Anda di halaman 1dari 9

PEMBANGUNAN BENUA MARITIM INDONESIA

Mata Kuliah : Wawasan Sosial Budaya Maritim

Oleh :

Devi Damayanti

NIM : M011221129

Dosen :

Dr. Syahrul, S.Pi., M.Si

Fakultas Kehutanan

Program Studi Kehutanan

Universitas Hasanuddin

Makassar

2022
 Pengertian Benua Maritim Indonesia

Benua Maritim Indonesia (BMI) adalah wilayah perairan dengan


hamparan pulau-pulau didalamnya, sebagai satu kesatuan alamiah antara
darat, laut dan udara di atasnya tertata unik dengan sudut pandang iklim dan
cuaca keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota serta tatanan
sosial budaya.

Perairan laut Indonesia yang berada di antara dan sekitar kepulauan


Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah nasional Indonesia. Laut
nusantara merupakan suatu asset nasional yang berperan sebagai sumber
keakayaan alam, sumber energy, sumber bahan makanan, media lintas laut
antar pulau, kawasan perdagangan dan wilayah pertahanan kemanan. Oleh
karena itu wilayah laut nasional mempunyai fungsi sebagai wahana untuk
menjamin integritas wilayah sarana perhubungan dan pelayaran, salah satu
sumber kekayaan alam hayati dan nonhayati yang memiliki nilai ekonomi
tinggi dan kawasan pertahanan keamaman. Dengan demikian, laut nusantara
pada hakekatnya merupakan ruang lingkup dan wahana perjuangan bangsa
Indonesia dalam mencapai tujuan dan cita-cita nsional.

Wujud wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia membentang luas di


cakrawala kahtulisitiwa yang merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia
terdiri dari zona pantai, landas benua, lereng benua, cekungan samudra di
bawahnya dan udara di atsnya. Berdasarkan bangun wilayah laut yang sangat
luas, adanya kesatuan alamiah antara bumi, laut dan udara diatasnya serta
kedudukan global sebagai tepi benua, maka wilayah nsional Indonesia
mempunyai cirri-ciri benua, oleh karena itu sangat tepat disebut Benua
Maritim Indonesia (BMI).

BMI adalah bagian dari system planet bumi yang merupakan satu
kesartuan alamiah antara darat, laut dan udara di atsnya, tertata secara unik,
menampilkan ciri-ciri benua dengan karakteristik yang khas dari sudut
pandang iklim dan cuaca, keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman
biota, serta tatanan social budayanya yang menjadi wilayah yuridiksi Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang secara langsung maupun tdak
langsung akan menggugah emosi, perilaku dan sikap mental dalam
menentukan orientasi dan pemanfaatan unsure-unsur maritime di semua
aspek kehidupan.

Panjang pantai 81.000 km (kedua terpanjang di dunia setelah Canada )


merupakan wilayah pesisir dengan ekosistem yang secara biologis sangat
kaya dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Secara metereologis,
perairan nusantara menyimpan berbagai data metrologi maritim yang amat
vital dalam menentukan tingkat akurasi perkiraan iklim global. Di perairan kita
terdapat gejala alam yang dinamakan Arus Laut Indonesia (Arlindo) atau the
Indonesian throughflow yaitu arus laut besar yang permanen masuk ke
perairan Nusantara dari samudra Pasifik yang mempunyai pengaruh besar
pada pola migrasi ikan pelagis dan pembiakannya dan juga pengaruh besar
pada iklim benua Australia.

Karena memiliki sejarah kemaritiman dan potensi sumberdaya


kemaritiman yang besar maka muncullah gagasan pembangunan Benua
Maritim Indonesia.
 Karakteristik Benua Maritim Indonesia

BMI adalah suatu massa bumi yang keseluruhannya terdiri dari 17.508
pulau beserta segenap air laut disekitarnya sampai sejauh 200 mil dari garis
pangkalnya. Zona pesisir, landasan benua, lereng benua, cekungan samudera
di bawahnya dan udara di atasnya.

BMI terbentang dari 92O BT sampai dengan 141O BT dan dari 7O20’LU
sampai dengan 14O LS merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri dari:

1. 5.707 pulau yang telah bernama dan 11.801 pulau yang belum bernama.

2. Luas perairan 3,1 juta km2, dan luas perairan ZEE 2,7 juta km2.

3. Panjang seluruh garis pantai 80.791 km, panjang garis dasar 14.698 km
(7.945 mil).

BMI mempunyai kempleksitas dalam karakteristik cuaca dan iklim,


keadaan perairan laut, serta tatanan kerak bumi yang menyebabkan
perbedaan potensi sumberdaya alam hayati dan nonhayati dengan massa
(benua) lainnya.

Bagian dalam kawasan barat BMI tersusun oleh pulau-pulau utama


Sumatera, Jawa dan Kalimantan yang merupakan sistem Paparan Sunda
dengan kedalaman dasar laut sampai sekitar 200 m. kearah Timur tertletak
di Selat Makassar, Laut Bali, Laut Flores yang merupakan zona transisi
antara sistem Paparan Sunda dengan system Laut Banda. Di ujung bagian
Timur BMI ditempati oleh sistem laut Banda yang merupakan laut dalam
dengan kedalaman dasar laut antara 1000-6000 m yang dikelilingi oleh pulau
Sulawesi bagian barat gugusasn kepulauan Sula dan Seram di Utara,
rangkaian gunung api di selatan dan timur. Di bagian Selatan ditandai
dengan kepulauaan gunung api aktif NTB-NTT yang relative kecil.

Bagian luar BMI sebagian besar membentuk tepi benua konvergen aktif
terdiri dari Samudera Hindia (selatan-barat) dan Samudera Pasifik (timur-
laut). Laut Sulawesi (utara) Laut Cina Selatan (barat-laut). Bagian tenggara
umumnya terususun oleh sistem Paparan Sahul dan massa daratan Papua
yang menghubungkan tepi Benua Australia.
 Pembangunan Benua Maritim Indonesia

Pembangunan Benua Maritim Indonesia pada hakekatnya adalah


pembangunan nasional yang lebih menekankan pemanfaatan unsur maritim
dan dirgantara. Pengertian ini lahir Tahun 1966 setelah dicanangkan sebagai
Tahun Bahari dan Dirgantara oleh Presiden Republik Indonesia. Pembangunan
Maritim Indonesia pada dasarnya adalah bagian Integral dari pembangunan
Nasional dalam pendayagunaan dan pemanfaatan lautan Indonesia untuk
mencapai cita – cita nasional.

Pembangunan Benua Maritim Indonesia memandang daratan, lautan dan


dirgantara, serta segala sumberdaya di dalamnya dalam suatu konsep
pengembangan sehingga hal ini merupakan salah satu wujud aktualisasi
Wawasan Nusantara yang telah menjadi cara pandang bangsa Indonesia
dalam melaksanakan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila
dan Undang – undang Dasar 1945.

Pemikiran pembangunan Maritim Indonesia dilandasi oleh kenyataan bahwa:

1. Lautan merupakan bagian terbesar wilayah RI dan merupakan factor


utama yang harus dikelola dengan baik guna mewujudkan cita – cita
nasional.

2. Pengelolaan aktivitas pembangunan laut harus bersifat integral.

Dalam menyusun rencana dalam melaksanakan pembangunan maritime


kita menghadapai empat kendala utama, berikut :
1. Mental attitude dan semangat cinta bahari masih lemah.
2. Techno structure dan struktur nasional ekonomi maritime belum siap.
3. Peraturan dan perundangan belum mendukung.
4. Kelembagaan yang juga belum mendukung.

 Keadaan dan Masalah Maritim Indonesia

Pembangunan Maritim Indonesia harus dapat menggali potensi maritim


untuk membulatkan akselarasi pembangunan nasional yang diselenggarakan.
Kenyataanya selama ini potensi maritim belum mendapatkan prioritas
penangan secara proporsional sehingga berbagai kendala tak pernah dapat
diatasi secara tuntas, terutama yang menyangkut upaya memelihara langkah
dan keterpaduan pembangunan.

Pembanguunan maritim memerlukan sistem pengelolaan terpadu, yaitu


sistem pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan. Dalam pengelolaan ini
berbagai masalah akan muncul, berbagai konflik akan terjadi yang disebabkan
oleh adanya degradasi mutu dan fungsi lingkungan hidup yang antara lain
disebabkan karena musnahnya hutan bakau, rusaknya terumbu karang, abrsi
pantai, intrusi air laut, pencemaran lingkungan pesisir dan laut serta
perubahan iklim global. Berbagai masalah tersebut berakar dari :
1. Masing–masing pelaku pembangunan dalam menyusun perencanaanya
sangat terikat pada sektornya sendiri tanpa adanya sistem koordinasi
baku lintas sektor.
2. Belum adanya lembaga yang berwenang penuh baik di pusat maupun di
daerah yang memepunyai wewenang penentu dalam pembangunan
maritim secara utuh.
3. Belum lengkapnya peraturan perundang–undangan yang mengatur
kewenangan pengelolaan sumberdaya maritime.
4. Belum lengkapnya tata ruang yang mencakup wilayah pesisir laut dan laut
nasional yang dapat dijadikan sebagai induk perencanaan bagi daerah.

Untuk dapat menjamin efektifitas pembangunan maritime berbagai


masalah tersebut harus dapat diatasi secara tuntas, paling tidak yang terkait
dengan ;
1. Penataan perundang – undangan dalam pengelolaan pembangunan
maritim yang bersifat lintas sektoral
2. Pembentukan wadah untuk penyusunan dan penerapan mekanisme
perencanaan dan pengawasan terpadu, pengelolaan yang dikoordinasikan
serta pengendalian yang sinkron
3. Penciptaan dan peningkatan sumberdaya maritim yang handal dan
professional
4. Penataan perundang – undangan disertai upaya penegakan peraturan
hukum yang konsisten
5. Penetapan tata ruang maritim diserta pola pengelolaan, pemanfatan dan
pendaya gunaanya
6. Sistem pengumpulan dan pengolahan informasi maritime yang dapat
diakses secara luas
7. pembangunan maritime dengan kemudahnnya
8. Pembentukan wadah untuk menyuburkan upaya penelitian dan
pengembangan maritime untuk dapat mempermudah penerapan ilmu dan
teknologi kelautan, utamanya bagi nelayan tradisional.

SUMBER MATERI :
https://www.academia.edu/8660927/PEMBANGUNAN_BENUA_MARITIM_INDONESI
A

Anda mungkin juga menyukai