Anda di halaman 1dari 9

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Indonesia adalah bangsa dan negara yang wilayahnya berupa kepualauan, terdiri dari lebih 17
ribu pulau besar dan kecil, yang membentnag di khatulistiwa dari bujur 95 Timur samai 141 Timur
dan dari Lintang 6 Utara sampai Lintang 11 Selatan. Luas wilayah itu kurang lebih 9 juta km2,
terbagi atas 3 juta km2 daratan pulau-pulau, 3 juta km2 perairan laut kedaulatan (sovereignty) di
antara dan di sekeliling pulau-pulau itu, serta 3 juta km2 perairan laut yang mengelilingi laut
kedaulatan itu sebagai sabuk selebar 200 mil laut dengan hak berdaulat atas sumberdaya alamnya
diatas dan dibawah permukaan dan di lapisan bawah dasar lautnya1.

Kepulauan indonesia teletak pada titik pertemuan jalur komunikasi dunia antara Benua Asia dan
Benua Australia, yang menghubungkan kepentingan negara-negara besar dan maju di barat dan di
Timur, di Utara dan di Selatan. Oleh karena itu, secra internasional Indonesia mempunyai arti yang
sangat strategis, terutama dalam bidang ekonomi dan militer2.

Melihat kesempatan yang besar diatas, presiden republik Indonesia Joko Widodo mencetuskan
ide untuk Indonesia menjadi poros maritim dunia. Sebagai langkah awal, misalnya, pada 13
November 2014 Joko Widodo menyampaikan visi kelautan dalam KTT Asia Timur ( East Asian
Summit) di Myanmar. Dengan gagasan tersebut, disampaikan bahwa Indonesia akan memiliki
peran bedar, dalam bebagai bidang. Dalam bidang ekonomi, Indonesia akan memegang peranan
penting dalam perdagangan dunia, karena 40 persen perdagangan internasional melalui perairan
Indonesia3. Oleh karena itu menjadi menarik untuk penulis mengangkat gagasan ini kedalam
sebuah tulisan yang berjudul “Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia”.

B. Rumusan Masalah

1. Tantangan Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia?

2. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mewujudkan Indonesia


menjadi poros maritim dunia ?

C. Manfaat Penulisan

Tulisan ini akan menjadi khasanah pengetahuan untuk pembaca seluruhnya.

1
Wahyono S.K, Indonesia Negara Maritim, Jakarta Selatan penerbit Teraju. Hal .1
2
Ibid Hal. 1
3
Ismah Rustam, Indonesian Perpective, Vol 1 No 1, Hal. 2
1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Potensi Indonesia

Luas lautan dibandingkan luas daratan di dunia mencapai kurang lebih 70 berbanding 30,
sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi negara-negara di dunia yang memiliki kepentingan
laut untuk memajukan maritimnya. Seiring perkembangan lingkungan strategis, peran laut
menjadi signifikan serta dominan dalam mengantar kemajuan suatu negara.
Alfred Thayer Mahan, seorang Perwira Tinggi Angkatan Laut Amerika Serikat, dalam
bukunya “The Influence of Sea Power upon History” mengemukakan teori bahwa sea
power merupakan unsur terpenting bagi kemajuan dan kejayaan suatu negara, yang mana jika
kekuatan-kekuatan laut tersebut diberdayakan, maka akan meningkatkan kesejahteraan dan
keamanan suatu negara. Sebaliknya, jika kekuatan-kekuatan laut tersebut diabaikan akan
berakibat kerugian bagi suatu negara atau bahkan meruntuhkan negara tersebut.
Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas
lautan lebih besar daripada daratan. Hal ini bisa terlihat dengan adanya garis pantai di hampir
setiap pulau di Indonesia (± 81.000 km) yang menjadikan Indonesia menempati urutan kedua
setelah Kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Kekuatan inilah
yang merupakan potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia.
Data Food and Agriculture Organization di 2012, Indonesia pada saat ini menempati
peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah China dan India. Selain itu,
perairan Indonesia menyimpan 70 persen potensi minyak karena terdapat kurang lebih 40
cekungan minyak yang berada di perairan Indonesia. Dari angka ini hanya sekitar 10 persen yang
saat ini telah dieksplor dan dimanfaatkan.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum merasakan peran signifikan dari
potensi maritim yang dimiliki yang ditandai dengan belum dikelolanya potensi maritim Indonesia
secara maksimal. Dengan beragamnya potensi maritim Indonesia, antara lain industri
bioteknologi kelautan, perairan dalam (deep ocean water), wisata bahari, energi kelautan, mineral
laut, pelayaran, pertahanan, serta industri maritim, sebenarnya dapat memberikan kontribusi besar
bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (3) disebutkan, bahwa bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat.
Meskipun begitu tidak dapat dipungkiri juga bahwa kekayaan alam khususnya laut di Indonesia

2
masih banyak yang dikuasai oleh pihak asing, dan tidak sedikit yang sifatnya ilegal dan
mementingkan kepentingan sendiri.
Dalam hal ini, peran Pemerintah (government will) dibutuhkan untuk bisa menjaga dan
mempertahankan serta mengolah kekayaan dan potensi maritim di Indonesia. Untuk mengolah
sumber daya alam laut ini, diperlukan perbaikan infrastruktur, peningkatan SDM, modernisasi
teknologi dan pendanaan yang berkesinambungan dalam APBN negara agar bisa memberi
keuntungan ekonomi bagi negara dan juga bagi masyarakat.
Sebagaimana halnya teori lain yang dikemukakan oleh Alfred Thayer Mahan mengenai
persyaratan yang harus dipenuhi untuk membangun kekuatan maritim, yaitu posisi dan kondisi
geografi, luas wilayah, jumlah dan karakter penduduk, serta yang paling penting adalah karakter
pemerintahannya.
Selain perbaikan dan perhatian khusus yang diberikan dalam bidang teknologi untuk
mengelola sumber daya alam di laut Indonesia, diperlukan juga sebuah pengembangan pelabuhan
dan transportasi laut untuk mendorong kegiatan maritim Indonesia menjadi lebih modern dan
mudah digunakan oleh masyarakat. Diharapkan juga peran swasta untuk mendukung jalannya
pemberdayaan laut ini, supaya program-program ini tidak hanya bergantung pada dana APBN
saja.
Dari sisi pertahanan, penguasaan laut berarti mampu menjamin penggunaan laut untuk
kepentingan nasional dan mencegah lawan menggunakan potensi laut yang kita miliki.
Pemerintah perlu segera menyelesaikan percepatan batas wilayah laut agar dapat memberikan
memberikan kepastian atas batas wilayah negara dan dapat mempererat hubungan bilateral antara
negara yang berbatasan, serta mendorong kerja sama kedua negara yang berbatasan di berbagai
bidang termasuk dalam pengelolaan kawasan perbatasan, misal terkait pelayaran, kelautan dan
perikanan.
Selain itu dengan adanya kepastian batas wilayah laut dapat terpelihara kedaulatan suatu
negara dan penegakkan hukum di wilayah perairan. Seperti yang diketahui, Indonesia memiliki
perbatasan maritim dengan 10 (sepuluh) negara yaitu dengan India (Landas Kontinen, Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE)), Thailand (Landas Kontinen, ZEE), Malaysia (Laut Wilayah, ZEE,
Landas Kontinen), Singapura (Laut Wilayah), Vietnam (Landas Kontinen, ZEE), Filipina (ZEE,
Landas Kontinen), Palau (ZEE, Landas Kontinen), Papua Nugini (ZEE , Landas Kontinen), Timor
Leste (Laut Wilayah, Landas Kontinen, ZEE) dan Australia (ZEE, Landas Kontinen). Dari
sejumlah perbatasan itu, Indonesia telah menyelesaikan sebagian penetapan batas maritim dengan
India (Landas Kontinen), Thailand (Landas Kontinen), Malaysia (sebagian Laut Wilayah, Landas
Kontinen), Singapura (sebagian Laut Wilayah), Vietnam (Landas Kontinen), Filipina (ZEE),
Papua Nugini (ZEE, Landas Kontinen) dan Australia (ZEE, Landas Kontinen).
3
B. Tantangan Indonesia Untuk Menjadi Poros Maritim Dunia

Sebagai negara maritim, Indonesia menghadapi beberapa tantangan sebagai berikut:

1. Tantangan Geografi

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, wilayah Indonesia


terdiri atas 13.487 dan 81.000 km garis pantai. Jumlah dan lokasi provinsi kepulauan
Indonesia relatif banyak sehingga diperlukan konektivitas antar pulau. Tabel berikut ini
menunjukkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki wilayah perairan
terluas dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
Tabel 1 Perbandingan Wilayah Indonesia dengan Beberapa Negara

Dari tabel di atas terlihat bahwa Indonesia memiliki luas wilayah 5,180,053 km²,
dengan luas daratan 1,922,570 km² (37.11%) dan luas perairan 3,257,483 km² (62.89%).
Data tersebut jelas memperlihatkan bahwa 62,89% wilayah Indonesia terdiri dari perairan.
Selain itu, terdapat delapan provinsi yang sebagian besar wilayahnya berbatasan
dengan laut, yaitu: Kepulauan Riau, Bangka Belitung, NTB, NTT, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Maluku. Di provinsi-provinsi tersebut,
pembangunan sektor maritim menjadi sangat penting.
2. Tantangan Demografi

Jumlah penduduk dan piramida usia penduduk juga menjadi tantangan bagi Indonesia.
Ketersebaran lokasi penduduk yang tinggal di 6.000-an pulau di Indonesia menjadi
pekerjaan rumah tersendiri untuk meningkatkan pendidikan sumber daya manusia (SDM)-
nya. Perlu perhatian khusus agar semua masyarakat dapat mendapatkan pendidikan yang
berkualitas, paling tidak setara, sehingga di bagian Indonesia manapun memiliki SDM yang
berkualitas. Harapannya adalah agar dapat membangun daerahnya masing-masing
khususnya daerah perbatasan dan terluar.
Grafik di bawah ini menunjukkan data jumlah penduduk usia produktif yang bertambah
besar dan jumlah tenaga kerja yang meningkat. Apabila jumlah penduduk yang bekerja lebih
banyak dan jumlah lapangan kerja tidak memadai, maka akan terjadi pengganguran. Bonus
demografi harus disertai dengan tingkat penddikan yang tinggi untuk menciptakan tenaga
kerja ahli yang berdaya saing, khususnya dalam bidang maritim.

4
Grafik 1 Bonus Demografi
(Sumber: Kemenko Perekonomian, 2010)

3. Tantangan Ekonomi Regional dan Anggaran Pemerintah

Tantangan ini dapat dilihat dari kontribusi PDB menurut wilayah berdasarkan pulau
terbesar, perdagangan antar pulau (IBB dan IBT), dan keterbatasan anggaran pemerintah
untuk membangun sektor maritim. Gambar di bawah ini menunjukkan data PDRB 2015,
yaitu wilayah Jawa dan Sumatera memberikan kontribusi sebesar 81,24%, sedangkan
wilayah Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Papua, dan Maluku berkontribusi
hanya sebesar 18,76%.
Gambar 1 Distribusi PDRB 2015

(Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia diolah kembali, 2016)


Selain berdasarkan distribusi PDRB tersebut, ketimpangan juga bisa dilihat dari
pergerakan peti kemas, seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.

5
Gambar 2 Volume Pergerakan Petikemas

(Sumber: Kementerian Perhubungan RI diolah kembali, 2014)


Pergerakan peti kemas di tiga pelabuhan di Jawa dan Sumatera sebesar 61%, sedangkan
wilayah Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Papua, dan Maluku hanya sebesar
49%. Dari data-data ini terlihat bahwa Indonesia bagian barat berperan sebagai penopang
ekonomi nasional, sedangkan wilayah timur tertinggal.

4. Tantangan Infrastruktur Maritim

Tantangan infrastruktur maritim mencakup tiga aspek, yaitu: industri manufaktur


maritim (jumlah, sebaran lokasi, dan kapasitas industri galangan kapal nasional), industri
pelayaran nasional (jumlah, jenis, kapasitas, dan umur armada kapal nasional), dan
pelabuhan laut nasional (jumlah, kelas, dan sebaran lokasi pelabuhan laut).

Gambar 3 Penyebaran Galangan Kapal Nasional

(Sumber: Kementerian Perindustrian diolah kembali, 2014)

6
Jumlah galangan kapal nasional sebanyak 250 galangan. Galangan kapal tersebut
terpusat di wilayah barat Indonesia (Sumatera, Jawa, dan Kalimantan), yaitu sebesar 88%
(220 galangan). Jumlah galangan di wilayah timur (Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Papua,
dan Maluku) sebesar 12% (30 Galangan). Perbandingan tersebut terlalu jauh, sehingga perlu
pemerataan industri manufaktur dan infrastruktur maritim.
Selain itu, ketersebaran pelabuhan laut nasional juga menjadi permasalahan.
Berdasarkan data pelabuhan komersil PT Pelindo I-IV, pelabuhan komersil di wilayah Jawa,
Sumatera, dan Kalimantan sebanyak 65% (46 pelabuhan), di wilayah Sulawesi, Bali, Nusa
Tenggara, Papua, dan Maluku sebanyak 35% (25 pelabuhan).

C. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah indonesia dalam


Mewujudkan indonesia menjadi poros maritim dunia

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dimana 70% wilayahnya berupa lautan, serta
letak geografis yang sangat strategis diantara dua samudera dan dua benua, Indonesia memiliki
potensi besar menjadi poros maritim dunia. Poros maritim dunia sebagai visi Indonesia
diungkapkan Presiden Joko Widodo dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-
9 East Asia Summit (EAS)di Nay Pyi Taw, Myanmar.
Visi inilah yang melatarbelakangi diadakannya seminar dan working luncheon oleh UPT
Sesparlu Pusdiklat Kemlu. Mengangkat tema besar "Strategic Maritime Issues", para peserta
Sesparlu dibagi dalam beberapa grup untuk membahas lebih dalam visi Indonesia sebagai poros
maritim dunia melalui 5 pilar utamanya. Kelima pilar itu yakni pertama, pembangunan kembali
budaya maritim Indonesia. Pilar kedua adalah komitmen menjaga dan mengelola sumber daya laut
dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan
dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama. Pilar ketiga adalah komitmen mendorong
pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut,
logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim. Diplomasi maritim yang mengajak
semua mitra Indonesia untuk bekerja sama pada bidang kelautan adalah pilar keempat agenda
pembangunan itu. Terakhir adalah sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudera,
Indonesia berkewajiban membangun kekuatan pertahanan maritim.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki etak yang sngat strategis untuk menjadi
poros maritim dunia. Tentunya hal ini juga arus dibaringi dengan upaya-upaya pemerintah
dalm mnghadapi tantangan untuk mewujudkan Indonesia sebagai pros maritim dunia.

B. Saran
Menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia bukan lah yang dapat dilakukan oleh
satu atau dua kementerian. Ini merupakan tugas besar seluruh rakyat Indonesai untuk
mewujudkan cita-cita tersebut. Untuk itu kepada pemerintha agar dalam menjalankan ini,
haruslah melibatkan semua kalangan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Rustam Ismah, Indonesian Perpective, Vol 1 No 1, Hal. 2

S.K Wahyono, Indonesia Negara Maritim, Jakarta Selatan penerbit Teraju. Hal .1

----------------- , Indonesia Negara Maritim, Jakarta Selatan penerbit Teraju. Hal .1

Anda mungkin juga menyukai