Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU WAWASAN SOSIAL BUDAYA DAN MARITIM

Visi Kemaritiman dan Konsepsi Pembangunan Maritim Indonesia

Aina Adhwaa Putri Syahrul


B011221363

Wawasan Sosial Budaya Maritim -55-(Hukum H)


ILMU HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
INDONESIA SEBAGAI NEGARA MARITIM

Indonesia memiliki sekitar 17.499 pulau, bergaris pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang
kedua setelah Kanada). Dikutip dari laman kkp.go.id, total wilayah Indonesia sekitar 7,81 juta
km2. Dari total luas wilayah tersebut, 3,25 juta km2 adalah lautan dan 2,55 juta km2 adalah
Zona Ekonomi Eksklusif. Hanya sekitar 2,01 juta km2 yang berupa daratan. Itulah mengapa
Indonesia disebut sebagai negara maritim, Indonesia sendiri terkenal maju dalam bidang
kemaritiman. Keunggulan Indonesia sendiri sebagai negara maritim dapat dilihat dengan aspek
budaya maritimnya yang alamiah sejak dahulu serta dikenal sejak dahulu sebagai negara yang
memiliki banyak kepulauan-kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Marauke.

Dengan kondisi geografis yang sangat menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara
maritim tentu saja menjadikan negara kita negara yang memiliki potensi kelautan yang
berlimpah meskipun masih banyak aspek yang membuat masyarakat Indonesia belum bisa
dengan baik memaksimalkan potensi tersebut yang mungkin hal ini terjadi dikarenakan Hal ini
diakibatkan oleh paradigma pembangunan yang lebih memprioritaskan masyarakat perkotaan
dan pertanian di pedalaman sehingga kurang memperhatikan kehidupan masyarakat di daerah
pesisir dan masih sangat kurang proporsinya jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya.

Bangsa Indoensia sudah diakui dalam konvensi hukum laut PBB (UNCLOS) 1982. Pada
peraturan tersebut sudah sangat jelas bahwa setiap negara yang memiliki pantai mengatur
kewenangan terhadap pantai yang dimilikinya. Wilayah wilayah tersebut meliputi laut wilayah
selebar 12 mil laut dari garis pangkal, zona tambahan selebar 24 mil dari garis pangkal, zona
ekonomi eksklusif selebar 200 mil dari garis pangkal, dan landas kontinen sampai kedalaman
350 meter. Konvesi yang ada tersebut juga ternyata menyebabkan pengaturan penarikan garis
batas wilayah maritim ketika terjadinya sengketa antar negara tetangga.

Kawasan maritim garis batas wilayah juga meliputi tumpeng tindih kewenangan antar negara
tetangga. Dengan kondisi Indonesia yang memiliki ribuan pulau kecil dan terluar tentu saja
bukan hal mudah untuk mengatur penjagaan pulau-pulau tersebut

Kasus hilangnya hak atas kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan yang jatuh ketangan Malaysia
pada tahun 2002 berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional merupakan salah satu
dampak dari kurang efektifnya pengawasan terhadap pulau pulau kecil yang ada di Indonesia.
Kasus mengenai batas maritim, kedaulatan negara, dan sentiment nasionalisme merupakan
salah satu permasalahan yang terjadi di wilayah perbatasan. Oleh sebab itu Indonesia harus
melakukan tindakan yang nyata dalam pengelolaan pulau-pulau kecil dan terluar konvensi
hukum laut yang berfungsi sebagai garis pangkal dalam menentukan batas wilayah laut (Erwin,
2011).. Untuk meminimalisirkan masalah-masalah yang terkait dengan bidang kemaritiman
Indonesia perlu diwujudkannya visi Indonesia sebagai poros maritim Indonesia dan
diperlukannya kesiapan dan peran pemerintah dalam mewujudkan visi tersebut.

VISI INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA

Dalam era disentralisasi dan otonomi daerah saat ini, pemerintah daerah di Indonesia yang
sebagian besar di wilayah perairan, pantai dan pesisir harus memprioritaskan pembangunan
daerah masing-masing pada wilayah kelautan dan perikanan. Pemerintah daerah harus
membuat peraturan daerah dan aturan dibawahnya yang menekankan pada pembangunan
kemaritiman. Kebijakan daerah harus mampu menggali potensi lokal yang bertujuan untuk
meningkatkan potensi yang ada dilaut. Pemerintah harus mampu mengidentifikasi,
menemukan, kenali dan mengelola potensi kelautan perikanan dan kemaritiman agar supaya
berkontribusi dan selaras dengan visi pembangunan maritim yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat. Menurut Barry Buzan (1983) ada beberapa klasifikasi ancaman terhadap keamanan
negara pada bidang maritim. Ancaman tersebut:

1. Ancaman militer, yang berpotensi merusak berbagai komponen negara bahkan negara
itu sendiir secara total.
2. Ancaman dibidang ideologi, yang termasuk dalam kategori ancaman berdimensi
politik,
3. Ancaman di bidang ekonomi, seperti : embargo, pembatasan ekspor dan impor
4. Ancaman dibidang lingkungan ekologi, seperti bencana alam, polusi dan lain.

Ancaman maritim dapat meliputi sengketa atau dispute antar negara, terorisme maritim,
pembajakan atau piracy, penyelundupan narkotika, penyelundupan orang dan barang terlarang,
pengayaan atau proliferation senjata, penangkapan ikan illegal, pencemaran lingkungan, atau
kecelakaan dan bencana alam maritim.

Fenomena sosial bahari sangatlah kompleks yang ditunjukkan dalam bentuk banyaknya
aktivitas kebaharian dilingkungan masyarakat, adanya hubungan sektor dan subsektor yang
pada perekonomian di laut, adanya keterlibatan dan maupun hirarki pada aktivitas kebaharian,
adanya keterikatan antara unsur budaya maritim dengan unsur kehidupan masyarakat, dan
komponen budaya maritim terdapat kehomogenan dan diversitas unsur budaya.
Adanya ancaman kemaritiman yang begitu banyak maka sangat penting membangun budaya
maritim di Indonesia. Indonesia yang merupakan negara kepulauan berpotensi
mengembangkan kekuatan maritim Indonesia dengan melibatkan masyarakat, pemerintah dan
swasta. Penanaman budaya maritim harus diiringi dengan adanya tindak lanjut yang jelas
dalam penentuan Langkah kebijakan yang ada. Adanya kebijakan yang jelas akan mendukung
pengembangan budaya maritim Indonesia. Penanaman Budaya Maritim harus diiringi
kebijakan pertahanan maritim agar pengembangan budaya maritim tersebut mampu
mendukung pertahanan maritim Indonesia.

Pengamanan dan perlindungan kemaritiman tentunya tak bisa untuk kita abaikan bahkan salah
satu solusi agar kemaritiman Indonesia lebih maju lagi. Menurut Christian Bueger menyatakan
pendapatnya bahwa keamanan maritim mengandung empat konsep keamanan, yakni kekuatan
laut atau kekuatan angkatan laut (sea power), keselamatan laut atau marine safety, ekonomi
laut dalam atau blue economy, dan keamanan manusia atau human security. Konsep dari
kekuatan laut menjelaskan tentang peran angkatan laut, yaitu melindungi keberlangsungan
negara, melindungi jalur transportasi laut bagi perdagangan dan peningkatan ekonomi. Konsep
keselamatan di laut menjelaskan keselamatan kapal dan instalasi laut dengan tujuan utamanya
untuk melindungi para profesional dan lingkungan laut. Keamanan maritim juga berkaitan
dengan pembangunan di bidang ekonomi, dimana laut berperan sangat penting dalam
perdangangan dan perikanan.

Pertahanan maritim harus disesuaikan dengan teori keamanan maritim yang sudah ada.
Menurut Christian Bueger keamanan maritim meliputi empat konsep keamanan, yakni
kekuatan laut atau kekuatan Angkatan laut (sea power), keselamatan laut atau marine safety,
ekonomi laut dalam atau blue economy, dan keamanan manusia atau human security. Empat
poin tersebut yang harusnya menjadi dasar dalam pengembangan maritim yang ada di
Indonesia. Manajemen strategi maritim didasarkan pada latar belakang dan posisi strategis
Indonesia yang dimana terletak pada posisi ilang yang mana memiliki 4 choke point dunia dari
9 kemudian kondisi geografis, demografi, luas lautan dan visi maupun misi dalam
pembangunan negara maritim.

Tujuan dari manajemen strategi maritim adalah pembentukan negara yang tangguh. Means
merupakan apa yang digunakan dalam membentuk sea power yang kuat dan ways nya adalah
bagaimana caranya dalam melakukan kontrol kekuatan dalam mewujudkan tujuan tersebut.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam implementasi strategi maritim adalah:

a) Membentuk sistem pertahanan yang tangguh yang melibatkan beberapa stakeholder yang
ada di Negara Indonesia.

b) Melaksanakan kegiatan kegiatan pengawasan dalam mewujudkan strategi maritim yang


tangguh.

c) Sinergitas komponen komponen sumberdaya maritim yang tidak hanya dilaut saja tetapi
juga sumberdaya darat yang berguna untuk mendukung aktifitas kemaritiman. Pada akhirnya
akan terwujudnya pertahanan maritim yang tangguh.

Menko Maritim Luhut Pandjaitan juga dijadwalkan akan memberikan laporan mengenai
capaian program-program prioritas di bidang kemaritiman yang telah berjalan. Capaian-
capaian tersebut antara lain pengurangan dwelling time dan biaya logistik di pelabuhan, nilai
tambah pemanfaatan sumberdaya alam, serta pencapaian program pariwisata melalui
penetapan Kawasan Strategis Prioritas Nasional (KSPN).

Terpenting, Menko pun akan menyampaikan tentang capaian program bidang kemaritiman
yang memiliki misi pemerataan. Program-program tersebut antara lain Tol Laut, pembangunan
Infrastruktur di luar Jawa termasuk elektrifikasi serta pembangunan pulau-pulau terdepan.

Terpisah, Plt. Sesmenko Maritim Ridwan Djamaluddin mengatakan bahwa program tol laut
telah berhasil mengurangi disparitas harga di Indonesia timur. “Ada penurunan antara 20-25%
di beberapa kecamatan yang dilalui oleh trayek tol laut,”ujarnya ketika ditemui di kantornya,
Selasa (2/5).

Selain melaporkan tentang capaian program pemerintah di bidang Kemaritiman, lanjut


Ridwan, tujuan diadakannya Rakornas adalah untuk menyamakan visi antara pemerintah pusat
dan daerah dalam merumuskan program kerja dan kebijakan di bidang kemaritiman.
“Koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah perlu dilakukan agar arah kebijakan
dan program kemaritiman menjadi jelas dan terukur sehingga ada percepatan realisasi misi
Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia,” tutur Ridwan serius.

Dalam Rakornas nanti, menurut Plt Sesmenko Bidang Kemaritiman, akan dihadiri oleh
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri
ESDM Ignasius Jonan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri PPN/Kepala
Bappenas Bambang Brodjonegoro, anggota DPR/DPD, gubernur, walikota dan bupati seluruh
Indonesia. “Kita juga undang tokoh masyarakat, akademisi, praktisi dan LSM agar memahami
arah kebijakan pembangunan kemaritiman tahun 2018 serta dapat memberikan masukan terkait
Perpres ini,” imbuhnya. Ridwan berharap agar Rakornas Kemaritiman dapat menjadi
katalisator koordinasi yang baik antar Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dengan
pemerintah daerah dalam pembangunan kemaritiman nasional.

Lebih detil, Pembangunan Poros Maritim meliputi lima pilar, yakni membangun budaya
maritim Indonesia, menjaga laut dan sumber daya laut, dengan fokus membangun kedaulatan
pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai
pilar utama. Pilar ketiga adalah memberi prioritas pada pengembangan infrastruktur dan
konektivitas maritim, dengan membangun tol laut, deep seaport, logistik dan industri
perkapalan, dan pariwisata maritim.

Pilar keempat adalah memperkuat diplomasi maritim, kerja sama di bidang kelautan,
menghilangkan sumber konflik di laut seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan,
sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran laut. Terakhir, membangun kekuatan
pertahanan maritim untuk menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim serta bentuk tanggung
jawab dalam menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.

“Di dalam lampiran Perpres juga memuat tentang rencana aksi dengan target output, timeline
dan penanggung jawab yang jelas,” tambah Ridwan. Rencana aksi tersebut merupakan bentuk
implementasi lima pilar pembangunan poros maritim.

Visi Indonesia maritim Indonesia merupakan langkah untuk membangun Indonesia yang
berpotensi dengan kemajuan-kemajuan maritim yang ada, dengan langkah ini dapat
disimpulkan bahwa konsep maritim Indonesia didasarkan dengan letak geografis, keamanan
maritim, serta kebijakan pemerintah dalam membangun infrastruktur dan perkembangan
ekonomi maritim.
DAFTAR PUSTAKA

Wiranto, Surya “Membangun Kembali Budaya Maritim Indonesia Melalui Kebijakan Kelautan
Indonesia dengan Strategi Pertahanan Maritim Indonesia: Perspektif Pertahanan Maritim”
https://pusjianmar-seskoal.tnial.mil.id/index.php/IMJ/article/view/35

Geoffrey Till. 2009. Seapower (Aguide for Twenty-First Century) Second Edition. Routledge
is an imprint of the Taylor & Francis Group, an informa business : New York.

Artikel GPR | marroli “Bumikan Visi Indonesia Poros Maritim Dunia, Kemenko Kemaritiman
Gelar Rakornas”

https://www.kominfo.go.id/content/detail/9614/bumikan-visi-indonesia-poros-maritim-dunia-
kemenko-kemaritiman-gelar-rakornas/0/artikel_gpr

Anda mungkin juga menyukai