Anda di halaman 1dari 29

KARYA ILMIAH

TINJAUAN DAMPAK REKLAMASI PANTAI TERHADAP


PERKEMBANGAN KAWASAN DAN PERUBAHAN FUNGSI RUANG DI
WILAYAH PESISIR LASIANA KOTA KUPANG

OLEH :

JUCANDRA H. R. SAMASING
NIM: 1823715745

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN IRIGASI DAN


PENANGANAN PANTAI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perhatian terhadap pariwisata sangat meluas dalam karena pariwisata
mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW).
Hal ini dapat memukau semua Negara di dunia tak terkecuali Indonesia menganggap
pariwisata sebagai aspek terpenting yang akan menghasilkan devisa terbesar dan
sektor terkuat dalam pembiayaan ekonomi global, sehingga menjadikan pariwisata
sebagai suatu industri yang sangat besar akibat kemajuan teknologi dan komunikasi
yang mendorong perkembangan pariwisata. Bagi Indonesia, industri pariwisata
merupakan salah satu bentuk usaha yang sangat potensial untuk dikembangkan
karena kekayaan akan potensi kepariwisataan yang dimiliki Indonesia, yakni potensi
alam dan budaya yang unik dan beranekaragam.
Provinsi Nusa Tenggara Timur ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata
Unggulan yang bertujuan menjadikan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai pintu
gerbang Asia-Pasifik berbasis pariwisata, seni dan budaya yang spesifik, dan
didukung dengan potensi alam dan keunikan budaya masyarakatnya. Di Provinsi
Nusa Tenggara Timur, Kota Kupang sebagai pusat kota Provinsi Nusa Tenggara
Timur juga mempunyai potensi dan daya tarik wisata baik potensi dan daya tarik
wisata alam, berupa: Pantai, Goa alam, hutan lindung, mata air dan wisata alam
lainnya, daya tarik wisata budaya, berupa: situs-situs arkeologi, rumah raja, patung,
benteng, museum dan wisata budaya lainnya, daya tarik wisata buatan, seperti kolam
renang, taman kota, cek dam, dan lainnya
Salah satu potensi dan daya tarik wisata berupa Pantai dengan letaknya yang
strategis berada dekat pusat Kota Kupang. Pantai ini disebut Pantai Lasiana yang
berjarak ± 10 km dari pusat Kota Kupang. Pantai Lasiana dikenal sebagai pantai yang
landai dengan ombak yang tenang serta pasir putihnya dan Pantai Lasiana saat ini
merupakan primadona bagi masyarakat Kota Kupang. Pantai Lasiana mulai dibuka
untuk umum sekitar tahun 1970-an, dan pada tahun 1986 Pemerintah Provinsi Nusa
1
Tenggara Timur membangun berbagai fasilitas wisata seperti Lopo-lopo, kolam
renang, kantor pengelola, panggung hiburan, dan lainnya. Banyak fasilitas wisata
yang pernah dibangun pemerintah saat ini telah mengalami kerusakan. Pada Tahun
2009 pemerintah Kota Kupang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Kupang selaku pihak pengelola berupaya menata kembali lokasi wisata ini dengan
membangun tanggul-tanggul pemecah ombak dibibir pantai, membangun kios untuk
para pedagang dan pembangunan lopolopo, namun belum optimal pengembangannya.
Mengingat Pantai Lasiana memiliki potensi dan peluang yang besar dalam
bidang pariwisata dan sebagai salah satu daya tarik wisata yang pernah
dikembangkan sebelumnya maka perlu ditindaklanjuti dengan pengembangan Pantai
Lasiana menjadi suatu daya tarik wisata unggulan. Dalam pengembangan pariwisata
Pantai Lasiana diperlukan suatu usaha untuk melestarikan dan mengembangkan aset
atau potensi wisata yang dimiliki Pantai Lasiana. Upaya pengembangan tersebut juga
diharapkan dapat memajukan pariwisata di Pantai Lasiana menjadi pariwisata yang
berkelanjutan dan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian
masyarakat menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat, memajukan kebudayaan
masyarakat, pelestarian alam, lingkungan dan sumber daya lainnya di lokasi wisata
Pantai Lasiana dan daerah sekitarnya.

1.2 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penulisan karya ilmiah ini adalah hanya mencakup
dampak reklamasi pantai terhadap perkembangan kawasan dan perubahan fungsi
ruang di wilayah pesisir lasiana kota kupang

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah dapat memberikan lebih lanjut
dampak reklamasi pantai terhadap perkembangan kawasan dan perubahan fungsi
ruang di wilayah pesisir lasiana kota kupang

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pantai


Daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan dibawah permukaan
darat dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Daerah lautan adalah daerah yang
terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut
terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Sempadan pantai adalah
kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan
sepanjang tepian yang lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai,
minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah daratan (Triatmodjo, 1999).
Wilayah pantai adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah
pantai meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik laut seperti pasang surut, angin laut serta perembesan
air asin, sedangkan ke arah laut wilayah pantai mencakup bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di daratan seperti sedimentasi dan aliran
air tawar, maupun kegiatan yang disebabkan oleh kegiatan manusia di daratan seperti
penggundulan hutan dan pencemaran.
Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut
seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut. Pantai adalah daerah di tepi
perairan yang dipengaruhi oleh pasang tertingggi dan surut terendah. Garis pantai
adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap
dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi.
Secara umum, Sutikno (1993) menjelaskan bahwa pantai merupakan suatu
daerah yang meluas dari titik terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan
sampai mencapai batas efektif dari gelombang. Sedangkan garis pantai adalah garis
pertemuan antara air laut dengan daratan yang kedudukannya berubah-ubah sesuai
dengan kedudukan pada saat pasang-surut, pengaruh gelombang dan arus laut.

3
Gambar pantai Lasiana
Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan.
Perubahan lingkungan pantai dapat terjadi secara lambat hingga cepat, tergantung
pada imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang,
pasut, dan angin. Perubahan garis pantai ditunjukkan oleh perubahan kedudukannya,
tidak saja ditentukan oleh suatu faktor tunggal tapi oleh sejumlah faktor beserta
interaksinya. Penjelasan mengenai definisi daerah pantai dapat dilihat dalam Gambar
berikut:

Gambar definisi pantai


Pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian rupa sehingga
menghancurkan energi gelombang yang datang. Penyesuaian tersebut merupakan
tanggapan dinamis pantai terhadap gerak gelombang, yang dibedakan menjadi dua
tipe yaitu tanggapan terhadap kondisi gelombang normal dan tanggapan terhadap
kondisi gelombang badai. Selain itu bahwa proses dinamis pantai ini sangat
dipengaruhi oleh pergerakan sedimen di daerah dekat pantai oleh gelombang dan
arus. Pantai merupakan bagian dari daratan yang letaknya paling dekat dengan laut.
4
Angin dan air bergerak (longshore / offshore sediment) membawa material tanah
yang menyebabkan perubahan pengikisan tanah kemudian mengendapkan kembali di
daerah lainnya, hal itu menyababkan perubahan garis pantai. Keadaan dan bentuk
pantai berbeda-beda pada setiap tempat. Keadaan dan bentuk ini dipengaruhi oleh
beberapa hal seperti gelombang laut, arus, pasang surut, angin, dan transpor sedimen.
2.1.1 Potensi Pantai
Pantai merupakan salah satau lanskap geografis bumi yang memiliki banyak
sumber daya alam. Berikut merupakan contoh sumber daya alam atau potensi alamiah
di pantai dan manfaatnya bagi manusia:
a. Hutan bakau
Dilansir dari Food and Agriculture Organizaton of the United Nations, sekitar
24 juta hutan mangrove terdapat di sepanjang wilayah pesisir negara-negara
subtropis di dunia. Hutan bakau terdiri dari pohon bakau atau mangrove yang
berfunsi mencegah rumah ilustrasi air laut dan mencegah terjadinya
pengikisan daratan. Hutan bakau juga merupakan rumah bagi berbagai
krustasea seperti kepiting, udang, teritip, dan juga berbagai spesies kerang dan
ikan. Selain krustasea, hutan bakau juga menjadi habitat bagi berbagai jenis
burung dan monyet.
b. Garam laut
Air laut asin karena mengandung garam. Dilansir dari Natural History
Museum, natrium klorida merupakan konstituen utama garam yang
membentuk lebih dari 90 persen dari semua ion yang ditemukan di air laut.
Bumi terdiri daro 70 persen air laut, artinya air laut menyediakan sumber daya
alam garam yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan manusia.
c. Rumput laut dan Padang lamun
Pantai yang luas, terutama perairan dangkal menyediakan rumput laut dan
juga lamun dalam jumlah yang sangat banyak. Walaupun merupakan
tumbuhan yang berbeda, keduanya menyediakan tempat berlindung bagi
beberapa hewan laut dan sumber makanan bagi hewan-hewan lainya. Rumput
laut dan padang lamun biasanya terbentuk diantara hutan bakau dan juga
5
terumbu karang. Mereka menyediakan nutrisi dalam jumlah besar, tempat
perlindungan bagi telur ikan, dan juga mengikat sedimen untuk mengurangi
polutan air laut. Selain fungsi tersebut, rumput laut juuga dijadikan sebagai
bahan pangan dengan berbagai manfaat.
d. Pohon kelapa
Salah satu sumber daya alam yang berlimpah di pantai adalah pohon kelapa.
Dilansir dari Encyclopedia Britannica, pohon kelapa dengan nama latin cocos
nucifera adalah anggota keluarga palem Arecaceae dan juga satu-satunya
anggota marga cocos. Pohon kelapa di pantai dimanfaatkan daging buahnya
untuk dimakan, airnya untuk diminum, kayunya untuk dijadikan bahan
furnitur, dan sabut, daun, serta batoknya untuk kerajinan.
e. Ikan
Ikan merupakan sumber daya alam pantai yang dimanfaatkan sebagai bahan
pangan. Dilansir dari World Atlas, para ilmuwan memperkirakan jumlah ikan
yang berada di lautan adalah 3,5 miliar ekor.
f. Pantai
Pantai merupakan penyambung antara lautan juga daratan, dimana manusia
bisa mendapatkan ikan air asin seperti ikan kerapu, ikan kakap,ikan makare,
dan juga ikan kembung. Selain ikan, pantai juga menyediakan budidaya
kerang mutiara, kerang, lobster, kepiting, dan juga udang.
2.1.2 Potensi Pariwisata
1. Potensi Alam
Potensi Alam Pantai Lasiana dikenal sebagai suatu daya tarik wisata yang
kaya akan potensi alamiah dengan pantai yang berpasir putih dan ombak yang
tenang. Pantai ini juga memiliki garis pantai yang panjang, pasirnya halus dan
merupakan panorama alam yang sangat indah menjadi daya tarik wisata
utama bagi wisatawan. Ketika wisatawan yang berkunjung ke Pantai Lasiana
pada sore hari, juga bisa melihat panorama alam matahari terbenam (sunset)
yang indah dan di tepi pantai rindangnya pohon lontar yang menawarkan daya
tarik tersendiri bagi wisatawan. Adapun aktivitasaktivitas yang bisa dilakukan
6
oleh para wisatawan/ pengunjung di Pantai Lasiana seperti : rekreasi di tepi
pantai dan duduk santai menikmati pemandangan alam, mandi dan selam,
makan dan minum khas daerah, fotografi dan olahraga pantai.
2. Potensi Budaya
Di Pantai Lasiana selain memiliki potensi alam, juga memiliki potensi budaya
dari kehidupan sosial budaya masyarakat lokal yang unik dan bisa dijadikan
sebagai suatu daya tarik wisata yang menjadi pendukung potensi utama, yaitu
pemanfaatan tanaman lontar menjadi berbagai barang kerajinan seperti alat
musik sasando, pengolahan air yang disadap dari pohon lontar menjadi gula.
Pada pagi dan sore hari jika wisatawan berkunjung ke Pantai Lasiana,
wisatawan juga bisa melihat dan menyaksikan masyarakat setempat
melakukan pemanjatan pohon lontar yang unik dan menarik. Adapun
makanan tradisional yang disediakan oleh masyarakat lokal di lokasi wisata
Pantai Lasiana kepada para wisatawan/ pengunjung. Biasanya wisatawan/
pengunjung yang berkunjung ke Pantai Lasiana sebagian besar mencicipi
makanan tradisional yang disebut pisang gepe (pisang bakar). Makanan ini
merupakan makanan yang menjadi ciri khas Pantai Lasiana.

2.2 Wisata Pantai Lasiana

Gambar wisata pantai Lasiana

7
Pantai Lasiana yang berlokasi di Kelurahan Lasiana, Kecamatan Kupang
Tengah, Kupang, NTT ini berjarak sekitar 12 km ke arah timur dari pusat Kota
Kupang. Di pantai yang menjadi alternatif wisata andalan masyarakat Kupang.
Dikenal sebagai kota yang panas dan kering, Kupang ternyata memiliki
beberapa jajaran pantai yang dapat dijadikan alternatif wisata karena letaknya yang
berada dekat dengan pusat kota. Salah satunya adalah Pantai Lasiana yang mulai
dibuka sebagai obyek wisata untuk umum pada tahu 1970-an. Pantai landai dengan
luas 3,5 hektar ini dihiasi oleh sekitar 65 pohon kelapa dan 230 pohon lontar yang
berjajar di sepanjang hamparan pasir putih pantai ini. Ditambah dengan gulungan
ombaknya yang tidak terlalu besar, menjadikan suasana di sekitar pantai terasa sejuk
dan asri. Perpaduan pasir putih dan birunya laut pun makin menambah keelokan
Pantai Lasiana.
Pantai Lasiana yang berlokasi di Kelurahan Lasiana, Kecamatan Kupang
Tengah,  Kupang, NTT ini berjarak sekitar 12 km ke arah timur dari pusat Kota
Kupang. Di pantai yang menjadi alternatif wisata andalan masyarakat Kupang ini,
pengunjung dapat melakukan beragam aktivitas, seperti berenang, memancing,
bermain sepak bola, karaoke atau sekedar bermain air di pantainya.Makin ke sini,
semakin banyak wisatawan baik dari dalam maupun luar kota Kupang  yang
mengunjungi pantai ini.

2.3 Pengembangan Wisata Pantai Lasiana


pengembangan yang dimaksudkan adalah usaha yang dilakukan untuk
menambah, memajukan atau memperbaiki segala potensi maupun fasilitas wisata,
serta mengoptimalkan pengembangan lokasi wisata Pantai Lasiana sebagai suatu daya
tarik wisata yang berkelanjutan sehingga dapat berkembang sesuai dengan tujuan
yang diinginkan. Upaya pengembangan dilakukan dengan mengambil langkah-
langkah pengembangan sehingga segala kendala dapat terminimalisir dengan baik.
Upaya pengembangan tersebut juga diharapkan dapat memajukan pariwisata di Pantai
Lasiana menjadi pariwisata yang berkelanjutan dan dapat memberikan dampak positif
terhadap perekonomian masyarakat menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat,
8
memajukan kebudayaan. Di Pantai Lasiana disamping memiliki potensi alam, juga
memiliki potensi budaya dari kehidupan sosial budaya masyarakat lokal yang unik
dan bisa dijadikan sebagai suatu daya tarik wisata yang menjadi pendukung potensi
utama, yaitu pemanfaatan tanaman lontar menjadi berbagai barang kerajinan seperti
alat musik sasando, pengolahan air yang disadap dari pohon lontar menjadi gula.
Pada pagi dan sore hari jika wisatawan berkunjung ke Pantai Lasiana, wisatawan juga
bisa melihat dan menyaksikan masyarakat setempat melakukan pemanjatan pohon
lontar yang unik dan menarik. Adapun makanan tradisional yang disediakan oleh
masyarakat lokal di lokasi wisata Pantai Lasiana kepada para wisatawan/ pengunjung.
Biasanya wisatawan/ pengunjung yang berkunjung ke Pantai Lasiana sebagian
besar mencicipi makanan tradisional yang disebut pisang gepe (pisang bakar).
Makanan ini merupakan makanan yang menjadi ciri khas Pantai Lasiana. Makanan
tradisional ini juga bisa dimakan.

2.4 Tinjauan Pengembangan


Ada beberapa hal-hal yang perlu di tinjau dalam membantu pengembangan Wisata
Pantai Lasiana yaitu sebagai berikut:
1. Meninjau Pengembangan Potensi Wisata Alam dan Pengadaan atraksi wisata
berbasis Alam Pantai Lasiana
2. Meninjau Pengembangan Potensi Budaya dan Pengadaan Atraksi Budaya di
Pantai Lasiana
3. Meninjau Perbaikan dan Penambahan Fasilitas Wisata di Pantai Lasiana
4. Upaya dalam Penataan Lokasi Wisata Pantai Lasiana
5. Pelibatan Mayarakat Lokal dalam Pengelolaan Lokasi Wisata Pantai Lasiana
6. Partisipasi Pelaku Swasta dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Lasiana
7. Pengembangan Kelembagaan, Pendidikan, Pelatihan Manajemen Pariwisata,
dan Pengadaan Sosialisasi Kepada Masyarakat Lokal
8. Melindungi Konservasi dan Menjaga Keasrian Alam Pantai Lasiana

9
2.4.1 Parameter Pengukuran Wisata Pantai
1. Parameter fisik
a) Pasir Putih
Secara visual menurut Pangesti (2007) in Hazeri (2014), jenis dan warna pasir
pada suatu objek ekowisata memberikan nilai tersendiri bagi estetika pantai.
Pantai yang memiliki jenis pasir putih dan pasir hitam yang berukuran sedang
sampai kasar sangat diminati oleh para pengunjung (Gambar 2). Material
dasar berpasir putih sangat sesuai untuk kegiatan wisata rekreasi dan
berenang. Dalam matriks kesesuaian wisata kategori rekreasi dan berenang
(Yulianda, 2007), material dasar berpasir putih paling ideal (bobot tertinggi)
untuk menunjang aktivitas tersebut.

b) Substrat
Material dasar perairan atau substrat merupakan penentu kecerahan suatu
perairan. Material dasar perairan/substrat berwarna putih sangat sesuai untuk
dijadikan wisata rekreasi dan berenang (Yulisa et al. 2016). Tipe pantai dapat
dibedakan berdasarkan substrat atau sedimen:
o Pantai berpasir: pantai yang didominasi oleh hamparan atau dataran pasir,
baik berupa pasir hitam, abu-abu, atau putih.
o Pantai berlumpur: terdapat di sepanjang garis pantai yang berbatasan
dengan lautan dangkal pada beting Sunda dan beting Sahul, terlindung
dari serangan gelombang besar, kondisi pantai sangat landai dan datar.
o Pantai berkarang: terdapat di semenanjung dan dinding tebing pantai yang
terselingi antara pantai berlumpur dan berpasir.
c) Kecerahan
Kecerahan perairan merupakan suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan
cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu (Nuriya et al.
2010). Menurut Effendi (2003), kecerahan air tergantung pada warna dan
kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang
ditentukan secara visual 16 dengan menggunakan secchi disk. Kecerahan
10
mencirikan penetrasi cahaya matahari yang masuk ke perairan. Kecerahan
perairan merupakan syarat utama dalam kegiatan pariwisata bahari. Semakin
cerah suatu perairan, semakin indah taman laut yang dapat dinikmati oleh
pengunjung. Oleh karena itu, faktor kecerahan memegang bobot tertinggi
dalam pembentukan kesesuaian wisata selam. Dalam Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut,
nilai kecerahan air laut untuk kegiatan wisata adalah >6 m. Dalam matriks
kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai dan berenang nilai kecerahan yang
paling sesuai yaitu >5 m.
d) Kedalaman
Kedalaman merupakan salah satu faktor yang paling diperhatikan oleh
pengunjung untuk melakukan aktivitas rekreasi dan berenang. Aktivitas ini
tidak hanya dilakukan oleh pengunjung dewasa, tetapi juga oleh anak-anak.
Dalam matriks kesesuaian wisata pantai kedalaman 0–3 m adalah yang paling
sesuai. Halim (1998) dan Haris (2003) in Nugraha et al., (2013) menyatakan
bahwa kedalaman yang paling baik untuk kegiatan berenang berada pada
kisaran 0–5 m. Kedalaman perairan yang dangkal baik untuk dijadikan
sebagai objek rekreasi renang karena tidak berbahaya dibandingkan perairan
yang dalam. Dalam matriks kesesuaian wisata selam kedalaman terumbu
karang 6–15 m adalah yangpaling sesuai. Yulius (2014) menyatakan bahwa
kedalaman yang paling baik untuk kegiatan selam berada pada kisaran >10–
25 m. Kedalaman perairan yang cukup dalam baik untuk dijadikan sebagai
objek rekreasi selam karena umumnya pada kedalaman >10 m nilai turbiditas
rendah, bahkan nilainya nihil atau nol sehingga tampak dasar perairan.
e) Kecepatan
Arus Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat
disebabkan oleh tiupan angin atau karena perbedaan densitas air laut atau
dapat pula disebabkan oleh gerakan bergelombang panjang (gerakan pasang
surut). Arus yang disebabkan oleh pasang surut, biasanya lebih banyak dapat
diamati di perairan pantai (Nontji 2005).
11
Arus merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam
melakukan aktivitas wisata snorkeling dan selam. Harahap in Sari et al. (2012)
mengemukakan bahwa penggolongan kecepatan arus terdiri atas empat
kategori, yaitu kategori arus lambat dengan kecepatan 0–0,25 m/s, kategori
arus sedang dengan kecepatan 0,25–0,50 m/s, kategori arus cepat dengan
kecepatan pada kisaran 0,5–1 m/s dan kategori arus sangat cepat dengan
kecepatan di atas 1 m/s.
f) Pasang Surut
Pasang surut (pasut) merupakan naik turunnya paras laut, terutama karena
gaya tarik akibat gravitasi (gravitational attraction), antara bulan, matahari,
dan bumi (Rajab, 2014). Besarnya kisaran pasut berubah-ubah mengikuti
perubahan posisi bulan dan matahari terhadap permukaan bumi.
Kategori pasang surut mengikuti Yulianda (2007) terbagi dalam 3 kelas, yakni
kelas 1 (rendah) memiliki pasang surut 0–1 m, kelas 2 (sedang) memiliki
pasang surut >1–2 m, dan kelas 3 (tinggi) memiliki pasang surut >2–5 m.
Menurut Purbani (1997), kriteria pengembangan wisata pantai untuk berenang
yaitu mempunyai kisaran pasang surut yang tidak terlalu besar yaitu antara 1–
3 m.
g) Lebar Pantai
Menurut Rahmawati (2009), lebar pantai berkaitan dengan luasnya lahan
pantai yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas wisata pantai. Lebar
pantai sangat memengaruhi aktivitas yang dilakukan para pengunjung.
Semakin lebar suatu pantai, semakin baik untuk pengunjung dalam melakukan
aktivitasnya, namun semakin kecil lebar pantai yang dimiliki suatu tempat
wisata, pengunjung merasa tidak nyaman untuk melakukan aktivitas.
h) Kemiringan Pantai
Nilai kemiringan pantai akan berpengaruh terhadap kenyamanan dan
keamanan dalam wisata, terutama untuk aktivitas berenang dan mandi.
Menurut Rahmawati (2009), kemiringan pantai yang kurang dari 10° sangat
sesuai untuk wisata pantai, sedangkan kemiringan pantai yang lebih dari 45°
12
tidak sesuai untuk wisata pantai karena merupakan pantai yang curam.
Dengan kemiringan pantai yang landai, dapat membuat para pengunjung
merasa aman dan nyaman dalam melakukan aktivitas wisata pantai. Yulianda
(2007) mengemukakan bahwa tipe pantai pada umumnya terbagi menjadi
empat tipe, yaitu pantai datar, landai, curam, dan terjal. Pantai yang datar
memiliki kemiringan 25°.
i) Ombak
Gelombang yang menjalar ke tepi pantai dikenal dengan sebutan ombak.
Potensi ombak yang dimiliki suatu daerah pesisir menjadi daya tarik bagi
wisatawan, khususnya peselancar.
j) Air Tawar
Dalam kegiatan kepariwisataan, ketersediaan air bersih berupa air tawar
sangat diperlukan untuk menunjang fasilitas pengelolaan maupun pelayanan
wisata. Pengamatan ketersediaan air tawar dilakukan dengan cara mengukur
jarak antara stasiun penelitian dan lokasi di mana sumber air tersedia (Masita
et al. 2013).
2. Parameter Biologi
a) Komunitas Karang
komunitas karang juga merupakan syarat utama dalam pariwisata bahari.
Tutupan komunitas karang mengikuti kriteria Yulianda (2007) terbagi atas
tiga kelas: kelas 1 (rendah) untuk nilai tutupan komunitas karang 75%.

b) Ikan
Keberadaan ikan merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung dalam
menikmati ekowisata bahari. Semakin banyak jenis ikan yang ada di suatu
perairan, semakin menarik perairan tersebut bagi pengunjung.
c) Mangrove
Hutan mangrove atau disebut juga hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di
atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi
oleh pasang surut air laut (Paulus 2009).
13
d) Vegetasi Pantai
Vegetasi pantai, umumnya banyak dijumpai pada daerah pantai dengan
substrat yang didominasi oleh pasir. Kelompok tumbuhan ini dicirikan oleh
adanya zonasi bentuk pertumbuhan (habitus) secara horizontal dari daerah
intertidal ke arah darat yang terdiri atas tumbuhan menjalar, semak, perdu,
dan pohon. Semakin ke darat, keragaman jenis dan habitus pohon akan
semakin besar. Jenis vegetasi pantai nonmangrove, umumnya terdiri atas
tapak kambing, rumput angin, santigi, ketapang, cemara laut, dan kelapa
(Noor et al. 1999 in Efendi 2012).
e) Lamun
Lamun merupakan satu-satunya tumbuhan air berbunga yang hidup di
perairan laut (Fortes 1989; Coles et al. 2011). Berdasarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No 200 Tahun 2004, lamun (seagrass) (Gambar 14) adalah
tumbuhan berbunga (angiospermae) yang hidup dan tumbuh di laut dangkal,
mempunyai akar, rimpang (rhizoma), daun, bunga, dan buah dan berkembang
biak secara generatif (penyerbukan bunga) dan vegetatif (pertumbuhan tunas).
f) Biota Lainnya
Asosiasi spesies merupakan hubungan timbal balik antara spesies di dalam
suatu komunitas dan dapat digunakan untuk menduga komposisi komunitas.
Di antara spesies yang berasosiasi pada ekosistem pantai, mangrove, lamun,
maupun terumbu karang terdapat biota yang cukup berbahaya bagi
pengunjung. Keberadaan biota berbahaya tentunya akan mengganggu
pengunjung wisata

2.4.2 Faktor-Faktor Yang Dilihat Dari Pantai


Berikut adalah beberapa faktor yang dapat membantu dalam proses
pengembangan wisata pantai:
1. Dearah tujuan wisata
Leiper (dalam Gde Pitana, 2005: 99) mengemukakan bahwa suatu daerah
tujuan wisata (destinasi wisata) adalah sebuah susunan sistematis dari tiga
14
elemen. Seorang dengan kebutuhan wisata adalah inti/pangkal (keistimewaan
apa saja atau karekteristik suatu tempat yang akan mereka kunjungi) dan
sedikitnya satu penanda (inti informasi). Seseorang melakukan perjalanan
wisata dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menjadi daya tarik yang membuat
seseorang rela melakukan perjalanan yang jauh dan menghabiskan dana cukup
besar. Suatu daerah harus memiliki potensi daya tarik yang besar agar para
wisatawan mau menjadikan tempat tersebut sebagai destinasi wisata.
Menurut Jackson (dalam Gde Pitana, 2005: 101) suatu daerah yang
berkembang menjadi sebuah destinasi wisata dipengaruhi oleh beberapa hal
yang penting, seperti:
o Menarik untuk klien.
o Fasilitas-fasilitas dan atraksi.
o Lokasi geografis.
o Jalur transportasi.
o Stabilitas politik.
o Lingkungan yang sehat.
o Tidak ada larangan/batasan pemerintah.
Suatu destinasi harus memiliki berbagai fasilitas kebutuhan yang diperlukan
oleh wisatawan agar kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi dan
merasa nyaman. Berbagai kebutuhan wisatawan tersebut antara lain, fasilitas
transportasi, akomodasi, biro perjalanan, atraksi (kebudayaan, rekreasi, dan
hiburan), pelayanan makanan, dan barang-barang cinderamata (Gde Pitana,
2005: 101). Tersedianya berbagai fasilitas kebutuhan yang diperlukan akan
membuat wisatawan merasa nyaman, sehingga semakin banyak wisatawan
yang berkunjung.
2. Daya tarik wisata
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan disebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang
memiliki keunikan, keindahan dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan

15
alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sarana atau tujuan
kunjungan wisatawan.
Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi
pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut
Suwantoro dalam bukunya Dasar-dasar Pariwisata (1997:19) mengatakan
bahwa objek dan daya tarik wisata dikelompokkan atas :
Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:
o Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah,
nyaman dan bersih.
o Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
o Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
o Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para
wisatawan yang hadir.
Kelayakan finansial
o Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang
ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memilki
dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan lapangan
pekerjaan, dapat meningkatkan devisa dan sebagainya.
o Layak Teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung-jawabkan
secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu
memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila daya
dukung oleh wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata
akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata tersebut
membahayakan keselamatan para wisatawan.
o Layak Lingkungan
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan
kegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata

16
yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan
pembangunannya. Pembangunan objek wisata buaknlah untuk
merusak lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam
untuk kebaikan manusia dan untukmeningkatkan kulitas hidup
manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan dan keserasian
(Suwantoro, 1997:20).
3. Prasarana wisata
Adalah sumberdaya alam dan sumberdaya buatan manusia yang mutlak
dibutuhkan oleh wisatawan perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti
jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya.
Untuk kesiapan objek-objek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di
daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu dibangun dengan
disesuaikan lokasi dan kondisi objek wisata yang bersangkutan (Suwantoro,
1997: 21).
Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi
akan meningkatkan aksesbilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan
dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Di samping berbagai
kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga
perlu disediakan di daerah tujuan wisata seperti bank, apotik, rumah sakit,
pom bensin, pusat-pusat pembelanjaan dan sebagainya.
Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlakukan koordinasi
yang mantang antara instansi terkait bersama dengan instalasi pariwisata di
berbagai tingkatan. Dukungan instansi terkait dalam membangun prasarana
wisata sangat diperlukan bagi pengembangan pariwisata di daerah. Koordinasi
di tingkat perencanaan yang dilanjutkan dengan koordinasi di tingkat
pelaksanaan merupakan modal utama suksesnya pembangunan periwisata.
Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih dominan karena
pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut,
seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus

17
mobilitas manusia antara daerah dan sebagainya yang tentu saja dapat
meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja.
2.4.3 Tahapan Pengembangan Pantai Lasiana
Mengacu pada pendapat Bulter (1980) indikator perencanaan pariwisata yaitu:
tahap penemuan, tahap pelibatan, dan tahap pengembangan.
1. Tahap Penemuan
Tahap penemuan ini yang menjadi obyek kajian adalah atraksi wisata atau
daya tarik wisata. Tahap penemuan atau tahap identifikasi selalu menunjukan
destinasi wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi
atau daya tarik. Destinasi wisata didukung oleh keindahan alam yang masih
alamiah dan masih sangat asli. Suatu daya tarik wisata di tentukan oleh
kedatangan pengunjung. Namun dari data jumlah pengunjung pada Pantai
Lasiana, pengunjung dewasa dan anak-anak di Pantai Lasiana tidak stabil
yaitu meningkat dan menurun setiap tahunnya. Obyek wisata harus memiliki
potensi dan tarik wisata yang tinggi untuk meningkatkan kedatangan
pengunjung di obyek wisata Pantai Lasiana.
2. Tahap Pelibatan
Dalam tahap pelibatan yang menjadi obyek kajian adalah amenitas atau
fasilitas pendukung. Dalam hal ini masyarakat setempat dan pemerintah
mengambil inisiatif dengan menyediakan berbagai pelayanan jasa untuk para
wisatawan yang mulai menunjukkan tanda-tandapeningkatan dalam beberapa
periode. Pada tahap pelibatan ini aspek amenitas atau fasilitas pendukung,
usaha dan jasa sudah ada atau sedang di siapkan oleh masyarakat dan
pemerintah.
Tahap pelibatan masyarakat lokal sangat penting dalam pengembangan
pariwisata, dengan meningkatan pengadaan fasilitas pendukung. Dilihat dari
data dan hasil wawancara, tahap pelibatan dalam pengembangan pariwisata
pada obyek wisata Pantai Lasiana belum maksimal. Karena target yang di
tetapkan oleh Dinas Pariwisata Provinsi belum tercapai. Jika pelibatan

18
masyarakat dilapak dan beberapa stakeholder lain di tingkatkan akan
berpengaruh terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
3. Tahap Pengembangan
Dalam tahap pengembangan ini yang menjadi obyek kajian adalah amenitas
atau fasilitas pendukung dan aksebilitas. Pada tahapan ini, telah terjadi
kunjungan wisatawan dalam jumlah besar dan pemerintah sudah berani
mengundang investor nasional atau internasional untuk menanamkan modal di
kawasan wisatawan yang akan dikembangkan. Aspek amenitas dan aksebility
sudah atau sedang di maksimalkan. Dan harus mampu bersaing dengan
berbagai pihak yang beroperasi agar serta tidak mengantikan usaha atau
budaya masyarakat setempat yang telah ada.
Tahap pengembangan dalam pengembangan pariwisata harus terhubung
dengan kemampuan untuk mengontrol dan mengatur sumber daya pariwisata,
dengan demikian pengetahuan tentang kepariwisataan dapat mendorong dan
membentuk ikatan kuat pada komunitas lokal terhadap program
pengembangan pariwisata.

19
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir


Penelitian Secara umum langkah penelitian ini akan ditampilkan dalam
diagram sebagai berikut:

Mulai

Pengumpulan data

Data Primer Data Sekunder


 Observasi  Buku/Jurnal
 Hasil studi terterdahulu

Analisis data (Menganalisa hasil dari penelitian)

Kesimpulan dan saran (Menyimpulkan hasil dari penelitian


dan memberikan saran atau solusi untuk perbaikan)

Penyusunan laporan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.2 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian metode kualitatif yaitu dengan
mendeskripsikan atau menggambarkan tentang karakteristik dan jenis
pengembangan pantai Wisata Lasiana

20
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data, yaitu
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh dari hasil penelitian, berupa data hasil observasi langsung ke lokasi dan
mengamati serta mengabdikan dalam bentuk foto potensi alam maupun buatan dari
Wisata Pantai Lasiana yang dapat dikembangkan serta kerusakan-kerusakan yang
terjadi pada pantai Lasiana yang akan ditata kembali. Sedangkan data sekunder
berupa jurnal maupun buku serta hasil studi terdahulu sebagai pembanding. Data
sekunder digunakan sebagai data pembantu dalam analisis data.
Observasi merupakan pengamatan langsung yang dilakukan di lapangan untuk
mencari data-data yang terkait seperti lokasi dan bangunan literatur pantai.

3.4 Metode Pengolahan


Data-data primer yang diperoleh dari hasil observasi merupakan data mentah.
Agar data tersebut dapat lebih berguna bagi penelitian ini diperlukan suatu metode
pengolahan data. Metode pengolahan data yang akan dilakukan yaitu dengan
melakukan analisis secara deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Data
yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis secara deskriptif, kemudian disajikan
dalam tabel dan dinarasikan dengan jelas.

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama 1 (satu) hari dan berlokasi di Pantai Wisata
Lasiana Kupang

21
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Pantai Lasiana

Lokasi wisata Pantai Lasiana terletak di Kelurahan Lasiana, Kecamatan


Kelapa Lima, Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jarak Kelurahan Lasiana
dengan pemerintahan kecamatan sejauh 6 Km, dengan pusat pemerintahan Kota
Kupang sejah 7 Km, dan dengan pusat pemerintahan Provinsi sejauh 10 Km.
Secara geografis Kelurahan Lasiana termasuk wilayah pesisir, daratannya
berbukit dengan ketinggian dari permukaan laut ±150 Meter dengan suhu udara rata-
rata 30ºC sampai 34ºC, dan luas Kelurahan Lasiana sebesar 542,45 Ha. Secara
administratif Kelurahan yang terletak di Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang,
memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Teluk Kupang
Sebelah Selatan : Desa Oelnasi
Sebelah Timur : Kelurahan Tarus
Sebelah Barat : Kelurahan Oesapa

22
4.2 Potensi Wisata yang Ada di Pantai Lasiana
1. Potensi Alam
Pantai Lasiana dikenal sebagai suatu daya tarik wisata yang kaya akan potensi
alamiah dengan pantai yang berpasir putih dan ombak yang tenang. Pantai ini
juga memiliki garis pantai yang panjang, pasirnya halus dan merupakan
panorama alam yang sangat indah menjadi daya tarik wisata utama bagi
wisatawan. Ketika wisatawan yang berkunjung ke Pantai Lasiana pada sore hari,
juga bisa melihat panorama alam matahari terbenam (sunset) yang indah dan di
tepi pantai rindangnya pohon lontar yang menawarkan daya tarik tersendiri bagi
wisatawan. Adapun aktivitas- aktivitas yang bisa dilakukan oleh para
wisatawan/ pengunjung di Pantai Lasiana seperti : rekreasi di tepi pantai dan
duduk santai menikmati pemandangan alam, mandi dan selam, makan dan
minum khas daerah, fotografi dan olahraga pantai.
2. Potensi Buatan
Di Pantai Lasiana disamping memiliki potensi alam, juga memiliki potensi
buatan yang bisa dijadikan suatu daya tarik wisata yang menjadi pendukung
potensi utama, yaitu pemanfaatan tanaman lontar menjadi berbagai barang
kerajinan seperti alat musik sasando, pengolahan air yang disadap dari pohon
lontar menjadi gula. Adapun makanan tradisional yang disediakan oleh
masyarakat lokal di lokasi wisata Pantai Lasiana kepada para
wisatawan/pengunjung. Biasanya wisatawan/ pengunjung yang berkunjung ke
Pantai Lasiana sebagian besar mencicipi makanan tradisional yang disebut
pisang gepe (pisang bakar). Makanan ini merupakan makanan yang menjadi ciri
khas Pantai Lasiana. Makanan tradisional ini juga bisa dimakan dengan
dicampur dengan gula merah yang berbentuk cair atau istilahnya gula air yang
juga diambil dan disadap dari pohon lontar. Selain itu, ada juga fasilitas buatan
lain seperti, lopo-lopo pengunjung dan kafe.

23
4.3 Upaya Pengembangan Pantai Lasiana Sebagai Daya Tarik Pariwisata
Upaya pengembangan yang dimaksudkan adalah usaha yang dilakukan untuk
menambah, memajukan atau memperbaiki segala potensi maupun fasilitas wisata,
serta mengoptimalkan pengembangan lokasi wisata Pantai Lasiana sebagai suatu daya
tarik wisata yang berkelanjutan sehingga dapat berkembang sesuai dengan tujuan
yang diinginkan. Upaya pengembangan dilakukan dengan mengambil langkah-
langkah pengembangan sehingga segala kendala dapat terminimalisir dengan baik.
Upaya pengembangan tersebut juga diharapkan dapat memajukan pariwisata di Pantai
Lasiana menjadi pariwisata yang berkelanjutan dan dapat memberikan dampak positif
terhadap perekonomian masyarakat menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat,
memajukan kebudayaan masyarakat, pelestarian alam, lingkungan dan sumber daya
lainnya di lokasi wisata Pantai Lasiana dan daerah sekitarnya. Berdasarkan hasil
penelitian di lokasi wisata Pantai Lasiana, ada beberapa upaya yang hendak dilakukan
untuk mengoptimalkan pengembangan lokasi wisata Pantai Lasiana sebagai suatu
daya tarik wisata yang berkelanjutan, adalah:
1. Pengembangan Potensi Wisata Alam dan Pengadaan atraksi wisata berbasis
Alam Pantai Lasiana
Pantai Lasiana merupakan salah satu pantai yang kaya akan potensi alam,
sayangnya potensi wisata yang dimiliki Pantai Lasiana belum dikembangkan
secara optimal menjadi suatu daya tarik wisata unggulan. Oleh karena itu, untuk
mengembangkan Pantai Lasiana lebih lanjut hingga masa yang akan datang maka
perlu adanya pengembangan potensi wisata utama Pantai Lasiana yaitu potensi
alam, berupa pemandangan alam Pantai Lasiana (landscape) yang indah,
keindahan pantai yang berpasir putih, panorama alam matahari terbenam (sunset),
dan rindangnya pohon lontar di pesisir pantai. Dalam pengembangan tersebut
perlu dilengkapi dengan pengadaan atraksi wisata berbasis alam, seperti : atraksi
wisata bahari, berupa (wisata layar, memancing, menyelam/ diving, dan
snorkelling). atraksi olahraga air/ water sport, berupa (jetsky, banana boat,
parasailing, flying fish dan lainnya), serta aktivitas olahraga di pesisir pantai,

24
berupa (jogging track, olahraga sepak bola dan bola voli, olahraga bersepeda dan
lain-lain)
2. Pengembangan Potensi Budaya dan Pengadaan Atraksi Budaya di Pantai
Lasiana
Disamping mengembangkan potensi wisata alam Pantai Lasiana, perlu didukung
dengan mengembangkan potensi budaya dari masyarakat setempat.
Pengembangan potensi sosial budaya masyarakat yang mendukung
pengembangan potensi utama Pantai Lasiana, berupa kehidupan dan keunikan
sosial budaya masyarakat lokal dalam pengemasan aktivitas masyarakat. Adapun
atraksi budaya yang bisa dikembangkan untuk mendukung pengembangan Pantai
Lasiana, seperti pembangunan rumah percontohan yang bercirikan arsitektur
masing-masing daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur, contohnya; rumah adat
Sumba Timur.
3. Perbaikan dan Penambahan Fasilitas Wisata di Pantai Lasiana
Upaya dalam perbaikan dan penambahan fasilitas wisata di Pantai Lasiana yang
meliputi : perbaikan fasilitas wisata yang telah mengalami kerusakan, seperti
(lopo, kolam renang dan penyediaan air bersih, panggung hiburan, toilet/MCK,
gapura pintu masuk dan papan nama, kantor pengelola, home stay, cafe, sarana
bermain anak, tempat duduk permanen, lampu penerangan, serta penyediaan
sarana air bersih). Adapula penambahan fasilitas-fasilitas pendukung lokasi
wisata Pantai Lasiana dengan memanfaatkan lahan yang masih kosong, seperti
membangun tempat penyewaan perahu layar, pelampung, alat menyelam, tempat
penitipan barang, tempat penjualan cinderamata, dan information center. Dengan
tersedianya fasilitas-lasilitas pendukung pariwisata di lokasi wisata Pantai Lasiana
maka masyarakat akan turut dilibatkan dalam pengelolaan, misalnya dibagian
penyewaan, bagian information center, petugas kebersihan dan petugas
keamanan.

25
4. Pelibatan Mayarakat Lokal dalam Pengelolaan Lokasi Wisata Pantai
Lasiana
Untuk mencapai tujuan pengembangan lokasi wisata Pantai Lasiana secara
optimal, maka masyarakat lokal sangat perlu dilibatkan dalam perencanaan,
pengembangan dan pengelolaan lokasi wisata Pantai Lasiana karena masyarakat
setempat yang bersentuhan langsung dengan keberadaan lokasi wisata Pantai
Lasiana dan dampak pengembangannya diantaranya : keterlibatan masyarakat
dalam mengawasi atau memonitoring keadaan lokasi wisata Pantai Lasiana, dan
pelibatan masyarakat lokal dalam program mengembangkan produk lokal.
5. Perbaikan Akses dan Penyediaan Sarana Transportasi Menuju Pantai
Lasiana
Akses merupakan salah satu komponen produk yang sangat penting dalam
kegiatan pariwisata maka akses sangat penting untuk diperhatikan. Dilihat dari
kondisi jalan menuju lokasi wisata Pantai Lasiana memang cukup baik namun
kondisi jalannya masih sangat sempit dan masih berlubang disepanjang jalan
menuju lokasi wisata Pantai Lasiana. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan
akses jalan menuju lokasi wisata Pantai Lasiana dan bila perlu memperluas jalan
raya yang masih sempit sehingga mempermudah kendaraan beroda empat
khususnya bus pariwisata dalam menempuh perjalanan ke lokasi wisata Pantai
Lasiana, serta perlu menyediakan sarana transportasi menuju lokasi wisata Pantai
Lasiana agar mempermudah para wisatawan/ pengunjung yang ingin berkunjung
ke lokasi wisata Pantai Lasiana

4.4 Upaya Penataan Kerusakan Fasilitas Wisata Pantai Lasiana


Perlu dilakukan pembenahan terhadap infrastruktur yang ada salah
satunya bronjong. Bronjong yang ada pada pantai wisata Lasiana sebagian
telah mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh gelombang dan angin pasca
badai serjoja lalu. Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan dengan
mengganti bronjong yang rusak dengan bronjong yang baru.

26
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Potensi wisata yang terdapat di pantai Lasiana adalah potensi alam dan
potensi buatan atau budaya yang layak untuk pengembangan pariwisata
berkelanjutan yaitu sebagai salah satu destinasti wisata unggulan di
propinsi NTT.
2. Upaya pengembangan yang patut dilakukan untuk mewujudkan pantai
Lasiana sebagai destinasi wisata unggulan secara berkelanjutan
pengembangan potensi wisata alam dan potensi buatan dengan persiapan
infrastruktur, promosi, perbaikan SDM, dan pemberdayaan masyarakat
local.
5.2. Saran
Dari kesimpulan di atas diberikan saran-saran yang bersifat konstruktif dan
sekiranya berguna dalam pengembangan potensi Wisata Pantai Lasiana sebagai daya
tarik wisata yang berkelanjutan diantaranya :
1. Pemerintah Kota Kupang perlu meningkatkan sumber daya masyarakat
local agar dapat berpartisipasi secara aktif dlam pengembangan lokasi
wisata Pantai Lasiana untuk mendukung kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat local.
2. Pemerintah kota Kupang hendaknya melakukan koordinasi dengan pihak
Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur dalam perencanaan dan
pengembangan lokasi wisata Pantai Lasiana.
3. Perlu adanya pembentukan badan pengelola khusus lokasi wisata Pantai
Lasiana yang lebih memberdayakan masyarakat dalam pengembangan dan
pengelolaan pariwisata.
4. Pihak pengelola hendaknya mulai menyusun program pengembangan
pariwisata berkelanjutan dalam mengiptimalkan pengembangan lokasi
wisata Pantai Lasiana sebagai daya tarik wisata unggulan.
27
5. Dalam pengembangan pariwisata Pantai Lasiana dikatakan berkelanjutan
apabila kerjasama dan partisipasi antar pihak stakeholders ditingkatkan
dalam proses perencanaan, pengembangan dan pengelolaan sesuai dengan
perannya masing-masing sehingga bisa mencapai hasil dan tujuan yang
diharapkan partisipasi dari masyarakat local yang bersentuhan langsung
dengan keadaan dan keberadaan lokasi wisata Pantai Lasiana.
6. Pihak pengelola harus bekerja aktif dalam melakukan pengecekan secara
kontinyu terhadap fasilitas-fasilitas yang tersedia dan perlu
mengidentifikasi serta merekap semua data yang berkaitan dengan
pariwisata berupa produk-produk wisata dan tekait data jumlah kunjungan
wisatawan ke setiap daya tarik wisata.

28

Anda mungkin juga menyukai