Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GEOKIMIA

Lingkungan Geokimia

KELOMPOK 4

H06119108 Andi Fausta Trixie Ruhban


H061191011 Jack Axel
H061191016 Muhammad Alif Ismail
H061191040 Liani Khairunnisa
H061191043 Aisyah Sri Rejeki
H061191084 Nudia Hajryana

DEPARTEMEN GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih
jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Makassar, 30 November 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………….…………………. 1

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….… 2

DAFTAR ISI……………………………………………………………..……………. 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………... 4

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………….. 5

1.3 Tujuan……………………………………………………………………………… 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Lingkungan Geokimia ..………………………………...…………………………. 6

2.2 Dispersi Geokimia…………………………………………………………………. 7

2.3 Mobilitas Unsur dan Asosiasi Elemen .………………............................................ 9

2.4 Anomali dan Background Geokimia………………………………………………..13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………… 14

3.2 Saran……………………………………………………………………………….. 14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 15

Hasil Diskusi…………………………………………………………………………... 16
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Geokimia merupakan salah satu disiplin ilmu yang ada saat ini. Geokimia berasal dari
dua disiplin ilmu yaitu ilmu geologi dan kimia. Hal ini bukan merupakan penggabungan
ilmu, namun merupakan disiplin ilmu yang hanya membantu menjelaskan fenomena-
fenemona geologi yang terjadi dan ditinjau dari sisi kimianya. Ilmu geologi sendiri terdiri
dari banyak cabang, diantaranya mineralogi, petrologi, sedimentologi, geomorfologi,
paleontologi, geologi struktur statigrafi dan lain lain. Geokimia adalah ilmu yang
mempelajari kandungan unsur dan isotop dalam lapisan bumi, terutama yang berhubungan
dengan kelimpahan (abundant), penyebaran serta hukum-hukum yang mengontrolnya. Dari
dasar ini berkembang berbagai cabang ilmu geokimia, diantaranya geokimia panas bumi,
geokimia mineral, geokimia petroleum dan geokimia lingkungan.
Eksplorasi atau prospeksi geokimia didefinisikan sebagai pengukuran sistematis
terhadap satu atau lebih trace elements (unsur-unsur jejak) dalam batuan, soil, sedimen
sungai, vegetasi, air atau gas dengan tujuan untuk menentukan anomali-anomali geokimia.
Sedangkan anomali geokimia adalah konsentrasi abnormal dari unsur-unsur tertentu yang
sangat kontras dengan lingkungannya, yang dipercaya mengindikasikan hadirnya endapan
mineral atau bijih. Pembentukan anomali ini dihasilkan oleh mobilitas dan dispersi unsur-
unsur yang terkonsentrasi dalam zona-zona mineralisasi. Konsentrasi-konsentrasi anomali
dari unsur-unsur yang dideteksi dalam survei sedimen biasanya telah terpindahkan ke arah
bawah (hilir), sehingga diperlukan metoda-metoda survei lain sebagai alternatif atau
pelengkap, seperti metoda geokimia lainnya, geofisika, atau geologi tindak-lanjut.
Sehubungan dengan hal tersebut, geokimia eksplorasi tidaklah secara langsung bertujuan
untuk mencari mineralisasi, tetapi hanya mencari indikasi-indikasi (anomali) yang bisa
dipakai sebagai acuan untuk menentukan daerah prospek mineralisasi. Olehnya itu bantuan
dari data-data metoda survei lainnya sangat dibutuhkan, terutama data geologi
Eksplorasi geokimia khusus mengkonsentrasikan pada pengukuran kelimpahan,
distribusi, dan migrasi unsur atau unsur-unsur yang berhubungan erat dengan bijih, dengan
tujuan mendeteksi endapan bijih. Dalam pengertian yang lebih sempit eksplorasi geokimia
adalah pengukuran secara sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen
sungai aktif, vegetasi, air, atau gas, untuk mendapatkan anomali geokimia, yaitu konsentrasi
abnormal dari unsur tertentu yang kontras terhadap lingkungannya (background geokimia).
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa itu Lingkungan Geokimia?
2. Apa yang dimaksud Disepersi Kimia?
3. Bagaimana Mobilitas Unsur dan Asosiasi Elemen dalam geokimia ?
4. Apa itu Anomali dan Background Geokimia?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Dapat mengetahui dan memahami terkait lingkungan kimia.
2. Dapat mengetahui dan memahami arti dari dispersi Kimia.
3. Dapat mengetahui mobolitas unsur serta asosiasi elemen dalam geokimia.
4. Dapat mengetahui dan memahami arti anomali dan background geokimia.
BAB II
ISI

II. 1. Lingkungan Geokimia


Lingkungan kedalaman (deep seated environment), yaitu lingkungan yang meluas ke
arah bawah, mulai dari level terendah yang dapat dicapai oleh sirkulasi air permukaan sampai
ke level terdalam di mana batuan biasanya terbentuk. dicirikan oleh: proses-proses magmatik
dan metamorfik yang dominan, temperatur dan tekanan yang tinggi, sirkulasi fluida terbatas,
dan kandungan oksigen bebas yang relatif kecil. Istilah-istilah sejenis yang sering digunakan
adalah: supergen, sekunder, dan eksogen.
Lingkungan permukaan (surficial environment), adalah lingkungan di mana terjadi
prosesproses pelapukan, erosi, dan sedimentasi, di permukaan bumi, yang mencakup proses-
proses yang terjadi setelah tubuh batuan terbentuk. Lingkungan ini dicirikan oleh temperatur
dan tekanan yang relatif rendah dan konstan, pergerakan solusi yang bebas, serta oksigen
bebas, air, dan CO2 yang melimpah. Istilah-istilah sejenis yang sering digunakan adalah:
supergen, sekunder, dan eksogen.

Gambar 2.1. Klasifikasi Lingkungan geokimia berdasarkan perbedaan P, T dan


sifat kimia (Rose et al (1979)
II.2 Dispersi Geokimia

Dispersi adalah sebaran unsur-unsur kimia dialam ditentukan oleh proses pengurain dan
pengangkutan, baik secara mekanis maupun kimia serta bersifat penguapan dan
larutan. Dispersi geokimia adalah proses menyeluruh tentang transpor dan atau fraksinasi
unsur-unsur. Menurut para ahli diantaranya Joyce (1984) mendefinisikan dispersi geokimia
sebagai proses total yang mencakup transportasi dan/atau fraksinasi dari unsur-unsur.
Sedangkan Rose et al (1979) mendefinisikannya sebagai proses di mana atom-atom dan
partikel-partikel bergerak menuju ke lokasi atau lingkungan geokimia yang baru. Dispersi
dapat terjadi secara mekanis (contohnya pergerakan pasir di sungai) dan kimiawi (contohnya
disolusi, difusi dan pengendapan dalam larutan). Tipe dispersi ini mempengaruhi pemilihan
metode pengambilan contoh, pemilihan lokasi contoh, pemilihan fraksi ukuran dsb.

Berdasarkan prosesnya Joyce (1984) dan Chaussier (1987) membagi dispersi menjadi
dua jenis, yaitu:

1. Dispersi mekanik , contoh : pergerakan butiran-butiran pasir dalam sungai


2. Dispersi kimia, contoh : dissolusi, difusi, dan presipitasi dalam larutan.

Contohnya dalam survey drainage pertanyaan muncul apakah contoh diambil dari air
atau sedimen ; jika sedimen yang dipilih, harus diketahui apakah pengendapan unsur yang
dicari sensitif terhadap variasi pH (contohnya adsorpsi Cu oleh lempung) atau kecepatan
aliran sungai (contohnya dispersi Sn sebagai butiran detrital dari kasiterit). Jika adsorpsi dari
ion-ion yang ikut diendapkan dicari dalam tanah atau sedimen, maka fraksi yang halus yang
diutamakan; jika unsur yang dicari hadir dalam mineral yang resisten, maka fraksi yang kasar
kemungkinan mengandung unsur yang dicari. Pola dispersi dan assosiasi dengan cebakan
bijih mencakup :

a. Tubuh bijih memotong bidang permukaan dan tererosi sehingga dapat diobservasi
secara langsung. Pola dispersi geokimia berasosiasi dengan tubuh bijih primer.
b. Tubuh bijih tidak tersingkap dipermukaan tetapi terletak didaerah pelapukan. Dispersi
unsur akan terdapat pada sedimen maupun pada soil.
c. Tubuh bijih persis tidak berada di bawah daerah pelapukan . Dalam keadaan ini jika
konsentrasi mineral-mineral stabil dan mobil tidak banyak maka deteksi terhadap
tubuh bijih sangat sulit.
d. Tempat tubuh bijih terdapat di bawah daerah pelapukan. Penyelidikan geokimia akan
memberi hasil nihil, deteksi harus dilakukan dengan metode geofisika.

Berdasarkan hubungannya dengan lingkungan geokimia (Levinson, 1974; Rose et al,


1979; Chaussier, 1987; dan A. Djunuddin, 1998) membagi dispersi ke dalam dua kelompok,
yaitu:

1. Dispersi primer yang berhubungan dengan lingkungan geokimia primer (bawah


permukaan), semua proses yang berperan dalam deposisi elemen/unsur selama masa
pembentukan suatu deposit bijih.
2. Dispersi sekunder yang berhubungan dengan lingkungan geokimia sekunder (di
permukaan), redistribusi pola primer oleh proses akhir pada lingkungan surficial.

Gambar 2.2 Dispersi Hasil Pelapukan

Beberapa elemen yang bergerak atau terdispersi dari sumber utamanya ke proses
secondary dispersion (misalnya Zn), dimana hal ini dapat dipengaruhi juga oleh:
 Pergerakan mekanis fragmenfragmen melalui gaya berat.
 Pergerakan sebagai gas atau difusi elemen dalam bentuk ion seperti halnya
pergerakan dalam larutan.
Gambar 2.3 Dispersi yang Tergantung Pada Jenis Overburden
Proses dispersi, selain dipengaruhi oleh tingkat mobilitas unsur yang terangkut, juga
akan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berhubungan dengan media dispersinya, antara
lain tingkat keasaman, yang selalu berubah tergantung lingkungan geokimianya. Sebagai
contoh air hujan bersifat agak asam, tanah penutup sebagian bumi tingkat keasamannya
sedang, air yang mengalir (termasuk sungai) umumnya netral, dan air laut bersifat alkali.

II.3 Mobilitas Unsur

Mobilitas unsur adalah kemudahan unsur bergerak dalam lingkungan geokimia tertentu.
Beberapa unsur dalam proses dispersi dapat terpindahkan jauh dari asalnya, ini disebut
mudah bergerak atau mobilitasnya besar, contohnya: unsur gas mulia seperti radon. Rn
dipakai sebagai petunjuk dalam prospeksi endapan uranium. Mobilias unsur akan berbeda
dalam lingkungan yang berbeda. Misal F bersifat sangat mobil dalam proses pembekuan
magma (pembentukan batuan beku), jebakan pneumatolitik dan hidrotermal, namun akan
sangat stabil dalam proses metamorfose dan pembentukan tanah, tetapi bila F masuk ke air,
maka akan menjadi sangat mobil kembali.
Levinson (1974) mendefinisikan mobilitas unsur sebagai suatu kondisi di mana suatu
unsur tertentu dapat bergerak pada lingkungan tertentu pula. Mobilitas unsur adalah
kemudahan unsur bergerak dalam lingkungan geokimia tertentu. Beberapa unsur dalam
proses dispersi dapat terpindahkan jauh dari asalnya, ini disebut mudah bergerak atau
mobilitasnya besar, contohnya: unsur gas mulia seperti radon. Rn dipakai sebagai petunjuk
dalam prospeksi endapan uranium. Pada beberapa lingkungan, mobilitas tergantung pada sifat
mekanisnya pada fase mobil. Sifat mekanis itu misalnya faktor kekentalan magma dan
larutan pada lingkungan deep seated atau ukuran, bentuk dan densitas butiran klastik dalam
suatu aliran sungai pada lingkungan surfical.
Tabel 2.1 Mobilitas relatif unsur pada lingkungan sekunder (Andrews-Jones, 1968 dalam
Levinson, 1974)

Mobilitas Kondisi Lingkungan


relatif
Oksidasi Asam Netral-Alkalin Reduksi

Sangat Cl,I,Br, Cl,I,Br, S,B Cl,I,Br,S,B,Mo,V,U, Cl,I,Br, S,B


tinggi S,B Se,Re

Tinggi Mo,V,U,S Mo,V,U,Se,Re,Ca Ca,Na,Mg, Ca,Na,Mg,


e,Re,Ca, ,Na F,Sr,Ra F,Sr,Ra
Na,Mg,F,S Mg,F,Sr,Ra, Zn,
r,Ra, Zn Cu,Co,Ni,,
Hg,Ag,Au

Sedang Cu,Co,Ni, As,Cd As,Cd


Hg,Ag,Au
As,Cd

Rendah Si,P,K Si,P,K Si,P,K Si,P,K


Pb,Li,Rb,B Pb,Li,Rb,Ba, Pb,Li,Rb,Ba, Fe,Mn
a, Be,Bi,Sb,Ge, Be,Bi,Sb,Ge,
Be,Bi,Sb, Cs,Tl Cs,Tl
Ge, Fe,Mn Fe,Mn
Cs,Tl

Sangat Fe,Mn Al,Ti,Sn,Te,W, Al,Ti,Sn,Te,W,Nb,Ta Al,Ti,Sn,Te,


rendah Al,Ti,Sn,T Nb,Ta,Pt,Cr,Zr, ,Pt, W,Nb,Ta,
sampai e,W, Th,rare earths Cr,Zr,Th,rare Pt,Cr,Zr,Th,
immobil Nb,Ta,Pt,C earths,Zn rare earths,
r,Zr, Cu,Co,Ni,Hg,Ag,Au S,B,
Th,rare Mo,V,U,Se,
earths Re,
Zn,Cu,Co,Ni
,Hg,Ag,
Au, As,Cd,
,Pb,Li,Rb,B
a,
Be,Bi,Sb,Ge
,
Cs,Tl

Mobilitas unsur sebagaimana terlihat pada gambar dibawah, emas (Au) mempunyai
mobilitas rendah, sehingga cenderung tetap tertinggal pada lokasi (gosan). Mineral galena
cenderung untuk lambat pelapukannya, sehingga juga masih tertinggal bersama emas di
gosan. Sulfida Cu, Ag, dan Zn tidak tahan terhadap pelapukan, sehingga cepat terurai dengan
mobilitas tinggi, dan bermigrasi ke arah bawah dari gosan, membentuk zone yang kaya akan
Cu, Ag, dan Zn, atau dikenal dengan zone pengkayaan bijih oksida atau supergen.

Gambar 2.4 Mobilitas Unsur


II.3.1 Asosiasi Elemen
Asosiasi Elemen digambarkan oleh Levison (1980) sebagai suatu asosiasi unsur yang di
dalamnya tidak terdapat satupun unsur jejak yang dapat digunakan untuk mengindikasikan
keberadaan suatu endapan mineral target, tapi walaupun demikian asosiasi tersebut masih
dapat digunakan sebagai indikasi kemungkinan adanya unsur-unsur yang dicari. Asosiasi
unsur ini terbentuk sesuai dengan kondisi lingkungan dan tingkat mobilitasnya.
 Unsur/Elemen Indikator
Yaitu elemen yang diukur/dianalisis dan digunakan untuk menemukan tubuh bijih
yang sama dengan elemen tersebut dan bernilai ekonomis tinggi. Misalkan:
- Cu  untuk menemukan bijih Cu
- U  untuk menemukan bijih U
 Pathfinder/Unsur Pandu
Unsur-unsur yang relative bergerak dan berasosiasi atau selalu bersama dengan unsur
target pencarian, akan tetapi lebih mudah untuk ditemukan Karena unsur-unsur
tersebut biasanya memiliki tingkat mobilitas yang tinggi, sehingga akan membentuk
daerah sebaran yang lebih luas dibandingkan dengan unsur targetnya. Berfungsi
mempermudah dalam pencarian unsur-unsur target Karena kemampuannya untuk
mengindikasi keberadaan unsur lain di sekitar endapan. Sebagai contoh unsur As
dapat digunakan sebagai unsur jejak keberadaan Au dan Ag dalam suatu vein, serta
dapat juga sebagai unsur jejak keberadaan Au, Ag, Cu, Co dan Zn di dalam asosiasi
bijih sulfida.
Tabel 2.2 Asosiasi Bijih

Tabel 2.3 Asosiasi Elemen


II.4 Anomali dan Background Geokimia
Anomali bila dijumpai akumulasi dari satu unsur atau lebih diatas kelimpahan yang kita
anggap normal. Kelimpahan dari unsur khusus di dalam batuan barren disebut background.
Penting untuk disadari bahwa tak ada unsur yang memiliki background yang seragam,
beberapa unsur memiliki variasi yang besar bahkan dalam jenis batuan yang sama. Anomali
geokimia dapat dicari dengan terlebih dahulu mencari nilai latar (background) endapan bijih
yang dicari. Tujuan mencari nilai background adalah untuk mendapatkan anomali geokimia,
yaitu nilai di atas background yang sangat diharapkan berhubungan dengan endapan bijih.

Dalam menentukan anomali geokimia diperlukan adanya nilai ambang/nilai batas yang
digunakan untuk menentukan anomali. Nilai batas tersebut disebut threshold yaitu nilai rata
rata plus dua standar deviasi dalam suatu populasi normal. Semua nilai di atas nilai threshold
didefinisikan sebagai anomali.

Gambar 2.5 Semua Nilai di atas Nilai Threshold Didefinisikan sebagai Anomali.

Tabel 2.4 Latar belakang konsentrasi dari unsur jejak dan utilitas dalam eksplorasi geokimia.
(Rose et al. 1979, Levinson 1980 dalam Moon et al., 2006)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lingkungan geokimia terbagi dua yaitu, Lingkungan kedalaman (deep seated
environment), yaitu lingkungan yang meluas ke arah bawah, mulai dari level terendah yang
dapat dicapai oleh sirkulasi air permukaan sampai ke level terdalam di mana batuan biasanya
terbentuk. Dan lingkungan permukaan (surficial environment) adalah lingkungan di mana
terjadi prosesproses pelapukan, erosi, dan sedimentasi, di permukaan bumi, yang mencakup
proses-proses yang terjadi setelah tubuh batuan terbentuk.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran membangun dari bapak dosen dan teman-teman semua untuk
kedepannya. Dengan itulah, kami dapat menyusun makalah berikutnya dengan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Darijanto, T., dan Indriati, T., 1998, Eksplorasi Geokimia dalam Modul Pelatihan Eksplorasi
Endapan Bahan Galian, ITB, Bandung.
Ottonello, G., Principles of Geochemistry, 1997, 894 hal.
Rollinson, H., 1993, “Using Geochemical Data : Evaluation, Presentation, Interpretation”,
Longman Group Ltd., Essex, England.
Rose, A.W., Hawkes, H.E., Webb, J.S., 1979, “Geochemistry in Mineral Exploration”, 2nd
Edition, Academic Press Inc., San Diego, California, USA.
https://prezi.com/kfzbn0tu7sn2/lingkungan-dan-
geokimia/?frame=9ac8e70b0ffa7c29c84ac032cd4d6b688da334bb
https://wingmanarrows.wordpress.com/2012/05/16/eksplorasi-geokimia-1-definisi-dan-
konsep-dasar/
http://sahalageologist.blogspot.com/2014/05/aplikasi-geokimia-dalam-eksplorasi.html
http://bybudimanyusuf.blogspot.com/2010/04/geokimia-eksplorasi.html
Hasil Diskusi

 Ita Purnamasari (H061191049) mungkin bisa dijelaskan lebih lanjut mengenai dispersi
kimia dan dispersi mekanik, karena tadi hanya disebutkan contohnya.

Dijawab Oleh Liani Khairunnisa H061191040, Dispersi kimia mencakup transportasi


dan/atau fraksinasi dari unsur-unsur dengan proses kiamiawi yang terlibat di dalamnya
contohnya disolusi, difusi dan pengendapan dalam larutan. Sedangkan Dispersi Mekanik
ialah disperse yang berjalan sebagaimana mestinya atau terstruktur contohnya pergerakan
pasir di sungai.

Anda mungkin juga menyukai