1. Latar Belakang
Pesisir atau wilayah pantai merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap
suatu perubahan, baik secara alami maupun perubahan karena perbuatan manusia.
Fenomena yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, dimana eksploitasi wilayah
pantai hanya demi kepentingan pemilik modal besar. Sekitar 80% wilayah pantai
telah dikuasai oleh swasta, termasuk pengusaha1. Walaupun ada peraturan yang
mengatur tentang sempadan pantai yaitu Perpres No. 51 Tahun 2016 tentang Batas
Sempadan Pantai, eksploitasi terhadap wilayah pantai tetap berjalan secara masif.
Hal tersebut disebabkan juga oleh campur tangan dengan penerbitan peraturan di
daerah-daerah.
Visi Gubernur Bali adalah menata secara fundamental dan komprehensif
pembangunan Bali yang mencakup tiga aspek utama, yaitu alam, krama dan
kebudayaan Bali berdasarkan nilai-nilai Tri Hita Karana yang berakar dari kearifan
lokal Sad Kerthi. Yang terdiri dari Atma Kerthi, Wana Kerthi, Danu Kerthi, Segara
Kerthi, Jana Kerthi, dan Jagat Kerthi 2.
Dalam tata ruang kosmik Hindu, Segara Kerthi adalah laut atau samudera
sebagai sumber alam tempat leburnya semua kekeruhan, yang harus dilestarikan
dengan tidak melakukan pencemaran dan pengerusakan lingkungan pesisir dan laut
serta menjaga nilai-nilai kesucian dan keasriannya .
Secara sekala, Segara Kerthi dilaksanakan dengan menjaga kebersihan,
kelestarian pantai dan laut, serta berbagai sumber-sumber alam yang ada
didalamnya. Karena lautan memegang peranan yang penting pada kehidupan di
bumi ini.
Secara niskala, Segara Kerthi dilaksanakan dengan melaksanakan berbagai
upakara yang terkait dengan pembersihan-penyucian lautan secara niskala, serta
melestarikan pura-pura segara. Tujuannya adalah menjaga vibrasi energi positif
pada samudera.
Pantai adalah daerah antara muka air surut terendah dengan muka air pasang
tertinggi. Batas Sempadan Pantai adalah ruang Sempadan Pantai yang ditetapkan
berdasarkan metode tertentu. Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian
pantai, yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal
100 m (seratus meter) dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan Sempadan
Pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Tujuan perlindungan adalah untuk
melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi
pantai.
Sebaran kawasan sempadan pantai terdapat di tiap wilayah kabupaten/kota
dengan panjang pantai 610,10 km, kecuali Kabupaten Bangli yang tidak memiliki
garis pantai.
Kebijakan pengelolaan kawasan sempadan pantai adalah :
1. Pemanfaatan kawasan budidaya non terbangun seperti kawasan pertanian lahan
basah, budidaya perikanan (tambak), kegiatan ritual keagamaan.
2. Kawasan pantai yang berupa jurang, pengelolaan setara dengan penerapan
sempadan jurang.
3. Kawasan pantai yang berupa hutan bakau pengelolaan setara dengan penerapan
kawasan pantai berhutan bakau .
4. Kawasan pantai yang memiliki batas berupa jalan atau pedestrian di sepanjang
pantai, pengelolaannya dapat didasarkan atas jarak sempadan pantai atau jarak
sempadan bangunan dari sisi terdalam jalan/pedestrian dengan jarak yang
minimal sama dengan jarak sempadan pantai yang ditetapkan sebelumnya dan
disesuaikan dengan keserasian tata bangunan dan lingkungan setempat.
5. Pengembangan program pengamanan pantai pada seluruh kawasan pantai rawan
abrasi.
6. Kawasan pantai yang rawan tsunami wajib menyediakan tempat-tempat
evakuasi baik berupa tanah lapang pada ketinggian di atas 10 meter dari
permukaan laut, jalur-jalur evakuasi menuju tempat lain yang memiliki
ketinggian di atas 10 meter dari permukaan laut atau penyediaan bangunan-
bangunan perlindungan berupa bangunan dengan struktur terbuka pada lantai
bawah.
7. Perlindungan dan penanaman terumbu karang pada pantai dengan ekosistem
yang sesuai .
Pada daerah pesisir pantai Kabupaten Klungkung, terdapat bangunan hotel, villa
maupun restoran yang terletak dekat dengan pantai. Dengan adanya Perpres No 51
Tahun 2016, bangunan hotel, villa dan restoran tersebut tidak bisa mendapatkan ijin
bangunan (IMB).
Pada tahun 2020, pemerintah Kabupaten Klungkung menerbitkan Perbup No. 1
Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016
tentang Bangunan Gedung. Pada perbup tersebut pada pasal 1 point 10 terdapat
istilah IMB Sementara yaitu IMB yang diberikan oleh DPMPTSP atas permohonan
pemilik bangunan gedung pada lokasi yang belum ditetapkan ketentuan peruntukan
dan intensitas dalam RTRW, RDTR, dan/atau RTBL dengan jangka waktu
sementara sampai dengan ketentuan peruntukan dan intensitas tersebut telah
ditetapkan.