Dengan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Penetrant Test ini yang sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga
penulis sampaikan berterima kasih pada Ibu Kristantu MT,Msi selaku Dosen Mata
kuliah Pengetahuan Lingkungan yang memberikan tugas kepada kami semua.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pengelolaan Daerah Pesisir Pantai. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan penulisan
makalah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis memohon
maaf dan apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis
mengucapkankan terima kasih.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Dari data tersebut, berapa potensi kelautan kita yang tidak termanfaatkan
dari tahun ke tahun, yang harusnya bisa mensejahterakan masyarakat kita terutama
masyarakat pesisir yang terindikasi sebagai masyarakat pinggiran dan miskin.
Sementara itu, secercah harapan mulai muncul dengan dimasukkannya sektor maritim
dalam GBHN 1999, dibentuknya Departemen Eksplorasi Lautan dan Perikanan
3
(DELP), konsep institusi baru yang bertanggungjawab dalam pembangunan lautan
dan perikanan, kemudian dibentuknya Kementrian
4
berkembangnya jenis-jenis biota yang mempunyai potensi ekonomi yang tinggi.
Demikian pula ada yang berfungsi sebagai pengatur sumber air tawar dan rembesan
air laut ke arah darat. Dipandang sebagai suatu “ruang”, wilayah pesisir merupakan
wadah kehidupan manusia dan makluk hidup lainnya, yang mengandung potensi
sumber daya pesisir yang bersifat terbatas. Sebagai wadah, wilayah pesisir memang
terbatas dalam hal besaran wilayahnya, sedangkan sebagai sumber daya terbatas
mengenai daya dukungnya. Dalam fungsinya untuk budidaya, besaran wilayah pesisir
mengandung berbagi potensi pemanfaatan dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi.
Umumnya wilayah pesisir digunakan sebagai wadah berbagai aktivitas manusia
dengan intensitas yang tinggi. Hal itu misalnya untuk permukiman, kawasan industri,
pertanian, pertambakan, pelabuhan, rekreasi dan pariwisata, pertambangan,
pembangkit tenaga listrik, dan konservasi sumberdaya alam. Sedangkan di laut pantai
digunakan untuk media pelayaran dan untuk penangkapan ikan, serta sumber daya
alam hayati lainnya. Masing-masing kegiatan tersebut belum tentu dapat saling
menguntungkan, bahkan justru dapat merugikan satu sama lain. Oleh karena itu
wilayah pesisir di samping sebagai “pusat kegiatan” juga dapat menjadi “pusat
konflik atau benturan” antara kepentingan sektor yang satu dengan sektor lainnya.5
oleh karena itu perludipertegas pada suatu pengaturan yang rigid mengatur masalah
pesisir dan sumber dayanya untuk kepentingan masyarakat pesisir pada khususnya.
6
BAB II
PEMBAHASAN
8
Berdasarkan UU No. 22 tahun 1999, Pemerintah Pusat telah memberikan otonomi
yang lebih jelas dan nyata termasuk kewe-nangan pengelolaan sumberdaya kelautan.
Kewenangan ini meliputi :
(a) Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut sebatas 12 mil
laut.
(d) Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah atau
yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah
9
c.Tata cara dan prosedur pelaksanaan eksploitasi ditetapkan dengan Peraturan Daerah
dan mengacu pada peraturan perundangan yang ada.
(3) Pencemaran
Tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan lautan di Indonesia pada saat ini
telah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Kawasan yang termasuk
dalam katagori dengan tingkat pencemaran tinggi adalah Propinsi Jawa Barat,
JawaTimur, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
Kalimantan Timur, Riau, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Kawasan yang termasuk
katagori tingkat pencemaran rendahadalah Irian Jaya,Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Bengkulu, dan Nusa Tenggara Timur.Sumber utama pencemaran pesisir
dan lautan terdiri dari tiga jenis kegiatan di darat, yaitu kegiatan industri, kegiatan
rumah tangga, dan kegiatan pertanian. Sedangkan sumber pencemaran yang
berasal dari berbagai kegiatan di laut meliputi perhubungan laut dan kapal
pengangkut minyak, kegiatan pertambangan dan energi lepas pantai.
10
(4) Konflik pemanfaatan ruang
Ketidakterpaduan berbagai kegiatan pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dalam
memanfaatkan sumberdaya wilayah pesisir telah memicu konflik kepentingan sektor,
swasta, dan masyarakat. Penyebab utamanya karena selama ini belum adanya aturan
yang jelas baik dari segi hukum maupun substansi mengenai penataan ruang wilayah
pesisir dan lautan. Kegiatan yang tidak terpadu itu selain kurang bersinergi juga
sering saling mengganggu dan merugikan antar kepentingan, seperti kegiatan industri
yang polutif dengan kegiatan perikanan yang berdampingan.
11
pembuangan limbah; maka wilayah pesisir berfungsi sebagai pusat permukiman,
pelabuhan, kegiatan bisnis, dll. Oleh sebab itu, wajar bila lebih dari separuh jumlah
penduduk dunia bermukim di wilayah pesisir dan dua pertiga dari kota-kota besar
dunia juga terletak di wilayah ini (World Bank, 1994 ; Cicin-Sain and Knecht, 1998).
Ketiga, karena tingkat kepadatan penduduk dan intensitas pembangunan yang tinggi
di wilayah pesisir, maka wilayah pesisir pada umumnya mengalami tekanan
lingkungan (environmental stresses) yang tinggi pula. Selain dampak lingkungan
yang berasal dari kegiatan-kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, wilayah ini Juga
menerima dampak kiriman dan berbagai kegiatan manusia di lahan atas (upland
areas), terutama berupa bahan pencemar dan sedimen dari erosi tanah.
2.4 Model Ideal Pengelolaan Wilayah Pesisir Yang Berbasis Pada Masyarakat
12
darat maupun di laut. Selanjutnya Bingen menyatakan bahwa wilayah pesisir
merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Dengan demikian pesisir
merupakanbagian daratan yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut termasuk masih
digunakan untuk kegiatan manusia
13
Pemanfatan dan pengelolaan daerahpesisir yang dilakukan oleh masyarakat
maupun daerah sebagian belum memenuhi ketentuan pemanfaatan sumber daya alam
secara lestari dan berkelanjutan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi dan
kelestarian pesisir dan lingkungannya. Penyebab degradasi kondisi daerah pesisir
secara tidak langsung juga disebabkan oleh pengelolaan sumber daya alam di hulu
yang berpengaruh terhadap muara di pesisir. Kebijakan reklamasi yang tidak
berdasarkan kepada analisa dampak lingkungan pada beberapa daerah juga
berpengaruh terhadap ekosistem dipesisir. Perizinan pengembangan usaha bagi
kelangan dunia usaha selama ini sebagian besar menjadi kewenangan pusat.
Kadangkala dalam hal ini pemberian izin tersebut tanpa memperhatikan kepentingan
daerah dan masyarakat setempat. Jika kita perhatikan berbagai permasalahan yang
timbul dalam pemanfaatan dan pengelolaan daerah pesisir dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
daerah belum dipahami secara komprehensif oleh para stakeholders, sehingga pada
setiap daerah dan setiap sector timbul berbagai pemahaman dan penafsiran yang
berbeda dalam pemanfaatan dan pengelolaan daerahpesisir.
Menteri Kimpraswil dalam Seminar Umum Dies Natalis ITS ke-34 menyatakan
beberapakebijakan nasional yang terkait denganpengelolaan wilayah laut dan pesisir
adalah sebagai berikut :
masyarakat.
15
memperhatikan kualitas hidup manusia pada saat sekarang dan masa yang akan
dating, termasuk didalamnya adalah sarana pendidikan bagi masyarakat pesisir,
penyediaan fasilitas kesehatan dan sanitasi yang memadai, dan mitigasi bencana.
Strategi pengelolaan tersebut merupakanupaya-upaya pemecahan masalah-masalah
wilayah pesisir yang yang harus dipecahkan melalui program-program pembangunan
Lebih lanjut lagi dapat disimpulkan bahwfactor-faktor yang harus diperhatikan
berkenaan dengan program-program pengelolaan sumberdaya pesisir yaitu;
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumberdaya pesisir dan laut merupakan ekosistem yang sangat strategis bagi
pembangunan nasional, maka dalam penetapan program dan kebijakannya
harus diupayakan adanya efisiensi dalam pemanfaatan ruang dan sumberdaya
pesisir, peningkatan pendapatan/kesejahteraan masyarakat pesisir, member-
dayakan masyarakat pesisir, dan memperkaya dan meningkatkan mutu
sumberdaya alam
16
mengakibatkan kerusakan wilayah pesisir. Selanjutnya tahap pengawasan,
bahwa apabila terjadi indikasi pencemaran dan kerusakan wilayah pesisir
maka masyarakat pesisir segera melaporkan pada pihak yang
terkait.Disamping itu peran pemerintah sangat pentingterutama dalam konteks
pemberdayaan masyarakat pesisir. Dalam hal ini pemerintah
memberikan bantuan baik berupa permodalan, akses informasi, akses
infrastruktur, pembinaan, pelatihan dan penyuluhan kepada
masyarakat pesisir mengenai strategi dalam pengembangan dan pengelolaan
wilayah pesisir.
3.2 SARAN
https://id.m.wikipedia.org/wiki/
https ://www.googleschollar.com/
17