Nim:L011221129
A.pendahuluan
Indonesia merupakan Negara Kepulauan terluas di dunia yang
terdiri atas lebih dari 17.504 pulau dengan 13.466 pulau telah
Perairan Pedalaman, 0,3 juta km2 Laut Teritorial, dan 2,7 juta
daratan.
B.pembahasan
Alfred Thayer Mahan, seorang Perwira Tinggi Angkatan Laut Amerika Serikat,
dalam bukunya “The Influence of Sea Power upon History” mengemukakan teori
bahwa sea power merupakan unsur terpenting bagi kemajuan dan kejayaan suatu
negara, yang mana jika kekuatan-kekuatan laut tersebut diberdayakan, maka
akan meningkatkan kesejahteraan dan keamanan suatu negara. Sebaliknya, jika
kekuatan-kekuatan laut tersebut diabaikan akan berakibat kerugian bagi suatu
negara atau bahkan meruntuhkan negara tersebut.
Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua
pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Hal ini bisa terlihat dengan
adanya garis pantai di hampir setiap pulau di Indonesia (± 81.000 km) yang
menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara
yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Kekuatan inilah yang merupakan
potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia.
Data Food and Agriculture Organization di 2012, Indonesia pada saat ini
menempati peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah
China dan India. Selain itu, perairan Indonesia menyimpan 70 persen potensi
minyak karena terdapat kurang lebih 40 cekungan minyak yang berada di perairan
Indonesia. Dari angka ini hanya sekitar 10 persen yang saat ini telah dieksplor dan
dimanfaatkan.
Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (3) disebutkan, bahwa bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
kemakmuran rakyat. Meskipun begitu tidak dapat dipungkiri juga bahwa
kekayaan alam khususnya laut di Indonesia masih banyak yang dikuasai oleh pihak
asing, dan tidak sedikit yang sifatnya ilegal lan mementingkan kepentingan
sendiri.
Dalam hal ini, peran Pemerintah (government will) dibutuhkan untuk bisa
menjaga dan mempertahankan serta mengolah kekayaan dan potensi maritim di
Indonesia. Untuk mengolah sumber daya alam laut ini, diperlukan perbaikan
infrastruktur, peningkatan SDM, modernisasi teknologi dan pendanaan yang
berkesinambungan dalam APBN negara agar bisa memberi keuntungan ekonomi
bagi negara dan juga bagi masyarakat.
Sebagaimana halnya teori lain yang dikemukakan oleh Alfred Thayer Mahan
mengenai persyaratan yang harus dipenuhi untuk membangun kekuatan maritim,
yaitu posisi dan kondisi geografi, luas wilayah, jumlah dan karakter penduduk,
serta yang paling penting adalah karakter pemerintahannya.
Selain perbaikan dan perhatian khusus yang diberikan dalam bidang teknologi
untuk mengelola sumber daya alam di laut Indonesia, diperlukan juga sebuah
pengembangan pelabuhan dan transportasi laut untuk mendorong kegiatan
maritim Indonesia menjadi lebih modern dan mudah digunakan oleh masyarakat.
Diharapkan juga peran swasta untuk mendukung jalannya pemberdayaan laut ini,
supaya program-program ini tidak hanya bergantung pada dana APBN saja.
Dari sisi pertahanan, penguasaan laut berarti mampu menjamin penggunaan laut
untuk kepentingan nasional dan mencegah lawan menggunakan potensi laut yang
kita miliki. Pemerintah perlu segera menyelesaikan percepatan batas wilayah laut
agar dapat memberikan memberikan kepastian atas batas wilayah negara dan
dapat mempererat hubungan bilateral antara negara yang berbatasan, serta
mendorong kerja sama kedua negara yang berbatasan di berbagai bidang
termasuk dalam pengelolaan kawasan perbatasan, misal terkait pelayaran,
kelautan dan perikanan.
Selain itu dengan adanya kepastian batas wilayah laut dapat terpelihara
kedaulatan suatu negara dan penegakkan hukum di wilayah perairan. Seperti
yang diketahui, Indonesia memiliki perbatasan maritim dengan 10 (sepuluh)
negara yaitu dengan India (Landas Kontinen, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)),
Thailand (Landas Kontinen, ZEE), Malaysia (Laut Wilayah, ZEE, Landas Kontinen),
Singapura (Laut Wilayah), Vietnam (Landas Kontinen, ZEE), Filipina (ZEE, Landas
Kontinen), Palau (ZEE, Landas Kontinen), Papua Nugini (ZEE , Landas Kontinen),
Timor Leste (Laut Wilayah, Landas Kontinen, ZEE) dan Australia (ZEE, Landas
Kontinen). Dari sejumlah perbatasan itu, Indonesia telah menyelesaikan sebagian
penetapan batas maritim dengan India (Landas Kontinen), Thailand (Landas
Kontinen), Malaysia (sebagian Laut Wilayah, Landas Kontinen), Singapura
(sebagian Laut Wilayah), Vietnam (Landas Kontinen), Filipina (ZEE), Papua Nugini
(ZEE, Landas Kontinen) dan Australia (ZEE, Landas Kontinen).
Berbagai upaya lainnya perlu dilaksanakan untuk menuju Indonesia sebagai poros
maritim dunia, antara lain penyempurnaan RUU Komponen Cadangan dan
Komponen Pendukung, penyelarasan sistem pendidikan dan pelatihan
kemaritiman, penguasaan kapasitas industri pertahanan khususnya industri
maritim, modernisasi armada perikanan, penguatan armada pelayaran rakyat dan
pelayaran nasional, pemantapan pengelolaan pemanfaatan laut melalui penataan
ruang wilayah laut, peningkatan litbang kemaritiman, dan diversifikasi sumber
energi terbarukan di laut.
Pada Sidang Paripurna DPR RI 29 September 2014 lalu, RUU Kelautan telah
disahkan menjadi UU Kelautan. Hal tersebut merupakan langkah maju bangsa
Indonesia sekaligus menandai dimulainya kebangkitan Indonesia sebagai bangsa
bahari yang kini tengah bercita-cita menjadi Negara Maritim. UU Kelautan akan
menjadi payung hukum untuk mengatur pemanfaatan laut Indonesia secara
komprehensif dan terintegrasi.
Seiring dengan hal tersebut, Presiden terpilih Joko Widodo, yang baru saja dilantik
secara resmi sebagai Presiden Republik Indonesia, memfokuskan pada pentingnya
peran Maritim Indonesia dengan visi menjadikan Indonesia sebagai poros maritim
dunia. Hal ini merupakan kebijakan strategis, mengingat memang Indonesia
merupakan negara bahari yang dikelilingi oleh lautan. Seluruh alur pelayaran
dunia akan melalui lautan Indonesia sebagai jalur strategis sehingga harusnya
dapat dimanfaatkan oleh Indonesia sebagai pendekatan diplomasi dalam
menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Terdapat dua jenis wacana yang muncul terkait dengan ide pembentukkan
kementerian maritim, yaitu pembentukkan Kementerian Maritim sebagai salah
satu Kementerian di bawah Kabinet Presiden Terpilih Jokowi, dan pembentukkan
Kementerian Koordinator Maritim yang membawahi kementerian-kementerian
terkait dengan hal maritim guna memfokuskan kabinet pada pembangunan
Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan yang luas
dan kaya akan sumber daya. Secara geopolitik Indonesia beradapada posisi
strategis, terletak di antara pertemuan dua samudra, Samudra Hindia dan Pasifik.
Lokasi ini meupakan persimpangan perdagangan perairan dan politik
internasional. Presiden Indonesia Joko Widodo menyadari potensi kelautan
Indonesia dan bertekad untuk memanfaatkan potensi kelautan Indonesia untuk
perkembangan politik, ekonomi, sumber daya dan keamanan kelautan , sehingga
Indonesia mampu menjadi kekuatan politik dan diplomasi kelautan yang disegani
di kawasan. Visi tersebut kemudian diterapkan dalam wujud doktrin kelautan
Indonesia untuk mencapai tujuan Indonesia sebagai Negara Poros Maritim Dunia.
Daftar pustaka
https://www.amnus-bjm.ac.id/article/9/show
http://scholar.unand.ac.id/28908/1/BAB%20V%20Kesimpulan%20dan%20Saran-
%20RIDHO%20KARNOVA-%20UPDATE.pdf