Anda di halaman 1dari 86

1

ANALISIS HASIL TANGKAPAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN


SUMBERDAYA IKAN LAYANG BIRU (Decapterus macarellus) DI
PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN
PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

MAULIDA PRATIWI
160302039

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

1
Universitas Sumatera Utara
2

ANALISIS HASIL TANGKAPAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN


SUMBERDAYA IKAN LAYANG BIRU (Decapterus macarellus) DI
PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN
PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

MAULIDA PRATIWI
160302039

Skripsi Sebagai Salah Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh
Gelar Sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

2
Universitas Sumatera Utara
3

3
Universitas Sumatera Utara
4

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI


DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Maulida Pratiwi

NIM : 160302039

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Analisis Hasil Tangkapan dan

Pola Musim Penangkapan Sumberdaya Ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Provinsi

Sumatera Utara” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Semua sumber

data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, Desember 2020

Maulida Pratiwi

4
Universitas Sumatera Utara
i

ABSTRAK

MAULIDA PRATIWI. Analisis Hasil Tangkapan dan Pola Musim Penangkapan


Sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan
Samudera Belawan Provinsi Sumatera Utara. Dibawah bimbingan AMANATUL
FADHILAH.

Data Statistik Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan tahun 2020


menunjukkan bahwa ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) merupakan salah
satu dari sembilan jenis ikan pelagis yang paling dominan tertangkap di PPS
Belawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola musim penangkapan
sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan
Samudera Belawan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2020.
Analisis data sekunder menggunakan model Schaefer dan Indeks Musim
Penangkapan (IMP) selama 5 tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukan bahwa
berdasarkan model Schaefer, nilai Potensi Maksimum Lestari adalah sebesar
8.589,850 ton/tahun dan jumlah upaya penangkapan optimum adalah 6.576
trip/tahun. Musim tangkapan pada bulan Januari, Maret, Mei, Juni, Agustus, dan
November. Musim puncak penangkapan ikan Layang Biru
(Decapterus macarellus) terjadi pada bulan November (musim peralihan II)
dengan nilai IMP sebesar 116,49% dan yang terendah pada bulan Februari
(musim Barat) dengan nilai IMP sebesar 89,35%.

Kata Kunci: Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus), Hasil Tangkapan,


Tingkat Pemanfaatan, Pola Musim Penangkapan

i
Universitas Sumatera Utara
ii

ABSTRACT

MAULIDA PRATIWI. Analysis of Catch Results and Catching Season Patterns


for Mackerel Scad (Decapterus macarellus) in the Belawan Ocean Fishing Port,
North Sumatra Province. Under the guidance of AMANATUL FADHILAH.

Statistical data from the Belawan Ocean Fishing Port in 2020 show that
the Mackerel Scad (Decapterus macarellus) is one of the nine types of pelagic
fish that are most dominant caught in Belawan Ocean Fishing Port. This study
aims to determine the pattern of fishing season for the Mackerel Scad
(Decapterus macarellus) fish resource at the Belawan Ocean Fishing Port. This
research was conducted from June to July 2020. Secondary data analysis used the
Schaefer model and the Fishing Season Index (FSI) for the last five years. The
results showed that based on the Schaefer model, the maximum sustainable
potential value was 8,589,850 tons/year and the optimum fishing effort was 6,576
trips/year. The catching season is in January, March, May, June, August and
November. The peak season for catching Mackerel Scad (Decapterus macarellus)
occurs in November (the transitional season II) with an IMP value of 116.49%
and the lowest in February (the west season) with an IMP value of 89.35%.

Keywords: Mackerel Scad (Decapterus macarellus), Catch Results,


Utilization Level, Catch Season Pattern

ii
Universitas Sumatera Utara
iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 15

Juli 1998. Anak dari pasangan Bapak Imran dan Ibu

Ninin Indriani dan merupakan putri pertama dari 3

bersaudara.

Pendidikan formal pertama diawali di SD Swasta

Kartini Kota Medan yang berakhir pada tahun 2010.

Bersamaan dengan berakhirnya pendidikan dasar,

penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 6 Medan dan selesai pada tahun

2013. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 6 Medan dan

menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis

melanjutkan pendidikan S-1 di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Bersama

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Selain mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum

Limnologi pada tahun 2017-2018, asisten praktikum Rancangan Percobaan pada

tahun 2018–2019 dan asisten Laboratorium Kualitas Air pada tahun 2019-2020.

Pada tahun 2019, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Pardomuan

Motung, Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Penulis

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Perusahaan Umum Perikanan

Indonesia Cabang Belawan pada tahun 2020.

iii
Universitas Sumatera Utara
iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal usulan

penelitian yang berjudul “Analisis Hasil Tangkapan dan Pola Musim

Penangkapan Sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di

Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Provinsi Sumatera Utara”. Skripsi

ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 pada Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Kedua Orang tua tercinta, Ayahanda Imran dan Ibunda Ninin Indriani yang

telah membesarkan dan merawat dengan curahan kasih sayang, serta

memberikan do’a terbaik yang tak henti kepada Penulis.

2. Ibu Amanatul Fadhilah, S.Pi., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

sabar memberikan arahan dan dukungan, serta ilmu yang sangat berharga bagi

Penulis.

3. Bapak Zulham Apandy Harahap, S.Kel., M.Si dan

Ibu Ipanna Enggar Susetya, S.Kel., M.Si selaku Dosen Penguji yang telah

banyak membantu dalam penyusunan skripsi.

4. Ibu Dr. Eri Yusni, M. Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan.

iv
Universitas Sumatera Utara
v

5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan

Pegawai Tata Usaha, Bapak Fitriono.

6. Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan yang telah memberikan

kesempatan dan izin kepada Penulis untuk pengambilan data dalam

melakukan penelitian.

7. Seluruh Nelayan PPS Belawan dan semua pihak yang dengan suka rela

meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu serta pendapat dan gagasan

kepada Penulis.

8. Sahabat yang Penulis sayangi khususnya Rengga, yang sudah suka rela

membantu dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan penelitian dan

skripsi ini, serta semua anak Nunib yang Penulis sayangi.

9. Teman-teman seperjuangan yang dengan tulus memberikan dukungan Bella

Rita S. Manik, Fanni Kristanti Hasugian, Rahma Yanti dan seluruh teman-

teman MSP USU 2016.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagai

sumber informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang

pengelolaan sumberdaya perairan dan perikanan. Akhir kata penulis mengucapkan

terima kasih.

Medan, September 2020

Penulis

v
Universitas Sumatera Utara
vi

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vi
PENDAHULUAN
Latar belakang ................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................ 3
Kerangka Pemikiran ........................................................................ 4
Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) .................................... 7
Distribusi dan Habitat Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) 9
Purse Seine ...................................................................................... 11
Metode Surplus Produksi................................................................. 13
Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan .......................................... 14
Pola Musim Penangkapan ............................................................... 16

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................... 18
Alat dan Bahan Penelitian ............................................................... 18
Prosedur Penelitian .......................................................................... 19
Pengumpulan Data .................................................................... 20
Analisis Data ............................................................................ 20
Analisis Surplus Produksi .................................................... 20
Analisis Tingkat Pemanfaatan ............................................. 21
Indeks Musim Penangkapan ................................................ 27

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Kondisi Umum PPS Belawan ................................................... 28
Produksi Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) .............. 29
Upaya Penangkapan Ikan Layang Biru .................................... 30
Analisis CPUE (Catch per Unit Effort) .................................... 31
Pendugaan Potensi Lestari (MSY) dan F opt ........................... 33
Pendugaan Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan ................ 37
Total Allowable Catch (TAC) .................................................. 38
Pola Musim Penangkapan Ikan Layang Biru ........................... 38

vi
Universitas Sumatera Utara
vii

Pembahasan
Kondisi Umum PPS Belawan ................................................... 40
Produksi Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) .............. 42
Upaya Penangkapan Ikan Layang Biru .................................... 43
Analisis CPUE (Catch per Unit Effort) .................................... 45
Pendugaan Potensi Lestari (MSY) dan F opt ........................... 47
Pendugaan Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan ................ 49
Total Allowable Catch (TAC) .................................................. 50
Pola Musim Penangkapan Ikan Layang Biru ........................... 51

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ...................................................................................... 54
Saran ................................................................................................ 53

DAFTAR PUSTAKA

vii
Universitas Sumatera Utara
viii

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman


1. Kerangka Pemikiran Penelitian ....................................................... 5
2. Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) .................................... 7
3. Peta Lokasi Penelitian...................................................................... 18
4. Produksi Ikan Layang dengan Purse seine tahun 2015-2019 .......... 29
5. Upaya Penangkapan Ikan Layang dengan Purse seine ................... 30
6. Jumlah Unit Penangkapan Ikan Layang Biru tahun 2015-2019 ...... 31
7. Grafik CPUE Ikan Layang Biru tahun 2015-2019 .......................... 33
8. Regresi linear Effort dan CPUE ikan Layang Biru Model Schaefer 34
9. Regresi linear Effort dan CPUE ikan Layang Biru Model Fox ....... 35
10. Grafik MSY ikan Layang Biru (Model Schaefer) ........................... 36
11. Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan ikan Layang Biru ............. 37
12. Grafik IMP ikan Layang Biru tahun 2015-2019.............................. 40

viii
Universitas Sumatera Utara
ix

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman


1. Status Tingkat Keberlanjutan .......................................................... 23

2. Perhitungan CPUE ikan Layang Biru tahun 2015-2019.................. 32

3. Perbandingan MSY antara Model Schaefer dan Fox ...................... 35

4. Kondisi ikan Layang Biru tahun 2015-2019 ................................... 37

5. Total Allowable Catch ikan Layang Biru ........................................ 38

6. Nilai IMP ikan Layang Biru tahun 2015-2019 ................................ 39

ix
Universitas Sumatera Utara
x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman


1. Kuisioner.......................................................................................... 57
2. Produksi Tahunan Ikan Layang Biru tahun 2015-2019 ................... 59
3. Pendugaan Potensi Lestari Ikan Layang Biru .................................. 59
4. Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaann Ikan Layang Biru .......... 59
5. CPUE Total Produksi Purse seine tahun 2015-2019 ....................... 60
6. Perhitungan IMP Ikan Layang Biru tahun 2015-2019 .................... 61
7. Data Responden Nelayan ................................................................. 63
8. Dokumentasi Penelitian ................................................................... 64
9. Peralatan Operasional Penangkapan Ikan Layang Biru................... 67
10. Kondisi Penelitian di Lapangan ....................................................... 68

x
Universitas Sumatera Utara
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPS) Belawan merupakan salah

satu pelabuhan perikanan terbesar di Sumatera Utara. Pelabuhan ini merupakan

satu-satunya Pelabuhan Perikanan Tipe A di Pantai Timur Sumatera. PPS

Belawan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui

penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan,

mengembangkan wiraswasta perikanan serta memasang dan atau mendorong

usaha industri perikanan dan pemasaran hasil perikanan, memperkenalkan dan

mengembangkan teknologi hasil perikanan. PPS Belawan dilengkapi dengan

pendaratan ikan dan tempat pelelangan ikan memiliki prospek yang sangat bagus

sebagai tempat pemasaran ikan di Sumatera Utara baik untuk pemasaran lokal

maupun untuk ekspor (Yuliana et al., 2016).

Salah satu produksi tangkapan ikan pelagis utama di PPS Belawan adalah

Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus). Data Statistik Pelabuhan Perikanan

Samudera (PPS) Belawan tahun 2020 menunjukkan bahwa ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) merupakan salah satu dari 9 jenis ikan pelagis yang

paling dominan tertangkap di PPS Belawan. Akibat tingginya permintaan

konsumen di pasar ikan menyebabkan nelayan melakukan penangkapan skala

besar. Kegiatan penangkapan ikan berskala besar ini dianggap dapat mengurangi

populasi Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di perairan Belawan,

terutama jika kegiatan penangkapan dilakukan setiap saat.

Universitas Sumatera Utara


2

Kebutuhan secara terus menerus akan produksi perikanan ikan Layang,

maka usaha yang dilakukan pada saat ini yaitu dengan memperbesar upaya

penangkapan sudah tidak sesuai lagi dengan hasil tangkapan per satuan upaya

yang dihasilkan, karena telah mencapai hasil tangkapan maksimum. Meskipun

sumberdaya hayati laut bersifat “renewable resources”, namun apabila usaha

penangkapan melewati daya dukungnya, maka keseimbangan lingkungan hayati

perairan dan kemampuan daya pulih akan terganggu. Mengingat ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis

penting, maka apabila upaya penangkapan ikan tidak terkontrol akan dapat

mengancam kelestarian dan menghancurkan potensi ekonomis yang terkandung di

dalamnya. Menurut Gulland (1983) dalam upaya penangkapan ikan di suatu

perairan, idealnya didukung oleh beberapa informasi penting mengenai biologi,

ekonomi dan pengkajian stok. Informasi stok meliputi data total hasil tangkapan,

jumlah upaya 4 penangkapan dan hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE)

(Prihartini, 2006).

Menurut Tarigan (2019) yang melakukan penelitian sebelumnya

menyatakan bahwa pada tahun 2013-2017 tingkat pemanfaatan dan pengupayaan

terhadap sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tergolong

kedalam status atau tingkat penangkapan berlebihan (over fishing) di perairan

sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Apabila hal ini terus terjadi

maka jumlah populasi ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang ada di

Perairan Belawan semakin menipis. Oleh karena itu, perlu adanya kajian tentang

pola musim penangkapan serta tingkat pemanfaatan ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) di wilayah PPS Belawan untuk mengetahui waktu yang

Universitas Sumatera Utara


3

potensial untuk melakukan penangkapan ikan Layang Biru agar menjamin

ketersediaan stok dan kelestarian sumberdaya Ikan Layang Biru yang dapat

dimanfaatkan di masa yang akan datang.

Rumusan Masalah

Penyebaran ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) secara

bergerombol selalu mengikuti sirkulasi air laut, dan juga kepadatan populasinya

pada suatu perairan. Umumnya jenis-jenis ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) mempunyai penyebaran yang luas di perairan Indonesia

terkhusus di perairan Selat Malaka. Musim penangkapan ikan penting untuk

diketahui para nelayan agar dapat mengetahui waktu penangkapan ikan Layang

(Decapterus macarellus) yang sesuai. Oleh karena itu melihat besarnya potensi

perikanan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Perairan Belawan, maka

potensi tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal melalui penyediaan penentuan

pola musim penangkapan dan tingkatan pemanfaatan ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) yang terdapat di PPS Belawan dengan menggunakan

analisis data CPUE, tingkat pemanfaatan dan Indeks Musim Penangkapan. Hal ini

diharapkan dapat meningkatkan kepastian hasil tangkapan yang dapat

menguntungkan bagi pihak nelayan karena dapat meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan nelayan.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka perumusan masalah yang dapat

diambil adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola musim penangkapan Ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan?

Universitas Sumatera Utara


4

2. Bagaimana nilai Catch Per Unit Effort (CPUE), potensi maksimum lestari

(Maximum Sustainable Yield) dan effort optimum (f opt) sumberdaya Ikan

Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera

Belawan?

3. Bagaimana tingkat pemanfaatan, pengupayaan dan tangkapan yang

diperbolehkan sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di

Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan?

Kerangka Pemikiran

Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) merupakan ikan pelagis yang

memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Karena tingginya minat masyarakat akan

menyebabkan upaya penangkapan ikan Layang meningkat. Dengan demikian

perlu adanya penyediaan penentuan pola musim penangkapan dan tingkatan

pemanfaatan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang penting untuk

diketahui para nelayan agar dapat mengetahui waktu penangkapan ikan Layang

Biru (Decapterus macarellus) yang sesuai. Dari hasil tangkapan ikan Layang yang

diperoleh, selanjutnya dapat diolah menjadi data primer dan data sekunder. Data

primer didapatkan dengan cara melakukan pengamatan atau wawancara langsung

kepada para nelayan sebagai responden yang berhubungan langsung dengan usaha

penangkapan ikan Layang, pegawai PPS Belawan, Dinas Perikanan dan Kelautan

menggunakan panduan kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan berupa keadaan umum PPS Belawan,

hasil tangkapan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) mulai dari 5 tahun

terakhir (2015-2019). Dilakukan analisis produksi berupa analisis CPUE, analisis

tingkat pemanfaatan serta Indeks Musim Penangkapan ikan Layang Biru.

Universitas Sumatera Utara


5

Dari hasil analisis yang diperoleh, maka dapat diketahui potensial

sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang ada di Perairan

Belawan. Berdasarkan pendekatan masalah tersebut diperoleh kerangka pemikiran

penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumberdaya Ikan Layang Biru


(Decapterus macarellus)

Alat Penangkapan Ikan Layang Biru


(Purse seine)

Hasil Tangkapan

Data Primer Data Sekunder


• Wawancara Langsung dengan • Keadaan Umum PPS Belawan
panduan Kuisioner • Hasil Tangkapan Ikan Layang Biru
(Decapterus macarellus)
• Upaya Penangkapan Ikan Layang
Biru (Decapterus macarellus)

Analisis Surplus Analisis Tingkat Indeks Musim


Produksi Pemanfaatan Penangkapan
• Analisis CPUE • Analisis TPC • Analisis Runtun
• Analisis MSY • Analisis TAC Waktu Penangkapan
Ikan Layang Biru

Potensial sumberdaya •
Ikan Layang Biru
(Decapterus macarellus)
• Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian •

Universitas Sumatera Utara


6

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis Catch Per Unit Effort (CPUE) Ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) pada tahun 2015-2019 di Pelabuhan Perikanan

Samudera Belawan

2. Mengetahui status tingkat pemanfaatan dan pengupayaan sumberdaya Ikan

Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera

Belawan

3. Mengetahui pola musim penangkapan sumberdaya Ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) yang optimal di Pelabuhan Perikanan Samudera

Belawan

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian antara lain:

1. Memberikan informasi tentang waktu penangkapan Ikan Layang

Biru (Decapterus macarellus) yang tepat sehingga memberikan keuntungan

yang optimal bagi para nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan.

2. Memberikan informasi penting mengenai usaha penangkapan ikan per unit

dan tingkat pemanfaatan dari sumberdaya Ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan.

3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan sebagai data

rekomendasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan yang

tepat untuk Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan

Perikanan Samudera Belawan.

Universitas Sumatera Utara


7

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

Menurut Saanin (1984) klasifikasi ikan Layang (Decapterus macarellus)

adalah sebagai berikut:

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Sub ordo : Percoidea

Divisi : Perciformes

Sub divisi : Carangi

Famili : Carangidae

Sub famili : Caranginae

Genus : Decapterus

Spesies : Decapterus macarellus (G. Cuvier, 1833).

Gambar 2. Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) merupakan salah satu

komunitas perikanan pelagis kecil yang penting di Indonesia. Ikan yang tergolong

suku Carangidae ini bisa hidup bergerombol. Ukurannya sekitar 15 centimeter

Universitas Sumatera Utara


8

meskipun ada pula yang bisa mencapai 25 centimeter. Ciri khas yang sering

dijumpai pada ikan layang ialah terdapatnya sirip kecil (finlet) di belakang sirip

punggung dan sirip dubur dan terdapat sisik berlingin yang tebal (lateral scute)

pada bagian garis sisi (lateral line) (Prihartini, 2016).

Secara biologi ikan Layang merupakan plankton feeder atau pemakan

plankton kasar yang terdiri dari organisme pelagis meskipun komposisinya

berbeda masing-masing spesies copepoda, diatomae, larva ikan. Sumberdaya

tersebut bersifat “multispecies” yang saling berinteraksi satu sama lain baik secara

biologis ataupun secara teknologis melalui persaingan (competition) dan atau

antar hubungan pemangsaan (predator prey relationship). Secara ekologis

sebagian besar populasi ikan pelagis kecil termasuk Ikan Layang menghuni

habitat yang relatif sama, yaitu dipermukaan dan membuat gerombolan di perairan

lepas pantai, daerah-daerah pantai laut dalam, kadar garam tinggi dan sering

tertangkap secara bersama (Atmaja, 2003).

Ikan layang biru (Decapterus macarellus) termasuk jenis ikan perenang

cepat, bersifat pelagis, tidak menetap dan suka bergerombol. Jenis ikan ini

tergolong stenohaline, hidup di perairan yang berkadar garam tinggi (32-34

promil) dan menyenangi perairan jernih. Ikan layang banyak tertangkap di

perairan yang berjarak 20-30 mil dari pantai. Sedikit informasi yang diketahui

tentang migrasi ikan, tetapi ada kecenderungan bahwa pada siang hari gerombolan

ikan bergerak ke lapisan air yang lebih dalam dan malam hari kelapisan atas

perairan yang lebih. Dilaporkan bahwa ikan ini banyak dijumpai pada kedalaman

45-100 meter (Naya et al., 2017).

Universitas Sumatera Utara


9

Ikan layang biru (Decapterus macarellus) meskipun aktif berenang, namun

terkadang tidak aktif pada saat membentuk gerombolan di suatu daerah yang

sempit atau disekitar benda-benda terapung. Oleh karena itu nelayan payang dan

purse seine di Jawa memasang rumpon dalam aktivitas penangkapan mereka.

pengelompokan atau schoal merupakan gejala biososial yang elemen–elemen

penyebabnya merupakan suatu pendekatan yang bersifat timbal balik. Sifat

menggerombol ikan ini pada umumnya membelakangi rumpon, dan selalu

menghadap/menentang arus. Sifat menggerombol ikan layang tidak terbatas

dengan ikan sejenisnya, 19 bahkan kerap kali bergabung dengan jenis lainnya,

seperti bawal (Stromateus sp), Selar (Caranx sp) (Majore et al., 2014).

Distribusi Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

Daerah sebaran ikan layang sangat luas, yaitu di perairan tropis dan

subtropis. Sebagian besar populasi ikan ini terdapat di Samudera Atlantik bagian

utara sampai ke Cape Cod dan sebelah selatan sampai ke Brasilia. Di wilayah

Indo-Pasifik ikan ini tersebar antara Jepang di bagian utara dan pantai Natal di

bagian selatan. Di laut Jawa ikan ikan tersebar mengikuti pergerakan salinitas dan

persediaan makanan yang sesuai dengan hidupnya (Genisa. 1998).

Ikan Layang Biru terutama menyebar di wilayah tropika. Wilayah-wilayah

perairan FAO di mana ikan ini biasa ditemukan, di antaranya, adalah perairan-

perairan Samudera Hindia bagian barat dan timur; Samudera Pasifik barat dan

timur bagian tengah; Samudera Atlantik utara dan tengah; serta Laut

Tengah dan Laut Hitam. Layang biru juga didapati pada perairan Ugahari hingga

kedalaman 400 m. Ikan ini menyukai perairan yang jernih, dan acap ditemukan di

Universitas Sumatera Utara


10

sekitar pulau. Meskipun ikan ini biasa ditemukan dekat permukaan, layang biru

juga kerap tertangkap pada kedalaman 40 hingga 200 m (Simbolon et al., 2011).

Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) adalah jenis ikan yang hidup

dalam air laut yang jernih dengan salinitas tinggi. Ikan ini berasal dari perairan

bebas dan bersifat pelagis. Ikan Layang bersifat "stenohalina" hidup di air Laut

yang bersalinitas tertentu yaitu antara 32-33‰, sehingga dalam kehidupannya

dipengaruhi oleh musim dan ikan ini selalu bermigarasi musiman. Ikan Layang

muncul di permukaan karena di pengaruhi oleh migrasi harian dari organisme lain

yang terdapat di suatu perairan. Pada siang hari gerombolan-gerombolan ikan

bergerak kelapisan atas. Perpindahan tersebut disebabkan oleh adanya

perpindahan masal dari plankton nabati yang diikuti oleh plankton h ewani dan

binatang-binatang yang lebih besar termasuk ikan (Genisa. 1998).

Ruaya ikan Layang Biru (D. macarellus) di perairan Indonesia mempunyai

hubungan dengan pergerakan. Pada umumnya ruaya ikan layang berkaitan erat

dengan pergerakan massa air laut walaupun secara tidak langsung. Dalam hal pola

pergerakan arus sangat mempengaruhi ruaya ikan layang, karena ikan layang

cenderung melakukan ruaya mengikuti massa air, sebaran salinitas yang tinggi,

serta ketersediaan makanan. Ikan layang sangat peka terhadap perubahan

lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan

dan kesediaan ikan layang adalah arus. Karena ikan layang biasanya melakukan

ruaya mengikuti kadar garam dan ketersediaan makanan (Irham, 2009).

10

Universitas Sumatera Utara


11

Purse Seine

Purse seine (pukat cincin) adalah jenis alat tangkap yang tergolong seine

yaitu merupakan alat tangkap yang aktif untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang

umumnya membentuk kawanan kelompok besar. Manfaat yang diharapkan selain

menghemat waktu dan bahan bakar juga dapat menaikkan hasil tangkapan per

satuan upaya penangkapan. Jumlah hasil tangkapan setiap penebaran purse seine

tergantung pada ukuran alat tangkap, jenis ikan dan kondisi laut pada saat operasi

penangkapan (Majore et al., 2014).

Purse seine merupakan alat tangkap yang bersifat multi species, yaitu

menangkap lebih dari satu jenis ikan. Dalam banyak kasus sering ditemukan

ukuran mesh size alat tangkap Purse seine yang sangat kecil, hal ini dapat

berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang didapatkan. Hal yang mungkin saja

akan dipengaruhi adalah ukuran ikan dan komposisi jenis hasil tangkapan antara

jumlah hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

(Rambun et al., 2016).

Berdasarkan standar klasifikasi alat penangkap perikanan laut bahwa

purse seine atau lebih dikenal dengan nama pukat cincin termasuk kedalam

klasifikasi surrounding net. Purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif

untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil disekitar permukaan air. Pengoperasian

purse seine dilakukan dengan melingkari gerombolan ikan sehingga membentuk

sebuah dinding besar yang selanjutnya jaring akan ditarik dari bagian bawah dan

membentuk seperti sebuah kolam. Untuk mempermudah penarikan jaring hingga

membentuk kantong, alat tangkap ini mempunyai atau dilengkapi dengan cincin

sebagai tempat lewatnya tali kerut (Silitonga, 2016).

11

Universitas Sumatera Utara


12

Konstruksi purse seine menggunakan jaring yang terbuat dari bahan

polyamide (PA) multifilament dengan ukuran panjang jaring 420 meter dan lebar

45 meter dengan ukuran mesh size sebesar 1 inci. Menggunakan 3 jenis

pelampung yang digunakan pada alat tangkap purse seine. Pelampung pertama

merupakan pelampung tanda yang di turunkan pertama kali setting dilakukan.

Pelampung tersebut berbentuk bola terbuat dari bahan sintetis agar dapat bertahan

lama. Pelampung kedua terbuat dari bahan plastik berbentuk bola. Pelampung

ketiga terbuat dari plastik, ditutupi dengan gabus, dan berbentuk elips. Perbedaan

pelampung disebabkan pelampung berbentuk bola yang terbuat dari bahan plastik

cenderung mudah rusak atau pecah ketika terbentur oleh dinding kapal saat

pengoperasian purse seine. Pemberat yang digunakan pada alat tangkap purse

seine terbuat dari bahan timah berbentuk cincin. Pada umumnya penangkapan

ikan dengan menggunakan purse seine dilakukan pada malam hari, akan tetapi

ada juga purse seine yang dioperasikan pada siang hari (Mirnawati et al., 2019).

Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah

ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut

haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air

(sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas soal itu tinggi, yang

berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Jenis ikan

yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah

Layang (Decapterus spp), Bentang, Kembung (Rastrelinger spp), Lemuru

(Sardinella spp), Slengseng, Cumi-cumi dan lain lain (Mudztahid, 2011).

Aktivitas perikanan di daerah Belawan tergolong tinggi. Hasil tangkapan

purse seine mendominasi jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan

12

Universitas Sumatera Utara


13

Perikanan Samudera (PPS) Belawan. Secara umum, hasil tangkapan yang

didaratkan di PPS Belawan masih cukup baik dan layak dikonsumsi. Hal ini

disebabkan operasi penangkapan kapal Purse seine umumnya cukup lama.

Berdasarkan data dari PPSB, alat tangkap Purse seine berjumlah sekitar 5.000

unit. Karena banyaknya alat tangkap ini digunakan oleh nelayan di PPS Belawan

sehingga membutuhkan kajian lebih jauh lagi mengenai alat tangkap purse seine

tersebut (Ismy et al., 2014).

Metode Surplus Produksi

Model yang paling sederhana dalam dinamika populasi ikan ialah model

produksi surplus, dengan memperlakukan ikan sebagai biomassa tunggal yang tak

dapat dibagi, yang tunduk pada aturan-aturan sederhana kenaikan dan penurunan

biomassa. Model ini, pada umumnya digunakan dalam penilaian stok ikan hanya

dengan menggunakan data hasil tangkapan dan upaya tangkap yang umumnya

tersedia. Pendugaan upaya penangkapan optimum (Eopt) dan hasil tangkapan

maksimum lestari (CMSY) didekati dengan Model Produksi Surplus. Antara hasil

tangkapan per satuan upaya (CPUEt) dan upaya tangkap (effort) dapat berupa

hubungan linear maupun eksponensial. Model Produksi Surplus terdiri dari 2

model dasar yaitu Model Schaefer (hubungan linear) dan Model Gompertz yang

dikembangkan oleh Fox dengan bentuk hubungan eksponensial

(Kekenusa et al., 2014).

Metode ini digunakan dalam perhitungan potensi lestari maksimum (MSY)

dan upaya penangkapan optimum dengan cara menganalisis hubungan upaya

penangkapan (E) dengan hasil tangkapan persatuan upaya (CPUE).

Keanekaragaman jenis alat tangkap yang digunakan di suatu perairan


13

Universitas Sumatera Utara


14

memungkinkan suatu spesies ikan tertangkap pada beberapa jenis alat tangkap.

Jika di suatu daerah perairan terdapat berbagai jenis alat tangkap yang dipakai,

maka salah satu alat tersebut dapat dipakai sebagai alat tangkap standar,

sedangkan alat tangkap yang lainnya dapat distandarisasikan terhadap alat tangkap

tersebut. Alat tangkap yang ditetapkan sebagai alat tangkap standard mempunyai

faktor daya tangkap atau fishing power indeks (FPI) = 1. Jenis alat tangkap

lainnya dapat dihitung nilai FPI dengan membagi nilai catch per unit effort

(CPUE) dengan CPUE alat tangkap standard. Niliai FPI ini kemudian digunakan

untuk mencari upaya standard yaitu dengan mengalikan nilai FPI dengan upaya

penangkapan jenis alat tangkap yang dianalisis (Septifitri et al., 2010).

Tujuan penggunaan model surplus produksi adalah untuk menentukan

tingkat upaya optimum (biasa disebut fMSY atau effort MSY), yaitu suatu upaya

yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum lestari tanpa

mempengaruhi produktivitas stok secara jangka panjang, yang biasa disebut hasil

tangkapan maksimum lestari (Maximum Sustainable Yield / MSY). Dari model ini

dapat diperoleh estimasi besarnya kelimpahan (biomassa) dan estimasi potensi

dari suatu jenis atau kelompok jenis (species group) sumberdaya ikan tersebut

(Widodo dan Suadi, 2006).

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien

determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

14

Universitas Sumatera Utara


15

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen (Haslinda dan Majid, 2016).

Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan

Studi tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan disuatu perairan sangat

penting untuk mengontrol dan memantau tingkat eksploitasi penangkapan ikan

yang dilakukan terhadap sumberdaya diperairan tersebut. Hal ini ditempuh

sebagai tindakan guna mencegah terjadinya kepunahan sumberdaya akibat tingkat

eksploitasi yang berlebih serta mendorong terciptanya kegiatan operasi

penangkapan ikan dengan tingkat efektifitas yang tinggi tanpa merusak kelestarian

sumberdaya ikan tersebut (Nugraha et al., 2012).

Pengelolaan perikanan dapat dilakukan dengan mengetahui tingkat

pemanfaatan sumberdaya perikanan terlebih dahulu. Tingkat pemanfaatan adalah

persentase dari jumlah ikan yang ditangkap terhadap estimasi potensi sumberdaya

ikan tersebut. Tingkat pemanfaatan dikatakan rendah apabila proporsi kurang dari

50%. Apabila proporsi tingkat pemanfaatan lebih dari 50% dan hampir mendekati

100% maka tingkat pemanfaatan dikatakan penuh. Sedangkan bila proporsi

tingkat pemanfaatan lebih dari 100% disebut dengan tingkat pemanfaatan lebih

(Suastra, 2018).

Tingkat pemanfaatan berguna untuk mengetahui status pemanfaatan suatu

sumberdaya atau untuk mengetahui berapa persen dari sumberdaya yang telah

dimanfaatkan. Tingkat pemanfaatan dapat diukur dengan membadingkan hasil

tangkapan (catch) dengan potensi lestari (MSY) yang di dapatkan melalui analisis

surplus produksi. Untuk menaikkan suatu variabel yang akan datang harus

15

Universitas Sumatera Utara


16

memperhatikan dan mempelajari sifat dan perkembangan dari variabel tersebut di

waktu yang lalu (Badrudin, 2008).

Menurut Lubis (2013) bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan

terdiri atas empat tingkatan yaitu :

1. Tingkat rendah apabila hasil tangkapan masih sebagian kecil dari potensi hasil

lestari (0-33,3%) dan upaya penangkapan masih perlu ditingkatkan.

2. Tingkat sedang apabila hasil tangkapan sudah menjadi bagian yang nyata dari

potensi lestari (33,3%-66,6%) namun penambahan upaya masih

memungkinkan untuk mengoptimalkan hasil.

3. Tingkat optimum apabila hasil tangkapan sudah mencapai bagian dari potensi

lestari (66,6%-99,9%), penambahan upaya tidak dapat meningkatkan hasil.

4. Tingkat berlebih atau over fishing apabila hasil tangkapan sudah melebihi

potensi lestari (> 100%) dan penambahan upaya dapat berbahaya terhadap

kepunahan sumberdaya.

Pola Musim Penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim penangkapan yang berlangsung di

suatu perairan dipengaruhi oleh pola arus serta antara udara dengan laut terjadi

interkasi yang cukup erat. Perubahan cuaca yang mempengaruhi kondisi laut

antara lain: angin yang dapat menentukan terjadinya gelombang dan arus di

permukaan air laut serta curah hujan yang dapat menurunkan kadar salinitas air

laut. Arus permukaan di Indonesia akan berubah tiap setengah tahun akibat

adanya perubahan arah angin disetiap musimnya (angin muson). Berdasarkan arah

utama angin yang bertiup pada suatu daerah, maka dikenal istilah musim barat dan

musim timur. Arus laut di perairan Indonesia sangat dinamis. Hasil pantauan
16

Universitas Sumatera Utara


17

satelit, yang diverifikasi lewat pengukuran oseanografis di laut, ternyata

memperlihatkan pola arus yang bergerak dari Samudera Pasifik menuju Samudera

Hindia melewati selat-selat di perairan nusantara

Pola arah angin erat hubungannya dengan perbedaan suhu antara dua

daratan (benua Asia dan Australia) dan dua lautan (Samudera Hindia dan Pasifik).

Perubahan pola arah angin musim barat dan musim timur akan berpengaruh

terhadap pola arah, kecepatan arus, salinitas, konduktivitas primer perairan. Saat

terjadi angin barat, curah hujan meningkat sehingga air banyak memasuki Laut

mengakibatkan pengenceran air laut. Sebaliknya, selama angin timur bertiup,

terjadi peningkatan salinitas air laut hasil penguapan. Kondisi musim

penangkapan ikan di perairan Indonesia selain dipengaruhi pola angin dan arus,

juga dipengaruhi oleh adanya makanan bagi ikan, kondisi oseanografi perairan

(seperti suhu permukaan laut, salinitas, arus) serta sifat dan kondisi biologis setiap

ikan. Musim penangkapan ikan pelagis kecil pada bulan dan daerah penangkapan

tertentu mengikuti pola ruaya atau migrasinya (Riyadi dan Yunisa, 2007).

Kajian musim penangkapan ikan akan menghasilkan informasi mengenai

waktu atau musim yang paling tepat untuk melakukan kegiatan operasi

penangkapan ikan sehingga dapat mengurangi resiko kerugian penangkapan ikan.

Diharapkan operasi penangkapan ikan hanya dilakukan pada musim puncak,

sehingga akan diperoleh hasil tangkapan yang optimum serta menjaga agar

produktivitas sumberdaya ikan dapat berkelanjutan dan tetap lestari. Pemanfaatan

sumberdaya perikanan yang berkelanjutan (lestari) harus segera diterapkan pada

sumberdaya yang statusnya sudah fully exploited. Apabila hal ini diabaikan,

sumberdaya perikanan akan menjadi lebih tangkap (over exploited) bahkan turun

17

Universitas Sumatera Utara


18

drastis karena tidak terkontrolnya tingkat eksploitasi yang melebihi daya dukung

sumberdaya perikanan tersebut (Simbolon et al., 2011).

Penentuan karakteristik pola musim penangkapan perlu dilakukan, agar

ikan yang ada di alam bisa memijah atau berkembangbiak untuk menjaga

ketersediaan stok. Penangkapan ikan dapat dioptimalkan pada bulan-bulan yang

merupakan musim penangkapannya, dan dikurangi pada saat musim pemijahan

terjadi. Dengan mengetahui pola musim penangkapan ikan nelayan dapat

mengoptimalkan kegiatan penangkapan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang

maksimal pada musim tertentu (Rahmawati et al., 2013).

18

Universitas Sumatera Utara


19

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2020 di Pelabuhan

Perikanan Samudera Belawan, Jalan Gabion No. 20 Kecamatan Medan Belawan,

Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak pada posisi koordinat 03º 47’

00” LU dan 98” 42” BT. Peta lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laptop, kamera digital,

peta administrasi kawasan Medan Belawan, alat bantu kuesioner, aplikasi

Microsoft Excel 2010 dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa

kuisioner, data time series hasil tangkapan, upaya penangkapan dan pola musim

penangkapan Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tahun 2015-2019.

19

Universitas Sumatera Utara


20

Prosedur Penelitian

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung

dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer diperoleh dengan

melakukan observasi lapangan dan wawancara langsung secara mendalam

(In depth interview) serta pengamatan langsung semi partisipatif dengan

responden/ahli terpilih yaitu narasumber dengan menggunakan alat bantu

kuisioner.

Responden yang terpilih dalam penelitian ini yaitu nelayan yang

beroperasi di perairan sekitar PPS Belawan dan dilakukan wawancara mendalam

terhadap responden dari pihak pegawai PPS Belawan, serta Dinas Perikanan dan

Kelautan.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber yang

sudah ada. Data sekunder meliputi data dari buku statistik perikanan dan kelautan

Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara yaitu data hasil

tangkapan dan upaya tangkap Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tahun

2015-2019 dari hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan

Samudera Belawan, data sekunder kemudian diolah dengan menggunakan

Microsoft Excel 2010.

20

Universitas Sumatera Utara


21

Analisis Data
Analisis Surplus Produksi
a. Hasil Tangkapan per Upaya Tangkapan (Catch per Unit Effort)

Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan berdasarkan pembagian antara

jumlah hasil tangkapan (catch) ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dengan

upaya penangkapan (effort). Persamaan yang digunakan adalah berdasarkan

persamaan Gulland (1983) sebagai berikut:

Keterangan:
CPUE = Catch per Unit Effort
Cpi = Hasil tangkapan peralat tangkap ke-i (ton)
fi = Upaya penangkapan pada tahun ke-i (trip)

b. Pendugaan Potensi Lestari (MSY) dan Effort Optimum (Fopt)

Menurut Gulland (1983), data yang digunakan dalam metode produksi

surplus berupa hasil tangkapan (catch) dan upaya penangkapan (effort) dan

kemudian dilakukan pengolahan data melalui pendekatan model schaefer dan fox.

Model schaefer dan model fox merupakan model analisis regresi dari CPUE

(Catch per Unit Effort) terhadap jumlah effort.

a. Model Schaefer

Hubungan antara C (hasil tangkapan) dan f (upaya penangkapan) adalah:

Nilai Upaya Optimum (Fopt) adalah:

21

Universitas Sumatera Utara


22

Nilai Potensi Maksimum Lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY) adalah:

b. Model Fox

Hubungan antara C (hasil tangkapan) dan f (upaya penangkapan) adalah:

Nilai Upaya Optimum (Fopt) adalah:

Nilai Potensi Maksimum Lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY) adalah:

Keterangan :
C = Jumlah hasil tangkapan persatuan upaya penangkapan (ton/trip)
a = Intercept
b = Slope
f = Upaya penangkapan (trip) pada periode ke-i
fopt = Upaya penangkapan optimal (trip)
MSY = Nilai potensi maksimum lestari (ton/tahun)

Analisis Tingkat Pemanfaaan

a. Pendugaan Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan

Pendugaan tingkat pemanfaatan dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar tingkat pemanfaatan sumberdaya Ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) di PPS Belawan. Pendugaan dilakukan dengan cara

mempresentasikan jumlah hasil tangkapan pada tahun tertentu dengan nilai

potensi maksimum lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY).

22

Universitas Sumatera Utara


23

Persamaan dari tingkat pemanfaatan adalah sebagai berikut

(Latukonsina, 2010):

Keterangan:
TPc = Tingkat pemanfaatan pada tahun ke-i (%)
Ci = Hasil tangkapan ikan pada tahun ke-i (ton)
MSY = Maximum Sustainable Yield (ton)

Pendugaan tingkat pengupayaan dilakukan untuk mengetahui tingkat

upaya tangkap sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di PPS

Belawan. Pendugaan dilakukan dengan mempresentasikan effort standar pada

tahun tertentu dengan nilai effort optimal (fopt).

Persamaan dari tingkat pengupayaan adalah:

Keterangan:
TPf = Tingkat Pengupayaan pada tahun ke-i (%)
fs = Upaya penangkapan (Effort standar) pada tahun ke-i (trip)
fopt = Upaya penangkapan optimum (ton/thn)

b. Total Allowble Catch (TAC)

Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB) atau Total Allowabel Catch

(TAC) sebesar 80 % dari jumlah hasil tangkapan masksimum berkelanjutan

(Maximum Sustainable Yield), jika JTB<MSY berarti upaya penangkapan ikan

belum melebihi batas stok lestari yang ada pada perairan, sehingga upaya

penangkapan ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal tetapi tetap

berdasar pada batas MSY yang telah diperhitungkan, sedangkan JTB>MSY

23

Universitas Sumatera Utara


24

berarti sudah terjadi over fishing, sehingga perlu adanya pengurangan terhadap

upaya penangkapan untuk mengembalikan stok lestari ikan di perairan

(Fitriana et al., 2016).

Menurut Budiasih dan Dewi (2015), tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan

dapat dilihat dari jumlah produksi ikan pada tahun tertentu dibandingkan dengan

nilai TAC (Total Allowable Catch) atau jumlah tangkapan yang diperbolehkan.

TAC (Total Allowable Catch) tersebut adalah 80% dari potensi maksimum

lestarinya (CMSY). Rumus jumlah tangkapan yang diperbolehkan yaitu:

Keterangan:
TAC = Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (kg/thn)

MSY = Maximum Suistainable Yield (kg)

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus jumlah tangkapan

yang diperbolehkan, selanjutnya akan didapatkan nilai jumlah tangkapan yang

diperbolehkan untuk dapat mengetahui status tingkat pemanfaatan sumberdaya

ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera

Belawan. Penentuan status tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) terdiri atas empat tingkatan yang dapat dilihat

pada tabel 1.

Tabel 1. Status Tingkat Pemanfaatan sumberdaya ikan Layang Biru.


No. Nilai TAC Keterangan
1. Rendah (0-33,3%) Hasil tangkapan masih sebagian kecil dari
potensi hasil lestari dan upaya
penangkapan masih perlu ditingkatkan.
2. Sedang (33,3%-66,6%) Hasil tangkapan sudah menjadi bagian
yang nyata dari potensi lestari (namun
24

Universitas Sumatera Utara


25

penambahan upaya penangkapan masih


memungkinkan untuk mengoptimalkan
hasil.
3. Optimum (66,6%-99,9%) Hasil tangkapan sudah mencapai bagian
dari potensi lestari (penambahan upaya
tidak dapat meningkatkan hasil.
4. Berlebih (> 100%) Hasil tangkapan sudah melebihi potensi
lestari dan penambahan upaya dapat
berbahaya terhadap kepunahan
sumberdaya.
Sumber: Lubis, 2013.

Indeks Musim Penangkapan

Pola musim penangkapan ikan layang dianalisis menggunakan pendekatan

metode rata-rata bergerak (moving average) berdasarkan analisis runtun waktu

(times series analysis). Data yang digunakan yaitu produksi tangkapan ikan

Layang Biru (Decapterus macarellus) yang tertangkap pada purse seine dan trip

penangkapan purse seine, bersumber dari statistik perikanan Pelabuhan Perikanan

Samudera (PPS) Belawan antara tahun 2015-2019. Data upaya penangkapan (trip)

dalam kajian ini menggunakan upaya penangkapan purse seine dikarenakan hanya

alat tangkap tersebut yang tercatat menangkapan ikan layang disekitar perairan

Belawan. Langkah-langkah analisis runtun waktu terhadap data hasil tangkapan

(Hamka dan Rais, 2016):

1) Menyusun deret CPUE bulanan (2015-2019);

Keterangan: ni = CPUE urutan ke-i


i = 1,2,3,…..,60
25

Universitas Sumatera Utara


26

2) Menyusun rata-rata bergerak CPUE selama 12 bulan (RG);

Keterangan:
RGi = Rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i
CPUEi = CPUE urutan ke-i
i = 6,7,8 - ,n-5

3) Menghitung nilai rata-rata bergerak CPUE terpusat bulan ke-i (RGPi)

Keterangan:
RGPi = Rata-rata bergerak CPUE terpusat bluan ke-i
RGi = Rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i

4) Menghitung rasio rata-rata bulan ke-i (RBi)

Keterangan:
RBi = Rasio rata-rata bulan ke-i
CPUEi = CPUE bulan ke-i
i = bulan ke 6,7,8....,n-5

5) Membuat nilai rata-rata dalam suatu matriks i×j yang disusun untuk setiap

bulan, yang dimulai dari bulan Juli tahun tertentu sampai bulan Juni tahun

berikutnya. Kemudian menghitung nilai total rasio rata-rata secara

keseluruhan dan pola musim penangkapan

26

Universitas Sumatera Utara


27

a. Rasio rata-rata untuk bulan ke-i (RBBi)

Keterangan:
RBBi = Rata-rata baris RBij untuk bulan ke-i
RBij = Rasio rata-rata bulanan dalam matriks ukuran i× j
i = 1, 2, …,12
j = 1, 2, 3, …,n

b. Jumlah rasio rata-rata bulanan (JRBB)

Keterangan:
JRBB = Jumlah rasio rata-rata bulan
RBBi = Rata-rata Rbij untuk bulan ke-i
i = 1,2,3...,12

c. Faktor Koreksi (FK)

Keterangan:
FK = Nilai Faktor Koreksi
JRBB = Jumlah rasio rata-rata bulan

d. Indeks Musim Penangkapan bulan ke-i (IMPi)

Keterangan:
IMPi = Nilai indeks musim penangkapan bulan ke-i
RBBi = Rasio rata-rata untuk bulan ke-i
i = 1,2,3,....,12
27

Universitas Sumatera Utara


28

6) Kriteria penentuan musim penangkapan, jika IMP >100% dikategorikan

kedalam musim penangkapan (musim puncak), namun jika nilai IMP <100%

dikategorikan bukan musim penangkapan (musim sedang), apabila

IMP <50% dikategorikan musim paceklik.

28

Universitas Sumatera Utara


29

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan

Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan termasuk cukup strategis bila

ditinjau dari segi potensi sumber daya ikan maupun aspek pemasarannya, yakni

terletak diantara Perairan Pantai Timur Sumatera (Selat Malaka), Perairan Zona

Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan Laut China Selatan serta merupakan pintu masuk

bagi kegiatan ekonomi beberapa negara di Asia khususnya Indonesia, Malaysa,

Thailand, Singapura dan Hongkong. PPS Belawan berada di dalam wilayah

Kotamadya Medan yang memiliki jarak tempuh ± 27 km atau hanya sekitar 30

menit melalui jalan tol.

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan memiliki sarana dan

prasarana berupa fasilitas pokok, fasilitas fungsional, fasilitas penunjang, dan

kendaraan alat berat/K3 dan mesin. Fasilitas pokok terdiri dari Dermaga dengan

luas 1.228,8 m2, Jetty dengan luas 1.008 m2, Turap dengan luas 265 m2, Drainase

1489 m2, Jalan Utama dengan luas 4.3540 m2, dan Alur Pelayaran dengan luas

1.500 m2. Fasilitas fungsional terdiri dari Sarama Bantu Navigasi Pelayaran

Lampu Pelabuhan (rambu suar dan lampu navigasi), Kantor Utama Pelabuhan

dengan luas 856 m2, Gedung Syahbandar dengan luas 200 m2, Menara Pengawas

Syahbandar dengan luas 20 m2, Transit Sheed dengan luas 670 m2, Gedung

Pengawasan Mutu dan Pelayanan SHTI dengan luas 120 m2, Gedung Pengolahan

dengan luas m2, Pasar Ikan Hygienis dengan luas 200 m2, Instalasi Listrik, Rumah

29

Universitas Sumatera Utara


30

Genset dan Pompa, Instalasi Air Bersih, Instalasi BBM, Tandon Air, Instalasi Air

SWRO, Gedung SWRO, Tiang Listrik Jalan, dan Tiang Fender.

Produksi Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

Pendugaan potensi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

diolah dengan menggunakan data produksi atau hasil tangkapan dan upaya

penangkapan yang dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dari tahun

2015-2019. Produksi ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dengan

menggunakan alat tangkap purse seine pada tahun 2015-2019 yang didaratkan di

Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik produksi sumberdaya Ikan Layang Biru dengan alat tangkap
purse seine tahun 2015-2019 di Pelabuhan Perikanan Samudera
Belawan (Sumber: Data Statistik PPS Belawan 2015-2019).

Berdasarkan jumlah produksi sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) dengan menggunakan alat tangkap purse seine dalam

kurun waktu 5 tahun terakhir menunjukan bahwa nilai produksi tertinggi terjadi

pada tahun 2016 yaitu sebesar 10.048 ton, sedangkan nilai produksi terendah

terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar 6.646 ton. Jumlah produksi sumberdaya
30

Universitas Sumatera Utara


31

ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tiap tahunnya terus mengalami

fluktuasi tergantung dari usaha penangkapan yang dilakukan.

Upaya Penangkapan Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

Usaha penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

yang dilakukan oleh nelayan menggunakan alat tangkap purse seine. Kapal yang

digunakan untuk mengoperasikan purse seine adalah kapar motor yang terbuat

dari kayu, ukuran kapal bervariasi yang dominan dengan ukuran 30 GT dan

dimensi 20 m x 4 m x 2,5 m. Upaya penangkapan (effort) alat tangkap purse seine

dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2015-2019) yang didaratkan di Pelabuhan

Perikanan Samudera Belawan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Upaya penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru menggunakan


purse seine pada tahun 2015-2019 di Pelabuhan Perikanan Samudera
Belawan.

Upaya penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

menggunakan alat tangkap purse seine mengalami penurunan jumlah effort setiap

tahunnya. Berdasarkan data grafik pada Gambar 5, nilai effort tertinggi terdapat

31

Universitas Sumatera Utara


32

pada tahun 2015 sebanyak 6.498 trip/tahun. Nilai effort terendah terdapat pada

tahun 2019 sebanyak 3.154 trip/tahun.

Berdasarkan jumlah unit penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) pada tahun 2019 memiliki jumlah unit penangkapan

tertinggi dengan alat tangkap purse seine sebanyak 211 unit kapal. Sedangkan di

tahun 2016 memiliki jumlah unit penangkapan terendah sebanyak 169 unit kapal.

Jumlah unit kapal purse seine yang digunakan untuk menangkapan sumberdaya

ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) pada tahun 2015-2019 dapat dilihat

pada Gambar 6.

Gambar 6. Jumlah unit penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru


(Decapterus macarellus) pada tahun 2015-2019 di Pelabuhan
Perikanan Samudera Belawan.

Analisis CPUE (Catch per Unit Effort)

Perhitungan hasil tangkapan per satuan upaya didapatkan berdasarkan hasil

penangkapan dan upaya penangkapan pada satuan unit yang sama. Nilai

perhitungan hasil tangkapan per satuan upaya sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) selama tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 2.


32

Universitas Sumatera Utara


33

Tabel 2. Nilai total catch, effort, dan Catch per Unit Effort (CPUE) sumberdaya
ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tahun 2015-2019.

Tahun Catch (ton) Effort (trip) CPUE (ton/trip)


2015 8.694 6.498 1,34
2016 10.048 6.233 1,61
2017 6.672 5.367 1,24
2018 6.646 3.949 1,68
2019 6.876 3.154 2,18
Jumlah 38.937 25.201 8,06
Rata-rata 7.787 5.040 1,61

Berdasarkan data pada Tabel 2 diatas, menunjukan bahwa nilai perhitungan

CPUE mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2015 didapati nilai CPUE

sebesar 1,34 ton/trip dan mengalami kenaikan pada tahun 2016 menjadi

1,61 ton/trip. Nilai perhitungan CPUE terhadap produksi sumberdaya ikan Layang

Biru (Decapterus macarellus) tertinggi terdapat pada tahun 2019 yaitu sebesar

2,18 ton/trip. Dan didapati jumlah total nilai CPUE selama 2015-2019 sebesar

8,06 ton/trip dengan nilai rata-rata sebesar 1,61 ton/trip.

Hasil tangkapan dan upaya penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 2015-2019

mengalami fluktuasi, sehingga nilai CPUE bulanan ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) selama lima tahun tersebut juga mengalami fluktuasi

yang bisa dilihat pada Gambar 7.

33

Universitas Sumatera Utara


34

Gambar 7. Grafik Catch per Unit Effort (CPUE) sumberdaya ikan Layang Biru
(Decapterus macarellus) tahun 2015-2019.

Pendugaan Potensi Lestari (MSY) dan Effort Optimum (F opt)

Perhitungan pendugaan potensi lestari dengan metode surplus produksi yang

terdiri dari model Schaefer dan model Fox. Berdasarkan analisis potensi

sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dengan metode surplus

produksi menggunakan formula model Schaefer, regresi linear antara effort

dengan CPUE sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dapat

dilihat pada Gambar 7 dimana diperoleh konstanta (a) sebesar 2,61244 dan

koefisien regresi (b) sebesar -0,00020. Hasil dugaan potensi lestari (MSY)

sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) sebesar 8.589,850

ton/tahun dengan effort optimum sebesar 6.567,120 trip/tahun. Berdasarkan

analisis regresi nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,6151.

Hubungan antara hasil tangkapan (C) dengan upaya tangkapan (f)

sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) ditunjukkan dengan

menggunakan model Schaefer dalam persamaan C = 2,61244 – 0,00020 f2.

34

Universitas Sumatera Utara


35

Hubungan CPUE dengan effort dari persamaan regresi linear model Schaefer

adalah y = -0,0002x + 2,6124 dengan R2 = 0,6151 artinya setiap peningkatan

effort 1 trip maka CPUE akan berkurang sebesar 0,0002 ton/trip.

Gambar 8. Regresi linear antara Effort dan CPUE sumberdaya ikan Layang Biru
(Decapterus macarellus) (Model Schaefer).

Berdasarkan analisis potensi sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) dengan metode surplus produksi menggunakan formula

model Fox, regresi linear antara effort dengan CPUE sumberdaya ikan Layang

Biru (Decapterus macarellus) dapat dilihat pada Gambar 8 dimana diperoleh

konstanta (a) sebesar 1,04090 dan koefisien regresi (b) sebesar -0,00011579. Hasil

dugaan potensi lestari (MSY) sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) sebesar 8.996,64 ton/tahun dengan effort optimum

sebesar 8.636,137 trip/tahun. Berdasarkan anaisis regresi nilai koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,5832.

35

Universitas Sumatera Utara


36

Gambar 9. Regresi linear antara Effort dan CPUE sumberdaya ikan Layang Biru
(Decapterus macarellus) (Model Fox)

Hubungan antara hasil tangkapan (C) dengan upaya tangkapan (f)

sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) ditunjukkan dengan

menggunakan model Fox dalam persamaan C = f exp 1,0409 – 0,0001xf.

Hubungan CPUE dengan effort dari persamaan regresi linear model Fox adalah y

= -0,0001x + 1,0409 dengan R2 = 0,5832. Perbandingan pendugaan potensi lestari

antara metode surplus produksi model Schaefer dan model Fox dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan Potensi Lestari sumberdaya Ikan Layang Biru


(Decapterus macarellus) antara Model Schaefer dan Model Fox.
Nilai Schaefer Fox Satuan
a 2,61244 1,04090 -
b -0,00020 -0,00011579 -
MSY 8.589,850 8.996,64 Ton/tahun
F optimum 6.576,120 8.636,137 Trip/tahun
R² 0,6151 0,5832 -

Dari hasil perhitungan perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel

pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa model perhitungan yang paling sesuai adalah

36

Universitas Sumatera Utara


37

model Schaefer dengan nilai R2 paling besar atau mendekati angka satu

(R2 = 0,6151). Sehingga dapat diketahui bahwa 61,5% hasil tangkapan

dipengaruhi oleh upaya penangkapan. Sedangkan 38,5%-nya dipengaruhi oleh

faktor lain yang tidak dicantumkan dalam penelitian ini.

Grafik Maximum Sustainable Yield/MSY dan effort optimum sumberdaya

ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) (model Schaefer) dapat dilihat pada

Gambar 9.

Gambar 10. Grafik Maximum Sustainable Yield/MSY dan effort optimum


sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) (model
Schaefer).

Potensi lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY) untuk sumberdaya ikan

Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan

sebesar 8.589,850 ton/tahun, dan effort optimum (Fopt) sebesar 6.576 trip/tahun.

Pada tahun 2015-2019 nilai effort tidak melebihi nilai effort optimum, sementara

nilai effort tertinggi terdapat pada tahun 2015 sebesar 6.498 trip/tahunnya.

Dimana nilai potensi lestari adalah sebesar 8.589,85 ton/tahun, ini menandakan

selama kurun waktu 5 tahun terakhir, upaya penangkapan ikan Layang Biru masih

37

Universitas Sumatera Utara


38

dalam batas yang wajar karena belum melampaui jumlah upaya tangkapan

optimum. Produksi dan effort sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) terhadap nilai MSY dan effort optimum (Fopt) dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kondisi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tahun


2015-2019.
Produksi Effort Effort Optimum MSY TAC
Tahun
(Ton) (Trip) (Trip) (Ton/Tahun) (Ton/Tahun)
2015 8.694 6.498
2016 10.048 6.233
2017 6.672 5.367 6.576,12 8.589,85 6.871,88
2018 6.646 3.949
2019 6.876 3.154

Pendugaan Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan

Tingkat pemanfaatan dan pengupayaan sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dari tahun

2015-2019 dapat dilihat pada grafik di Gambar 10.

Gambar 11. Tingkat Pemanfaatan dan Tingkat Pengupayaan ikan Layang


Biru (Decapterus macarellus) tahun 2015-2019.

38

Universitas Sumatera Utara


39

Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) pada tahun 2015 sebesar 101,21% dengan tingkat

pengupayaan sebesar 98,81%. Sedangkan pada tahun 2016 tingkat

pemanfaatan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

meningkat menjadi sebesar 116,98% dengan tingkat pengupayaan yang

menurun menjadi 94,78%, hal ini menunjukan bahwa perlunya dilakukan

peningkatan pengupayaan dan pengontrolan terhadap tingkat pengupayaan

sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus).

Total Allowable Catch (TAC)

Hasil perhitungan dari Total Allowable Catch diperoleh dari perkalian

antara nilai 80% dengan nilai MSY yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Total Allowable Catch ikan Layang Biru (Decapterus macarellus).


Produksi TAC
Tahun Pemanfaatan (%) Nilai TAC
(Ton) (Ton/Tahun)
2015 8.694 126,51 Berlebih
2016 10.048 146,22 Berlebih
2017 6.672 6871,88 97,10 Optimum
2018 6.646 96,72 Optimum
2019 6.876 100,06 Berlebih

Dari hasil perhitungan nilai Total Allowable Catch (TAC) sumberdaya ikan

Layang Biru (Decapterus macarellus) pada Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa di

tahun 2017 dan 2018 memiliki nilai tangkapan diperbolehkan yang optimum,

dimana pada tahun 2017 pemanfaatan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

sebesar 97,10% dan tahun 2018 sebesar 96,72%.

39

Universitas Sumatera Utara


40

Pola Musim Penangkapan Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

Penentuan pola musim penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) di wilayah Perairan Selat Malaka akan memberikan

gambaran mengenai keberadaan ikan di suatu perairan, sehingga operasi

penangkapan dapat diarahkan pada saat musim banyak ikan. Hal ini merupakan

salah satu cara meningkatkan produksi nelayan, dimana peluang untuk

memperoleh hasil tangkapan akan lebih besar. Perhitungan pola musim

penangkapan dihitung berdasarkan data hasil tangkapan dan upaya penangkapan

perbulan dalam kurun waktu 5 tahun (2015-2019). Perhitungan dilakukan dengan

menggunakan analisis deret waktu (data time series) dan metode rata-rata

bergerak (moving average). Nilai indeks musim penangkapan (IMP) sumberdaya

ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Indeks Musim Penangkapan (IMP) sumberdaya ikan Layang Biru
(Decapterus macarellus) tahun 2015-2019.

Bulan IMP (%) Musim Penangkapan Musim di Indonesia


Juli 98,87 Sedang Timur
Agustus 107,12 Puncak Timur
September 97,57 Sedang Peralihan II
Oktober 96,36 Sedang Peralihan II
November 116,49 Puncak Peralihan II
Desember 95,05 Sedang Barat
Januari 101,73 Puncak Barat
Februari 89,35 Sedang Barat
Maret 101,70 Puncak Peralihan I
April 92,82 Sedang Peralihan I
Mei 101,89 Puncak Peralihan I
Juni 101,05 Puncak Timur

Berdasarkan pada Tabel 6 diatas dapat diperkirakan bahwa puncak musim

penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tertinggi

terjadi pada bulan November (akhir musim peralihan II) dengan nilai IMP sebesar
40

Universitas Sumatera Utara


41

116,49%. Sedangkan musim penangkapan dengan nilai terendah diperkirakan

terjadi pada bulan Februari (musim Barat) dengan nilai IMP sebesar 89,35% tetapi

masih termasuk kedalam musim penangkapan sedang.

Nilai IMP yang disajikan pada grafik Gambar 11 diatas, menunjukan bahwa

musim yang baik untuk melakukan penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) di Perairan Selat Malaka adalah pada bulan Januari

(musim barat), Maret dan Mei (musim peralihan I), Juni dan Agustus (musim

timur), dan November (musim peralihan II).

Gambar 12. Grafik Indeks Musim Penangkapan (IMP) ikan Layang Biru
(Decapterus macarellus) tahun 2015-2019.

Pembahasan

Kondisi Umum Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan

Dari hasil wawancara dengan panduan kuisioner didapatkan hasil tingkat

pendidikan nelayan kapal purse seine Belawan adalah Tidak Sekolah sebanyak

5%, SD sebanyak 55%, SMP sebanyak 35%, SMA sebanyak 5%. Dari data

tingkat pendidikan ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan nelayan

41

Universitas Sumatera Utara


42

Belawan tergolong rendah yang menyebabkan kinerja penangkapan kurang

optimal karena kurangnya pengetahuan tentang cara penangkapan, informasi

musim penangkapan, dan daerah penangkapan ikan yang dapat menunjang hasil

tangkapan ikan tiap kali melakukan upaya penangkapan. Hal ini sesuai dengan

Soekidjo (2003), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi

kemampuan dalam mencapai kinerja secara optimal.

Presentase data ukuran kapal nelayan purse seine yang paling banyak

digunakan saat melakukan penangkapan adalah ukuran kapal 21-30 GT sebesar

55 %, 31-60 GT sebesar 20%, dan 61-100 GT sebesar 25%. Para nelayan

mengatakan penggunaan kapal purse seine dengan ukuran 21-30 GT banyak

diminati para nelayan dan para pengusaha pemilik kapal karena kapal ukuran <30

GT memiliki nilai investasi yang besar, dibalik biaya pembuatan kapal yang tidak

terlalu besar, keuntungan yang diperoleh dari hasil tangkapan ikan menjadi salah

satu faktor mengapa kapal dengan ukuran <30 GT banyak diminati para nelayan.

Ukuran kapal <30 GT memiliki 6 buah palka yang dapat menampung hasil

tangkapan >10 ton/trip dengan lama penangkapan 6 hari.

Lama rata-rata nelayan kapal purse seine dengan ukuran kapal <30 GT

melakukan penangkapan tergantung dengan jumlah upaya penangkapan yang

dilakukan per bulannya. Jika dalam sebulan nelayan hanya melakukan upaya

penangkapan sebanyak 4 trip, maka lama nelayan melakukan penangkapan

sebanyak 6-7 hari/trip. Bila ukuran kapal purse seine sebesar >30 GT maka

jumlah upaya penangkapan tiap bulannya semakin sedikit antar 2-4 trip/bulan,

dengan lama waktu penangkapan 6-14 hari/trip.

42

Universitas Sumatera Utara


43

Waktu penangkapan yang dilakukan oleh para nelayan Belawan

tergantung dengan kondisi perairan, seperti cuaca dan arah mata angin. Biasanya

para nelayan banyak melakukan penangkapan di bulan Januari-Maret, Mei-Juni,

Agustus-November. Sedangkan pada bulan Desember-Januari awal nelayan lebih

memilih untuk tidak melaut dikarenakan cuaca yang tidak mendukung dan hasil

tangkapan yang didapatkan tidak sebanyak bulan lainnya.

Produksi Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa penggunaan

alat tangkap yang mendominasi di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan

adalah alat tangkap purse seine. Purse seine merupakan alat tangkap yang paling

sering digunakan oleh para nelayan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis

kecil dan juga efisien karena menghasilkan jumlah produksi ikan yang banyak.

Jenis ikan yang sering tertangkap adalah ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus). Hal ini sesuai dengan Majore et al. (2014) yang

menyatakan bahwa purse seine (pukat cincin) adalah jenis alat tangkap yang

tergolong seine yaitu merupakan alat tangkap yang aktif untuk menangkap ikan-

ikan pelagis yang umumnya membentuk kawanan kelompok besar. Manfaat yang

diharapkan selain menghemat waktu dan bahan bakar juga dapat menaikkan hasil

tangkapan per satuan upaya penangkapan.

Hasil dari jumlah produksi sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) dengan menggunakan alat tangkap purse seine yang

diperoleh di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan selama 5 tahun terakhir

(2015-2019) mengalami perubahan secara fluktuatif. Produksi sumberdaya ikan

Layang Biru (Decapterus macarellus) yang tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu
43

Universitas Sumatera Utara


44

sebesar 10.048 ton. Ini disebabkan karena banyaknya upaya penangkapan yang

dilakukan dengan menggunakan alat tangkap purse seine menyebabkan

meningkatnya jumlah produksi tangkapan dibandingkan dengan tahun 2015 yang

hanya sebesar 8.694 ton. Menurut Jokoswito (2012) hasil tangkapan yang

tertinggi pada tahun tertentu, seringkali diiringi dengan hasil tangkapan yang lebih

rendah pada tahun berikutnya.

Sedangkan jumlah produksi sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) yang terendah terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar

6.646 ton. Hal ini disebabkan menurunnya jumlah upaya penangkapan/trip

penangkapan yang dilakukan oleh para nelayan yang berdampak pada jumlah

produksi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang menurun

di tahun 2018. Hal ini sesuai dengan Nugraha et al. (2012) yang menyatakan

bahwa fluktuasi hasil tangkapan ikan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain, keberadaan ikan, jumlah upaya penangkapan, dan tingkat keberhasilan

operasi penangkapan.

Dari grafik pada Gambar 4, dapat dilihat bahwa jumlah produksi setelah

tahun 2016 terus mengalami penurunan hasil tangkapan. Selain faktor keberadaan

ikan, jumlah upaya penangkapan, dan tingkat keberhasilan operasi penangkapan.

Faktor lain yang menyebabkan menurunnya hasil tangkapan sumberdaya Ikan

Layang Biru (Decapterus macarellus) dikarenakan adanya pembatasan kuota

penangkapan ikan yang ditetapkan pada PERMEN KP No 23 Tahun 2015. Kapal

yang berukuran 5 - 10 GT dapat membawa hasil tangkapan sebanyak 2,5 ton ikan,

sedangkan untuk kapal berukuran > 30 GT yaitu sebanyak 15 ton ikan.

44

Universitas Sumatera Utara


45

Upaya Penangkapan Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

Berdasarkan Gambar 5, menunjukan upaya penangkapan sumberdaya ikan

Layang Biru (Decapterus macarellus) tiap tahunnya terus mengalami penurunan

yang sangat drastis. Upaya penangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2015 dengan

jumlah trip sebanyak 6.498 trip, sedangkan upaya penangkapan (effort) terendah

yaitu pada tahun 2019 sebanyak 3.154. Hal ini sesuai dengan Safitri (2018) yang

menyatakan bahwa upaya penangkapan (effort) yang terlalu besar dapat

berdampak buruk bagi kondisi hasil tangkapan atau stok sumberdaya ikan yang

terdapat di perairan karena ketidakseimbangan antara upaya penangkapan dan

kondisi sumberdaya ikan yang tersedia.

Secara umum, perkembangan upaya penangkapan sumberdaya ikan

Layang Biru (Decapterus macarellus) dari tahun ke tahun meningkat seiring

dengan semakin ramainya aktifitas penangkapan oleh kapal-kapal purse seine. Hal

ini dapat dilihat pada Gambar 6, yang menunjukan jumlah kapal purse seine

mengalami perubahan jumlah yang berfluktuasi. Pada tahun 2015 jumlah kapal

purse seine sebanyak 190 unit dan menurun di tahun 2016 menjadi sebanyak 169

unit. Dan di tahun berikutnya jumlah unit kapal purse seine terus meningkat,

puncaknya pada tahun 2019 jumlah kapal purse seine sebanyak 211 unit. Dapat

disimpulkan bahwa purse seine merupakan alat tangkap yang paling banyak

digunakan oleh nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Hal ini

sesuai dengan Ismy et al (2014) yang menyatakan bahwa hasil tangkapan purse

seine mendominasi jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan

Perikanan Samudera (PPS) Belawan. Secara umum, hasil tangkapan yang

didaratkan di PPS Belawan masih cukup baik dan layak dikonsumsi. Hal ini

45

Universitas Sumatera Utara


46

disebabkan operasi penangkapan kapal purse seine umumnya cukup efektif dan

produktif menangkap ikan-ikan pelagis.

Namun jumlah upaya penangkapan (effort) sumberdaya ikan Layang Biru

di tahun 2019 termasuk dalam jumlah terendah sebesar 3.154 trip, berbanding

terbalik dengan meningkatnya jumlah kapal purse seine. Dimana tahun 2019

jumlah upaya penangkapan (effort) belum melebihi nilai effort optimum.

Berdasarkan penelitian Ovra et al. (2018) salah satu penyebab rendahnya jumlah

upaya penangkapan adalah banyak kapal penangkapan yang tidak berangkat

melaut, hal ini terjadi karena pihak pengusaha belum memperpanjang masa

berlaku sertifikat dan surat-surat kapal yang telah habis, dan banyak data

dokumen yang tidak sesuai seperti ukuran kapal dan jumlah ABK. Sehingga pada

saat pengawasan oleh PSDKP banyak kapal yang diberhentikan dan dilakukan

penahanan kapal yang akhirnya harus kembali ke tangkahan.

Menurut Nurhayati (2013), menurun dan meningkatnya suatu upaya

penangkapan tidak selalu diikuti dengan peningkatan produksi begitu pula

sebaliknya. Kejadian ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah upaya

penangkapan bukan satu-satunya fakor penyebab penurunan hasil tangkapan

tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti musim penangkapan dan

perubahan cuaca yang dapat berpengaruh terhadap kelimpahan ikan.

Analisis CPUE (Catch per Unit Effort)

Menurut Sibagariang et al. (2010) dalam Listiani et al. (2016) yang

menyatakan bahwa Catch per Unit Effort (CPUE) adalah suatu metode yang

digunakan untuk menentukan hasil jumlah produksi perikanan laut yang dirata-

ratakan dalam tahunan. Produksi perikanan di suatu daerah megalami kenaikan


46

Universitas Sumatera Utara


47

atau penurunan produksi dapat diketahui dari hasil CPUE. Untuk menentukan

CPUE dari sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) menggunakan

rumus yaitu hasil tangkapan (catch) sumberdaya ikan Layang Biru dibagi dengan

upaya penangkapan (effort) ikan Layang Biru di perairan Selat Malaka dengan

menggunakan alat tangkap purse seine.

Rata-rata CPUE unit penangkapan purse seine sebesar 1,61 ton/trip per

tahun, namun nilai CPUE tiap tahunnya mengalami fluktuasi yang terjadi dari

tahun ke tahun cenderung mengarah pada kenaikan (Tabel 2). Fluktuasi kenaikan

yang cukup drastis terjadi pada tahun 2019 yakni sebesar 2,18 ton/trip, berbeda

dengan tahun 2017 dimana memiliki nilai CPUE paling rendah dibanding tahun

lainnya, yakni sebesar 1,24 ton/trip. Ini disebabkan karena pada tahun 2017

produksi hasil tangkapan menurun dibandingkan tahun 2016, tetapi jumlah upaya

penangkapan (effort) tidak mengalami penurunan drastis. Hal ini sesuai dengan

Rahman et al. (2013) yang menyatakan bahwa jika dihubungkan antara CPUE dan

effort (trip), maka semakin besar effort, CPUE akan semakin berkurang, sehingga

produksi semakin berkurang. Artinya bahwa CPUE berbanding terbalik dengan

effort di mana dengan setiap penambahan effort maka makin rendah hasil Catch

per Unit Effort (CPUE).

Berdasarkan nilai CPUE (Catch per Unit Effort) mengalami fluktuatif dari

tahun 2015-2019. Nilai CPUE tertinggi pada tahun 2016 yaitu sebesar 1,61

ton/trip dan terendah pada tahun 2017 yaitu sebesar 1,24/trip. Tinggi rendahnya

nilai CPUE terjadi karena selama periode tersebut terjadi penambahan dan

pengurangan baik dalam penggunaan alat tangkap maupun trip penangkapan

(effort). Kenaikan nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 2018-2019 dengan

47

Universitas Sumatera Utara


48

kenaikan sebesar 0,5 ton/trip. Pada tahun 2017 nilai CPUE mengalami deplesi itu

dikarenakan upaya penangkapan pada tahun sebelumnya sangat tinggi sehingga

sumberdaya ikan yang didapatkan menurun. Tetapi pada tahun-tahun selanjutnya

nilai CPUE mengalami kenaikan, dimana terjadinya pemulihan sumberdaya ikan.

Hubungan upaya penangkapan dengan CPUE meningkat dan menurun

dipengaruhi oleh upaya penangkapan, hal ini sesuai dengan pernyataan

Ali (2005), yang menyatakan bahwa penambahan upaya penangkapan tidak dapat

lagi meningkatkan CPUE atau penambahan upaya selalu diikuti dengan

penurunan CPUE. Apabila penambahan upaya terus berlanjut, maka secara

biologis berbahaya pada populasi dan akan menimbulkan kerugian ekonomi.

Untuk itu pengaturan dan pengendalian upaya penangkapan sesuai dengan standar

optimum yang perlu dilakukan untuk menjaga keseimbangan biologis dan

mencegah terjadinya kerugian nelayan.

Pendugaan Potensi Lestari (MSY) dan Effort Optimum (F opt)

Pendugaan potensi lestari sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) dianalisis dengan menggunakan model Schaefer dan

model Fox, kemudian ditentukan model mana yang sesuai untuk pendugaan

potensi lestari melalu nilai R2. Nilai koefisien determinasi (R2) model Schaefer

sebesar 0,6151 yang lebih besar atau mendekati angka 1 dibanding model Fox

yang hanya sebesar 0,5832. Ini menunjukkan bahwa model Schaefer lebih sesuai

digunakan untuk pendugaan potensi sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) dibandingkan nilai koefisien determinasi model Fox.

Sesuai dengan Lubis (2013), menyatakan bahwa model yang memiliki nilai

48

Universitas Sumatera Utara


49

koefisien determinasi (R2) lebih besar menunjukkan model tersebut mempunyai

hubungan yang lebih dekat dengan model sebenarnya.

Pada Tabel 3, nilai R2 pada model Schaefer sebesar 0,6151 yang artinya

61,5% faktor upaya penangkapan mempengaruhi jumlah hasil tangkapan ikan

Layang Biru menggunakan alat tangkap purse seine Sehingga dapat diketahui

bahwa 61,5% hasil tangkapan dipengaruhi oleh upaya penangkapan. Sedangkan

38,5%-nya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dicantumkan dalam penelitian,

seperti jumlah banyaknya BBM (Bahan Bakar Motor) yang digunakan, ukuran

kapal, daya mesin, daya lampu, dan lainnya. Hal ini sesuai dengan Lestari, et al.

(2019) yang menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang dapat dianalisis

terdiri dari faktor-faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yang biasa

digunakan adalah jumlah ABK, jumlah umpan, jumlah trip. Sedangkan faktor

tidak langsung adalah ukuran kapal/GT, kekuatan mesin/HP, dan jumlah BBM.

Potensi lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY) untuk sumberdaya ikan

Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan

dari tahun 2015-2019 sebesar 8.589,850 ton/tahun yang dapat diartikan sebagai

estimasi jumlah hasil tangkapan maksimum yang dapat dilakukan untuk menjaga

kelestarian sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di perairan.

Hal ini sesuai dengan Widodo dan Suadi (2006) yang menyatakan bahwa hasil

tangkapan maksimum lestari (Maximum Sustainable Yield / MSY). Dari model ini

dapat diperoleh estimasi besarnya kelimpahan (biomassa) dan estimasi potensi

dari suatu jenis atau kelompok jenis (species group) sumberdaya ikan tersebut.

Jika standar acuan biologis MSY 8.589,85 ton/tahun dapat dicapai dengan

upaya penangkapan optimal (effort optimum) 6.576 trip/tahun (Tabel 4).

49

Universitas Sumatera Utara


50

Berdasarkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan atau Total Allowed Catch

(TAC) sebesar 80% dari potensi lestari yang ada, maka jumlah tangkapan yang

diperbolehan sebesar 6.871 ton/tahun dengan jumlah upaya penangkapan sebesar

6.576 trip/tahun. Hal ini dapat diterapkan untuk menghindari terjadinya

eksploitasi berlebihan yang dapat menyebabkan overfishing secara biologi

(biological overfishing) karena dapat melewati nilai maksimum lestari (MSY).

Untuk pemanfaatan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

secara berkelanjutan maka upaya penangkapan tidak boleh melebihi 6.576

trip/tahun dengan produksi maksimal lestari (MSY) 8.589,85 ton/tahun. Jika

penambahan upaya penangkapan melebihi upaya penangkapan optimal, maka

produksi penangkapan cenderung akan mengalami overfishing.

Berdasarkan perbandingan antara hasil tangkapan lestari dengan hasil

tangkapan aktual bahwa hasil tangkapan yang diperoleh pada tahun 2015 dan

tahun 2016 sudah melebihi nilai potensi lestari. Namun pada tahun 2017-2018

hasil tangkapannya masih di bawah potensi lestari. Tetapi jumlah upaya

penangkapan belum melebihi upaya penangkapan optimum. Upaya penangkapan

yang melebihi upaya optimum sebaiknya dilakukan suatu pembatasan upaya

penangkapan dan sebaiknya tidak dilakukan penambahan upaya penangkapan lagi

untuk kegiatan penangkapan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di

perairan Selat Malaka karena akan dapat menyebabkan terjadinya biological

overfishing. Hal ini sesuai dengan Widodo dan Suadi (2006), yang menyatakan

bahwa biological overfishing akan terjadi manakala tingkat upaya penangkapan

dalam suatu perikanan tertentu telah melampaui tingkat yang diperlukan untuk

50

Universitas Sumatera Utara


51

menghasilkan potensi maksimum lestari (MSY), namun dapat dicegah dengan

melakukan pengaturan upaya penangkapan dan pola penangkapan.

Pendugaan Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan

Berdasarkan hasil perhitungan presentase tingkat pemanfaatan dan

pengupayaan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dari tahun

2015-2019 mempunyai nilai rata-rata tingkat pemanfaatan sebesar 90,65% yang

tergolong ke dalam kategori optimum. Sedangkan nilai rata-rata tingkat

pengupayaan sebesar 76,64% yang mengartikan upaya penangkapan sudah sangat

tinggi meskipun belum melewati nilai effort optimum dan penambahan upaya

tidak dapat meningkatkan hasil penangkapan. Hal ini sesuai dengan Lubis (2013)

yang menyatakan bahwa tingkat optimum apabila hasil tangkapan sudah mencapai

bagian dari potensi lestari (66,6%-99,9%), penambahan upaya tidak dapat

meningkatkan hasil.

Tingkat pemanfaatan dan pengupayaan sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dari tahun

2015-2019 dapat dilihat pada Gambar 9. Tingkat pemanfaatan tahun 2015 dan

tahun 2016 memiliki nilai yang sudah melebihi 100%, artinya pada tahun tersebut

mengalami penangkapan berlebih yang dapat mengancam kelestarian sumberdaya

ikan Layang Biru (Decapterus macarellus). Pemanfaatan sumberdaya ikan yang

tidak dapat dikendalikan juga dapat diartikan sebagai penurunan hasil tangkapan.

Hal ini sesuai dengan Suastra (2018) yang menyatakan bahwa tingkat

pemanfaatan adalah persentase dari jumlah ikan yang ditangkap terhadap estimasi

potensi sumberdaya ikan tersebut. Bila proporsi tingkat pemanfaatan lebih dari

100% disebut dengan tingkat pemanfaatan lebih.


51

Universitas Sumatera Utara


52

Menurut Mayu (2018) yang menyatakan bahwa penambahan upaya dapat

berbahaya terhadap kepunahan sumberdaya. Pada tahun 2017, tingkat

pemanfaatan menurun menjadi sebesar 77,68% dengan tingkat pengupayaan yang

meningkat menjadi 81,61%. Ini mengindikasikan berkurangnya jumlah populasi

ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di perairan, di sisi lain faktor yang

menyebabkan menurunnya tingkat pemanfaatan pada tahun 2017 adalah karena

tingginya upaya penangkapan atau tirp penangkapan yang dapat mengancam

kelestarian populasi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus).

Total Allowable Catch (TAC)

Hasil dari perhitungan Total Allowable Catch (TAC) yaitu sebesar 6.871,88

ton/tahun yang artinya jumlah tangkapan ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan yang

diperbolehkan tiap tahunnya adalah sebesar 6.871,88 ton/tahun. Perhitungan ini

diperoleh dari 80% jumlah potensi lestari (MSY) ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus), apabila jumlah tangkapan melebihi pemanfaatan potensi

sumberdaya ikan lebih dari 80% maka menunjukan adanya indikasi terancamnya

sumberdaya ikan Layang Biru di perairan.

Produksi perikanan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

berdasarkan data PPS Belawan tahun 2015-2019 menunjukkan pada tahun 2015,

2016, dan 2019 terjadinya hasil tangkapan melebihi TAC, namun di tahun

2017-2018 hasil tangkapan dibawah nilai Total Allowable Catch (TAC). Tingkat

pemanfaatan potensi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

tertinggi terdapat pada tahun 2016 sebesar 146,22% atau tergolong tinggi dan

dapat mengancam kelestarian di perairan. Hal ini sesuai dengan Lubis (2013)
52

Universitas Sumatera Utara


53

yang menyatakan bahwa jika hasil tangkapan berlebih (>100%) maka sudah

melebihi potensi lestari dan penambahan upaya dapat berbahaya terhadap

kepunahan sumberdaya.

Pola Musim Penangkapan Ikan Layang Biru

Berdasarkan hasil pada Tabel 6 menunjukan puncak musim penangkapan

ikan Layang Biru tertinggi terjadi pada bulan November (akhir musim

peralihan II) dengan nilai IMP sebesar 116,49%. Sedangkan musim penangkapan

dengan nilai terendah terjadi pada bulan Februari (musim Barat) dengan nilai IMP

sebesar 89,35% yang masih tergolong ke dalam musim penangkapan sedang. Data

ini diperlukan untuk menghasilkan informasi waktu efektif agar dilakukan musim

puncak saja untuk mendapatkan jumlah produksi tangkapan yang lestari. Hal ini

sesuai dengan Simbolon et al. (2011) yang menyatakan bahwa kajian musim

penangkapan ikan akan menghasilkan informasi mengenai waktu atau musim

yang paling tepat untuk melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan sehingga

dapat mengurangi resiko kerugian penangkapan ikan.

Dapat dilihat pada Gambar 11, dimana setiap kali kenaikan nilai IMP akan

disusul dengan penurunan. Kenaikan pertama nilai IMP terjadi pada bulan

Januari, lalu menurun secara drastis pada bulan Februari. Untuk kenaikan nilai

IMP berikutnya pada Bulan Maret yang memiliki nilai IMP sama dengan Bulan

Januari. Kemudian di bulan-bulan selanjutnya terjadi kenaikan yang tetap disusul

dengan penurunan, namun nilai IMP pada Bulan September hingga Oktober

tergolong stabil karena tidak mengalami perubahan secara signifikan. Musim

puncak penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

dapat terjadi di setiap musimnya, tetapi musim puncak tertinggi untuk


53

Universitas Sumatera Utara


54

penangkapan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) terjadi musim peralihan

II tepatnya pada Bulan November. Hal ini menunjukan hasil tangkapan ikan

Layang Biru (Decapterus macarellus) lebih banyak dari biasanya terjadi pada

Bulan November. Bervariasinya pola musim tersebut terkait dengan populasi

sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di sekitar Perairan Selat

Malaka yang beruaya untuk keperluan memijah dan mencari makan.

Upaya penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

lebih baik dilakukan pada musim puncak yaitu musim peralihan II di bulan

November dibanding musim Barat di bulan Februari. Karena pada periode musim

peralihan II memiliki kondisi lingkungan cukup mendukung untuk melakukan

usaha penangkapan dengan memperbanyak trip melaut di musim ini, dengan

demikian mengakibatkan produksi meningkat dan IMP meningkat yang

mengindikasikan pada periode tersebut adalah musim puncak penangkapan

sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus).

Sedangkan upaya penangkapan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

paling rendah terdapat pada bulan Februari, tepatnya pada musim Barat. Hasil ini

sesuai dengan hasil wawancara yang didapatkan dari para nelayan di PPS

Belawan. Para nelayan mengatakan jarang melakukan kegiatan penangkapan ikan

di akhir taun dan di awal tahun, dikarenakan jumlah produksi yang rendah dan

akan menimbulkan kerugian. Para nelayan juga mengatakan pada musim Barat

keadaan perairan Selat Malaka cenderung memiliki ombak yang besar dan angin

yang kencang, membuat para ikan enggan tertangkap jaring nelayan. Hal ini

sesuai dengan Taher et al. (2018) yang menyatakan bahwa pada musim Barat

yang berlangsung pada bulan Desember-Februari, angin bertiup lebih kencang dan

54

Universitas Sumatera Utara


55

mendorong pergerakan air yang menghasilkan suatu gerakan arus horizontal.

Keberadaan plankton sebagai makanan ikan khususnya ikan tongkol sangat

mempengaruhi kondisi pertumbuhannya. Jika kelimpahan plankton di perairan

tersebut rendah, maka jumlah makanan utama ikan di perairan tersebut juga akan

menurun.

55

Universitas Sumatera Utara


56

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Nilai CPUE sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang

diperoleh dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2015-2019) yaitu pada tahun

2015 sebanyak 1,34 ton/trip, tahun 2016 sebanyak 1,61 ton/trip, tahun 2017

sebanyak 1,24 ton/trip, tahun 2018 sebanyak 1,68 ton/trip, dan tahun 2019

sebanyak 2,18 ton/trip.

2. Tingkat pemanfaatan dan pengupayaan ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan

berada dibawah 100% dan berada pada kategori padat tangkap atau optimum.

Tangkapan yang di perbolehkan (TAC) untuk ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) adalah 6.871,88 ton/tahun.

3. Puncak musim penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru

(Decapterus macarellus) tertinggi terjadi pada bulan November (akhir musim

peralihan II) dengan nilai IMP sebesar 116,49%. Sedangkan musim

penangkapan dengan nilai terendah pada bulan Februari (musim Barat) dengan

nilai IMP sebesar 89,35%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan

perlu adanya penataan jumlah unit penangkapan ikan Layang Biru yang optimal,

dilakukannya sosialisasi lebih lanjut kepada para nelayan di Pelabuhan Perikanan

Samudera Belawan mengenai informasi pola musim penangkapan yang tepat agar

dapat melalukan penangkapan di musim puncak penangkapan yang telah

56

Universitas Sumatera Utara


57

diperoleh dalam penelitian ini agar dapat menghasilkan potensi lestari untuk

keberlanjutan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus). Untuk

lebih menyempurnakan penelitian mengenai pola musim penangkapan

sumberdaya Layang Biru (Decapterus macarellus) maka perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai arah migrasi, aspek biologis, tingkah laku dan

pola penyebaran Layang Biru (Decapterus macarellus).

57

Universitas Sumatera Utara


58

DAFTAR PUSTAKA

Ali, S. A. 2005. Kondisi Sediaan dan Keragaman Populasi Ikan Terbang


(Hirundichtys oxychepalus, Bleeker, 1852) di Laut Flores dan Selat
Makassar. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Atmaja S. B. dan Haluan J. 2003. Perubahan Hasil tangkapan Lestari Ikan Pelagis
Kecil di Laut Jawa dan Sekitarnya. Buletin PSP. 12(2): 10-20.
Badrudin. 2008. Analisis Data Catch dan Effort untuk Pendugaan MSY.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Gaffar, M. A. 2006. Optimasi Pengembangan Usaha Perikanan Mini Purse Seine
di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Genisa, A. S. 1998. Beberapa Catatan tentang Biologi Ikan Layang Marga
Decapterus. Oseana. 23(2): 27-36.
Gulland, J. A. 1983. Fish stock assessment: A manual of basic method. Jhon
Wiley abd sons Singapore.
Hamka, E dan M. Rais. 2016. Penentuan Musim Penangkapan Ikan Layang
(Decapterus sp.) di Perairan Timur Sulawesi Tenggara. Jurnal IPTEKS
PSP. 3(6): 510-517.
Haslinda, dan J. Majid. 2016. Pengaruh Perencanaan Anggaran dan Evaluasi
Anggaran terhadap Kinerja Organisasi dengan Standar Biaya sebagai
Variabel Moderating pada Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo. Jurnal
Ilmiah Akuntansi Peradaban. 2 (1).
Irham. 2009. Pola Pengembangan Berkelanjutan Sumberdaya Ikan Layang
(Decapterus spp) di Perairan Maluku Utara. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Ismy, F., B. Utomo dan Z. A. Harahap. 2014. Kajian Unit Penangkapan Purse
Seine di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Jokoswito. 2012. Potensi Lestari dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Kembung Lelaki
(Rastrelinger kanagurta) di Teluk Bone. Universitas Hasanuddin,
Makassar
Kekenusa, J. S., Victor, N. R. W., dan Djoni, H. 2014. Penentuan Status
Pemanfaatan dan Skenario Pengelolaan Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) yang Tertangkap di Perairan Bolaang Mongondow
Sulawesi Utara. Universitas Sam Ratulangi, Manado.
King, M. 1995. Fishery Biology, Assessment, and Management. Fishing News
Books. London.
58

Universitas Sumatera Utara


59

Latukonsina, H. 2010. Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Layang


(Decapterus sp.) di Perairan Laut Flores Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah
Agribisnis dan Perikanan. 3(2): 47-54.

Listiani, A., D. Wijayanto dan B. B. Jayanto. 2016. Analisis CPUE (Catch per
Unit Effort) dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Lemuru
(Sardinella lemuru) di Perairan Selat Bali. Universitas Diponegoro,
Semarang.

Lubis, R. S. 2013. Potensi Tingkat Pemanfaatan dan Keberlanjutan Ikan Tembang


(Sardinella sp.) di Perairan Selat Malaka Kabupaten Serdang Bedagai
Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Majore, E. P., Luasunaung, A., dan Budiman, J. 2014. Fishing Season Analysis of
Scad Mackerel (Decapterus sp.) in North Sulawesi and Its Surrounding
Waters Based on Catch Landing in Fish Landing Center of
Tumumpa. Aquatic Science & Management. 2(2): 44-47.

Mirnawati, A. Nelwan dan M. Zainuddin. 2019. Studi tentang Komposisi Jenis


Hasil Tangkapan Puerse Seine berdasarkan Lokasi Penangkapan di Perairan
Tanah Beru Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. 6(11): 21-43.
Naya, D. A. B., Wijayanto, D., dan Sardiyatmo, S. (2017). Analisis Komoditas
Unggulan Perikanan Tangkap di Provinsi Jawa Tengah. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 6 (3): 37-
46.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 368 hlm.
Nugraha, E., Bachrulhajat, K., dan Yuniarti. 2012. Potensi Lestari dan Tingkat
Pemanfaatan Ikan Kurisi (Nemipterus japonicus) di Perairan Teluk Banten.
Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3 (1): 91-98.
Prihartini, A. 2006. Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus spp)
Hasil Tangkapan Purse Seine yang Didaratkan di PPN Pekalongan.
Universitas Diponegoro, Semarang.
Rahman, D. R., I. Triarso, dan Asriyanto. 2013. Analisis Bioekonomi Ikan
Pelagis pada Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai
Tawang Kabupaten Kendal. Journal of Fisheries Resources Utilization
Management and Technology. 2 (1): 1-10.
Rahmawati, M., Fitri, A. D. P., dan Wijayanto, D. 2013. Analisis Hasil
Tangkapan per Upaya Penangkapan dan Pola Musim Penangkapan Ikan
Teri (Stolephorus spp.) di Perairan Pemalang. Journal of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology. 2 (3): 213-222.

59

Universitas Sumatera Utara


60

Rambun, P. A., Sunarto dan I. Nurruhwat. 2016. Selektivitas Alat Tangkap Purse
Seine di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke Jakarta. Jurnal
Perikanan Kelautan. 7 (2): 97-102.

Riyadi, A. dan M. Yunisa. 2007. Pola Arus di Perairan Teluk Hurun Lampung
Selatan. Jurnal Hidrosfir. 2 (2): 71-78.

Rosalina, D., W. Adi dan D. Martasari. 2011. Analisis Tangkapan Lestari dan
Pola Musim Penangkapan Cumi-cumi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Sungailiat-Bangka. Maspari Journal. 2: 26-38. ISSN: 2087-0558.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I dan II. Bandung:
Binacipta. 508 hlm.
Safitri, Z. 2018. Pendugaan Stok dan Status Pemanfaatan Perikanan Tembang di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Kaangantu Serang Provinsi Banten.
Universitas Brawijaya, Malang.
Septifitri, D. R. Monintja, S. H. Wisudo dan S. Martasuganda. 2010. Peluang
Pengembangan Perikanan Tangkap di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal
Teknologi Perikanan dan Kelautan. 1 (1): 81-93.
Sibagariang, O. Prima, Fauziyah dan F. Agustrina. 2011. Analisis Potensi Lestari
Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Maspari Journal. 24-29 hlm.
Simbolon, D., B. Wirawan, P. I. Wahyuningrum dan H. Wahyudi. 2011. Tingkat
Pemanfaatan dan Pola Musim Penangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat
Bali. 19 (3): 293-307.

Suastra, G. F. 2018. Tingkat Pemanfaatan dan Pola Musim Penangkapan Ikan


Layang Benggol di Perairan Selat Makasaar yang Didaratkan di TPI
Bajomulyo II, Juwana Pati, Jawa Tengah. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Brawijaya, Malang.
Taher, H., S. S. Titaheluw dan A. Bafagih. 2018. Hubungan Panjang Bobot dan
Pendugaan Stok Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) di Perairan Halmahera
Timur. Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
2 (2): 31-39. E-ISSN: 2598-8298.
Tarigan, Y. A. 2019. Analisis Tingkat Pemanfaatan Ikan Layang (Decapterus spp)
dengan Alat Tangkap Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Samudera
Belawan. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Widodo, J. dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta. 49 hlm.

Yuliana, Y., Zain, J., & Syaifuddin, S. 2016. Operational Management Ocean
Fishing Port of Belawan North Sumatera Province. Universitas Riau, Riau.

60

Universitas Sumatera Utara


61

Lampiran 1. Kuisoner

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan No :


Fakultas Pertanian Waktu :
Universitas Sumatera Utara
Hari/Tanggal :

KUESIONER

PENILAIAN ANALISIS HASIL TANGKAPAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN


SUMBERDAYA IKAN LAYANG BIRU (Decapterus macarellus) DI PELABUHAN
PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Peneliti:
Maulida Pratiwi
160302039

Dimohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk mengisi kuisioner penelitian ini, yang


merupakan salah satu aspek dari peneliti yang bertujuan :
Untuk mengetahui potensi, pemanfaatan dan pola musim penangkapan
sumberdaya Ikan Layang Biru.
Untuk bahan penelitian dalam menyelesaikan tugas akhir Skripsi.

Data dan informasi yang diberikan dijamin kerahasiaannya, atas kesediaan


Bapak/Ibu/Sdr saya ucapkan terima kasih.
Identitas Responden

Nama Narasumber : ........................................................................


Umur : ........................................................................
Pendidikan : ........................................................................
Pekerjaan : ........................................................................
Lama bekerja : ........................................................................
Alamat : ........................................................................
Penghasilan/Bulan : ........................................................................
(< Rp 1.000.000,00)
(Rp 1.000.000,00 – Rp 2.000.000,00)
(Rp 2.000.000,00 – Rp 3.000.000,00)

61

Universitas Sumatera Utara


62

(> Rp 3.000.000,00)
Jumlah tanggungan keluarga : ............................................................................
Karakteristik Kapal
Ukuran kapal : ......................... GT
Daya mesin .......................................................................................... PK
Alat tangkap : ................................
Panjang ................................................................................................ (Meter)
Mesh Size ............................................................................................ (Inchi)
ABPI : (Lampu, Sekoci, Katrol)
Keterangan
..................................................................................................................
Jumlah ABK ........................................................................................ Orang
Jumlah Bahan Bakar ........................................................................... Liter

Operasional Penangkapan Ikan


Daerah penangkapan ikan (fishing ground) : perairan……………….
Jarak dari tempat pendaratan ikan ke fishing ground : …….mil laut atau…............................. hari
pejalanan
Jarak dari fishing ground ke pantai terdekat...........................................mil laut
Waktu penangkapan ikan :
- Musim barat : (Bulan…………..s.d Bulan………………. )
- Musim Timur: (Bulan………… s.d Bulan………………...)
- Musim Peralihan dari timur ke barat: (Bulan:………..…s.d. Bulan… ........................................ )
- Musim Peralihan dari barat ke timur: (Bulan:……..……s.d. Bulan… ........................................ )
Lama rata-rata melaut........................................hari
Keberangkatan...................................................pagi/siang/malam
Kepulangan........................................................pagi/siang/malam
Jumlah hari tidak melaut................... ................hari
Jumlah trip penangkapan.................................../hari/bulan/tahun
Lamanya satu kali trip operasi penangkapan ikan .............................................................. jam/trip
Waktu pengoperasian alat tangkap : pagi/siang/malam
Jumlah ikan Layang Biru yang tertangkap : ......................... kg/trip

62

Universitas Sumatera Utara


63

Jumlah hasil tangkapan pada musim penangkapan ikan:


Jumlah banyak : bulan………………..sampai bulan……………..(sebutkan)
Jumlah sedang : bulan………………..sampai bulan……………..(sebutkan)
Jumlah kurang : bulan… …………….sampai bulan……………..(sebutkan)
Harga ikan Layang Biru pada saat musim penangkapan : ........................../kg
Harga ikan Layang Biru pada saat tidak musim penangkapan : .................../kg

Lampiran 2. Produksi Tahunan dan Produksi per Alat Tangkap Ikan Layang Biru
(Decapterus macarellus) Tahun 2015-2019.
Tahun Catch (ton) Effort (trip) CPUE (ton/trip)
2015 8.694 6.498 1,34
2016 10.048 6.233 1,61
2017 6.672 5.367 1,24
2018 6.646 3.949 1,68
2019 6.876 3.154 2,18

Lampiran 3. Pendugaan Potensi Lestari Ikan Layang Biru


(Decapterus macarellus) dengan Metode Surplus Produksi

Tahun Catch Effort CPUE ln CPUE

2015 8.694 6498 1,34 0,29


2016 10.048 6.233 1,61 0,48
2017 6.672 5.367 1,24 0,22
2018 6.646 3.949 1,68 0,52
2019 6.876 3.154 2,18 0,78

Model Schaefer Model Fox


MSY MSY
a b f opt a b f opt

2,61244 -0,00020 6576,12 8589,85 1,04090 -0,0001 8636,137 8996,64

Grafik Model Schaefer


MSY Schaefer F opt
0 0
8589,850 6576,120
17179,700 0

63

Universitas Sumatera Utara


64

Lampiran 4. Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan sumberdaya ikan Layang


Biru (Decapterus macarellus)
F opt Model MSY Model
Tahun Produksi Effort TPC TPF TAC
Schaefer Schaefer
2015 8.694 6.498 1,01 0,99
2016 10.048 6.233 1,17 0,95
2017 6.672 5.367 6576,12 8589,85 0,78 0,82 6871,88
2018 6.646 3.949 0,77 0,60
2019 6.876 3.154 0,80 0,48

Lampiran 5. CPUE total produksi per unit penangkapan Purse Seine di PPS
Belawan tahun 2015-2019
Tahun Effort CPUE
Bulan Catch (kg)
(trip) (kg/trip)
2015 Januari 813.024 502 1619,57
Februari 230.537 418 551,52
Maret 729.814 566 1289,42
April 729.390 559 1304,81
Mei 755.919 559 1352,27
Juni 794.207 593 1339,30
Juli 729.222 501 1455,53
Agustus 889.112 554 1604,90
September 712.842 557 1279,79
Oktober 823.400 554 1486,28
November 756.726 587 1289,14
Desember 729.671 548 1331,52
2016 Januari 805.997 590 1366,10
Februari 772.248 479 1612,21
Maret 919.133 507 1812,89
April 898.371 531 1691,85
Mei 1.049.090 530 1979,42
Juni 1.004.387 511 1965,53
Juli 813.424 495 1643,28
Agustus 837.766 481 1741,72
September 675.229 495 1364,10
Oktober 677.988 526 1288,95
November 1.038.361 554 1874,30
Desember 556.364 534 1041,88
2017 Januari 604.237 528 1144,39
Februari 477.655 459 1040,64
Maret 657.636 514 1279,45
April 597.974 423 1413,65
Mei 773.176 576 1342,32
64

Universitas Sumatera Utara


65

Juni 728.666 520 1401,28


Juli 606.350 395 1535,06
Agustus 583.540 458 1274,10
September 512.439 427 1200,09
Oktober 370.612 377 983,06
November 416.508 375 1110,69
Desember 343.616 315 1090,84
2018 Januari 343.616 304 1130,32
Februari 349.815 371 942,90
Maret 575.732 477 1206,99
April 544.291 433 1257,02
Mei 903.978 437 2068,60
Juni 497.413 302 1647,06
Juli 623.049 341 1827,12
Agustus 706.748 339 2084,80
September 563.735 276 2042,52
Oktober 698.677 248 2817,25
November 584.862 217 2695,22
Desember 254.355 204 1246,84
2019 Januari 336.518 208 1617,88
Februari 330.546 204 1620,32
Maret 505.791 284 1780,95
April 525.115 291 1804,52
Mei 528.862 293 1804,99
Juni 465.702 244 1908,61
Juli 548.619 313 1752,78
Agustus 571.374 323 1768,96
September 717.244 324 2213,72
Oktober 966.152 317 3047,80
November 869.211 208 4178,90
Desember 511.192 145 3525,46

Lampiran 6. Perhitungan indeks musim penangkapan ikan Layang Biru


(Decapterus macarellus) per unit penangkapan Purse Seine di PPS Belawan
2015-2019
Effort CPUE
Tahun Bulan Catch (kg) RGi RGP Rbi
(trip) (kg/trip)
2015 Januari 813.024 502 1619,57
Februari 230.537 418 551,52
Maret 729.814 566 1289,42
April 729.390 559 1304,81
Mei 755.919 559 1352,27

65

Universitas Sumatera Utara


66

Juni 794.207 593 1339,30


Juli 729.222 501 1455,53 1325,34 1530,21 0,95
Agustus 889.112 554 1604,90 1304,22 1442,34 1,11
September 712.842 557 1279,79 1392,61 1383,03 0,93
Oktober 823.400 554 1486,28 1436,23 1387,71 1,07
November 756.726 587 1289,14 1468,48 1310,33 0,98
Desember 729.671 548 1331,52 1520,74 1348,81 0,99
2016 Januari 805.997 590 1366,10 1572,93 1489,15 0,92
Februari 772.248 479 1612,21 1588,57 1712,55 0,94
Maret 919.133 507 1812,89 1599,98 1752,37 1,03
April 898.371 531 1691,85 1607,00 1835,63 0,92
Mei 1.049.090 530 1979,42 1590,56 1972,47 1,00
Juni 1.004.387 511 1965,53 1639,32 1804,41 1,09
Juli 813.424 495 1643,28 1615,18 1692,50 0,97
Agustus 837.766 481 1741,72 1596,71 1552,91 1,12
September 675.229 495 1364,10 1549,08 1326,52 1,03
Oktober 677.988 526 1288,95 1504,62 1581,62 0,81
November 1.038.361 554 1874,30 1481,44 1458,09 1,29
Desember 556.364 534 1041,88 1428,35 1093,13 0,95
2017 Januari 604.237 528 1144,39 1381,33 1092,52 1,05
Februari 477.655 459 1040,64 1372,31 1160,05 0,90
Maret 657.636 514 1279,45 1333,34 1346,55 0,95
April 597.974 423 1413,65 1319,68 1377,98 1,03
Mei 773.176 576 1342,32 1294,19 1371,80 0,98
Juni 728.666 520 1401,28 1230,55 1468,17 0,95
Juli 606.350 395 1535,06 1234,63 1404,58 1,09
Agustus 583.540 458 1274,10 1233,46 1237,10 1,03
September 512.439 427 1200,09 1225,31 1091,57 1,10
Oktober 370.612 377 983,06 1219,27 1046,87 0,94
November 416.508 375 1110,69 1206,22 1100,77 1,01
Desember 343.616 315 1090,84 1266,75 1110,58 0,98
2018 Januari 343.616 304 1130,32 1287,23 1036,61 1,09
Februari 349.815 371 942,90 1311,57 1074,94 0,88
Maret 575.732 477 1206,99 1379,12 1232,00 0,98
April 544.291 433 1257,02 1449,33 1662,81 0,76
Mei 903.978 437 2068,60 1602,18 1857,83 1,11
Juni 497.413 302 1647,06 1734,22 1737,09 0,95
Juli 623.049 341 1827,12 1747,22 1955,96 0,93
Agustus 706.748 339 2084,80 1787,85 2063,66 1,01
September 563.735 276 2042,52 1844,30 2429,88 0,84
Oktober 698.677 248 2817,25 1892,13 2756,23 1,02
November 584.862 217 2695,22 1937,76 1971,03 1,37
66

Universitas Sumatera Utara


67

Desember 254.355 204 1246,84 1915,79 1432,36 0,87


2019 Januari 336.518 208 1617,88 1937,59 1619,10 1,00
Februari 330.546 204 1620,32 1931,39 1700,64 0,95
Maret 505.791 284 1780,95 1905,07 1792,74 0,99
April 525.115 291 1804,52 1919,34 1804,75 1,00
Mei 528.862 293 1804,99 1938,55 1856,80 0,97
Juni 465.702 244 1908,61 2062,19 1830,70 1,04
Juli 548.619 313 1752,78
Agustus 571.374 323 1768,96
September 717.244 324 2213,72
Oktober 966.152 317 3047,80
November 869.211 208 4178,90
Desember 511.192 145 3525,46

Juli 2015- Juli 2016- Juli 2017- Juli 2018- Total


Bulan RBBi JRBBi FK IMP
Juni 2016 Juni 2017 Juni 2018 Juni 2019 Rbi

Juli 0,95 0,97 1,09 0,93 3,95 0,99 98,87

Agustus 1,11 1,12 1,03 1,01 4,27 1,07 107,12

September 0,93 1,03 1,10 0,84 3,89 0,97 97,57

Oktober 1,07 0,82 0,94 1,02 3,85 0,96 96,36

November 0,98 1,29 1,01 1,37 4,65 1,16 116,49

Desember 0,99 0,95 0,98 0,87 3,79 0,95 95,05


11,97 100,25
Januari 0,92 1,05 1,09 1,00 4,06 1,01 101,73

Februari 0,94 0,90 0,78 0,95 3,57 0,89 89,35

Maret 1,03 0,95 1,08 0,99 4,06 1,01 101,70

April 0,92 1,03 0,76 1,00 3,70 0,93 92,82

Mei 1,00 0,98 1,11 0,97 4,07 1,02 101,89

Juni 1,09 0,95 0,95 1,04 4,03 1,01 101,05

Rekapitulasi pola musim penangkapan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)


Bulan IMPi (%) Musim Penangkapan Musim di Indonesia
Juli 98,87 Sedang Timur
Agustus 107,12 Puncak Timur
September 97,57 Sedang Peralihan II
Oktober 96,36 Sedang Peralihan II
November 116,49 Puncak Peralihan II
Desember 95,05 Sedang Barat
Januari 101,73 Puncak Barat
Februari 89,35 Sedang Barat
Maret 101,70 Puncak Peralihan I
April 92,82 Sedang Peralihan I
Mei 101,89 Puncak Peralihan I
Juni 101,05 Puncak Timur

67

Universitas Sumatera Utara


68

Lampiran 7. Data Responden Nelayan


Lama
Jarak
Ukuran Jlh Trip Rata-
Penang
Nama Usia Pendidikan Kapal Penangkapan/ rata
akapan
(GT) Bulan Melaut
(mil)
(Hari)
Tanggang 47 SD 30 30 2 14
D. Ritonga 54 SD 30 45 4 7
Tobing 39 SMP 60 25 6 4
Jerry 30 SD 30 60 4 6
Abdullah 45 SD 35 65 4 6
Arifin 39 SMP 75 30 6 4
S. Manurung 55 SD 35 50 2 12
E. Pasaribu 44 SMP 30 25 2 16
Syarwan 43 SMP 75 30 3 8
Mahadi 44 SMP 28 25 2 12
Hamdan 31 SD 30 60 2 12
Syaiful 25 SD 30 60 6 4
Syarifuddin 28 SD 89 70 4 6
Robi 48 SD 73 30 4 6
Siarwan 43 SMP 75 30 3 8
Kok An 62 TS 30 60 1 15
Agus Salim 48 SMP 30 60 6 4
Samsul Arifin 41 SMA 30 45 1 15
Bustami 38 SD 35 60 4 6
Mansyah 49 SD 30 60 1 6

68

Universitas Sumatera Utara


69

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Wawancara dengan para Responden

69

Universitas Sumatera Utara


70

Lampiran 8. Lanjutan

Alat dan Bahan Penelitian

Alat

Laptop Kamera Handphone

Alat tulis Purse seine

Bahan

Hasil Tangkapan ikan Layang Biru Ikan Layang Biru


(Decapterus macarellus)

70

Universitas Sumatera Utara


71

Kuisioner

Lampiran 9. Peralatan Operasional Penangkapan ikan Layang Biru

Kapal Purse Seine Purse seine (Pukat Cincin)

Lampu Pelampung Pukat Cincin

71

Universitas Sumatera Utara


72

Lampiran 10. Kondisi Penelitian di Lapangan

Pembongkaran ikan di kapal Penangkutan ikan dari kapal

Pembongkaran ikan di Gudang Pernyortiran ikan

Proses jual beli ikan

72

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai