil dan mudah pecah akibat
tumbukan dengan partikel padat, dinding sel dan gelembung-gelembung lain. Oleh
karena itu perlu adanya penambahan material ke dalam pulp yang dapat menstabilkan
gelembung udara. Material yang ditambahkan tersebut sebagai frother.
3. Modifer adalah zat-zat yang memengaruhi jalannya kolektor berinteraksi dengan
partikel-pertikel (acids, alkali, larutan garam, quebracho extract) atau merubah jalannya
partikel-partikel bereaksi satu sama lain, menggunakan sodium silikat. Modifier seperti
aktifator, depresant, dan pH regulator sering ditambahkan ke dalam proses flotasi.
Ada lebih dari 45 jenis mineral nikel, tetapi hanya sedikit yang memiliki nilai ekonomi.
Nikel, dalam berbagai bijih dapat ditemukan pada mineral lain, seperti pyrrhotite dan berbagai
mineral kobalt sebagai exsolution dalam fase isomorfik. Mineral nikel dapat dibagi menjadi tiga
kelompok besar, termasuk nikel sulfida, arsenida nikel dan antimonida nikel, umumnya mineral
yang berasal dari magmatik dan hidrotermal, nikel silikat mempuyai senyawa sama. Dari
Mineral sulfida yang paling melimpah adalah pentlandit, rloanlit dan nikel. Dari silikat, garnierit
adalah yang paling melimpah. Secara umum, ada tiga tipe dasar endapan bijih yang mengandung
nikel, yaitu : (Srdjan M. Bulatovic,2007)
1. Endapan hidrotermal yang terbentuk sebagai hasil pengendapan nikel dari hidrotermal
larutan.
2. Endapan mafik magmatik dengan dua subtipe yaitu endapan sulfida masif dan deposit
diresapi.
3. Endapan bijih mengandung silika yang sebagian besar mengandung nikel silikat.
C. REAGEN FLOTASI
Pada tahap awal proses flotasi, reagen flotasi memegang peranan penting. Banyak
penelitian dan studi dilakukan terkait pemilihan reagen flotasi yang efektif. Reagen yang
digunakan tergantung pada jenis mineral yang diflotasi. Pada flotasi Ni-Cu, ada 3 faktor dasar
yang digunakan untuk mempertimbangkan pemilihan reagen, antara lain :
a. Mineralogi
Pada ore Ni-Cu, ada mineral gangue yaitu pyrrhotite. Kehadiran pyrrhotite inilah yang
mempengaruhi pemilihan reagen. Pyrrhotite pada ore Ni-Cu ini memiliki variasi rasio
atom sulfur dengan besi yang berbeda-beda. Kandungan besi pada besi pyrrhotite
bervariasi dari 58.2% menjadi 63.5%. Selain itu, kehadiran pyrrhotite heksagonal pada
Ni-Cu ore memberikan tantangan pada pemilihan depressant karena sifat-sifat flotasinya
mirip dengan pentlandite.
b. Flowsheet pengolahan ore
Flowsheet juga memberikan pengaruh yang besar dalam pemilihan reagen. Misalnya,
reagen yang digunakan pada flowsheet sequential flotation ore Ni-Cu berbeda dengan
yang digunakan pada flowsheet bulk flotation ore Ni-Cu. Reagen yang digunakan untuk
penghilangan pyrrhotite dengan magnetic separation sebelum flotasi berbeda dengan
reagen yang digunakan untuk penghilangan pyrrhotite setelah dilakukan flotasi.
c. Degree of liberation
Degree of liberation atau derajat kebebasan digunakan untuk melihat seberapa banyak
mineral yang diinginkan dapat dibebaskan dari mineral-mineral lain yang tidak berharga.
Tujuan dari liberasi mineral berharga ini untuk menentukan ukuran partikel terkasar
dalam mineral sehingga dapat menghemat energi pada proses grinding.
Reagen dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu collector, frother, dan modifying
reagents :
i. Collector
Collector adalah senyawa yang melapisi mineral tertentu dan membuat permukaan
mineral tersebut menolak air (hydrophobic). Collector merupakan senyawa kimia organik
yang struktur molekulnya dapat dibagi menjadi kelompok polar dan non-polar. Bagian
yang polar dapat bereaksi dengan air, sedangkan bagian non-polar tidak bereaksi dengan
air. Bagian kolektor yang non-polar ini merupakan gugus hidrokarbon. Saat terjadi proses
adsorpsi kolektor pada permukaan mineral, bagian yang non-polar cenderung berorientasi
terhadap air dan bagian polar akan menempel pada permukaan mineral.
Pada flotasi ore Ni-Cu, kolektor yang banyak digunakan adalah xanthate. Xanthate sudah
banyak dipakai sebagai kolektor untuk mineral sulfida. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa semakin tinggi ikatan karbon xanthate, maka semakin
banyak nikel yang bisa dipulihkan daripada jika menggunakan xanthate yang ikatan
karbonnya rendah.
Gambar Gugus fungsi xanthate (Bulatovic, 2007)
Sebuah percobaan dilakukan pada ore Voisey Bay (Kanada) yang merupakan massive
ore sulfide yang mengandung sekitar 95% sulfida, sebagian besar adalah pyrrhotite
heksagonal. Percobaan tersebut menggunakan kolektor natrium isopropil xanthate
(sodium isopropyl xanthate) dan menunjukkan pemulihan nikel yang baik. Hal yang sama
juga diperoleh ketika menggunakan kolektor kalium amil xanthate (potassium amyl
xanthate). Selain itu ada studi tentang penggunaan mercaptans bersamaan dengan
thionocarbamate sebagai pengganti xanthate. Mercaptans dan thionocarbamate biasanya
digunakan sebagai kolektor untuk pemulihan mineral kelompok platinum (PGM).
Penggunaan kolektor tersebut tidak hanya meningkatkan pemulihan platinum, tapi juga
pemulihan kobalt dan nikel serta selektivitas terhadap pyrrhotite.
Studi pemilihan kolektor serta evaluasinya masih sangat jarang dilakukan. Biasanya studi
oleh perusahaan pengolahan nikel besar hanya fokus terhadap penurunan pyrrhotite dan
memaksimalkan pemulihan nikel.
ii. Frother
Frother adalah senyawa heteropolar yang menurunkan tegangan muka (surface tension)
air serta memiliki kemampuan adsorpsi pada permukaan air-gelembung udara. Frother
meningkatkan kekuatan film gelembung udara sehingga partikel hydrophobic dapat
menempel dengan baik pada gelembung udara. Keefektivitasan frother sangat tergantung
pada pH pulp.
Pada flotasi ore Ni-Cu, jika tidak ada hydrophobic gangue maka digunakan frother kuat
seperti glikol. Hal ini dikarenakan ada 2 alasa, yaitu :
a. Ore Ni-Cu biasanya mengandung slimes dan jika menggunakan frother jenis alkohol,
buihnya tidak cukup stabil dan tidak memiliki kekuatan untuk pengangkatan.
b. Pemulihan partikel yang kasar dan ukuran sedang selama bulk flotation memerlukan
banyak frother yang kuat.
Menurut data penelitian yang sudah dilakukan serta uji coba di plant Strathcona,
pemulihan pentlandite tertinggi diperoleh ketika menggunakan frother tipe glikol. Tetapi
frother tipe glikol kurang selektif jika dibandingkan dengan frother tipe alkohol. Hal ini
dikarenakan kekuatan froth dipengaruhi selain oleh frother yang digunakan, juga
dipengaruhi oleh jenis collector yang digunakan. Kekuatan frother akan meningkat jika
jumlah atom karbon dalam hidrokarbon collector memiliki 6 sampai 7 atom karbon.
Tetapi kekuatan frother akan turun jika ikatan hidrokarbon memiliki 8 atom karbon. Pada
flotasi ore Ni-Cu yang menggunakan collector xanthate (kurang dari 6 atom karbon) akan
menghilangkan buih jika menggunakan frother alkohol.
Modifying
Agents
Organic
Inorganic Organic Acids
Polymers
Polymers
Alkalines containing
carboxyl group
Polymers
Salts containing sulfo
groups
Natrium karbonat atau soda abu digunakan jika di dalam ore terdapat hydrophobic
gangue. Keuntungan penggunaan soda abu adalah dapat digunakan juga sebagai
dispersant, meningkatkan penurunan talc dengan CMC, dan mencegah slime coating
pada permukaan mineral.
Kapur digunakan dalam flotasi massive sulfide copper-nickel ore seperti di Voisey Bay,
Kanada. Selain itu, kapur digunakan jika ore sulfida mengandung pyrrhotite heksagonal.
Penggunaan kombinasi kapur dan asam sulfat dalam semi-bulk flotation dapat
mengambangkan sebagian besar tembaga dengan pentlandite kualitas tinggi. Hal ini
dapaet diperoleh jika kapur ditambahkan ke primary rougher. Sedangkan untuk flotasi
sekunder dimana pyrrhotite dan nikel ada, asam sulfat dan tembaga sulfat ditambahkan
hingga pH mencapai 8.0-8.5.
Modifying reagents pada kondisi tertentu dapat menjadi aktivator, depressant, atau
dispersant. Kondisi tertententu tersebut dapat berupa sifat alami dan jenis mineral yang
ada di dalam ore, juga komposisi ionik pulp. Adsorpsi modifying reagents juga
tergantung pada ukuran partikel yang ada di dalam pulp.
Pada flotasi ore Ni-Cu ini, modifying reagents dapat berperan sebagai penurun pyrrhotite
(depressant) dan sebagai aktivator pentlandite (activator).
Reagen yang digunakan pada pengolahan ore Ni-Cu tergantung pada penggunaan
modifying agents dan depressant. Penggunaan depressant sendiri berhubungan dengan
mineralogi ore. Berikut adalah macam-macam reagen yang digunakan di plants besar yang
beroperasi.
D. SEL FLOTASI
Pada flotasi Cu-Ni ini sistem sel flotasi yang digunakan adalah aerasi. Salah satu sel
flotasi jenis aerasi yang banyak digunakan adalah Denver “Sub-A” cell flotation. Pertama kali
ditemukan oleh A.W. Fajrenwald. Sel flotasi ini terdiri dari sel-sel persegi yang dipaskan dengan
impeller. Setiap sel adalah mesin utuh yang dirancang dengan memasang sejumlah unit pada
pondasi umum dan menghubungkan pipa-pipa yang mentrasfer pulp dari satu sel ke tahap
selanjutnya.
Sel flotasi ini Terdiri dari seri sel persegi dengan impeller berputar pada shaft vertikal
pada masing-masing dasar. Impeller berbentuk seperti salib yang bagian atasnya ditutupi dengan
plat sirkular datar. Dua baffle diletakkan secara diagonal pada masing-masing sel di atas
impeller untuk menghancurkan putaran pulp dan untuk membatasi agitasi hingga zona terendah.
Udara dimasukkan ke dalam masing-masing sel lewat pipa yang dilewatkan bawah dan
menyalurkannya langsung ke impeller. Blower tekanan rendah disediakan tetapi jarang
digunakan karena kecepatan impeller cukup cepat untuk menarik kebutuhan udara yang
diperlukan dalam operasi normal. Jumlah aerasi dapat diatur secara akurat untuk menyesuaikan
kebutuhan setiap sel dengan penyesuaian keran pada pipa udaranya.
Kontak antara gelembung udara dan partikel mineral terjadi di zona paling bawah (zona
aerasi). Impeller memaksa pulp teraerasi untuk secara terus menerus melewati baffle ke bagian
atas dan bagian yg diam dari sel. Di sini gelembung yang mengandung banyak partikel mineral,
menjatuhkan partikel gangue secara mekanis yang terjerat di antaranya dan menangkap beberapa
mineral yang sebelumnya terlepas saat kontak. Jika ingin meningkatkan pemulihan mineral dan
eliminasi gangue, maka jumlah aerasi harus ditingkatkan. Pulp yang mengandung gangue dan
partikel mineral lainnya yang belum menempel pada gelembung udara, akan berputar pada
beberapa tingkat melewati zona agitasi. Pulp pada akhirnya keluar lewat celah yang diletakkan
di belakang sel, di atas baffle dan mengalir melewati bendungan pembuangan sebagai tailing.
Froth masing-masing sel ditarik ke dalam concentrate launder untuk selanjutnya dialirkan lewat
pipa, kembali ke mesin flotasi. Froth atau produk menengah lainnya tidak bisa ditransfer
menggunakan pipa untuk kembali ke kepala mesin. Froth akan diambil menggunakan gaya
gravitasi kemudian dialirkan kembali ke aliran pulp yang tertarik oleh impeller.
Gambar 3. Mesin flotasi Denver “Sub-A”
Sel flotasi Denver “Sub-A” ini selain digunakan sebagai aerasi, juga dapat digunakan
sebagai rougher, cleaner, atau sel recleaner. Ketika digunakan sebagai rougher, produk
menengah (middling product) akan kembali ke sel flotasi hanya dengan mengandalkan gaya
gravitasi. Hal ini menjadi lebih efisien karena tidak diperlukan pompa lagi. Mesin flotasi tidak
hanya bisa mengapungkan mineral berharga dalam campuran ore dan air, tetapi juga harus
menjaga pulp beredar terus-menerus dari umpan (feed end) ke discharge end untuk
menghilangkan froth. Selain itu, mesin flotasi tidak hanya mampu mengedarkan material kasar,
tetapi juga harus meresirkulasi dan mengolah kembali produk menengah sehingga efisiensi dapat
diperoleh secara maksimal.
Contoh flotasi sekuensial versus bulk flotation diikuti oleh Cu-Ni , percobaan ini
dilakukan pada tembaga-nikel bijih dari badan bijih Sungai Iskut di British Columbia, Kanada.
Saat menggunakan metode flotasi sekuensial, kandungan nikel dari konsentrat tembaga jauh
lebih rendah dibandingkan saat menggunakan flotasi bulk diikuti dengan pemisahan. Flotasi
sekuensial dalam praktik industri digunakan dalam kasus di mana tembaga di kepala jauh lebih
besar dari nikel (4-5 kali). Flotasi sekuensial digunakan di Pabrik Falconbridge Strathcona untuk
mengolah dip zona tembaga-bijih nikel zona dengan pengujian sekitar 5,5% Cu dan 0,4-0,6% Ni.
Berikut ini merupakan skema Flotasi Sequential bijih nikel-tembaga.
Gambar. 5 Sequential Cu-Ni flotation Flowsheet and Reagent schema in the treatment of Iskut
River Ore
Pemisahaan nickel-copper ores adalah proses yag paling umum dalam pengolahan nickel-
copper ores. Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengembangkan sebuah metode
pemisahaan nickel-copper agar lebih efisiensi adalah sebagai berikut :
Desorpsi Kolektor
Dalam banyak proses yang telah diamati bahwa level kolektor dalam larutan berkurang atau
sebagian dari kolektor diserap dari permukaan mineral, kemudian pemisahan tembaga-nikel
meningkat secara signifikan. Ada beberapa metode yang digunakan dalam desorpsi dan
penghapusan kolektor, yaitu :
1. Perlakuan awal dengan NaHS dan pengentalan konsentrat bulk sebelum pemisahan.
2. Tahap aerasi dengan SO2 dan kapur, diikuti dengan flotasi copper. Metode ini efektif
digunakan jika pyrrhotite tidak ada dalam konsentrat bulk.
3. Penggunaan oksidasi lain seperti hipoklorida (NaOCl) juga diperiksa di studi yang sama.
4. Depresi pyrhotite dengan adanya sianida dan oksidasi memungkinkan terjadinya
pengangkatan pyrrhotite dari konsentrat tembaga.
Desorpsi kolektor dalam pemisahan tembaga-nikel dilakukan jika penambahan
berlebihan kolektor digunakan dalam flotasi bulk nickel-copper. Pemilihan metode pemisahan
nickel-copper juga diatur oleh jumlah insol yang ada dalam konsentrat bulk, yang mana
penggunaan sianida dihindari karena bila ada sianida, gangue menjadi pemisahan yang
mengganggu konstituen dari konsentrat massal.
Dibawah ini merupakan flowsheet yang digunakan pada Pabrik Inco (Sudbury) pada
pemisahan nickel-copper.
Gambar 5. Flowsheet Pemisahan nickel-copper pada Pabrik Inco (Sudbury)
(Sumber :Srdjan M. Bulatovic,2007)
Beberapa proses yang baru dikembangkan dan digunakan dalam flotasi nickel-copper
ores oleh sejumlah pabrik yang beroperasi adalah flotasi nitrogen dan penerapan pengkondisian
intensitas tinggi (HIC).
Dari grfik diatas dapat dinyatakan bahwa dengan adanya reagen tertentu, HIC
meningkatkan agregasi selektif pentlandit. Selama uji coba pabrik telah diamati bahwa HIC
memproduksi flocs kaya pentlandit. Efektivitas HIC biasanya ditentukan oleh jumlah dan jenis
froth kolektor yang ditambahkan.
EXAMPLE OF FLOTATION UNIT : PROCESS FLOW DIAGRAM
DAFTAR PUSTAKA
Muzenda, E., Afolabi, A.S., Abdulkareem, A.S. and Ntuli, F. (2011). Effect of pH on the
Recovery and grade of base metal sulphides (PGMs) by flotation, Proceedings of the
World Congress on engineering and Computer Science 2011 Vol II, WCECS 2011,
October 19-21, San Francisco, USA
Nashwa, V.M. (2007). The flotation of high talc-containing ore from the Great Dyke of
Zimbabwe, MSc Thesis, University of Pretoria
Pérez-Garibay, R., Ramírez-Aguilera, N., Bouchard, J., and Rubio, J. (2014). Froth flotation of
sphalerite: Collector concentration, gas dispersion and particle size effects, Minerals
Engineering 57, pp. 72-78