Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH SUMBER DAYA PERIKANAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi dibeberapa Negara, telah
mendorong meningkatnya permintaan komoditas perikanan dari waktu ke waktu. Meningkatnya
permintaan ikan ini mengarah pada jumlah yang tidak terbatas, mengingat kegiatan pembangunan yang
merupakan faktor pendorong dari permintaan ikan berlangsung secara terus menerus. Sementara disisi lain,
permintaan ikan tersebut dipenuhi dari sumberdaya ikan yang jumlahnya di alam memang
terbatas.Kecendrungan meningkatnya permintaan ikan telah membuka peluang berkembang pesatnya
industri perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Hanya sayangnya, perkembangan
industri perikanan ini lebih banyak dilandasi oleh pertimbangan teknologi dan ekonomi, dan sekaligus
mengabaikan pertimbangan lainnya seperti lingkungan, social budaya serta kelestarian sumberdaya
perikanan. Akibatnya, jaminan usaha perikanan yang berkelanjutan menjadi tanda tanya, disamping upaya
meningkatkan kesejahteraan nelayan menjadi semakin jauh.
Bagi Indonesia, perikanan mempunyai peranan yang cukup penting dalam pembangunan
nasional. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa factor, diantaranya adalah :
Sekitar 2.274.629 orang nelayan dan 1.063.140 rumah tangga budidaya, menggantungkan hidupnya dari
kegiatan usaha perikanan.
Adanya sumbangan devisa yang jumlahnya cukup signifikan dan cendrung meningkat dari tahun ketahun.
Mulai terpenuhinya kebutuhan sumber protein hewani bagi sebagian masyarakat.
Terbukanya lapangan kerja bagi angkatan kerja baru, sehingga diharapkan mampu mengurangi angka
pengangguran dan
Adanya potensi perikanan yang dimiliki Indonesia
Dalam kerangka pembangunan nasional, maka peningkatan kontribusi perikanan harus diupayakan
secara berhati-hati, agar tidak menimbulkan dampak negative dimasa yang akan datang. Disinilah peranan
pengelolaan potensi perikanan menjadi sangat strategis. Disisi lain, disadari juga bahwa pertumbuhan
penduduk dunia dan pertumbuhan ekonomi beberapa negara di dunia, telah mendorong meningkatnya
permintaan bahan makanan termasuk didalamnya ikan.Disamping itu, timbulnya kesadaran masyarakat
akan kesehatan telah menggeser pola makan masyarakat, khususnya sumber protein hewani dari yang
bersifat red meal (sapi, babi dan sebagainya) ke white meal (ikan).Kondisi tersebut diatas telah
berimplikasi pada meningkatnya permintaan ikan dunia

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Bagaimana Perairan di Indonesia?
2. Bagaimana Sumber Daya Perikanan Indonesia?
3. Bagaimana Pengelolaan Sumberdaya Ikan?
4. Bagaimana Model Pengelolaannya?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perairan Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas yang terdiri
dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.290 km. Luas wilayah laut Indonesia sekitar 5.176.800
km2. Ini berarti luas wilayah laut Indonesia lebih dari dua setengah kali luas daratannya. Sesuai dengan
Hukum Laut Internasional yang telah disepakati oleh PBB tahun 1982, wilayah perairan Indonesia dibagi
menjadi tiga wilayah laut/zona laut yaitu zona Laut Teritorial, zona Landas kontinen, dan zona Ekonomi
Eksklusif.
Batas laut Teritorial ialah garis khayal yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke arah laut lepas.
Sebagaimana yang kita ketahui garis dasar/garis pangkal adalah adalah garis khayal yang menghubungkan
titik-titik dari ujung-ujung pulau. Penentuan garis pangkal ditentukan dengan garis air rendah.
Jika ada dua negara atau lebih menguasai suatu lautan, sedangkan lebar lautan itu kurang dari 24
mil laut, maka garis teritorial di tarik sama jauh dari garis masing-masing negara tersebut. Laut yang
terletak antara garis dengan garis batas teritorial di sebut laut teritorial. Laut yang terletak di sebelah dalam
garis dasar disebut laut internal.
Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas yang membentang dari barat ke timur sepanjang
5.110 km dan membujur dari utara ke selatan sepanjang 1.888 km.Dengan wilayah seluruhnya mencapai
5.193.252 km2 yang terdiri atas 1.890.754 km2 luas daratan dan 3.302.498 km2 luas lautan.Luas daratan
Indonesia hanya sekitar 1/3 dari luas seluruh Indonesia sedangkan 2/3-nya berupa lautan.
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Luas wilayah Indonesia
seluruhnya adalah 5.193.250 km2 Dua pertiga wilayah Indonesia merupakan perairan atau wilayah laut.
Luas wilayah perairan di Indonesia mencapai 3.287.010 km2 Adapun wilayah daratan hanya 1.906.240
km2.
Wilayah laut teritorial merupakan laut yang masuk ke dalam wilayah hukum Negara Indonesia.
Berdasarkan Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonante tahun 1939, wilayah teritorial Laut
Indonesia ditetakkan sejauh 3 mil diukur dari garis luar pantai.
Ketetapan tersebut sangat merugikan negara Indonesia. Oleh karena laut menjadi penghubung
pulau-pulau yang tersebar di wilayah Indonesia. Wilayah laut teritorial yang ditetapkan hanya sejauh 3 mil
diukur dari pantai, banyak wilayah laut bebas di perairan Indonesia. Akibatnya, kapal dari negara lain
bebas keluar masuk perairan Indonesia. Mereka juga mengambil sumber daya alam yang terdapat di laut.
UNCLOS (United Nations Conference of the Law Of Sea) atau Konferensi Hukum Laut Internasional
yang diselenggarakan pertama kali pada tahun 1958 di Geneva. Deklarasi Juanda kemudian diperkuat
dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1960.
Pada Konferensi Hukum Laut Internasional, tahun 1982, di Jamaika, wilayah perairan Indonesia mendapat
pengakuan dari dunia internasional. Dengan demikian, wilayah perairan Indonesia meliputi Wilayah Laut
Teritorial, Zona Ekonomi Eksekutif (ZEE), dan Batas Landas, Kontinen.
a. Wilayah Laut Teritorial.
Wilayah laut teritorial Indonesia ditetapkan sejauh 12 mil diukur dari garis pantai terluar. Apabila
laut yang lebarnya kurang dari 24 mil dikuasai oleh dua negara maka penentuan wilayah laut teritorial tiap-
tiap negara dilakukan dengan cara menarik garis yang sama jauhnya dari garis pantai terluar.
b. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Zona Ekonomi Eksklusif yaitu perairan laut yang diukur dari garis pantai terluar sejauh 200 mil ke
arah laut lepas. Apabila Zona Ekonomi Eksklusif suatu negara berhimpitan dengan Zona Ekonomi
Eksklusif negara lain maka penetapan melalui perundingan dua negara. Di dalam zona ini, bangsa
Indonesia mempunyai hak untuk memanfaatkan dan mengolah segala sumber daya alam yang terkandung
di dalamnya.
c. Batas Landas Kontinen
Batas landas kontinen adalah garis batas yang merupakan kelanjutan dari benua yang diukur dari
garis dasar laut ke arah laut lepas hingga kedalaman 200 meter di bawah permukaan air laut. Sumber daya
alam yang terkandung di dalam Landas Kontinen Indonesia merupakan kekayaan Indonesia. Pemerintah
Indonesia berhak untuk memanfaatkan sumber daya alam tersebut.

B. Sumber Daya Perikanan Indonesia


Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Berbagai upaya dan cara dilakukan
oleh masyarakat dan negara untuk memanfaatkannya. Sumber daya alam merupakan modal utama bagi
suatu negara untuk kesejahteraan rakyat. Indonesia memiliki luas laut mencapai ribuan kilometer, dengan
potensi sumber daya alam yang besar. Seperti yang telah dijelaskan bahwa luas wilayah perairan Indonesia
mencapai 2/3 dari luas keseluruhan negara Indonesia maka secara logika sumber daya alam Indonesia
sangatlah besar.
Di Indonesia sebenarnya pemanfaatan sumber daya alam di daratan sudah hampir mencapai 80%
mungkin lebih. Tetapi ternyata untuk sumber daya perairan Indonesia masih belum optimal
pemanfaatannya yaitu sekitar 30% saja. Hal ini membuktikan bahwa dunia perikanan Indonesia masih
besar potensinya untuk dikembangkan bahkan Indonesia sendiri bisa menjadi negara maju dengan dunia
perikanan ini.
Jika kita teliti kita bisa lihat negara negara maju seperti contohnya Jepang. Mengapa Jepang bisa
menjadi negara maju? Selain dari teknologi mereka yang sudah sangat maju, alasan lainnya mereka
mempunyai banyak industri industri perikanan seperti pengolahan pengolahan perikanan, budidaya
perikanan, teknologi penangkapan yang jauh lebih modern daripada Indonesia. Hal inilah yang
menyebabkan indonesia semakin tertinggal bahkan terpuruk dari negara negara lain. Jika di telusuri luas
perairan negara Jepang lebih kecil dari Indonesia tapi mereka bisa menjadi negara yang maju. Jika mereka
bisa mengapa kita tidak? Padahal jelas negara kita lebih kaya akan sumber daya alamnya. Pertanyaan
itulah yang harus kita pikirkan tidak hanya oleh Pemerintah tapi juga masyarakat Indonesia bagaimana
caranya meningkatkan produktifitas perikanan di negara ini.
Di negara Indonesia ini ada beberapa cara dalam pemanfaatan sumber daya perikanan, yaitu
sebagai berikut :
a) Perikanan tangkap
b) Budidaya perikanan
c) Teknologi atau industri perikanan
Adapun itu semua demi menghasilkan produk perikanan yang menjadi tujuan atau berguna untuk :
Untuk memenuhi nutrisi pangan
Sebagai penambah dari sumber pendapatan
Untuk memenuhi pasokan bahan bahan industry
Sebagai sumber devisa bagi negara
Dan terakhir sebagai rekreasi atau hiburan
Adapun hal hal yang menunjang atau membantu terperolehnya hal hal tersebut yaitu :
Sosial Ekonomi Perikanan
- Pemasaran
- Sosial ekonomi
Riset pendidikan
- Industri penunjang
- Industri penunjang
- Perahu, pakan, jaring dll
Untuk sumberdaya perairan bisa di temukan di beberapa habitat yaitu :
a. Laut
- Perairan pantai
- Perairan lepas pantai
- Perairan payau
b. Darat
- Rawa
- Danau : tektonik dan vulkanik
- Waduk
- Sungai
- Genangan

C. Pengelolaan Sumberdaya Ikan


Pengelolaan sumberdaya ikan adalah suatu proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan
informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi sumber dan implementasinya,
dalam rangka menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan (FAO,
1997).Sementara Widodo dan Nurhakim (2002) mengemukakan bahwa secara umum, tujuan utama
pengelolaan sumberdaya ikan adalah untuk :
1) Menjaga kelestarian produksi, terutama melalui berbagai regulasi serta tindakan perbaikan (enhancement).
2) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan social para nelayan serta
3) Memenuhi keperluan industri yang memanfaatkan produksi tersebut.

D. Model Pengelolaan
Pengelolaan sumberdaya perikanan umumnya didasarkan pada konsep hasil maksimum yang
lestari (Maximum Sustainable Yield) atau juga disebut dengan MSY. Konsep MSY berangkat dari
model pertumbuhan biologis yang dikembangkan oleh seorang ahli Biologi bernama Schaefer pada tahun
1957. Inti dari konsep ini adalah menjaga keseimbangan biologi dari sumberdaya ikan, agar dapat
dimanfaatkan secara maksimum dalam waktu yang panjang. Pendekatan konsep ini berangkat dari
dinamika suatu stok ikan yang dipengaruhi oleh 4 (empat) factor utama, yaitu rekrutment, pertumbuhan,
mortalitas dan hasil tangkapan. Pengelolaan sumberdaya ikan seperti ini lebih berorientasi pada
sumberdaya (resource oriented) yang lebih ditujukan untuk melestarikan sumberdaya dan memperoleh
hasil tangkapan maksimum yang dapat dihasilkan dari sumberdaya tersebut. Dengan kata lain, pengelolaan
seperti ini belum berorientasi pada perikanan secara keseluruhan (fisheries oriented), apalagi berorientasi
pada manusia (social oriented).
Pengelolaan sumberdaya ikan dengan menggunakan pendekatan Maximum Sustainable
Yield telah mendapat tantangan cukup keras, terutama dari para ahli ekonomi yang berpendapat bahwa
pencapaianyield yang maksimum pada dasarnya tidak mempunyai arti secara ekonomi. Hal ini
berangkat dari adanya masalah diminishing return yang menunjukkan bahwa kenaikan yield akan
berlangsung semakin lambat dengan adanya penambahan effort (Lawson, 1984). Pemikiran dengan
memasukan unsur ekonomi didalam pengelolaan sumberdaya ikan, telah menghasilkan pendekatan baru
yang dikenal dengan Maximum Economic Yield atau lebih popular dengan MEY.Pendekatan ini pada
intinya adalah mencari titik yield dan effort yang mampu menghasilkan selisih maksimum antara total
revenue dan total cost.
Selanjutnya, hasil kompromi dari kedua pendekatan diatas kemudian melahirkan
konsep Optimum Sustainable Yield (OSY), sebagaimana dikemukakan oleh Cunningham, Dunn dan
Whitmarsh (1985).Secara umum konsep ini dimodifikasi dari konsep MSY, sehingga menjadi relevan
baik dilihat dari sisi ekonomi, social, lingkungan dan factor lainnya.Dengan demikian, besaran
dari OSY adalah lebih kecil dari MSY dan besaran dari konsep inilah yang kemudian dikenal
dengan Total Allowable Catch(TAC). Konsep pendekatan ini mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan MSY, diantaranya adalah :
1) Berkurangnya resiko terjadinya deplesi dari stok ikan
2) Jumlah tangkapan per unit effort akan menjadi semakin besar
3) Fluktuasi TAC juga akan menjadi semakin kecil dari waktu ke waktu
Hasil pengkajian terakhir yang telah dilakukan terhadap sumberdaya ikan Indonesia, menunjukan
bahwa jumlah potensi lestari adalah sebesar 6,409 juta ton ikan/tahun, dengan tingkat eksploitasi pada
tahun terakhir mencapai angka 4,069 juta ton ikan/tahun (63,49%). Dengan demikian, masih ada cukup
peluang untuk meningkatkan produksi perikanan nasional. Namun demikian, yang perlu diperhatikan
adalah adanya beberapa zone penangkapan yang kondisi sumberdaya ikannya cukup memprihatinkan dan
sudah melampaui potensi lestarinya (over fishing), yaitu di perairan Selat Malaka dan perairan Laut
Jawa. Akan tetapi di kedua perairan tersebut, terdapat beberapa kelompok ikan (ikan pelagis besar dan ikan
pelagis kecil di Selat Malaka serta ikan demersal di Laut Jawa) yang masih mungkin untuk dikembangkan
eksploitasinya.
Sementara di 7 (tujuh) zone penangkapan lainnya, sekalipun tingkat pemanfaatan sumberdaya
ikannya secara keseluruhan masih berada dibawah potensi lestari, akan tetapi untuk beberapa kelompok
ikan sudah berada pada posisi over fishing. Sebagai contoh, udang dan lobster di perairan Laut Cina
Selatan, ikan demersal; udang dan cumi-cumi di perairan Selat Makasar dan Laut Flores. Oleh karena itu,
pada beberapa perairan yang kondisi pemanfaatan sumberdaya ikannya telah mendekati dan atau
melampaui potensi lestarinya, maka perlu kiranya mendapatkan perlakuan khusus agar sumberdaya ikan
yang ada tidak collapse. Informasi yang berkaitan dengan potensi dan penyebaran sumberdaya ikan laut
di perairan Indonesia, telah dipublikasikan oleh Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan
Laut pada tahun 1998. Dalam publikasi tersebut, wilayah perairan Indonesia dibagi menjadi 9 (sembilan)
zone, yaitu :

1) Selat Malaka
2) Laut Cina Selatan
3) Laut Jawa
4) Selatan Makasar dan Laut Flores
5) Laut Banda
6) Laut Seram dan Teluk Tomini
7) Laut Sulawesi dan Samudra Pasifik
8) Laut Arafura
9) Samudra Hindia
Sementara dalam menentukan stok sumberdaya ikan di perairan Indonesia, dipergunakan beberapa
metoda sesuai dengan jenis dan sifat sumberdaya ikan Dalam kaitan ini terdapat beberapa pendekatan yang
dapat dilakukan didalam mengelola sumberdaya perikanan, agar tujuan pengelolaan dapat
tercapai.Pendekatan dimaksud sebagaimana dikemukakan oleh Gulland dalam Widodo dan Nurhudah
(1985) adalah sebagai berikut :
1) Pembatasan alat tangkap
2) Penutupan daerah penangkapan ikan
3) Penutupan musim penangkapan ikan
4) Pemberlakuan kuota penangkapan ikan
5) Pembatasan ukuran ikan yang menjadi sasaran
6) Penetapan jumlah hasil tangkapan setiap kapal

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas yang terdiri
dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.290 km. Luas wilayah laut Indonesia sekitar 5.176.800
km2. Ini berarti luas wilayah laut Indonesia lebih dari dua setengah kali luas daratannya.
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Berbagai upaya dan cara dilakukan
oleh masyarakat dan negara untuk memanfaatkannya.
Pengelolaan sumberdaya perikanan umumnya didasarkan pada konsep hasil maksimum yang
lestari (Maximum Sustainable Yield) atau juga disebut dengan MSY.
Berangkat dari pengetahuan bahwa Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia maka sudah
seharusnya, sektor perikanan tidak lagi dijadikan sektor ke sekian dari semua sektor yang menunjang
perekonomian Indonesia. Sektor perikanan harus didukung perkembanganya, sehingga Indonesia benar-
benar bisa menjadi sentra ikan di dunia.

Anda mungkin juga menyukai