Anda di halaman 1dari 6

STUDI PENGELOLAAN ABRASI WILAYAH PESISIR DKI JAKARTA

Akmal Lutfitansyah
5020201081
Program Studi Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya

Abstrak
Kawasan pesisir adalah tempat peralihan antara ekosistem darat dan laut dan memiliki banyak
sumber daya alam, baik sumber daya hayati maupun non-hayati. Kawasan pesisir Jakarta
sangat penting karena memiliki ruang untuk melakukan banyak hal. serta digunakan oleh
berbagai pihak, mempengaruhi kondisi pesisir Jakarta sehingga memiliki masalah. Abrasi
pantai dan erosi merupakan masalah besar yang dihadapi sebagian daerah pesisir jika tidak
ditangani dengan baik Provinsi DKI Jakarta akan kehilangan wilayah pesisirnya. Penanganan
abrasi bukan hanya tugas pemerintah; itu harus melibatkan masyarakat sekitar sebagai
pemangku kepentingan utama di wilayah pesisir. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam proses
penyusunan, pengendalian, dan evaluasi program dan kebijakan pengelolaan kawasan pesisir.
Tambahan pula, juga aktif terlibat dalam proses pembangunan dan pemeliharaan struktur fisik
pelindung pantai. Selain peran serta masyarakat Penanganan abrasi juga harus
mempertimbangkan ekonomi makro dan lingkungan.

Kata Kunci : Kawasan Pesisir, DKI Jakarta, Abrasi, Masyarakat, Pengelolaan Kawasan Pesisir

1. Latar Belakang
Jakarta adalajh salah satu kota besar yang berada di pesisiryang memiliki
perkembangan lingkungan yang khas. Daerah pesisir Jakarta memiliki topografi yang
mendatar, dengan aliran sungai yang mengandung berbagai jenis limbah dan sedimen
dari bagian hulu yang disebabkan oleh aktifitas kota metropolitan dan juga pengaruh
dari kegiatan manusia. Karena itu Provinsi DKI Jakarta memiliki permasalahan di
wilayah pesisir Salah satu masalah yang dihadapi adalah kerusakan ekosistem kawasan
pesisir. Kerusakan ini termasuk proses pendangkalan pantai, yang disebabkan oleh air
sungai yang masuk ke kawasan pesisir mengandung konsentrat tinggi sedimen padat
tersuspensi. Selain itu, karena sebagian besar ketinggian pantai Jakarta rata-rata berada
di bawah permukaan air laut, kedalaman laut di Jakarta landai.
Wilayah utara Provinsi DKI Jakarta adalah salah satu wilayah pesisir yang
sangat menarik untuk dipelajari. Kondisi lingkungan di pesisir utara Jakarta berubah
dengan cara yang unik, berbeda dengan tempat lain di Indonesia. Ini disebabkan oleh
posisinya sebagai kota metropolitan di Ibukota Negara yang memiliki banyak fungsi.
Ini termasuk kota jasa dan perdagangan, pusat ekonomi, pusat pendidikan, pusat
hiburan, dan banyak lagi. Akibatnya, keadaan ini membuat wilayah pesisir DKI Jakarta
menjadi lebih dominan sebagai tempat yang telah dikelola, digunakan, dan juga dirusak
oleh aktivitas manusia.
Sangat penting bagi masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam pengelolaan
kawasan pesisir karena tujuan akhir dari pengelolaan kawasan pesisir adalah untuk
memastikan bahwa kawasan tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk
kepentingan publik, dalam hal ini masyarakat.
Karena masyarakat berfungsi sebagai kekuatan penyeimbang dan satu kesatuan
dalam ekosistem bernegara dan bermasyarakat, peran dan aktifitas masyarakat sangat
penting untuk mencapai hasil pembangunan yang berkelanjutan. Untuk alasan ini,
penanganan abrasi pantai didasarkan pada pemberdayaan masyarakat dan ekosistem
pantai. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi di
wilayah pesisir, terutama di DKI Jakarta.

2. Tinjauan Pustaka
Kawasan pesisir memiliki tujuan yang beragam. Kawasan laut pesisir memiliki
potensi untuk menyimpan sumber daya mineral dan energi, seperti gas bumi dan
minyak, serta menghasilkan sumber bahan pangan bagi manusia. Selain itu,
pemandangan alam yang indah memiliki potensi untuk pariwisata, menarik banyak
orang. Terakhir, wilayah pesisir sangat penting sebagai rute perjalanan.
Pada saat yang sama, pusat pemukiman ± umumnya akan berkembang di daratan
pesisir, terutama di sekitar muara. Tempat-tempat pesisir ini biasanya memiliki tanah
yang subur, yang memungkinkan pertumbuhan pertanian, perkebunan, dan berbagai
aktivitas pendukung lainnya, seperti sistem transportasi. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa daratan pesisir telah digunakan untuk berbagai tujuan. Oleh karena
itu, upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan pemanfaatan tersebut
berlangsung secara sesuai.
Menurut kajian oleh Indrasari (2020) secara garis besar, permasalahan di
kawasan pesisir dapat disebabkan oleh 3 (tiga) faktor antara lain :
1. Pemanfaatan ganda: Pemanfaatan ganda harus dapat memadukan berbagai macam
kegiatan karena dapat menimbulkan persaingan serta pemanfaatan berlebihan
2. Pemanfaatan yang tidak seimbang
3. Pengaruh kegiatan manusia
Untuk memastikan pengelolaan pesisir bermanfaat bagi generasi masa kini dan
masa mendatang, ada beberapa model pengelolaan kawasan pesisir yang dapat
diterapkan di Indonesia, khususnya Jakarta, antara lain :
1. Pengelolaan Konvensional. pengelolaan konvensional. Model pengelolaan ini
diterapkan di masyarakat yang kurang informasi dan teknologi, sehingga
campur tangan pemerintah diperlukan. Namun demikian Kepercayaan,
budaya, dan adat istiadat orang-orang ini masih sangat kuat.
2. Pengelolaan sumber daya kawasan pesisir berbasis masyarakat. Selain itu,
model pengelolaan sumber daya ini disebut sebagai Community Based
Management (CBM) karena model ini berpusat pada pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang lingkungan. Oleh karena itu, CBM adalah suatu
model pengelolaan di mana kebijakan mengenai pemanfaatan sumber daya
yang berkelanjutan berada di tangan masyarakat.
3. Co-management. Pemerintah memberikan wewenang kepada masyarakat
untuk ikut mengelola sumber daya karena co-management adalah model
pengelolaan yang mempertimbangkan kepentingan semua stakeholder,
terutama masyarakat.

3. Metode Penelitian
Penyusunan karya tulis imiah ini dilakukan melalui studi telaah literatur tentang
perlindungan daerah kawasan pesisir, baik berdasarkan hasil telaah teoritis, maupun
hasil penelitian di lapangan. Kajian literatur dilakukan terhadap berbagai hasil studi
yang berkaitan dengan konsep pengelolaan dan perlindungan kawasan pesisir. Kajian
literatur tersebut menjadi rujukan dalam pengembangan usulan model alternatif dalam
rangka pengelolaan kawasan pesisir, khususnya di DKI Jakarta

4. Hasil dan Pembahasan


Kebijakan pengelolaan kawasan pesisir di Provinsi DKI Jakarta sudah tertuang dalam
peraturan perundangan. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030, misalnya, menetapkan kebijakan
untuk pengelolaan kawasan pesisir di Provinsi DKI Jakarta (Pasal 5 huruf c). Perda ini
menegaskan bahwa penataan ruang yang berkelanjutan adalah tujuan dari penataan
ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (Pasal 6 ayat 7). Menurut Pasal 13 Ayat 1,
pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Pengembangan pola ruang
perairan/pesisir berdasarkan letak pulau, potensi pengembangan sumber daya alam
(darat dan perairan laut), dan hubungan antara kegiatan sosial dan ekonomi; b)
Pengembangan peruntukan ruang secara terpadu untuk mendukung pengembangan
fungsi utama pola ruang perairan/pesisir; dan c) Merehabilitasi pulau yang telah
terabrasi, sedangkan hak penguasaan perairan pesisir dapat diberikan kepada WNI,
Badan Hukum, dan masyarakat setempat.
Pemerintah pusat juga mengeluarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 2014
tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil lainnya. Undang-undang ini
memberikan definisi rinci tentang rencana zona rinci untuk 1 (satu) zona yang
mengikuti arahan pengelolaan dalam Rencana Zonasi, mempertimbangkan daya
dukung lingkungan dan teknologi yang diterapkan, serta ketersediaan sarana. Ini juga
menunjukkan jenis dan jumlah surat izin yang telah dikeluarkan. Dalam hal ini,
masyarakat pesisir dan masyarakat DKI Jakarta pada umumnya harus menjadi tujuan
utama peraturan tersebut.
Kawasan pesisir Jakarta memiliki ekosistem yang beragam dan dihuni oleh
permukiman nelayan. Mereka juga berfungsi sebagai pusat perdagangan, pendidikan,
hiburan, konservasi lingkungan, dan lain-lain. seperti halnya. Pengelolaan beberapa
wilayah pesisir Jakarta diserahkan kepada suatu BUMN swasta dan/atau bekerja sama
dengan BUMN daerah. Seringkali, memberi wewenang kepada organisasi ini
menghasilkan pemanfaatan yang bersifat sektoral, dieksploitasi terlalu banyak, dan
hanya berorientasi pada keuntungan. Sebagai ilustrasi, Penangkapan ikan dilakukan
secara besaran plus atau minus dan penggunaan bahan peledak Hal ini tidak hanya akan
merusak pada sumber daya perikanan dan ekosistem pesisir lainnya, termasuk terumbu
karang.
Kondisi wilayah pesisir Jakarta sangat landai dan rawan abrasi akibat
gelombang maupun pasang surut air laut, sehingga perlu ada intervensi kebijakan yang
tepat. Ada dua cara yang saling terkait untuk menangani abrasi berbasis masyarakat dan
ekosistem, yaitu dengan membuat kebijakan dan membangun bangunan fisik untuk
melindungi pantai.
1. Pendekatan kebijakan
Salah satu tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan sumber daya laut
adalah penanganan abrasi. Oleh karena itu, diperlukan Undang-Undang atau
Undang-Undang turunannya untuk memayungi operasi penanganan abrasi.
Seringkali, peraturan yang dibuat oleh pemerintah melupakan kepentingan
masyarakat yang nantinya akan menjadi objek pelaku peraturan tersebut.
Contoh Raperda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
(RZWP3K), yang akan dibangun oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan
Rencana Penataan Kawasan Pesisir yang sedang disusun oleh Dewan
Perwakilan Provinsi DKI Jakarta dengan dukungan TGUPP dan Rencana
Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Rencana daerah dan penataan
kawasan/reklamasi tersebut tidak boleh mengabaikan partisipasi
masyarakat.
2. Pembangunan bangunan fisik dan beach planting untuk melindungi pantai
Pembangunan bangunan untuk melindungi pantai dapat dilakukan bersama
dengan masyarakat untuk memastikan kondisi ekonomi dan ekosistem.
Solusi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
- Penanaman mangrove
- Penataan tanggul pesisir (seawall)
- Pemasangan infrastruktur groin dan/atau breakwater
- Pelestarian terumbu karang.
- Pelarangan penggalian pasir pantai.

5. Kesimpulan
Karena ketersediaan sumber daya alam hayati dan non hayati yang melimpah,
wilayah pesisir sangat penting bagi kehidupan, tetapi mereka juga memiliki masalah.
Salah satunya adalah abrasi. Kawasan pantai di sekitar Jakarta adalah salah satu contoh
area pantai yang memerlukan upaya solutif Untuk mengatasi masalah abrasi,
penanganan segera diperlukan. Oleh karena itu, metode pengelolaan yang berbasis
masyarakat dan ekosistem diperlukan.
Penanganan abrasi harus disesuaikan dengan lingkungan dalam pengelolaan
yang berbasis ekosistem. Misalnya, penanaman mangrove akan sangat bermanfaat jika
dilakukan di wilayah green belt karena akan mengurangi kemungkinan kegagalan
tumbuh. Namun, peran masyarakat juga sangat penting dalam pengelolaan berbasis
masyarakat. Ini dapat mencakup partisipasi dalam program pelestarian hutan mangrove
dan terumbu karang di wilayah pesisir, serta keterlibatan dalam evaluasi dan
penyusunan peraturan bersama pemerintah daerah setempat dan LSM.
Beberapa contoh tersebut menunjukkan bahwa setidaknya ada dua pendekatan
yang berbeda untuk kebijakan ekosistem berbasis masyarakat. Pertama, menggunakan
pendekatan perencanaan kebijakan yang melibatkan banyak pihak dalam penataan dan
pengelolaan kawasan pesisir, termasuk pemerintah (pusat dan daerah), LSM,
masyarakat pesisir, dan sektor swasta. Kedua, melakukan analisis yang
menggambarkan kondisi nyata kawasan pantai saat membangun struktur pelindung
pantai untuk mengatasi masalah abrasi. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa
pelindung pantai yang akan dibangun, apakah itu groin, breakwater, atau tanggul laut,
benar-benar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pantai dan masyarakat pesisir yang
terkena dampak langsung.
Daftar Pustaka

Elsa Try Julita Sembiring, A. S. (2021). Permasalahan Sanitasi Di Pemukiman Pesisir Jakarta
Serta Rekomendasi Teknologi Pengelolaannya. Environmental Occupational Health
and Safety Journal, 19-34.
Indrasari, D. (2020). IDENTIFIKASI MASALAH DAN MODEL PENGELOLAAN
WILAYAH PESISIR: STUDI KASUS PROVINSI DKI JAKARTA . Jurnal Kajian
Teknik Sipil, Vol. 5, No. 01, Tahun 2020, Halaman 43 - 56.
Jakarta, P. D. (2012). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta Tahun 2030. Jakarta: Pemerintah Daerah DKI
Jakarta.
Supriyanto. (2017). STRATEGI PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN PENCEMARAN
KAWASAN PESISIR PANTAI. Jurnal Saintek Maritim Volume 16 nomor 2, 151-
162.

Anda mungkin juga menyukai