PENDAHULUAN
lokasi pantai Glagah terletak di desa Glagah, Kec. Temon, kab. Kulon
Progo. Berjarak sekitar 41 km dari arah barat Kota Yogyakarta, Pulau
Jawa, Indonesia. Jika Anda dari ibu kota kabupaten kulon progo, untuk
menuju kawasan wisata pantai Glagah ini dapat menempuh jarak sekitar 15 km.
Daerah wisata tersebut memiliki Sumber Daya Alam yang beragam dan ciri khas
tersendiri sesuai dengan letak geografis dan potensi alam pesisir pantai tersebut,
selain potensi alam yang dimiliki oleh objek wisata tersebut juga adanya pengaruh
dan pendukung melalui prilaku pengelolaan secara terpadu oleh masyarakat
setempat, agar tempat tersebut menjadi objek wisata yang menjadi daya tarik bagi
wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Hal ini dikarenakan terletak di Pesisir
pantai dan setiap tempat maupun wilayah memiliki perbedaan dalam pengelolaan
wilayah peisir. Dari penjelasan tersebut maka makalah ini akan membahas
mengenai pengelolaan wilayah peisir di kab. Kulon Progo Yogyakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka perumusan masalah
dalam laporan praktikum ini adalah :
1. Apa saja jenis dan potensi di wilayah pesisir Pantai Glagah, kab. Kulon Progo
Yogyakarta?
2. Bagaimana bentuk pengelolaan wilayah pesisir sehingga dapat bermanfaat
bagi kesejateraan masyarakat di kawasan Pantai Glagah, kab. Kulon Progo
Yogyakarta?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI PRAKTIKUM
Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS
Progo di barat, dan DAS Opak-Oya di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal
di DIY antara lain adalah Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai
Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, dan Sungai
Oya.
Gambar 1. Peta Administrasi DIY Yogyakarta
2. Topografi Topografi
(Yudha, 2012: 41) merupakan gambaran kenampakan muka bumi atau sebagian
permukaan bumi. Faktor yang penting dalam mengetahui topografi suatu daerah adalah
relief. Relief menggambarkan tinggi rendahnya permukaan bumi dengan permukaan air
laut. Berdasarkan data monografi Desa Glagah tahun 2013, Desa Glagah merupakan
daerah pantai dengan ketinggian 5-7 mdpl dengan tingkat kemiringan 0-1 persen. Suhu
udara di Desa Glagah kurang lebih 30o C dan curah hujan rata-rata setiap tahun 2.342
mm/tahun.
3. Tataguna Lahan
Tanah yang ada di Desa Glagah dibedakan menjadi tanah hak milik pribadi atau
milik masyarakat Desa Glagah dan tanah milik Pakualaman. Tanah Pakualaman berupa
tanah pertanian lahan kering yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat pertanian oleh
masyarakat namun tidak dapat dijualbelikan. Penggunaan lahannya terbagi dalam
beberapa penggunaan, antara lain lahan permukiman, lahan untuk fasilitas umum, lahan
pertanian yang terdiri dari tegalan dan sawah, serta lahan untuk keperluan lain.
4. Demografis
Kondisi demografis yang ditampilkan di bawah ini adalah kondisi demografis
secara umum yang ada di wilayah penelitian. Data demografis tersebut sebagian besar
didapatkan dari Badan Pusat Statistik tahun 2012 dan data monografi desa.
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Desa Glagah selalu ada perubahan setiap tahunnya.
Selain adanya peristiwa kelahiran dan kematian, lokasi Desa Glagah yang dilalui
jalan provinsi dan adanya objek wisata semakin memungkinkan adanya perubahan
jumlah penduduk berdasarkan migrasi penduduk.
Berdasarkan data monografi yang diperoleh dari Kepala Desa Glagah,
jumlah penduduk Desa Glagah sebanyak 3.045 jiwa. Keseluruhan jumlah penduduk
tersebut terdiri dari jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.463 jiwa atau sebanyak
48,04 persen dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.582 jiwa atau sebanyak
51,96 persen dari keseluruhan jumlah penduduk Desa Glagah. Sedangkan jumlah
rumah tangga yang ada di Desa Glagah sebanyak 745 rumah tangga.
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk di
suatu wilayah dengan luas wilayah tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh
peneliti dari data monografi Desa Glagah tahun 2013, Desa Glagah memiliki jumlah
penduduk sebesar 3.045 jiwa dengan luas wilayah 603,93 hektar atau 6,04 km2.
4.3.1 Sumber daya alam klasifikasi Renewable Desa Glagah, Kab. Kulon
Progo, D.I Yogyakarta.
Kabupaten Kulonprogo dinilai cukup berhasil dalam memanfaatkan
daerah pesisir pantai selatan sebagai lahan pertanian produktif. Itu dibuktikan
dengan keberhasilan para petani membudidayakan tanaman cabai, hingga
kabupaten berslogan Binangun ini layak disebut sebagai salah satu sentra
penghasil cabai di Indonesia. Sebagian besar lahan pesisir di Indonesia masih
jarang dimanfaatkan untuk pertanian. Namun yang terjadi di Kulonprogo justru
menjadi sentral tanaman cabe yang mampu dipasarkan hingga keluar daerah, ujar
Sianipar warga desa Glagah.
Desa Glagah memiliki potensi yang sangat bagus di sektor pertanian. Hal
tersebut juga terlihat dari penggunaan lahannya, sebanyak 125,00 Ha dari 603,94
Ha luas Desa Glagah digunakan sebagai lahan pertanian padi. pertanian padi yang
baik, di Desa Glagah juga terdapat pertanian lahan kering, yaitu seb anyak 144,53 Ha
dari 603,94 luas keseluruhan digunakan seb agai pertanian lahan kering. Beberapa
hasil pertanian lahan kering yang hasilnya cukup baik antara lain cab ai, semangka,
melon, dan buah naga.
5.1 Kesimpulan
Kawasan Kulon Progo yang berada di Provinsi D.I Yogyakarta memiliki
sumber daya alam yang berpotensi sangat besar dan termasuk wisata bahari yang
sangat pesat berkembang dari tahun ke tahun ditandai dengan banyaknya
wisatawan yang berkunjung. Bentuk pengelolaan pantai ada dua macam yaitu
secara tradisional dan pengelolaan secara modern yang dikelola oleh pihak swasta.
Pengelolaan secara tradisional dikelola oleh masyarakat setempat.
Pengelolaan wilayah pesisir yang dikelola swasta dan masyarakat seperti
pemanfaatan laut sebagai keramba ikan dan sebagai areal penangkapan ikan.
Pemanfaatan pantai dan mangrove sebagai kawasan ekowisata yang dapat
dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara. Dalam hal pengelolaan kawasan
pesisir pihak swasta lebih terkonsep dan tertata dibandingkan pihak masyarakat.
Pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu memerlukan pendekatan yang
komprehensif dengan melibatkan pengelolaan kawasan daerah aliran sungai yang
merupakan satu kesatuan ekosistem. Degradasi lingkungan perairan pesisir
merupakan hasil akibat kegiatan manusia yang tidak hanya bersumber di kawasan
pesisir itu sendiri, namun juga bersumber di sepanjang daerah aliran sungai yang
mengalir ke kawasan pesisir.
Penanganan permasalahan pencemaran perairan misalnya, memerlukan
penanganan menyeluruh terhadap seluruh aktifitas penghasil limbah di sepanjang
daerah aliran sungai, mulai dari daerah hulu. Tanpa melakukan pengelolaan
menyeluruh melibatkan area daerah aliran sungai, akan menjadikan upaya
pengelolaan kawasan pesisir, khususnya pengelolaan pencemaran akan menjadi
kurang mengenai sasaran dan sifatnya sementara saja.
5.2. Saran
Pengelolaan kawasan pesisir terpadu hendaknya dilakukan dengan prinsip-
prinsip good governance yaitu keterbukaan (openness), partisipasi
(participation), akuntabilitas (accountability), efektivitas (effectiveness) dan
keterhubungan (coherence), dan juga dengan saling menghargai (respect),
transparan (transparency) dan kepercayaan (trust).
Perlakuan kawasan pesisir dan daerah aliran sungai sebagai suatu kesatuan
ekosistem, sejalan dengan konsep pengelolaan secara terpadu (integrated) dimana
semua stakeholder di kawasan pesisir dan daerah aliran sungai, tidak hanya
berpartisipasi dalam pengelolaan kawasan pesisir dan daerah aliran sungai, namun
juga turut aktif (bernegosiasi) dalam perumusan kebijakan dan konsep
pengelolaan kawasan tersebut, sesuai dengan kondisi lokal di Desa Glagah.
DAFTAR PUSTAKA
DKP. 2008. Urgensi RUU Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
Artikel on-line Diunas Kelautan Dan Perikanan