Anda di halaman 1dari 20

0

PAPER KONSERVASI DAN REHABILITASI WILAYAH PESISIR


“Studi Kasus Peran Serta Dalam Upaya Konservasi Di Pesisir Laut”

Oleh:
Ahmad Nurhuda
1610247169

MAGISTER ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya alam dan keanekaragaman hayati memiliki manfaat bagi

kehidupan manusia baik yang dirasakan langsung maupun tidak langsung, antara

lain menyediakan kebutuhan pangan, kebutuhan sandang dan bangunan, sebagai

sumberdaya genetik, manfaat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan,

sebagai pengatur tata air, manfaat terhadap iklim, dan lingkungan yang sehat.

Mengingat sifatnya yang tidak dapat diganti dan mempunyai kedudukan serta

perannya yang vital bagi kehidupan manusia, maka upaya konservasi sumberdaya

alam hayati dan ekosistemnya merupakan kewajiban mutlak bagi setiap pihak.

Banyaknya pantai dan laut menandakan banyaknya wilayah pesisir yang

tersebar di daerah Kotabaru. Kawasan Pesisir merupakan daerah peralihan antara

daratan dan laut yang masih dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi baik di

daratan atau di lautan itu sendiri. Wilayah daratan mencakup daerah yang

tergenang atau tidak tergenang air yang dipengaruhi oleh proses- proses laut

seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi air laut. Sedangkan wilayah laut

mencakup perairan yang dipengaruhi oleh proses-proses alami daratan seperti

sedimentasi dan aliran air tawar ke laut serta perairan yang dipengaruhi oleh

kegiataan manusia didarat.

Kawasan pesisir merupakan wilayah yang strategis sekaligus paling rentan

terhadap perubahan, gangguan dan pencemaran oleh manuisa. Dikatakan strategis

karena hampir semua kawasan pesisir dijadikan gerbang utama aktivitas ekonomi
2

kelautan diwilayahnya, sementara dikatakan paling rentan adalah mudah

terganggu oleh perubahan, permasalahan alami dan aktivitas manusia.

Permasalahan yang terjadi di lingkungan pesisir seperti menurunnya

kualitas perairan akibat pencemaran, rusaknya terumbu karang, hilangnya daerah

penyangga air pasang, berubahnya kualitas lingkungan sekitar pantai, dan

rusaknya pohon mangrove merupakan permasalahan yang tidak kalah pentingnya

untuk diperhatikan dalam usaha pengembangan wisata alam pesisir, pantai dan

laut. Oleh karena itu, perlu adanya konservasi dan pengelolaan wilayah pesisir

agar tercipta kawasan yang lebih baik.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kawasan Pesisir dan batasannya?

2. Apa konservasi yang dilakukan untuk wilayah dan ekosistem pesisir?

3. Apa keterkaitan konservasi dengan ekosistem di wilayah pesisir?

1.3. Tujuan

1. Menjelaskan pengertian kawasan Pesisir dan batasannya

1 Mengetahui konservasi yang dilakukan di wilayah dan ekosistem

pesisir

2 Mengetahui keterkaitan antara konservasi dengan ekosistem pesisir


3

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pesisir

Menurut UU No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No.27 Tahun

2007 tentang pengelolaan Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil , Wilayah Pesisir adalah

daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan

di darat dan laut.

Menurut Beatley Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan

antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena

pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah

paparan benua.

Menurut Bengen wilayah pesisir merupakan wilayah daratan dan wilayah

laut yang bertemu digaris pantai dimana wilayah daratan mencakup daerah yang

tergenang atau tidak tergenang air yang dipengaruhi oleh proses-proses laut

seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi air laut. Sedangkan wilayah laut

mencakup perairan yang dipengaruhi oleh proses-proses alami daratan seperti

sedimentasi dan aliran air tawar ke laut serta perairan yang dipengaruhi oleh

kegiataan manusia didarat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian wilayah pesisir adalah daerah

peralihan antara wilayah darat dan laut yang cakupan wilayah keduanya saling

berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Wilayah daratan mencakup

daerah yang tergenang atau tidak tergenang air yang dipengaruhi oleh proses-

proses laut seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi air laut. Sedangkan

wilayah laut mencakup perairan yang dipengaruhi oleh proses-proses alami


4

daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar ke laut serta perairan yang

dipengaruhi oleh kegiataan manusia didarat.

2.2. Batas Batas dan Karakteristik Wilayah Pesisir

2.2.1. Batasan wilayah pesisir

Batasan Wilayah Pesisir dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu :

1. Garis Linear secara arbiter tegak lurus terhadap garis pantai (Coastline),

yakni batas sejajar garis pantai (longshore) dan batas tegak lurus garis

pantai (crossshore).

2. Batas batas administrasi dan hukum.

3. Karakteristik dan dinamika ekologis, yaitu atas dasar sebaran spasial

dari karakteristik alamiah dan kesatuan proses-proses ekologis seperti

batasan menurut DAS.

2.2.2. Karakteristik Wilayah Pesisir

Karakteristik khusus dari wilayah pesisir menurut Jan C. Post dan Car G.

Lundin (1996) antara lain:

1. Suatu wilayah yang dinamis dengan seringkali terjadi perubahan sifat

biologis, kimiawi, dan geologis.

2. Mencakup ekosistem dan keanekaragaman hayatinya dengan

produktivitas yang tinggi dan membeikan tempat hidup penting buat

beberapa jenis biota laut.

3. Ciri-ciri khusus wilayah pesisir seperti adanya termbu karang, hutan

bakau, pantai, dan bukit pasir sebagai suatu sistem yang sangat berguna

untuk menangkal erosi dan kejadian alam yang tidak diinginkan.


5

4. Ekosistem pesisir dapat digunakan untuk mengatasi akibat dari

pencemaran yang terjadi terutama di daratan seperti limbah buangan.

5. Pesisir pada umumnya lebih menarik sehingga dijadikan sebagai

pemukiman dan objek wisata sehingga harus mengoptimalkan sumber

daya laut hayati, non hayati, serta sebagai media transportasi laut.

2.3. Karakteristik Ekosistem Pesisir

Karakteristik ekosistem pesisir adalah beberapa jumlah ekosistem yang ada

di pesisir, masing – masing ekosistem memiliki sifat dann karakteristik yang

berbeda. Ekosistem tersebut antara lain :

1. Pasang Surut

Daerah yang terkena pasang surut itu bermacam-macam antara lain gisiik,

rataan pasang surut. Lumpur pasang surut, rawa payau, delta, rawa mangrove, dan

padang rumput (sea grass beds). Rataan pasut adalah suatu mintakat pesisir yang

pembentukannya beraneka, tetapi umumnya halus, pada rataan pasut umumnya

terdapat pola sungai yang saling berhubungan dan sungai utamanya halus dan

masih labil. Artinya lumpur tersebut dapat cepat berubah apabila terkena arus

pasang. Pada umumnya rataan pasut telah bervegetasi tetapi tetapi belum terlalu

cepat, sedangkan lumpur pasut belum bervegetasi.

2. Estuaria

Menurut kamus (oxford) estuaria adalah muara pasang surut dari sungai

yang besar. Batasan yang umum digunakan saat sekarang, estuaria adalah suatu

tubuh perairan pantai yang semi tertutup, yang mempunyai hubungan bebas

dengan laut terbuka dan didalamnya air laut terencerkan oleh air tawar yang

berasal dari drainase daratan.


6

3. Padang Lamun

Padang lamun cukup baik pada perairan dangkal atau estuaria apabila sinar

matahari cukup banyak. Habitatnya berada terutama pada laut dangkal. Padang

lamun ini mempunyai habitat dimana tempatnya bersuhutropis dan subtropis.

4. Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang

menjadi tempat kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem

terumbu karang dapat hidup lebih dari 300 jenis karang, 2000 jenis ikan dan

berpuluh puluh jenis molluska, crustacea, sponge, algae, lamun dan biota lainnya.

5. Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah sebutan umum bagi suatu jenis komunitas hayati

pantai tropis yang di dominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang khas

dan mampu tumbuh serta berkembang di perairan payau. Hutan terdapat di

daerahpasang surut pantai berlumpur yang terlindung dari gerakan gelombang dan

dimana ada pemasokan air tawa dan partikel-partikel sedimen yang halus

melaluialiran air permukaan.

2.4. Pengertian Konservasi dan Pengelolaan wilayah pesisir

Menurut Peraturan Menteri kalautan dan Perikanan RI No. 17 Tahun 2008

Konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah upaya perlindungan,

pelestarian, dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta

ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan

sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap memelihara dan

meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.


7

Kawasan yang umumnya menjadi pilihan konservasi adalah wilayah yang

memiliki ciri khas untuk dilindungi, dilestarikan dan dimanfaatkan secara

berkelanjutan demi kemajuan daerah pesisir tersebut, selain itu adalah wilayah

yang terancam akibat pencemaran dari daratan maupun lautan itu sendiri.

Pengelolaan Wilayah Pesisir adalah suatu pengoodinasian perencanaan,

pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-

pulau kecil yang dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah, antarsektor,

antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen

untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pengelolaan di wilayah pesisir

dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan segala aspek terkait seperti aspek

ekonomi, sosial, lingkungan dan teknologi.

2.5. Konservasi Wilayah Pesisir yang Berkelanjutan

Konservasi wilayah pesisir di sini mengacu pada konsep pembangunan

berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat

memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan kebutuhan generasi mendatang.

Pembangunan yang berkelanjutan dilaksanakan tanpa mengurangi fungsi

lingkungan hidup. Lingkup pembangunan berkelanjutan meliputi aspek

lingkungan, ekonomi, dan sosial yang diterapkan secara seimbang serasi selaras

dengan alam. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 ayat 3, bahwa

pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan

aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi.

Purba ed. (2002: 18-20) mengemukakan lima prinsip utama pembangunan

berkelanjutan yakni dengan menggunakan prinsip (1) keadilan antar generasi; (2)
8

keadilan dalam satu generasi; (3) pencegahan dini; (4) perlindungan

keanekaragaman hayati; dan (5) internalisasi biaya lingkungan dan mekanisme

insentif.

Kelima prinsip di atas, mengandung arti bahwa pembangunan harus

memberikan jaminan supaya serasi, selaras dan seimbang dengan daya dukung

lingkungan. Oleh karena itu, daya dukung lingkungan yang ada di wilayah pesisir

seharusnya tetap terpelihara dan terjaga baik sehingga dapat dimanfaatkan secara

terprogram secara lestari bagi kesejahteraan generasi mendatang.

Kerusakan lingkungan telah terjadi di wilayah pesisir yang diakibatkan oleh

perilaku manusia di wilayah pesisir dan di daerah sekitarnya. Kerusakan

lingkungan tersebut dapat mengancam fungsi lingkungan hidup wilayah pesisir.

Fungsi lingkungan hidup akan mengancam kelestarian tipologi ekosistem pesisir,

yang meliputi ekosistem yang tidak tergenang air dan ekosistem yang tergenang

air. Konservasi wilayah pesisir sebagaimana telah diuraikan sebelumnya

adalah upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan serta ekosistemnya

untuk menjamin keberadaan dan kesinambungan sumberdaya pesisir dengan tetap

memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman hayati

(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007: 3).

Dalam konservasi ada aspek yang tidak boleh diabaikan yaitu kondisi

lingkungan, ekonomi, dan sosial. Lingkungan yang dimaksud mencakup

tumbuhan dan hewan harus sesuai dengan habitatnya sehingga dapat tumbuh

optimal. Ekonomi yang dimaksud bahwa untuk melakukan konservasi

membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Konservasi harus memperhitungkan

faktor biaya penanaman, biaya perawatan, dan biaya pengamanan. Faktor sosial
9

yang dimaksud adalah bahwa dalam konservasi selayaknya melibatkan

masyarakat. Karena dengan melibatkan masyarakat, tumbuhan dipelihara, dijaga

dan dirawat sesuai dengan kearifan budayanya.

Manfaat konservasi wilayah pesisir yaitu manfaat biogeografi, keaneka-

ragaman hayati, perlindungan terhadap spesies endemik dan spesies langka,

perlindungan terhadap spesies yang rentan dalam masa pertumbuhan,

pengurangan mortalitas, perlindungan pemijahan, manfaat penelitian, ekoturism,

dan peningkatan produktivitas perairan (Fauzi dan Anna (2005: 73). Manfaat

konservasi tersebut, mencakup manfaat langsung maupun tidak langsung. Manfaat

konservasi wilayah pesisir tidak hanya bersifat terukur (tangible), tetapi ada juga

yang tidak terukur (intangible). Manfaat yang terukur mencakup manfaat

kegunaan baik untuk dikonsumsi maupun tidak. Sedangkan manfaat tidak terukur

lebih tertuju pada manfaat pemeliharaan ekosistem dalam jangka panjang.

Kegiatan pemanfaatan, perlindungan dan pelestarian di wilayah pesisir,

selayaknya dengan menggunakan pendekatan secara bottom up. Pendekatan ini,

sudah mengakomodir kebutuhan masyarakat yang ada di lapangan. Dengan kata

lain pendekatan ini sudah sesuai dengan program yang sudah disusun komunitas

(masyarakat pesisir).

2.6. Strategi Konservasi Wilayah Pesisir yang Berkelanjutan

Untuk melaksanakan konservasi wilayah pesisir yang berkelanjutan,

diajukan beberapa strategi sebagai berikut.

2.6.1. Strategi pemanfaatan secara lestari dengan cara:

a) Merumuskan kebijakan pemanfaatan wilayah pesisir yang berkelanjutan:

1) Membuat aturan atau ketentuan dalam pemanfaatan wilayah pesisir.


10

2) Menerapkan kearifan lokal masyarakat adat dalam pemanfaatannya.

3) Memberikan insentif dan disinsentif dalam pemanfaatan.

b) Membuat mekanisme kordinasi antara perencanaan dan pemanfaatan

wilayah pesisir:

1) Membuat analisis situasi wilayah pesisir.

2) Membuat perencanaan program pemanfaatan

3) Membuat rencana pemanfaatan wilayah pesisir.

4) Monitoring dan evaluasi kesesuaian antara perencanaan dan

pemanfaatan.

5) Mengembangkan kemitraan dalam pemanfaatan pesisir:

2.6.2. Strategi perlindungan dengan cara:

1) Menetapkan wilayah pesisir yang membutuhkan perlindungan

mendesak (urgen):

2) Identifikasi tipologi wilayah pesisir yang telah mengalami kerusakan;

3) Merumuskan langkah-langkah berkelanjutan dalam melindungi wilayah

pesisir.

4) Menetapkan zonasi perlindungan wilayah pesisir

5) Memetakan wilayah pesisir yang membutuhkan perlindungan;

6) Menetapkan spesies tumbuhan dan hewan yang dilindungi

2.6.3. Strategi pelestarian yang diajukan:

a) Menerapkan kebijakan insentif dan disinsentif dalam pelestarian.

b) Membangun sarana dan prasarana pelestarian in situ untuk melestarikan

keanekaragan hayati wilayah pesisir.


11

c) Meningkatkan apresiasi dan kesadaran nilai dan kebermaknaan

keanekaragaman hayati wilayah pesisir:

d) Membangun kesadaran masyarakat tentang nilai keanekaragaman

hayati dalam budaya kontemporer

e) Menggunakan sistem pendidikan formal di dalam kelas

f) Menggunakan kegiatan-kegiatan di luar sekolah

Berdasarkan uraian di atas, konservasi wilayah pesisir yang berkelanjutan

dapat dilaksanakan dengan menggunakan stategi yang tepat. Strategi pemanfaatan

yang lestari antara lain merumuskan kebijakan konservasi wilayah pesisir yang

berkelanjutan, membuat mekanisme kordinasi antara perencanaan dan

pemanfaatan wilayah pesisir dan mengembangkan kemitraan dalam pemanfaatan

pesisir; Strategi perlindungan, meliputi menetapkan wilayah pesisir yang

membutuhkan perlindungan mendesak (urgen), dan menetapkan zonasi

perlindungan; serta Strategi pelestarian antara lain menerapkan kebijakan insentif

dan disinsentif dalam pelestarian, membangun sarana dan prasarana pelestarian in

situ untuk melestarikan keanekaragaman hayati wilayah pesisir dan meningkatkan

apresiasi dan kesadaran nilai dan kebermaknaan keanekaragaman hayati wilayah

pesisir.

Untuk melaksanakan strategi konservasi wilayah pesisir yang berkelanjutan,

harus didukung komitmen dari stakeholder (pihak-pihak yang terkait) wilayah

pesisir diiringi dengan penerapan etika lingkungan berdasarkan prinsip

ekosentrisme. Sebagaimana yang diungkapkan Keraf (2010: 93) bahwa prinsip

ekosentrisme lebih memfokuskan kepada komunitas ekologis secara holistik.

Termasuk didalamnya pengembangan prinsip moral untuk kepentingan seluruh


12

komunitas ekologis. Oleh karena itu, keberhasilan dalam menerapkan strategi

konservasi wilayah pesisir perlu didukung penerapan cara pandang, nilai dan

perilaku hidup berdasarkan prinsip ekosentrisme. Dengan demikian, gaya hidup

yang kita lakukan semestinya selaras, serasi dengan alam, sehingga kesadaran

pentingnya ramah lingkungan harus terus dikumandangkan diberbagai

kesempatan, kegiatan dan secara merata di berbagai pelosok wilayah.

2.7. Studi Kasus dan Konservasinya Ekosistem Pesisir di Wilayah

Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan

Kawasan pesisir kotabaru adalah wilayah yang saat ini sedang marak

dijadikan sebagai objek wisata baik dari masyarakat lokal maupun dari

masyarakat luar. Terlebih sesudah dijadikan tempat sebagai pembukaan hari

Nusantara yang dihadiri oleh Presiden Indonesia Bapak Joko Widodo yang

akhirnya menjadi perhatian masyarakat dan mengakibatkan peningkatan jumlah

pengunjung di daerah ini.

Pesisir yang ada di wilayah kabupaten kotabaru selama ini kurang mendapat

sentuhan kebijakan pembangunan karena pada umumnya terpencil, kondisi

transportasi yang kurang memadai, serta sarana dan prasarana yang terbatas.

Peningkatan jumlah pengunjung menjadikan perubahan-perubahan pada wilayah

pantai terutama pada wilayah pesisirnya.

Perubahan yang terjadi memiliki dua sudut pandang, artinya memiliki sisi

positif dan negatif.

Sisi positif, adalah wilayah pesisir menjadi daya tarik pemerintah untuk

mengelola lebih baik dan memfasilitasi pengunjung yang datang, kemudian

menimbulkan mata pencaharian baru bagi penduduk sekitar.


13

Sisi Negatif, adalah pengunjung yang tidak menjaga lingkungan pesisir

seperti membuang sampah dan merusak lingkungan. Munculnya pedagang-

pedagang di dalam kawasan pesisir sehingga ekosistem dipesisir tidak seimbang

dan rusaknya ekosistem seperti terumbu karang dan hutan mangrove yang ada di

wilayah tersebut,

Dalam upaya konservasi untuk menjaga dan merawat kelestarian ekosistem

pesisir bukan hanya merupakan tugas dari masyarakat pesisir tetapi juga

merupakan kewajiban dari seluruh aspek masyarakat yang ada. Beberapa tahapan

yang dapat digunakan untuk perlindungan maupun pelestarian ekosistem pesisir

adalah

a) Restorasi, dimaksudkan sebagai upaya untuk menata kembali kawasan

pesisir sekaligus melakukan aktivitas penghijauan. Untuk melakukan

restorasi diperhatikan pula pemahaman mengenai pola hidrologi, arus laut

dan tipe tanah.

b) Reorientasi, dimaksudkan menjadi sebuah peencanaan pembangunan yang

berparadigma berkelanjutan serta berwawasan lingkungan agar motif

ekonomi yang sifatnya cenderung merusak dapat diminimalisasi.

c) Responsivitas, dimaksudkan sebagai upaya dari pemerintah untuk peka

terhadap permasalahan yang terjadi di pesisir, seperti gerakan-gerakan kecil,

riset atau berupa advokasi mengajak masyarakat untuk melindungi wilayah

pesisir

d) Rehabilitasi, dimaksudkan untuk upaya pengembalian fungsi ekosistem

pesisir sebagai penyangga biota laut.


14

e) Responsibility, dimaksudkan sebagai upaya untuk menggalang kesadaran

bersama agar masyarakat turun berpartisipasi dalam melindungi wilayah

pesisir

f) Regulasi, dimaksudkan agar terbentuk peraturan yang jelas mengenai

wilayah pesisir agar tercipta kesadaran dan kewajiban yang harus dipenuhi

oleh masyarakat dan dapat diberikan punishment kepada masyarakat yang

melanggar agar terbentuk sikap demi keberlangsungan ekosistem pesisir

dimasa mendatang

Ekosistem pesisir di Kotabaru yang rentan akan kerusakan antara lain

adalah:

1. Terumbu karang

Kerusakan terumbu karang terjadi akbiat aktivitas suatu usaha seperti

adanya aktifitas pencucian tongkang bekas angkutan batubara yang menyebabkan

terjadinya gesekan antara bawah kapal atau tongkang dengan terumbu karang

secara meluas sehingga memperparah kerusakan terumbu karang tersebut. Selain

itu banyaknya pengunjung yang datang ke wilayah tersebut secara tidak langsung

menyebabkan kerusakan terumbu karang seperti terinjak serta aktifitas masyarakat

sekitar yang menggunakan terumbu karang sebagai bahan dekorasi rumah.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kerusakan tersebut adalah dengan

konservasi terumbu karang. Konservasi terumbu karang yang dilakukan di

kotabaru antara lain adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai

cara penyelamatan terumbu karang, melakukan upaya penyelamatan terumbu

karang seperti menggunakan Bioreef (Media untuk menumbuhkan atau

menempelkan bibit-bibit (planula) terumbu karang), dan menjalankan regulasi


15

yang telah ditetapkan dan berpedoman dari Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru

No.14 tahun 2013 tentang Pengelolaan Terumbu Karang di Kabupaten Kotabaru.

Gambar 1. Bioreef (Media untuk menumbuhkan atau menempelkan


bibit-bibit (planula) terumbu karang)

2. Hutan mangrove

Kerusakan kawasan konservasi hutan bakau terjadi akibat adanya

pembukaan areal tambak masyarakat secara ilegal (tanpa izin pemerintah). Untuk

mengatasi hal tersebut pemerintah kabupaten kotabaru bekerja sama dengan pihak

yang berwajib untuk melakukan razia pembukaan areal tambak secara ilegal.

Tujuannya agar masyarakat setempat tahu bahwa hutan mangrove sangat penting

bagi lingkungan dan masyarakat sekitar dapat menjaga hutan mangrove dengan

tidak menebangnya serta tidak menjadikannya areal tambak demi terwujudnya

kelestarian kawasan konservasi hutan bakau yang ada di kawasan kabupaten

Kotabaru. Masalah lain yakni adanya alih fungsi mangrove menjadi kawasan

komersil dan permukiman. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya sosialisasi

tentang adanya pembangunan berkelanjutan kepada masyarakat di pesisir agar


16

tetap tidak melakukan penebangan mangrove yang dapat menurunkan kuantitas

biota laut

.
Gambar 2. Kondisi Kawasan Hutan Mangrove Kotabaru

3. Perubahan lingkungan pesisir

Perubahan lingkungan pesisir ini adalah perubahan lingkungan akibat dari

ulah manusia seperti banyaknya sampah di pesisir akibat pegunjung pantai,

limbah industri yang dibuang tanpa pengelolaan, aksi pemboman nelayan dalam

mencari ikan dan perubahan tatanan wilayah pesisir menjadi wilayah pemukiman.

Upaya yang dilakukan dalam menangani masalah tersebut adalah penanganan

sampah oleh pemerintah daerah setempat seperti gerakan peduli sampah yang

dilakukan oleh kodim 1004 Kotabaru pada 27 Februari 2015 lalu, kemudian

kegiatan pembesihan pantai dan penanaman mangrove yang dilakukan oleh 1.000

orang yang dipimpin oleh kementrian kelautan dan perikanan pada 2014, serta

penetapan regulasi untuk pembenahan kawasan pesisir lainnya.

2.7 Hubungan antara Konservasi dan Ekosistem Pesisir

Konservasi seperti dijelaskan sebelumya merupakan upaya yang dilakukan

untuk mencegah dan melindungi kawasan pesisir agar lingkungannya tetap baik.
17

Konservasi yang perlu ditingkatkan adalah konservasi mengenai ekosistem yang

ada di pesisir seperti terumbu karang, estuaria, taman lamun, hutan mangrove dan

lain-lain.

Untuk konservasi di wilayah kotabaru yang perlu ditekankan adalah

ekosistem terumbu karang, mangrove serta konservasi mengenai perubahan

lingkungan sekitar pesisir, karena ekosistem tersebut merupakam daya tarik utama

bagi pengunjung. Tidak hanya sebatas penarik minat, konservasi ekosistem pesisir

sangat penting untuk membantu mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi

di daerah tersebut.

Ekosistem pesisir tidak dapat lepas dari peranan konservasi agar ekosistem

tersebut tetap terjaga, untuk menjalankan konservasi perlu adanya campur tangan

dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Pemerintah

dapat membuat peraturan sebagai acuan penggerak konservasi dan bersama

dengan masyarakat untuk mewujudkan peraturan tersebut.


18

BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah :

1. Kondisi wilayah pesisir Kotabaru beberapa tahun terakhir cukup

memprihatinkan karena aktivitas pengunjung pantai dan aktivitas

masyarakat pesisir itu sendiri, seperti sampah berserakan, pemboman ikan,

dan perubahan fungsi pesisir menjadi pemukiman

2. Konservasi yang dilakukan untuk wilayah dan ekosistem pesisir adalah

penetapan kebijakan dari pemerintah maupun pemerintah daerah,

menggencarkan program atau gerakan-gerakan perbaikan lingkungan,

seperti pembuatan Bioreef untuk perbaikan terumbu karang, penaman

vegetasi mangrove, dan aksi 1000 orang untuk pembersihan pantai

3. Konservasi dengan ekosistem pesisir adalah dua hal yang saling berkaitan,

karena dengan adanya konservasi maka keberadaan ekosistem pesisir akan

terjamin dan jauh lebih baik dari sebelumnya.


19

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Zahid, Charles P.H. Simanjuntak ,Dkk. 2011. Iktiofauna Ekosistem


Estuari Mayangan, Jawa Barat.
Arkwright, Darius. Batasan Ekologis dalam pengelolaan wilayah pesisir terpadu
(integrated coastal zone governance) dengan pendekatan negosiasi..
BAPPENAS. Rencana pembangunan Jangka panjang Kabupaten Kotabaru 2007-
2026. http://perpustakaan.bappenas.go.id/ lontar/file?file= digital/ 130867
%5 B_Konten_% 5D-Konten%20C9214.pdf
Haruddin.A, Dkk. 2011. Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang
Terhadap Hasil Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Secara Tradisional Di
Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara
Undang – Undang No. 1 Tahun 2014. http://www.hukumonline.com/ pusatdata/
downloadfile/lt52e61cab0453f/parent/lt52e61c61e43b5
Haryani, Nanik Suryo. 2013. Analisis Perubahan Hutan Mangrove Menggunakan
Citra Landsat
Musrifin, 2011. Analisis Pasang Surut Perairan Muara Sungai Mesjid Dumai.
Staf Pengajar Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru No.14 Tahun 2013 tentang Pegelolaan
Terumbu Karang di Kabupaten Kotabaru.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
PER.16/MEN/2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil.

Anda mungkin juga menyukai