Anda di halaman 1dari 32

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN

WILAYAH PESISIR SECARA TERPADU KELURAHAN SAMKAI


DISTRIK MERAUKE KAB. MERAUKE, PAPUA.

Draft Dokumen Akhir

10/15/2015
Tim Penyusun
Burhanuddin Arifin
A. Wahyu Septiawan
J.E.M. Corputty
Jhon Ezra Dinaulik
Ahmad Junaedy
Nur Linda Nurdin

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia sumberdaya yang
dilimpahkan di Kelurahan Samkai, kami haturkan terimakasih kepada Kepala Dinas
Kelautan dan Perikanan Kab. Merauke (Ketua PIU) beserta jajaran PIU CCDP-IFAD,
konsultan, Tenaga Pendamping Desa (TPD), tim pelaksana pengelolaan wilayah pesisir
berbasis masyarakat (ICM) CCDP-IFAD kab. Merauke, dan kelompok masyarakat yang
telah membantu dalam penyusunan dokumen.
Proyek pembangunan masyarakat pesisir (CCDP-IFAD) Kelurahan Samkai dimulai
tahun 2013 dan rencana akan berakhir tahun 2017, selama proyek pembangunan
masyarakat pesisir Kelurahan Samkai telah banyak dilakukan pelatihan teknis bagi
kelompok masyarakat, Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), fasilitasi mitra kerja dengan
pengusaha lokal, pengawasan sumberdaya ekosistem mangrove, dan perencanaan
pembangunan wilayah pesisir. Perencanaan wilayah pesisir berbasis masyarakat CCDP-
IFAD Kelurahan Samkai Distrik Merauke Kab. Merauke dilaksanakan pada tahun 2015,
dimulai dengan wawancara, FGD, penyusunan draft awal dan akhir, konsultasi pablik.
Penyusunan dokumen perencanaan wilayah pesisir berbasis masyarakat melibatkan
masyarakat Kelurahan Samkai seperti kelompok masyarakat CCDP-IFAD, Lurah, aparat
kelurahan, Tokoh Agama, Guru dan perempuan pengolah ikan. Dalam FGD telah menggali
isu dan permasalahan tentang pemasaran produksi perikanan, pengolahan ikan,
pengelolaan sumberdaya mangrove, infrastruktur pendukung pengolahan ikan dan lain-lain.
Dalam penyusununan draft awal telah di susun strategi, program, lembaga terkait dan
sumber anggaran yang dianggap mampu menjadi solusi bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat pesisir Kelurahan Samkai.
Dokumen rencana pembangunan masyarakat CCDP-IFAD Kelurahan Samkai
semoga menjadi masukan bagi masyarakat dalam menyusun rencana pembangunan jangka
pendek dan menengah tahun 2016, dengan dukungan Alokasi dana desa (ADD),
rancangan RPJM dan dokumen rencana pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir
semoga mampu melakukan perubahan kondisi masyarakat kearah yang lebih baik.
Harapan kami juga dapat mendirikan koperasi nelayan yang mampu menyalurkan bantuan
modal bagi kelompok masyarakat penangkapan dan pengolahan ikan.
Segala harapan kami tidah pernah lepas dari bantuan Tuhan Yang Maha Esa,
semoga dapat terwujud menurut-Nya. Segala bantuan dan dukungan masyarakat, DKP
Merauke, pengelola CCDP-IFAD sangat mendukung terwujudnya visi dan misi Kelurahan
Samkai, atas bantuan kami mengucapkan banyak terimakasih.

Samkai, 27 November 2015

Kelurahan Samkai

Romanus Kande Kahol

2
KATA SAMBUTAN
Kepala Dinas Kelutan dan Perikanan Kabupaten Merauke
Ketua PIU CCDP-IFAD

Pelaksanaan proyek pembangunan masyarakat pesisir telah diterapkan di kawasan


Indonesia Timur dengan tujuan meningkatkan hasil pendapatan masyarakat pesisir
khususnya rumah tanggga nelayan, namun seperti kata pepatah “api jauh dari panggang”
realitas masyarakat nelayan kita masih bergelut dengan kemiskinan, musim semakin susah
ditebak, hasil tangkap semakin sedikit, daerah penangkapan semakin jauh dan minimnya
fasilitas penangkapan semakin menambah penderitaan masyarakat nelayan.
Salah satu kelemahan pelaksanaan proyek pesisir selama ini adalah perencanaan
awal bersifat sentralistik, perencanaan awal, pelaksanaan proyek hingga monitoring dan
evaluasi masih menunggu keputusan dari pusat. Bantuan pemerintah daerah selama ini
hanya sekedar memberikan bantuan kepada masyarakat tanpa ada proses pendampingan
secara intensif, sehingga kadang ditemukan banyak temuan bantuan tidak tepat sasaran
atau bantuan pemerintah di jual kembali oleh masyarakat.
Sehubungan dengan pelaksanaan proyek pembangunan masyarakat pesisir (CCDP-
IFAD) oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan di 12 kabupaten/kota di Indonesia, salah
satu adalah kabupaten Merauke Propinsi Papua, kami menganggap proyek CCDP-IFAD
memberikan kesan perubahan terhadap proyek sebelumnya. Di daerah kami Kabupaten
Merauke terdapat Sembilan lokasi proyek pembangunan masyarakat pesisir yaitu Samkai,
Maro, Nasem, Kuler, Onggaya, Tomer, Okaba, Alaku, dan Makaling. Proses pelaksanaan
proyek didahului dengan perencanaan pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir yang
melalui tahapan sistimatis dan perlibatan masyarakat dalam memberikan masukan dan
menyusun apa yang di harapkan oleh sebagian besar masyarakat desa.
Kami mengucapkan terimaksih kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan yang
telah memberikan amanah kepada kami Dinas Kelautan dan Perikanan kab. Merauke untuk
melaksanakan proyek CCDP-IFAD, harapan kami dokumen perencanaan pembangunan dan
pengelolaan wilayah pesisir mampu memberikan masukan kepada pemerintah tingkat desa
hingga pemerintah kabupaten agar dapat diusulkan dalam rancangan pembangunan jangka
pendek dan menengah (RPJM) pada setiap level pemerintahan.

Merauke, November 2015


Plt. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
Kaupaten Merauke
Sekretaris

Martha Bayu W. Wijaya, A.Pi.,M.Sc.

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DESA


SAMBUTAN KETUA PIU
UCAPAN TERIMAKSIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Visi dan Misi
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.4 Proses Penyusunan
Bab II Rona Wilayah Pesisir
2.1 Keadaan Masyarakat
2.2 Kondisi Lingkungan Pesisir
2.3 Potensi Sumberdaya Alam
Bab III Perencanaan Pengelolaan
3.1 Issue-Issue Prioritas
3.2 Strategi Pengelolaan
3.3 Rencana Aksi
3.4 Rencana Monitoring dan Evaluasi
Bab IV. Penutup
Bab V. Lampiran
Referensi

4
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
SECARA TERPADU KELURAHAN SAMKAI DISTRIK MERAUKE
KABUPATEN MERAUKE, PROPINSI PAPUA.

I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya jika ditinjau dari segi geografis, maka Kelurahan Samkai merupakan
wilayah dataran rendah yang berada dipinggiran Laut Arafura dengan ketinggian tanah
berkisar antara 2 - 3 m diatas permukaan air laut. Namun dengan pertumbuhan sosial dan
banyaknya bangunan fisik, maka kondisi tersebut hingga saat ini mengalami perubahan
dengan berkurangnya daerah rawa sekitar 30 % menjadi daerah Pemukiman. Kelurahan
Samkai termasuk dalam wilayah dengan kelembapan cukup tinggi yang mana
kelembapannya rata-rata berkisar 260– 290 Celcius dan curah hujan yang cukup tinggi pula
yang berkisar antara 2500-4500 mm/thun.
Letak wilayah Kelurahan Samkai tepatnya di pinggiran Laut Arafura dengan garis
pantai yang cukup indah dan tergolong stategis untuk pembentukan wajah kota Merauke
kedepan, hal ini dikarenakan dengan Potensi Nelayan dan wisata pantai yang perlu
dikembangkan secara baik sehingga akan mendukung ekonomi masyarakat setempat
sebagai bagian dari perkembangan kabupaten Merauke. Kelurahan Samkai merupakan
salah satu dari delapan (8) Kelurahan yang ada di Distrik Merauke Kabupaten Merauke.
Secara geografis Kelurahan Samkai terletak antara 140⁰22'29.696" BT -
08⁰29'36.405" LS dan 140⁰26'55.229" BT-08⁰33'53.275"LS. Kelurahan Samkai memiliki luas
10,14 km2 terdiri dari 23 RT dan 7 RW dengan jarak dari pusat kabupaten 5 km. secara
geografis bentuk kelurahan memanjang sejajar dengan garis pantai, sehingga terbagi
menjadi 3 wilayah pantai yaitu Pantai Lampu Satu, Pantai Yobar dan pantai Payum. Masing-
masing wilayah tersebut dihubungkan dengan fasilitas jalan aspal dalam kondisi sebagian
besarnya baik.
Perbatasan Kelurahan Samkai terdiri dari desa tetangga dan laut Arafura,
perbatasan sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Seringgu dan Bambu Pemali,
sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arafura, sebelah Timur berbatasan dengan
Kampung Nasem dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Karang Indah.
Pusat pemerintahan Keluarahan Samkai terletak di RT 07. Akses jalan keluar desa
menuju desa lain dengan menggunakan jalan Binaloka-Seringgu dalam kondisi rusak
sedangkan akses keluar dengan menggunakan jalan Noari dalam kondisi baik. Sekitar
kelurahan terdiri dari pemukiman masyarakat dan rawa. Akses menuju Payum yang
merupakan fokus pengembangan nelayan tradisional dapat ditempuh dengan menggunakan
angkutan pedesaan. Secara geografis Payum merupakan pantai dataran rendah sehingga
ketika pasang debit air akan masuk ke system drainase.
Payum merupakan daerah pantai yang ditumbuhi oleh mangrove jenis Avecenia sp.,
Namun masih sering terjadi kerusakan akibat aksi penambangan pasir tipe C yang
menyebabkan abrasi. Pantai Lampu Satu merupakan tempat wisata bahari kabupaten
Merauke yang mudah diakses melalui jalur darat dengan jarak tempuh mencapai 15 menit
dari pusat kota kabupaten Merauke.
Secara geografis Kelurahan Samkai merupakan daerah strategis karena merupakan
pusat pendaratan ikan nelayan tradisional dengan kapasitas muatan 3-30 GT dengan
komoditas ikan laut. Selain keberadaan sarana dan prasarana pendukung desa, kelebihan

5
Kelurahan Samkai adalah kelompok masyarakat keluarga nelayan yang mampu
memanfaatkan ikan sebagai bahan produksi makanan sehat dan higienis.

1.2. Visi Dan Misi Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Kelurahan Samkai

Berdasarkan hasil Forum Discussion Group (FGD) aparat Kelurahan Samkai telah
memberikan keterangan tentang visi kelurahan berdasarkan visi dan misi Kabupaten
Merauke yang akan di capai dalam lima tahun yang akan datang sebagai berikut ;

Visi Bupati Merauke 2010-2015

“Merauke gerbang andalan manusia cerdas dan sehat, gerbang pangan nasional,
gerbang kesejahteraan dan kedamaian hati nusantara”

Misi Kelurahan Samkai 2010-2015


1. Membangun usaha perikanan, peternakan dan perkebunan secara mandiri
2. Meningkatkan kualitas infrastruktur pendukung pembangunan masyarakat
3. Menjaga kelestarian lingkungan pesisir dan laut Kelurahan Samkai
4. Mengembangkan potensi wisata pantai
5. Meningkatkan kualitas pendidikan usia sekolah
6. Menjaga kelestarian budaya masyarakat Marind

1.3. Tujuan Dan Manfaat Rencana Pengelolaan


Adapun tujuan dan manfaat dari rencana pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir ini
adalah:
 Sebagai pedoman bagi masyarakat kelurahan, pemerintah dan pihak terkait lainnya
dalam upaya penyelesaian dan penanganan isu-isu/masalah yang diprioritaskan
melalui rencana kegiatan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir terpadu.
 Memperjelas tanggung jawab dan peran masyarakat, pemerintah dan pihak terkait
lainnya dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang ada di dalam rencana
pengelolaan.
 Sebagai pedoman dalam menetapkan aturan-aturan dari masyarakat dan
pemerintah sehubungan dengan penanganan isu dan penyelesaian masalah.

1.4. Proses Penyusunan Rencana Pengelolaan

1) Persiapan Perencanaan Tingkat PIU


Persiapan penyusunan perencanaan dimulai dengan cara ;
a) Pembentukan Tim Penanggung Jawab Perencanaan yang beranggotakan wakil
PIU, satker BPSPL, Tenaga Ahli pengelolaan wilayah pesisir, tenaga ahli GIS yang
diberi tugas khusus menyusun perencanaan.
b) Untuk penyamaan visi tim perencana diadakan pertemuan koordinasi dalam bentuk
diskusi bersama denga pihak PIU, konsultan, TPD dan penyuluh CCDP-IFAD.
2) Penyusunan Perencanaan.
Setelah semua persiapan dan langkah langkah perencanaan seperti diatas
dilaksanakan, maka penyusunan perencanaan pengelolaan dapat dimulai dengan
sebagai berikut :

6
Wawancara
Langkah awal dalam proses penyusunan rencana pengelolaan dapat dilakukan
wawancara langsung dengan masyarakat dengan system random. Wawancara dapat
dilakukan di warung, pos penjagaan, rumah masyarakat dan kebun, dalam wawancara
dapat diperoleh isu dan permasalahan seputar kehidupan masyarakat. wawancara
dapat dilakukan oleh tim perencanaa yang telah di bentuk di tingkat PIU.
FGD
Fokus Group discussion dapat dilakukan setelah memperoleh isu dan permasalahan
dari masyarakat dengan cara wawancara langsung. FGD dilakukan untuk melakukan
verifikasi dan klarifikasi terhadap isu dan permasalahan sehingga diperoleh focus isu
dan permasalahan yang akan menjadi dari rencana pengelolaan wilayah pesisir dan
laut. Kegiatan FGD dapat difasilitasi oleh tim penyusun perencanan dengan peserta
dari pihak aparatur pemerintah desa, kelompok masyarakat, guru, tokoh agama, tokoh
pemuda dan tokoh organisasi masyarakat.
Penyusunan draft Awal
Setelah melakukan proses FGD, data isu dan permasalahan dapat diinput untuk
dilakukan analisis sederhana (SWOT) dengan melibatkan tim perencana dan 5 orang
masyarakat yang merupakan perwakilan dari masyarakat kampung. Dalam melakukan
penyusunan draft awal perlu memperhatikan masukan dari seluruh pihak, namun tetap
memperhatikan focus pengembangan wilayah pesisir yang akan dilakukan disetiap
kampung.
Konsultasi Publik
Kegiatan konsultasi publik merupakan forum penyampaian hasil kerja dari tim
penyusun rencana dengan tim kecil masyarakat (5 orang) kepada sebagian besar
masyarakat kelurahan (30 orang), draft perencenaan disampaikan kepada masyarakat
dengan harapan mendapat masukan dan kritikan tentang perencanaan pengelolaan
isu dan permasalahan, kemudian draft dapat diperbaiki menjadi draft akhir.
Penyusunan daraft akhir
Penyusunan draft akhir perencanaan pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir
tingkat kampung melibatkan tim penyusun rencana dan masyarakat (5 orang), draft
hasil konsultasi publik di revisi kembali dengan memperhatikan masukan dari setiap
komponen masyarakat khususnya kepala pemerintahan kelurahan.

II. Kondisi Lingkungan Wilayah Pesisir


2.1. Keadaan Masyarakat
Kelurahan Samkai yang sekarang merupakan salah satu Kelurahan tertua dari
delapan (8) Kelurahan yang berada di wilayah pemerintahan Distrik Merauke tepatnya
dipinggiran Laut Arafura, Konon ceritanya Kelurahan Samkai sebelum tahun 1981
merupakan Kampung Samkai dengan Kepala kampungnya bernama Yohanis Tapro Ndiken.
Berdasarkan aspek luas wilayah dan letak Kelurahan Samkai yang berada diwilayah Kota
Merauke, maka pada tahun 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 05 Tahun 1979 Kelurahan Samkai ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan dengan
Nama Kelurahan Samkai nama Samkai sendiri mempunyai arti “jalan benar” yang diambil
dari bahasa Suku Marind Buti yang bertempat tinggal di Kelurahan Samkai. Suku Marind
Buti adalah suku yang memiliki hak ulayat tanah yang sekarang menjadi areal pusat
pemerintahan Kabupaten Merauke.
Setelah era kemerdekaan, Samkai merupakan daerah pesisir pantai yang
dimanfaatkan oleh masyarakat adat Marind sebagai tempat tinggal dan mencari ikan. Sejak
tahun 1960 terjadi gelombang pendatang di Kelurahan Samkai dari masyarakat nelayan

7
Sulawesi, hal ini membuktikan potensi perikanan perairan laut Kelurahan Samkai sangat
tinggi. Bagi nelayan masyarakat adat Marind, proses penangkapan ikan tanpa
menggunakan perahu, sehingga penangkapan dilakukan disekitar pesisir pantai. Sedangkan
bagi masyarakat nelayan pendatang proses penangkapan ikan telah menggunakan perahu
buatan sendiri, sehingga jarak penangkapan lebih luas dan hasil tangkapan lebih banyak.
Sejak tahun 1990 pemerintah daerah melalui dinas setempat telah menyalurkan bantuan
perahu dan motor kepada sebagian masyarakat nelayan adat, namun bantuan tersebut tidak
digunakan dan dijual kepada masyarakat pendatang.
Jumlah penduduk Kelurahan Samkai tahun 2014 tercatat 8.514 jiwa dengan
komposisi laki-laki 4.431 jiwa dan perempuan 4.083 jiwa. Secara umum Kelurahan Samkai
didominasi oleh penduduk usia (15-56 tahun) dengan jumlah persentase 84 %. Sedangkan
kelompok usia (0-12 bulan) dengan jumlah persentase 2 % dan usia tua (> 56 tahun)
mempunyai proporsi yang sangat kecil (5%). Hal ini mengindikasikan tingkat kematian bayi
dan orang tua yang masih cukup tinggi di kabupaten Merauke dan tingginya pendatang di
Kelurahan Samkai dengan usia produktif kerja.
Dari keseluruhan jumlah 6.390 jiwa yang terdata pada tahun 2014, pemeluk agama
Kristen Protestan sebanyak 12 %, Kristen katolik 28 % dan Islam 60 %. Daerah Lampu satu,
Binaloka dan Kampung Tengah mayoritas pemeluk agama Islam yang berasal dari
Sulawesi, Jawa dan Sumatera, sebaliknya daerah Imbuti mayoritas beragama Kristen
Katolik yang merupakan penduduk asli Marind.
Sebelum gelombang masyarakat dari luar Merauke datang ke Kelurahan Samkai,
mayoritas masyarakat suku Marind menempati lahan pesisir pantai Samkai. Namun sejak
terjadinya transaksi jual-beli tanah dari masyarakat Marind ke suku Bugis-Makassar, Jawa
dan Sumatera perlahan mayoritas pendatang mulai memenuhi pesisir pantai Kelurahan
Samkai. Seiring dengan bebasnya alur mobilitas penduduk dan perkembangan
pembangunan kota, maka Kelurahan Samkai menemui masalah baru diantaranya masalah
meningkatnya angka kemiskinan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan keterbatasan tingkat
pendidikan masyarakat dan terbatasnya lapangan pekerjaan serta persaingan hidup yang
semakin ketat sehingga dibutuhkan keterampilan dan keahlian kusus agar dapat bersaing
hidup.

2.2. Kondisi Ekonomi


Masyarakat Kelurahan Samkai yang bermukim sekitar pesisir pantai pada umumnya
aktivitas kesehariannya adalah nelayan tangkap (46 %) dengan daerah penangkapan di
perairan Laut Arafura sedangkan kegiatan buruh muat kapal pada pelabuhan Merauke
(15%), pedagang usaha kecil menengah sekitar (8 %).
Tabel 1. Kegiatan Produktif Masyarakat Kelurahan Samkai
No Kegiatan Produktif Persentase
1 Nelayan 54%
2 Pedagang 8%
3 PNS 5%
4 Polri & TNI 2%
5 Buruh Muat 15%
6 Swasta 8%
7 Honor Pemda 4%
8 Peternak 3%
Total 100%
Sumber : Hasil olah data RPJM Kelurahan Samkai

8
Mayoritas masyarakat Nelayan tangkap Samkai sangat tergantung kepada potensi
sumberdaya perikanan seperti ikan kakap, ikan paha-paha, ikan Bandang, dan udang. Dari
hasil perikanan ini menjadi komoditas utama bagi perdagangan ditingkat lokal dengan
berkeliling menjual ikan dengan menggunakan motor roda dua atau sepeda. Alat
penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan adalah jaring insang (gill net), jaring udang,
dan tango. Sebagian kecil masyarakat hanya menangkap pada tepian pantai, sedangkan
sebagian masyarakat nelayan tangkap menggunakan perahu mesin tempel dengan metode
penangkapan satu malam melaut (one day fishing) hingga sebulan melaut.

Tabel 2. Jenis alat tangkap

No Jenis alat tangkap Persentasi


1 Jaring Insang Hanyut 53.6%
2 Jaring Insang Tetap 24.1%
3 Pukat Pantai 2.1%
4 Pukat Udang 0.1%
5 Pukat Ikan 0.1%
6 Serok 0.9%
7 Pancing 17.1%
8 Bubu 0.1%
9 Jala 0.9%
10 Tramell Net 1.0%
Sumber : Hasil olah data RPJM Kelurahan Samkai

Jenis alat tangkap masyarakat nelayan kelurahan sebagian besar merupakan jaring insang
hanyut (53,6) yang di gunakan menangkap ikan kakap, paha-paha dan bandang, jaring
tersebut ditebar tanpa menggunakan jangkar sehingga sering diikatkan pada perahu atau
menggunakan pelampung sebagai tanda keberadaan jaring.

Tabel 3. Jumlah armada tangkap Kelurahan Samkai

No Jenis Armada Tangkap Persentasi


1 Kapal tempel 45.8%
2 Kapal Motor ( 0-10 GT) 21.0%
3 Kapal Motor ( 10-30 GT) 16.0%
4 Kapal Motor ( 30-50 GT) 5.5%
5 Kapal Motor ( 50-100 GT) 0.8%
6 Kapal Motor (> 100 GT) 10.9%
Sumber : Hasil olah data RPJM Kelurahan Samkai

Mayoritas nelayan menggunakan kapal tempel (45,8%) dengan kapasitas mesin 25 atau 45
pk, armada tangkap disesuaikan dengan kondisi daerah penangkapan ikan dimana armada
kapal dengan kapasitas kecil hanya mencapai 1-3 mil laut (daerah perairan Distrik
Naukenjerai atau Okaba)

9
2.3. Kondisi Lingkungan Pesisir
Lingkungan pesisir Kelurahan Samkai sebagaimana kelurahan lainnya memiliki
ekosistem daratan dan lautan yang keduanya saling mempengaruhi. Menurut hasil survey
dasar lingkungan Kelurahan Samkai, luas Kelurahan Samkai sekitar 10,14 km2 dengan
panjang sekitar 5 km memanjang dari timur ke barat dan melebar sekitar 1,5 km dari utara
ke selatan.
Menurut peta penggunaan lahan dari laporan RPJM Kelurahan Samkai, secara
umum penggunaan lahan di Kelurahan Samkai sebagian besar digunakan untuk pemukiman
penduduk, kemudian lahan rawa tahan hujan sebagian besar di RT 22, dan lahan
perkebunan kelapa milik masyarakat di RT 23. Disamping itu juga sebagian lahan Kelurahan
Samkai masih terdapat eksositem mangrove yang didominasi oleh jenis Avenesia sp.

Luas habitat pesisir Kelurahan Samkai 324 Ha. Pantai Kelurahan Samkai memiliki
substrat berpasir campur lumpur hingga berwarna coklat kehitam-hitaman. Penyebaran
Ekosistem mangrove tidak seluruh terdapat di pesisir pantai Kelurahan Samkai, penyebaran
lebih bersifat spot tergantung dari kondisi substrat yang layak bagi pertumbuhan jenis
mangrove. Penyebaran ekosistem mangrove terdapat di bagian barat Kelurahan Samkai
yang berbatasan dengan Kelurahan Karang Indah. Bagian Pantai Yobar Kelurahan Samkai
terdapat ekosistem mangrove yang mulai terdegradasi akibat penebangan dan abrasi
pantai, sedangkan luas lahan ekoistem mangrove terluas terdapat di bagian timur Kelurahan
Samkai yang berbatasan dengan Kampung Nasem. Untuk kelimpahan ikan dari hasil
sensus ikan oleh dinas Kelautan dan Perikanan terdapat jenis ikan kakap, ikan bandeng,
ikan paha-paha dan udang.

2..4. Potensi Sumber Daya Alam


Potensi wilayah Kelurahan Samkai yang menjadi unggulan adalah 1) Potensi
perikanan laut. karena wilayah Kelurahan Samkai berada di pinggiran Laut Arafura yang
memiliki hasil laut yang berlimpah sehingga mempengaruhi mata pencaharian masyarakat

10
sebagai nelayan tangkap ikan dan Udang. 2) Potensi perdagangan, karena pada umumnya
warga masyarakat yang mendiami Kelurahan Samkai merupakan masyarakat heterogen
dan 3. Potensi Perkebunan, karena kondisi tanah yang mempengaruhi untuk beberapa
tanaman seperti siri buah, pepaya, kelapa dll
Potensi perikanan Kelurahan Samkai bukan hanya hasil tangkap, namun terdapat
produk olahan perikanan yang menggunakan bahan baku ikan yang kemudian diolah
menjadi produk konsumsi seperti bakso ikan, nugget ikan, kerupuk, abon, pilus dan
amplang. Seluruh produk diolah menggunakan tenaga rumah tangga dan berlokasi sekitar
pemukiman masyarakat.
Pantai Keluarah Samkai merupakan salah satu pantai yang mudah diakses oleh
masyarakat Kota Merauke. Waktu tempuh yang cepat menjadikan pantai Kelurahan Samkai
sebagai objek wisata bahari. Bagian timur Kelurahan Samkai terdapat ekosistem mangrove
yang dapat dijadikan ecotourism dan edukasi bagi warga lokal dan mancanegara.

III. Pembangunan Dan Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir

3.1. Isu-Isu Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir


Secara garis besar isu-isu pengelolaan sumberdaya wiilayah pesisir Kelurahan
Samkai perlu ditangani adalah ; kebersihan pantai, pemasaran produk kelompok
masyarakat, pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir, keterbatasan sarana dan prasarana
penangkapan, akses modal bagi usaha kecil menengah, dan penanganan abrasi pantai.
untuk lebih jelas lokasi isu-isu tersebut dapat dilihat pada peta isu.

3.1.1. Fasilitas Kebersihan Masyarakat

Penjelasan isu
Mayoritas masyarakat Kelurahan Samkai tinggal pada sempadan pantai berpasir,
rendahnya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan pantai dapat dilihat pada sepanjang
pantai masih banyak berserakan sampah rumah tangga dan bangkai ikan. Tumpukan

11
sampah di sekitar pantai RT 07 sudah sering dibersihkan dari kelurahan, TNI dan dinas
terkait namun aksi penimbunan sampah masih saja dilakukan dan seringkali masyarakat
setempat RT 07 melakukan pembakaran sampah kemudian ditimbun dalam tanah. Akibat
dari tumpukan sampah telah muncul penyakit muntaber, telah muncul bau busuk dan
banyaknya lalat yang mengganggu proses pengeringan ikan asin masyarakat. Tumpukan
sampah juga telah mengganggu para pengunjung pantai Kelurahan Samkai.

Tujuan Pengelolaan
1. Tersedianya fasilitas tempat pembuangan sampah sementara (TPS)
2. Tersedianya fasilitas tempat sampah di setiap RT/RW
3. Transparansi retribusi kebersihan setiap rumah tangga
4. Kebersihan lingkungan tetap terjaga

Strategi dan Program

Strategi 1 : Meningkatkan koordinasi dinas tata kota dan pemakaman

Program :

1. Melakukan koordinasi setiap bulan dalam rangka monitoring dan evaluasi


pelaksanaan kebersihan
2. Mengusulkan pengadaan dan pembangunan tempat pembuangan sampah
sementara di perbatasan Kelurahan Samkai dan Karang Indah.
3. Mengusulkan pengadaan retribusi sampah bagi setiap rumah tangga di Kelurahan
Samkai yang dimanfaatkan sebagai honor tenaga kerja

Strategi 2 : Fasilitasi pengadaan tempat sampah dan tenaga kerja kebersihan

Program :

1. Rapat penentuan lokasi tong sampah disetiap RT/RW dan lokasi tempat
pembuangan sampah sementara
2. Pembangunan tempat pembuangan sampah sementara di perbatasan kelurahan dan
lokasi kunjungan wisata pantai
3. Pengadaan tenaga kerja kebersihan minimal 3 orang yang berasal dari komunitas
pemulung.

Strategi 3 : Membangun gerakan bersih lingkungan

Program :

1. Kerja bakti setiap hari jumat pada minggu pertama pada bulan berjalan dengan
melibatkan seluruh warga, aparat kelurahan, TNI AL, DKP Merauke.
2. Seruan melakukan kebersihan lingkungan pada setiap jumat dan minggu melalui
fasilitas pengeras suara masjid atau gereja

Strategi 4 : Meningkatkan informasi bagi pengunjung pantai.

Program :

1. Membuat papan anjuran kebersihan pantai minimal satu buah di setiap akses masuk
lokasi wisata pantai

12
2. Penanaman papan anjuran di setiap akses masuk lokasi wisata pantai oleh aparat
kelurahan, dan kelompok masyarakat
3. Menjaga dan mengawasi papan anjuran kebersihan oleh warga masyarakat
Kelurahan Samkai

Hasil yang di harapkan

1. Tersedianya tempat pembuangan sampah sementara (TPS)


2. Tersedianya tong sampah di setiap RT/RW
3. Terlaksananya retribusi sampah
4. Terlaksananya kegiatan bersih lingkungan

3.1.2. Pemasaran Produk Kelompok Masyarakat

Penjelasan Isu

Sejak tahun 2013 telah terbentuk kelompok masyarakat usaha pengolahan ikan,
kelompok ini telah melakukan produksi nugget, pilus, amplang, bakso dan abon. Kelompok
yang terbentuk berjumlah 6 (enam) kelompok, setiap kelompok terdiri dari 10 (sepuluh)
orang dari keluarga yang berbeda. Sejak terbentuk, sistem pemasarannya masih
mengandalkan hubungan kerabat baik di Merauke maupun luar Merauke seperti Asmat,
Kepi dan Nabire, namun sistem pemasaran ditingkat lokal masih mengandalkan rumah
masing-masing sebagai lokasi penjualan. Akibat dari tidak berjalan sistem jaringan
pemasaran karena belum memiliki kedai penjualan, maka kelompok usaha pengolahan ikan
mengalami penurunan omset produksi dan harus berhenti sementara. Salah satu sistem
pemasaran produk olahan adalah melalui mulut ke mulut sehingga belum maksimal dalam
meningkatkan hasil penjualan.

Tujuan pengelolaan

1. Meningkatkan hasil penjualan produk kelompok masyarakat


2. Tersedianya fasilitas kedai pemasaran (10 unit) dibangun secara bertahap
3. Menjalankan fungsi kedai pesisir
4. Meningkatkan promosi produk kelompok masyarakat.

Strategi dan Program

Strategi 1 : Melakukan koordinasi dengan DKP Merauke

Program :

1. MOU dengan DKP Merauke tentang pengelolaan kedai pesisir proyek PEMP 2010
2. Melakukan kegiatan pembersihan kedai pesisir dan penataan outlie kedai pesisir
3. Pengadaan tenaga kerja pemasaran yang bertugas menjaga kedai pesisir secara
bergiliran.

Strategi 2 : Pelatihan management pemasaran

Program :

1. Melaksanakan pelatihan managemen pemasaran selama tiga hari

13
2. Melakukan distribusi produk kelompok masyarakat (nugget, bakso, kerupuk, pilus
dan amplang) ke kios dan outlet oleh-oleh Merauke.

Strategi 3 : Promosi produk olahan

Program :

1. Kerjasama dengan media lokal (KM TV, Cendrawasih post, Merauke post dan
arafura post) untuk pemasangan iklan dalam setiap bulan.
2. Pembuatan dan pemasangan spanduk promosi produk di setiap titik strategis kab.
Merauke
3. Sosialisasi produk kelompok masyarakat ke lembaga pendidikan, instansi
pemerintah dan swasta di kab. Merauke dengan melakukan penyebaran kartu nama,
brosur dan pamflet

Strategi 4 : Pengadaan kedai pemasaran dilokasi kunjungan wisata pantai sekitar 10 unit di
pantai binaloka-lampu satu.

Program :

1. Pengusulan pembangunan kedai pemasaran (10 unit) kepada DKP Merauke melalui
proyek P2HP, CCDP-IFAD dan Gerbangku (PEMDA)
2. Pembangunan kedai pemasaran secara bertahap 2 unit di pantai binaloka yang akan
dikelola oleh kelompok masyarakat Kelurahan Samkai
3. Melakukan perawatan dan pembersihan secara rutin kedai pemasaran oleh
kelompok masyarakat

Hasil yang di harapkan

1. Meningkatkan hasil penjualan produk kelompok masyarakat


2. Tersedianya fasilitas kedai pemasaran (10 unit) dibangun secara bertahap
3. Menjalankan fungsi kedai pesisir
4. Meningkatkan promosi produk kelompok masyarakat

3.1.3. Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Pesisir

Penjelasan isu

Kelurahan Samkai merupakan salah satu kelurahan pesisir di Kab. Merauke yang
memiliki potensi sumberdaya yang cukup tinggi untuk dikembangkan sebagai pemasukan
daerah. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan kab. Merauke (2015), Kelurahan Samkai
memiliki sumberdaya ekosistem mangrove dan sumberdaya ikan. Ekosistem mangrove
terdapat di RT 20 yang cukup luas dan padat, potensi tersebut belum dilihat sebagai aset
daerah dan belum dimanfaatkan maksimal oleh pemerintah setempat sebagai lokasi wisata
atau daerah penangkapan ikan yang perlu dilindungi. Hingga sekarang ekosistem
mangrove tersebut mengalami konversi lahan menjadi area penambangan pasir, perumahan
dan lokasi pengambilan kayu bakar.

Tujuan Pengelolaan :

1. Mejaga kelestarian ekosistem mangrove


2. Menentukan daerah konservasi dan ekowisata berbasis sumberdaya

14
3. Meningkatkan pengetahuan kelompok masyarakat

Strategi dan Program

Strategi 1 : Membangun kerjasama dengan instansi terkait dalam pemanfaatan ekosistem


pesisir (ekosistem mangrove dan potensi perikanan).

Program :

1. Membuat MOU dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) kab. Merauke dalam
pengadaan bibit bakau dan pembiayaan perawatan bakau
2. Pengadaan 15.000 bibit bakau yang ditanam secara bertahap pada lokasi
perlindungan bakau
3. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pertumbuhan15.000 pohon bakau

Strategi 2 : Pelatihan dan pendidikan pengelolaan sumberdaya pesisir terpadu

Program :

1. Pelatihan monitoring dan evaluasi ekosistem mangrove


2. Pelatihan pemetaan partisipatif sumberdaya ekosistem sumberdaya pesisir berbasis
masyarakat
3. Melakukan pelatihan pengolahan buah bakau pidada menjadi jus, permen dan lain-
lain.
4. Melakukan pendidikan non-formal kepada pelajar se-Kelurahan Samkai tentang
manfaat ekosistem mangrove.

Strategi 3 : Mendorong kelompok pengelola sumberdaya dan kelompok binaan BLH untuk
mendapatkan hak mengelola sumberdaya

Program :

1. Melakukan pemetaan daerah perlindungan bakau Kelurahan Samkai dengan


Lembaga Masyarakat Adat (LMA)
2. Membuat MOU dengan LMA tentang daerah pengelolaan hutan bakau (daerah
perlindungan bakau dan ekowisata)

Hasil yang diharapkan

1. Menjaga kelestarian ekosistem mangrove


2. Menentukan daerah konservasi dan ekowisata berbasis sumberdaya
3. Meningkatkan potensi sumberdaya ikan dengan menjaga area pemijahan dan
pembesaran benih ikan
4. Meningkatkan pengetahuan kelompok masyarakat

3.1.4. Keterbatasan Sarana dan Prasarana Penangkapan Ikan

Penjelasan isu

Sejak tahun 2014 telah diberlakukan moratorium di perairan Arafura, kapal diatas 30
GT dengan menggunakan alat tangkap trawl telah dilarang dengan jangka waktu yang
belum ditentukan. Kebijakan moratorium selama 10 bulan telah berdampak kepada jumlah

15
populasi ikan layak tangkap meningkat, namun keterbatasan alat tangkap nelayan
tradisional membuat potensi ikan belum dimanfaatkan secara optimum. Minimnya alat
tangkap nelayan tradisional disebabkan oleh belum memiliki akses bantuan bagi
penambahan alat tangkap dan armada penangkapan. Menurut nelayan lokal telah
mendapatkan bantuan dari DKP Merauke namun jenis alat tangkap belum memenuhi kriteria
alat tangkap yang diinginkan karena bahan jaring yang diberikan cepat rusak dan kurang
baik dioperasikan sehingga sebagian nelayan lokal menjual bantuan tersebut sebagai modal
untuk membeli alat dan bahan jaring yang lebih baik.

Tujuan Pengelolaan :

1. Meningkatkan hasil tangkap nelayan


2. Menambah daerah jelajah penangkapan ikan (fishing ground)
3. Menjaga kualitas hasil penangkapan ikan
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas waktu penangkapan ikan

Strategi dan Program

Strategi 1 : Membangun koordinasi dengan DKP Merauke sehubungan dengan proyek


pengembangan perikanan.

Program :

1. Menyusun data nelayan tangkap dengan kapasitas perahu tempel hingga kapal 15
GT
2. Mengidentifikasi kebutuhan nelayan tangkap agar dapat meningkatkan kapasitas
tangkap dan menambah jarak penangkapan ikan
3. Membentuk kelembagaan usaha nelayan dalam bentuk koperasi nelayan tangkap

Strategi 2 : Membangun tambat labuh perahu/kapal yang layak di Pantai Binaloka dan
Lampu Satu

Program :

1. Menentukan lokasi tambat labuh perahu/kapal yang aman dan mudah dijangkau oleh
nelayan ketika mau melaut
2. Membangun jalan dan jembatan yang menghubungkan lokasi tambat labuh
perahu/kapal dan tempat pendaratan ikan
3. Membangun tanggul pemecah gelombang disekitar lokasi tambat labuh perahu/kapal

Strategi 3 : Pengadaan kapal 30 GT , jaring penangkapan dan fasilitas pendingin ikan

Program :

1. Pengadaan 10 unit kapal 30 GT bagi nelayan tangkap lampu satu secara bertahap
pada tahun pertama 2 unit kapal
2. Pengadaan jaring penangkapan ramah lingkungan seperti gilnet untuk menangkap
ikan kakap, pengadaan jaring hanyut dan jaring tarik udang

Program 4 : Membentuk kelompok nelayan pengawas potensi perikanan

16
Program :

1. Membentuk tiga kelompok nelayan pengawas sumberdaya perikanan


2. Melakukan kerjasama kelompok pengawasan dengan Badan Keamanan Laut
(BAKAMLA) dalam mengawasi illegal fishing.

3.1.5. Akses Modal Bagi Usaha Kecil Menengah

Penjelasan isu

Sebagian kelompok usaha pengolahan ikan yaitu pokmas Bina 01 dan Bina 03 telah
menjalankan usaha selama satu tahun, selama menjalankan usaha menggunakan modal
pribadi yang jumlahnya terbatas sehingga membuat produksi belum dapat ditingkatkan.
Kelompok usaha telah difasilitasi dengan koperasi bina sejahtera Kelurahan Seringgu,
namun belum mendapatkan bantuan karena keterbatasan jaminan pinjaman. Menurut
informasi dari kelurahan, kelompok nelayan dapat memperoleh pinjaman dari pihak
perbankan dengan hanya menunjukan kepemilikan perahu, namun fasilitasi dengan pihak
perbankan belum dilakukan sehingga masyarakat masih menunggu realisasi tersebut.
Harapan dari masyarakat usaha pengolahan ikan, ada instansi terkait yang mampu
memberikan rekomendasi dan menfasilitasi peminjaman.

Tujuan Pengelolaan :

1. Mendapatkan bantuan modal usaha


2. Memperoleh keringanan agunan dan bunga pinjaman
3. Dapat menjadi mitra kerja bagi lembaga permodalan

Strategi dan Program

Startegi 1 : Membangun akses permodalan ke KPR BRI dan KUD

Program :

1. Melakukan pertemuan dengan pihak pihak BRI cabang Merauke dalam rangka
persiapan administrasi
2. Membuka rekening BRI cabang Merauke dan persiapan lokasi survey yang akan
dilakukan oleh pihak BRI

Strategi 2 : Menyediakan administrasi pokmas usaha

Program :

1. Menyiapkan pembukuan kelompok usaha (catatan produk, kas flow dan analisis
usaha)
2. Menyiapkan agunan pinjaman yang dipersyaratkan oleh pihak BRI cabang Merauke

Strategi 3 : Sosialisasi kredit usaha rakayat (KUR)

Program :

1. Melakukan sosialisasi sistem jaminan perbankan kepada kelompok masyarakat


2. Melakukan laporan dan sistem pengembalian pinjaman kepada Bank

17
3.1.6. Penanganan Abrasi Pantai Kelurahan Samkai

Penjelasan isu

Pesatnya pertumbuhan ekonomi Kab. Merauke telah mendorong pembangunan


segala sektor, salah satunya adalah infrastruktur bangunan perkantoran, pasar dan rumah.
Kebutuhan akan pasir bangunan tipe C untuk bahan bangunan sangat tinggi sehingga
banyak masyarakat melakukan penambangan pasir pantai. Salah satu faktor penyebab
penambangan pasir pantai jadi semarak adalah tidak adanya pasir sungai dan belum
terdapat penentuan daerah penambangan pasir tipe C di kab. Merauke sehingga orang
bebas menambang tanpa ada sanksi dan hukuman yang tegas bagi pelaku penambangan.
Salah satu akibat dari penambangan pasir adalah rusaknya ekosistem mangorev, abrasi
pantai dan rusaknya lahan perkebunan masyarakat lokal. Menurut Junaidi (2015) kondisi
abrasi pantai RT 18 Kelurahan Samkai masuk dalam kategori parah, karena telah masuk
kedaratan hingga merusak jalan kelurahan. Menurut informasi masyarakat setempat abrasi
mulai terasa sejak dilakukan penambangan pasir tipe C disekitar pantai Yobar (RT 18),
abrasi mulai mengikis sedimen dasar hingga mampu merobohkan pohon bakau, pohon
kelapa dan ketapang.

Berbagai aturan telah dibuat, dari peraturan Kelurahan, peraturan adat hingga
peraturan daerah tentang pelarangan penambangan pasir tipe C di pantai, namun tidak
pernah efektif ditingkat lapangan. Berbagai proyek penanaman bakau dilakukan untuk
mencegah abrasi namun tetap tidak mampu menahan laju abrasi pantai. Tidak hanya
rusaknya ekosistem mangrove disekitar sempadan pantai, intrusi air laut telah memasuki
sumur masyarakat hingga air sumur menjadi payau.

Tujuan Pengelolaan :

1. Mengurangi terjadinya abrasi pantai


2. Penegasan peraturan daerah tentang penambangan pasir
3. Melindungi infrastruktur dari abrasi pantai

Strategi dan Program

Strategi 1 : Meningkatkan kerjasama kelompok masyarakat dengan pemerintah daerah

Program :

1. Melanjutkan pembangunan tanggul pantai dari karung pasir yang telah dilaksanakan
oleh pemerintah propinsi Papua sepanjang 100 meter di pantai Lampu Satu
2. Melakukan sosialisasi dan penegakan peraturan daerah tentang penambangan pasir
pantai

Strategi 2 : Meningkatkan pengawasan terhadap praktek penambangan pasir illegal

Program :

1. Melakukan pengawasan bersama pokmas, TNI, POLISI dan Satpol PP di pantai


dusun Payum terhadap penambangan pasir pantai disekitar daerah perlindungan
bakau

18
2. Menentukan daerah binaan bersama (TNI) di dusun Payum agar tidak terjadi lagi
pelanggaran peraturan penambangan pasir.

Strategi 3 : Melakukan pelatihan dan pemantauan abrasi pantai

Program :

1. Melakukan pelatihan pengukuran profil pantai secara periodik


2. Melakukan pelatihan untuk menganalisa data dan penyajiannya secara sederhana
3. Melakukan pemantuan secara rutin sebulan sekali terhadap bangunan tanggul pantai
pencegah abrasi

3.2. Lembaga Pelaksanan Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Kelurahan


Samkai

Dalam mewujudkan visi masyarakat kelurahan di tahun 2020 pelaksanaan kegiatan-


kegiatan yang dirumuskan dalam rencana pengelolaan ini merupakan syarat mutlak
tercapainya impian masyarakat. namun demikian pengorganisasi kelembagaan dalam
pelaksanaan rencana pengelolaan perlu dijabarkan dengan tugas dan tanggung jawab
pihak-pihak yang terkait (pemerintah kelurahan, badan musyawarah, lembaga adat,
kelompok masyarakat, SKPD, pihak perguruan tinggi, pihak pengusaha, dan LSM) dalam
melakukan koordinasi kegiatan dalam menyelesaikan setiap isu yang terjadi di tingkat
kelurahan. Hal ini mengandung maksud agar supaya keterpaduan dalam penyelesaian isu
dan mampu menjamin tercapainya keberhasilan yang diharapkan oleh masyarakat.

Sebagai lembaga yang paling berperan di tingkat kelurahan seperti lurah, lembaga
adat, dan kelompok masyarakat pengelola sumberdaya merupakan lembaga penggerak
utama terlaksananya pembangunan dan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir. Untuk itu
pembagian peran dan tugas lembaga-lembaga tersebut perlu di jelaskan dengan detail,
sebagai berikut :

1. Pemerintah Kelurahan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa dan masukan
dari masyarakat, yang dimaksud pemerintah Kelurahan adalah kepala Kelurahan serta
perangkat pelaksana yang berperan dan bertugas sebagai berikut ;
 Bertanggungjawab kepada rakyat melalui birokrasi pemerintahan atas
pelaksanaan pemerintahan di kelurahan dan pelaksanaan rencana pengelolaan.
 Bersama dengan masyarakat menetapkan rencana pengelolaan sumberdaya
wilayah pesisir Kelurahan Samkai dan peraturan mengenai pengelolaan
sumberdaya wilayah pesisir Kelurahan Samkai.
 Melakukan pengawasan pelaksanaan rencana pengelolaan sumberdaya pesisir
Kelurahan Samkai.

2. Lembaga Adat
 Memberikan masukan rencana pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan hal-
hal yang berhubungan dengan adat masyarakat lokal.
 berkoordinasi dengan bamuskam menetapkan pengelolaan pembangunan
kelurahan dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir kelurahan

19
 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana pengelolaan sumberdaya
wilayah pesisir kelurahan

3. Kelompok pengelola sumberdaya


 Menjadi panitia pelaksana pembangunan dan pengelolaan sumberdaya wilayah
pesisir kelurahan
 Menyusun laporan secara periodik kepada kepala kelurahan tentang
pembangunan dan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir kelurahan
 Mempertanggung jawabkan seluruh kegiatan pembangunan dan pengelolaan
sumberdaya wilayah pesisir kelurahan di forum tahunan BAMUSKAM.

4. Satuan Kerja Pemerintah Daerah


 Memberikan bantuan teknis berupa konsultasi teknis dan pelayanan teknis dalam
penanganan dan penyelesaian isu
 Mengalokasikan anggaran pembangunan dan pengelolaan sumberdaya wilayah
pesisir yang bersumber dari APBD/APBN atau dana bantuan luar negeri lainnya
lewat pemerintah
 Mengesahkan dan menyetujui rencana kegiatan tahunan, penanganan dan
penyelesasian isu
 Membina dan mendorong masyarakat untuk turut berpartisipasi dan memberikan
kontribusi nyata dalam penanganan dan penyelesaian isu pengelolaan
sumberdaya wilayah pesisir.

20
STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLA SUMBERDAYA PESISIR

SKPD, PERGURUAN
TINGGI, LSM,
PENGUSAHA, SWASTA

LEMBAGA ADAT LURAH

KETUA
KELOMPOK MASYARAKAT PENGELOLA
SUMBERDAYA

SEKRETARIS BENDAHARA

ANGGOTA

21
3.3. Rencana aksi
Rencana aksi menggambarkan program pembangunan dan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir Kelurahan Samkai yang akan
dilaksanakan dalam jangka waktu pendek ( 5 tahun) dan jangka menengah (10 tahun) oleh lembaga terkait baik pemerintah daerah,
pemerintah kampung, masyarakat dan pihak swasta.
Tabel 1. Rencana aksi pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir Kelurahan Samkai

1. Fasilitas Kebersihan masyarakat


Tujuan : 1. Tersedianya fasilitas tempat pembuangan sampah sementara (TPS)
2. Tersedianya fasilitas tempat sampah di setiap RT/RW
3. Transparansi retribusi kebersihan setiap rumah tangga
4. Kebersihan lingkungan tetapa terjaga
Jangka waktu program
Strategi Program Lembaga terkait Pendek menengah Sumber anggaran
(00-05) (05-10)
Melakukan koordinasi setiap bulan dalam rangka monitoring
1 Lurah, aparat kampung √ √ kelurahan, dinas kebersihan
dan evaluasi pelaksanaan kebersihan
Mengusulkan pengadaan dan pembangunan tempat
kelurahan, swadaya
Meningkatkan koordinasi dengan 2 pembuangan sampah sementara di perbatasan Kelurahan Lurah, RT/RW √ √
1 masyarakat
dinas kebersihan Samkai dan Karang Indah.
Mengusulkan pengadaan retribusi sampah bagi setiap rumah
kelurahan, swadaya
3 tangga di Kelurahan Samkai yang dimanfaatkan sebagai Lurah, RT/RW √ √
masyarakat
honor tenaga kerja
Rapat penentuan lokasi tong sampah disetiap RT/RW dan kelurahan, swadaya
1 Lurah, RT/RW √ -
lokasi tempat pembuangan sampah sementara masyarakat
Fasilitasi pengadaan tempat sampah Pembangunan tempat pembuangan sampah sementara di PEMDA, swadaya
2 2 warga masyarakat √ √
dan tenaga kerja kebersihan perbatasan kelurahan dan lokasi kunjungan wisata pantai masyarakat
Pengadaan tenaga kerja kebersihan minimal 3 orang yang PEMDA, swadaya
3 kelurahan √ √
berasal dari komunitas pemulung masyarakat
Kerja bakti setiap hari jumat pada minggu pertama pada warga masyarakat, aparat
kelurahan, swadaya
1 bulan berjalan dengan melibatkan seluruh warga, aparat kelurahan, TNI AL, DKP √ √
masyarakat
Membangun gerakan bersih kelurahan, TNI AL, DKP Merauke. Merauke
3
lingkungan Seruan melakukan kebersihan lingkungan pada setiap jumat
Tokoh Agama Islam dan kelurahan, swadaya
2 dan minggu melalui fasilitas pengeras suara masjid atau √ √
Kristen masyarakat
gereja
Membuat papan anjuran kebersihan pantai minimal satu pokmas pengelola swadaya masyarakat, BLM
1 √ -
buah di setiap akses masuk lokasi wisata pantai sumberdaya CCDP-IFAD CCDP-IFAD
Penanaman papan anjuran di setiap akses masuk lokasi aparat kelurahan, pokmas
Meningkatkan informasi bagi swadaya masyarakat, BLM
4 2 wisata pantai oleh aparat kelurahan, dan kelompok pengelola sumberdaya CCDP- √ -
pengunjung pantai CCDP-IFAD
masyarakat IFAD
Menjaga dan mengawasi papan anjuran kebersihan oleh aparat kelurahan, warga
3 - - Swadaya masyarakat
warga masyarakat Kelurahan Samkai masyarakat

22
2. Pemasaran produk kelompok masyarakat
Tujuan : 1. Meningkatkan hasil penjualan produk kelompok masyarakat
2. Tersedianya fasilitas kedai pemasaran (10 unit)
3. Menjalankan fungsi kedai pesisir
4. Meningkatkan promosi produk kelompok masyarakat

Jangka waktu program


Strategi Program Lembaga terkait Pendek menengah Sumber anggaran
(00-05) (05-10)
MOU dengan DKP Merauke tentang pengelolaan Kelurahan dan DKP Kelurahan dan DKP
1 √ -
kedai pesisir proyek PEMP 2010 Merauke Merauke
Melakukan koordinasi dengan DKP Melakukan kegiatan pembersihan kedai pesisir dan
1 2 kelompok masyarakat √ - swadaya masyarakat
Merauke penataan outlie kedai pesisir
Pengadaan tenaga kerja pemasaran yang bertugas
3 kelompok masyarakat √ √ Swadaya masyarakat
menjaga kedai pesisir secara bergiliran
Melaksanakan pelatihan managemen pemasaran panitia pelaksana Kelurahan dan swadaya
1 √ √
selama tiga hari kegiatan masyarakat
2 Pelatihan management pemasaran Melakukan distribusi produk kelompok masyarakat pegawai kedai pesisir
2 (nugget, bakso, kerupuk, pilus dan amplang) ke Kios dan kelompok √ √ swadaya masyarakat
dan outlet oleh-oleh Merauke masyarakat
Kerjasama dengan media lokal (KM TV, Cendrawasi
kelompok masyarakat, DKP Merauke, Swadaya
1 post, Merauke post dan arafura news) untuk √ -
media lokal masyarakat
pemasangan iklan dalam setiap bulan
Pembuatan dan pemasangan spanduk promosi kelompok masyarakat, DKP Merauke, Swadaya
2 √ -
3 Promosi produk olahan produk di setiap titik strategis kab. Merauke DKP Merauke masyarakat
Sosialisasi produk kelompok masyarakat ke lembaga
pendidikan, instansi pemerintah dan swasta di kab. kelompok masyarakat, DKP Merauke, Swadaya
3 √ √
Merauke dengan melakukan penyebaran kartu nama, DKP Merauke masyarakat
brosur dan panplet
Pengusulan pembangunan kedai pemasaran (10 unit)
PEMDA, DKP
1 kepada DKP Merauke melalui proyek P2HP, CCDP- √ √ PEMDA, DKP Merauke
Merauke
Pengadaan kedai pemasaran IFAD dan Gerbangku (PEMDA)
dilokasi kunjungan wisata pantai Pembangunan kedai pemasaran secara bertahap 2
4
sekitar 10 unit di pantai bunaloka- 2 unit di pantai binaloka yang akan dikelola oleh kelompok masyarakat √ - PEMDA, DKP Merauke
lampu satu kelompok masyarakat Kelurahan Samkai
Melakukan perawatan dan pembersihan secara rutin
3 kelompok masyarakat √ √ swadaya masyarakat
kedai pemasaran oleh kelompok masyarakat

23
3. Pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir
Tujuan : 1. Mejaga kelestarian ekosistem mangrove
2. Menentukan daerah konservasi dan ekowisata berbasis sumberdaya
3. Meningkatkan potensi sumberdaya ikan dengan menjaga area pemijahan dan pembesaran benih
ikan
4. Meningkatkan pengetahuan kelompok masyarakat

Jangka waktu program


Strategi Program Lembaga terkait Pendek (00- menengah Sumber anggaran
05) (05-10)
Membuat MOU dengan Badan Lingkungan Hidup
kelompok masyarakat, BLH
1 (BLH) Kab. Merauke dalam pengadaan bibit bakau √ √ BLH, swadaya masyarakat
Membangun kerjasama dengan instansi kab. Merauke
dan pembiayaan perawatan bakau
terkait dalam pemanfaatan ekosistem
1 Pengadaan 15.000 bibit bakau yang ditanam secara kelompok masyarakat, BLH
pesisir (ekosistem mangrove dan potensi 2 √ √ BLH, swadaya masyarakat
bertahap pada lokasi perlindungan bakau kab. Merauke
perikanan)
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kelompok masyarakat, BLH
3 - √ swadaya masyarakat
pertumbuhan15.000 pohon bakau kab. Merauke
Pelatihan monitoring dan evaluasi ekosistem kelompok masyarakat, BLH
1 √ - BLH, swadaya masyarakat
mangrove kab. Merauke

Pelatihan pemetaan partisipatif sumberdaya kelompok masyarakat, BLH


2 √ - BLH, swadaya masyarakat
ekosistem sumberdaya pesisir berbasis masyarakat kab. Merauke
Pelatihan dan pendidikan pengelolaan
2
sumberdaya pesisir terpadu Melakukan pelatihan pengolahan buah bakau
3
pidada menjadi jus, permen dan lain-lain.
Melakukan pendidikan non-Formal kepada pelajar
kelompok masyarakat, BLH
4 se-Kelurahan Samkai tentang manfaat ekosistem √ - BLH, swadaya masyarakat
kab. Merauke
mangrove
Melakukan pemetaan daerah perlindungan bakau Kelompok masyarakat,
Mendorong kelompok pengelola 1 Kelurahan Samkai dengan Lembaga Masyarakat Lembaga Masyarakat Adat √ - swadaya masyarakat
sumberdaya dan kelompok binaan BLH Adat (LMA) (LMA)
3
untuk mendapatkan hak mengelola Membuat MOU dengan LMA tentang daerah Kelompok masyarakat,
sumberdaya 2 pengelolaan hutan bakau (daerah perlindungan Lembaga Masyarakat Adat √ - swadaya masyarakat
bakau dan ekowisata) (LMA)

24
4. Keterbatasan sarana dan prasarana penangkapan ikan
Tujuan : 1. Meningkatkan hasil tangkap nelayan
2. Menambah daerah jelajah penangkapan ikan (fishing
ground)
3. Menjaga kualitas hasil penangkapan ikan
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas waktu penangkapan ikan

Jangka waktu program


Strategi Program Lembaga terkait Pendek (00- menengah Sumber anggaran
05) (05-10)
Menyusun data nelayan tangkap dengan kapasitas perahu DKP Merauke, kelompok
1 √ - KKP
tempel hingga kapal 15 GT masyarakat
Membangun koordinasi dengan Mengidentifikasi kebutuhan nelayan tangkap agar dapat
DKP Merauke, kelompok
1 DKP Merauke sehubungan dengan 2 meningkatkan kapasitas tangkap dan menambah jarak √ - KKP
masyarakat
proyek pengembangan perikanan penangkapan ikan
Membentuk kelembagaan usaha nelayan dalam bentuk DKP Merauke, kelompok
3 √ - KKP
koperasi nelayan tangkap masyarakat
Menentukan lokasi tambat labuh perahu/kapal yang
1 aman dan mudah dijangkau oleh nelayan ketika mau DKP Merauke √ √ KKP
melaut
Membangun tambat labuh
Membangun jalan dan jembatan yang menghubungkan
2 perahu/kapal yang layak di pantai
2 lokasi tambat labuh perahu/kapal dan tempat pendaratan DKP Merauke √ √ KKP
binaloka dan lampu satu
ikan
Membangun tanggul pemecah gelombang disekitar lokasi
3 DKP Merauke √ √ KKP
tambat labuh perahu/kapal
Pengadaan 10 unit kapal 30 GT bagi nelayan tangkap
1 lampu satu secara bertahap pada tahun pertama 2 unit DKP Merauke √ √ KKP
kapal
Pengadaan kapal 30 GT , jaring
Pengadaan jaring pengangkapan ramah lingkungan
3 penangkapan dan fasilitas
2 seperti gilnet untuk menangkap ikan kakap, pengadaan DKP Merauke √ √ KKP
pendingin ikan
jaring hanyut dan jaring tarik udang
Pengadaan fasilitas pendingin ikan (coolstorage) baik di
3 DKP Merauke √ √ KKP
kapal maupun tempat pendaratan ikan
Membentuk tiga kelompok nelayan pengawas kelompok masyarakat,
1 √ - Swadaya masyarakat
sumberdaya perikanan BAKAMLA
Membentuk kelompok nelayan
4 Melakukan kerjasama kelompok pengawasan dengan
pengawas potensi perikanan kelompok masyarakat,
2 Badan Keamanan Laut (BAKAMLA) dalam mengawasi √ - Swadaya masyarakat
BAKAMLA
illegal fishing

25
5. Akses modal bagi usaha kecil menengah
Tujuan : 1. Mendapatkan bantuan modal usaha
2. Memperoleh keringanan agunan dan bunga pinjaman
3. Dapat menjadi mitra kerja bagi lembaga permodalan

Jangka waktu program


Strategi Program Lembaga terkait Pendek (00- menengah Sumber anggaran
05) (05-10)
Melakukan pertemuan dengan pihak pihak BRI
1 cabang Merauke dalam rangka persiapan BRI, kelompok masyarakat √ - Swadaya masyarakat
Membangun akses permodalan ke KPR BRI administrasi
1
dan KUD Membuka rekening BRI cabang Merauke dan
2 persiapan lokasi survey yang akan dilakukan BRI, kelompok masyarakat √ - Swadaya masyarakat
oleh pihak BRI
Menyiapkan pembukuan kelompok usaha
1 BRI, kelompok masyarakat √ - Swadaya masyarakat
(catatan produk, kas flow dan analisis usaha)
2 Menyediakan administrasi pokmas usaha
Menyiapkan agunan pinjaman yang
2 BRI, kelompok masyarakat √ - Swadaya masyarakat
dipersyaratkan oleh pihak BRI cabang Merauke
Melakukan sosialisasi sistem jaminan perbankan
1 BRI, kelompok masyarakat √ √ Swadaya masyarakat
kepada kelompok masyarakat
3 Sosialisasi Kredit Usaha Rakayat (KUR)
Melakukan laporan dan sistem pengembalian
2 BRI, kelompok masyarakat √ √ Swadaya masyarakat
pinjaman kepada Bank

26
6. Penanganan abrasi pantai Kelurahan Samkai
Tujuan : 1. Mengurangi terjadinya abrasi pantai
2. Penegasan peraturan daerah tentang penambangan pasir
3. Melindungi infrastruktur dari abrasi pantai

Jangka waktu program


Strategi Program Lembaga terkait Pendek menengah Sumber anggaran
(00-05) (05-10)
Melanjutkan Pembangunan tanggul pantai dari
karung pasir yang telah dilaksanakan oleh
1 Pemda Propinsi Papua √ - PEMDA Propinsi Papua
Meningkatkan kerjasama kelompok pemerintah propinsi Papua sepanjang 100 meter di
1 pantai lampu satu
masyarakat dengan pemerintah daerah
Melakukan sosialisasi dan penegakan peraturan
2 PEMDA Merauke √ √ PEMDA Merauke
daerah tentang penambangan pasir pantai
Melakukan pengawasan bersama pokmas, TNI,
POLISI dan Satpol PP di pantai dusun Payum
1 Pokmas, TNI, Polisi, satpol PP √ √ PEMDA, Swadaya masyarakat
terhadap penambangan pasir pantai disekitar
Meningkatkan pengawasan terhadap daerah perlindungan bakau
2
praktek penambangan pasir illegal
Menentukan daerah binaan bersama (TNI) di dusun
2 Payum agar tidak terjadi lagi pelanggaran peraturan kelompok masyarakat √ - TNI, swadaya masyarakat
penambangan pasir
Melakukan pelatihan pengukuran profil pantai
1 kelompok masyarakat, BLH √ - Kelompok masyarakat, BLH
secara periodik
Melakukan pelatihan untuk menganalisa data dan
Melakukan pelatihan dan pemantauan 2 kelompok masyarakat, BLH √ - Kelompok masyarakat, BLH
3 penyajiannya secara sederhana
abrasi pantai
Melakukan pemantuan secara rutin sebulan sekali
3 kelompok masyarakat, BLH √ √ Kelompok masyarakat, BLH
terhadap bangunan tanggul pantai pencegah abrasi

27
Monitoring Dan Evaluasi

Dalam memantau pelaksanaan kegiatan dalam rencana pengelolaan perlu dilakukan


penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan. Kegiatan monitoring dan evaluasi
ini dilaksanakan oleh pemerintah kelurahan dan kelompok pengelola sumberdaya CCDP-
IFAD setiap satu tahun sekali dan melaporkan hasilnya kepada kepala distrik Merauke.
Laporan tersebut berisi tentang :
Laporan keuangan, penerimaan dan pembelanjaan.
1. Laporan kegiatan.
2. Laporan hasil yang dicapai.

Tujuan pelaksanaan monitoring dan evaluasi tersebut adalah :


1. Untuk melihat sejauh mana rencana pengelolaan sudah dilaksanakan.
2. Untuk melihat kelemahan dan kekurangan dari rencana pengelolaan dan untuk
mengadakan perbaikan selanjutnya.
3. Untuk melihat efektifitas dari kegiatan yang dipilih dan dilaksanakan
4. Untuk melihat sejauh mana tujuan telah tercapai dan keinginan masyarakat telah
terpenuhi.
5. Sebagai pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat.
6. Supaya masyarakat dapat menilai dan melihat pelaksanaan rencana pengelolaan di
desa.
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan rencana pengelolaan
diperlukan indikator penilaian dengan melihat pencapaian hasil yang diharapkan dalam
setiap penyelesaian isu. Untuk itu telah ditetapkan hasil yang diharapkan dan indikator
pencapaian hasil yang diharapkan antara lain:
Hasil yang diharapkan berupa hasil yang dapat dirasakan secara fisik dan non-fisik misalnya
bangunan prasarana fisik yang telah dibangun. Secara non-fisik hasil yang diharapkan
adalah adanya kesadaran, kepedulian dan perubahan hidup masyarakat terhadap
lingkungan dan sumberdaya alam yang ada di sekitar mereka.

Indikator :
Indikator berupa penilai pencapaian hasil yang diharapkan misalnya luas daerah
perlindungan laut, jumlah ikan di daerah perlindungan dan sekitarnya, jumlah unit bangunan
yang dibangun, panjang tanggul yang dibangun, banyaknya penyuluhan yang telah
dilakukan, pendapatan, produksi, jumlah penduduk, dan lain-lain. Sebagai contoh untuk
monitoring dan evaluasi, tabel berikut ini merinci indikator monitoring dan evaluasi yang
dapat dilakukan serta hasil yang diharapkan berdasarkan pada isu pengelolaan yang sudah
dijelaskan sebelumnya dalam bab 3. pembangunan dan pengelolaan sumberdaya wilayah
pesisir.

28
Tabel : Monitoring dan evaluasi di Kelurahan Samkai Distrik Merauke

Penilaian
No Isu Dan Permasalahan Hasil Yang Diharapkan Indikasi
+ - =
Tersedianya tempat pembuangan sampah sementara
1 Fasilitas kebersihan masyarakat 2 TPS dengan ukuran 5 x 3 meter
(TPS)
Tersedianya tong sampah di setiap RT/RW 115 tong sampah

Terlaksananya retribusi sampah 5000/bulan/KK

Terlaksanya kegiatan bersih lingkungan 1 sebulan kegiatan bersih pantai


Pemasaran produk kelompok
2 Meningkatnya penjualan produk olahan ikan
masyarakat
Terbangyn 10 kedai pemasaran terbangyn 3 kedai pemasaran tahap awal

Kedai pesisr dapat melakukan penjualan Kedai pesisr dapat melakukan penjualan
3 kali menjadi peserta pameran (tahun), 1000
Pameran daerah dan pemasangan spanduk
liflet, 2 spanduk produk di bandara
Pemanfaatan potensi sumberdaya
3 Tidak terjadi konversi lahan hutan bakau stop konversi lahan bakau
pesisir
1 lokasi konservasi yang dimanfaatkan sebagai lokasi
30 ha lokasi konservasi
ekowisata
Meningkatnya jumlah ikan 2 kali hasil penangkapan

Meningkatnya kesadaran masyarakat 3 kali pelatihan


Keterbatasan sarana dan prasarana
4 Meningkatnya hasil tangkapan ikan 2 kali lipat
penangkapan ikan
Bertambah daerah penangkapan ikan daerah penangkapan ikan

Adanya bantuan coolboks hasil tangkap ikan tetap segar

Adanya bantuan mesin 45 pk 5 mesin 45 pk


Akses modal bagi usaha kecil
5 Bantuan modal 5 juta/pokmas 5 juta/pokmas
menengah
Bunga ringan tanpa gunan tersalurkan bantuan

Menjadi mitra kerja bank menjadi mitra BRI


Penanganan abrasi pantai Kelurahan
6 Berkurangnya abrasi pantai tidak terjadi pengikisan tanah
Samkai
Tidak terjadi penambangan pasir tidak ada galian pasir

Jalan tidak rusak jalan menuju pantai tidak rusak

29
IV. PENUTUP

Dokumen Perencanaan pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir Kelurahan


Samkai disusun dengan melibatkan stokeholder (pemerintahan Kelurahan, ketua RT/RW,
tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, guru, pengusaha local dan LSM) yang
memiliki peran dan keinginan yang kuat dalam membangun kelurahan sesuai visi dan misi
kelurahan, tanpa harus mengorbankan sumberdaya alam yang terdapat di lingkungan
kelurahan.
Forum yang telah dilaksanakan melibatkan masyarakat dalam melakukan penggalian
isu dan permasalahan kelurahan, isu dan permasalahan yang diangkat merupakan konflik
antara stokeholder dalam memenuhi kebutuhan hidup masing-masing tanpa memikirkan
efek kepada yang lain. Pemanfaatan sumberdaya secara berlebihan dan tanpa
perencanaan telah terbukti mengakibatkan kerusakan alam dan penurunan potensi
sumbredaya ikan, kondisi ini semakin rumit diselesaikan karena kurangnya koordinasi antar
stokeholder dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Dengan semakin bertambahnya penduduk di wilayah pesisir dalam memenuhi
kebutuhan hidup, mustahil kiranya dapat mewujudkan kesejahteraan hidup didalam kondisi
potensi sumberdaya yang koleps, kemisikinan masyarakat pesisir khususnya keluarga
nelayan hampir menjadi cover depan wilayah pesisir. Kemiskinan dan kolapsnya
sumberdaya pesisir merupakan dua aspek yang memiliki korelasi yang kuat dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Melakukan perencanaan pembangunan dan
pengelolaan merupakan tahap awal dalam melakukan perbaikan potensi sumberdaya alam
yang akan berdampak kepada pendapatan keluarga nelayan.
Koordinasi antara stokeholder merupakan kunci dalam melakukan kegiatan yang telah
direncanakan, sekat antar suku dan agama sebaiknya di tanggalkan, konflik pribadi mampu
dipadamkan sehingga setiap stokeholder mampu melaksanakan secara sunggu-sungguh
apa yang telah direncanakan di dalam dokumen ini. Apabila dikemudian hari ditemukan
sesuatu yang tidak benar, sebaiknya dilakukan evauasi bersama melalui musyawarah
mufakat antar stokeholder.

30
Berita Acara Konsultasi Publik
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat
Kelurahan Samkai Distrik Merauke Kab. Merauke

Pada hari ini, Selasa tanggal dua puluh empat November Tahun Dua Ribu Lima Belas,
bertempat di Kelurahan Samkai Distrik Merauke telah dilaksanakan Konsultasi publik
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat Kelurahan Samkai Distrik
Merauke Kab. Merauke, dengan beberapa catatan yang harus dilengkapi pihak tim
pelaksana sebagai berikut :
1. Pihak Tim pelaksana mencatat masukan dan perubahan-perubahan yang diberikan
melalui forum konsultasi publik untuk perbaikan.
2. Membuat Peta perencanaan pengelolaan wilayah pesisir, sehingga terlihat lebih detil
bagaimana wilayah pemanfaatan sumberdaya kampung.
3. Kelurahan Samkai Distrik Merauke dalam perencanaan dijadikan sebagai lokasi
penangkapan ikan dan pengembangan usaha pengolahan perikanan
4. Perlu melakukan Identifikasi sentra jasa pelayanan seperti koperasi dan lembaga
permodalan skala mikro lainnya.
5. Kaitannya dengan peraturan kampung, maka pihak tim pelaksana lebih intensif
koordinasinya dengan aparat kampung, kapala adat dan Bamuskam.
6. Dalam penentuan kawasan konservasi perlu memperhatikan hukum adat dan
melibatkan masyarakat lokal.
Demikian berita acara ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya

Samkai , 27 November 2015

Tim Pelaksana Perencanaan Pengelolaan Lurah Samkai


Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat

Burhanuddin Romanus Kande Kahol

31

Anda mungkin juga menyukai