10/15/2015
Tim Penyusun
Burhanuddin Arifin
A. Wahyu Septiawan
J.E.M. Corputty
Jhon Ezra Dinaulik
Ahmad Junaedy
Nur Linda Nurdin
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia sumberdaya yang
dilimpahkan di Kelurahan Samkai, kami haturkan terimakasih kepada Kepala Dinas
Kelautan dan Perikanan Kab. Merauke (Ketua PIU) beserta jajaran PIU CCDP-IFAD,
konsultan, Tenaga Pendamping Desa (TPD), tim pelaksana pengelolaan wilayah pesisir
berbasis masyarakat (ICM) CCDP-IFAD kab. Merauke, dan kelompok masyarakat yang
telah membantu dalam penyusunan dokumen.
Proyek pembangunan masyarakat pesisir (CCDP-IFAD) Kelurahan Samkai dimulai
tahun 2013 dan rencana akan berakhir tahun 2017, selama proyek pembangunan
masyarakat pesisir Kelurahan Samkai telah banyak dilakukan pelatihan teknis bagi
kelompok masyarakat, Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), fasilitasi mitra kerja dengan
pengusaha lokal, pengawasan sumberdaya ekosistem mangrove, dan perencanaan
pembangunan wilayah pesisir. Perencanaan wilayah pesisir berbasis masyarakat CCDP-
IFAD Kelurahan Samkai Distrik Merauke Kab. Merauke dilaksanakan pada tahun 2015,
dimulai dengan wawancara, FGD, penyusunan draft awal dan akhir, konsultasi pablik.
Penyusunan dokumen perencanaan wilayah pesisir berbasis masyarakat melibatkan
masyarakat Kelurahan Samkai seperti kelompok masyarakat CCDP-IFAD, Lurah, aparat
kelurahan, Tokoh Agama, Guru dan perempuan pengolah ikan. Dalam FGD telah menggali
isu dan permasalahan tentang pemasaran produksi perikanan, pengolahan ikan,
pengelolaan sumberdaya mangrove, infrastruktur pendukung pengolahan ikan dan lain-lain.
Dalam penyusununan draft awal telah di susun strategi, program, lembaga terkait dan
sumber anggaran yang dianggap mampu menjadi solusi bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat pesisir Kelurahan Samkai.
Dokumen rencana pembangunan masyarakat CCDP-IFAD Kelurahan Samkai
semoga menjadi masukan bagi masyarakat dalam menyusun rencana pembangunan jangka
pendek dan menengah tahun 2016, dengan dukungan Alokasi dana desa (ADD),
rancangan RPJM dan dokumen rencana pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir
semoga mampu melakukan perubahan kondisi masyarakat kearah yang lebih baik.
Harapan kami juga dapat mendirikan koperasi nelayan yang mampu menyalurkan bantuan
modal bagi kelompok masyarakat penangkapan dan pengolahan ikan.
Segala harapan kami tidah pernah lepas dari bantuan Tuhan Yang Maha Esa,
semoga dapat terwujud menurut-Nya. Segala bantuan dan dukungan masyarakat, DKP
Merauke, pengelola CCDP-IFAD sangat mendukung terwujudnya visi dan misi Kelurahan
Samkai, atas bantuan kami mengucapkan banyak terimakasih.
Kelurahan Samkai
2
KATA SAMBUTAN
Kepala Dinas Kelutan dan Perikanan Kabupaten Merauke
Ketua PIU CCDP-IFAD
3
DAFTAR ISI
4
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
SECARA TERPADU KELURAHAN SAMKAI DISTRIK MERAUKE
KABUPATEN MERAUKE, PROPINSI PAPUA.
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya jika ditinjau dari segi geografis, maka Kelurahan Samkai merupakan
wilayah dataran rendah yang berada dipinggiran Laut Arafura dengan ketinggian tanah
berkisar antara 2 - 3 m diatas permukaan air laut. Namun dengan pertumbuhan sosial dan
banyaknya bangunan fisik, maka kondisi tersebut hingga saat ini mengalami perubahan
dengan berkurangnya daerah rawa sekitar 30 % menjadi daerah Pemukiman. Kelurahan
Samkai termasuk dalam wilayah dengan kelembapan cukup tinggi yang mana
kelembapannya rata-rata berkisar 260– 290 Celcius dan curah hujan yang cukup tinggi pula
yang berkisar antara 2500-4500 mm/thun.
Letak wilayah Kelurahan Samkai tepatnya di pinggiran Laut Arafura dengan garis
pantai yang cukup indah dan tergolong stategis untuk pembentukan wajah kota Merauke
kedepan, hal ini dikarenakan dengan Potensi Nelayan dan wisata pantai yang perlu
dikembangkan secara baik sehingga akan mendukung ekonomi masyarakat setempat
sebagai bagian dari perkembangan kabupaten Merauke. Kelurahan Samkai merupakan
salah satu dari delapan (8) Kelurahan yang ada di Distrik Merauke Kabupaten Merauke.
Secara geografis Kelurahan Samkai terletak antara 140⁰22'29.696" BT -
08⁰29'36.405" LS dan 140⁰26'55.229" BT-08⁰33'53.275"LS. Kelurahan Samkai memiliki luas
10,14 km2 terdiri dari 23 RT dan 7 RW dengan jarak dari pusat kabupaten 5 km. secara
geografis bentuk kelurahan memanjang sejajar dengan garis pantai, sehingga terbagi
menjadi 3 wilayah pantai yaitu Pantai Lampu Satu, Pantai Yobar dan pantai Payum. Masing-
masing wilayah tersebut dihubungkan dengan fasilitas jalan aspal dalam kondisi sebagian
besarnya baik.
Perbatasan Kelurahan Samkai terdiri dari desa tetangga dan laut Arafura,
perbatasan sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Seringgu dan Bambu Pemali,
sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arafura, sebelah Timur berbatasan dengan
Kampung Nasem dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Karang Indah.
Pusat pemerintahan Keluarahan Samkai terletak di RT 07. Akses jalan keluar desa
menuju desa lain dengan menggunakan jalan Binaloka-Seringgu dalam kondisi rusak
sedangkan akses keluar dengan menggunakan jalan Noari dalam kondisi baik. Sekitar
kelurahan terdiri dari pemukiman masyarakat dan rawa. Akses menuju Payum yang
merupakan fokus pengembangan nelayan tradisional dapat ditempuh dengan menggunakan
angkutan pedesaan. Secara geografis Payum merupakan pantai dataran rendah sehingga
ketika pasang debit air akan masuk ke system drainase.
Payum merupakan daerah pantai yang ditumbuhi oleh mangrove jenis Avecenia sp.,
Namun masih sering terjadi kerusakan akibat aksi penambangan pasir tipe C yang
menyebabkan abrasi. Pantai Lampu Satu merupakan tempat wisata bahari kabupaten
Merauke yang mudah diakses melalui jalur darat dengan jarak tempuh mencapai 15 menit
dari pusat kota kabupaten Merauke.
Secara geografis Kelurahan Samkai merupakan daerah strategis karena merupakan
pusat pendaratan ikan nelayan tradisional dengan kapasitas muatan 3-30 GT dengan
komoditas ikan laut. Selain keberadaan sarana dan prasarana pendukung desa, kelebihan
5
Kelurahan Samkai adalah kelompok masyarakat keluarga nelayan yang mampu
memanfaatkan ikan sebagai bahan produksi makanan sehat dan higienis.
1.2. Visi Dan Misi Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Kelurahan Samkai
Berdasarkan hasil Forum Discussion Group (FGD) aparat Kelurahan Samkai telah
memberikan keterangan tentang visi kelurahan berdasarkan visi dan misi Kabupaten
Merauke yang akan di capai dalam lima tahun yang akan datang sebagai berikut ;
“Merauke gerbang andalan manusia cerdas dan sehat, gerbang pangan nasional,
gerbang kesejahteraan dan kedamaian hati nusantara”
6
Wawancara
Langkah awal dalam proses penyusunan rencana pengelolaan dapat dilakukan
wawancara langsung dengan masyarakat dengan system random. Wawancara dapat
dilakukan di warung, pos penjagaan, rumah masyarakat dan kebun, dalam wawancara
dapat diperoleh isu dan permasalahan seputar kehidupan masyarakat. wawancara
dapat dilakukan oleh tim perencanaa yang telah di bentuk di tingkat PIU.
FGD
Fokus Group discussion dapat dilakukan setelah memperoleh isu dan permasalahan
dari masyarakat dengan cara wawancara langsung. FGD dilakukan untuk melakukan
verifikasi dan klarifikasi terhadap isu dan permasalahan sehingga diperoleh focus isu
dan permasalahan yang akan menjadi dari rencana pengelolaan wilayah pesisir dan
laut. Kegiatan FGD dapat difasilitasi oleh tim penyusun perencanan dengan peserta
dari pihak aparatur pemerintah desa, kelompok masyarakat, guru, tokoh agama, tokoh
pemuda dan tokoh organisasi masyarakat.
Penyusunan draft Awal
Setelah melakukan proses FGD, data isu dan permasalahan dapat diinput untuk
dilakukan analisis sederhana (SWOT) dengan melibatkan tim perencana dan 5 orang
masyarakat yang merupakan perwakilan dari masyarakat kampung. Dalam melakukan
penyusunan draft awal perlu memperhatikan masukan dari seluruh pihak, namun tetap
memperhatikan focus pengembangan wilayah pesisir yang akan dilakukan disetiap
kampung.
Konsultasi Publik
Kegiatan konsultasi publik merupakan forum penyampaian hasil kerja dari tim
penyusun rencana dengan tim kecil masyarakat (5 orang) kepada sebagian besar
masyarakat kelurahan (30 orang), draft perencenaan disampaikan kepada masyarakat
dengan harapan mendapat masukan dan kritikan tentang perencanaan pengelolaan
isu dan permasalahan, kemudian draft dapat diperbaiki menjadi draft akhir.
Penyusunan daraft akhir
Penyusunan draft akhir perencanaan pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir
tingkat kampung melibatkan tim penyusun rencana dan masyarakat (5 orang), draft
hasil konsultasi publik di revisi kembali dengan memperhatikan masukan dari setiap
komponen masyarakat khususnya kepala pemerintahan kelurahan.
7
Sulawesi, hal ini membuktikan potensi perikanan perairan laut Kelurahan Samkai sangat
tinggi. Bagi nelayan masyarakat adat Marind, proses penangkapan ikan tanpa
menggunakan perahu, sehingga penangkapan dilakukan disekitar pesisir pantai. Sedangkan
bagi masyarakat nelayan pendatang proses penangkapan ikan telah menggunakan perahu
buatan sendiri, sehingga jarak penangkapan lebih luas dan hasil tangkapan lebih banyak.
Sejak tahun 1990 pemerintah daerah melalui dinas setempat telah menyalurkan bantuan
perahu dan motor kepada sebagian masyarakat nelayan adat, namun bantuan tersebut tidak
digunakan dan dijual kepada masyarakat pendatang.
Jumlah penduduk Kelurahan Samkai tahun 2014 tercatat 8.514 jiwa dengan
komposisi laki-laki 4.431 jiwa dan perempuan 4.083 jiwa. Secara umum Kelurahan Samkai
didominasi oleh penduduk usia (15-56 tahun) dengan jumlah persentase 84 %. Sedangkan
kelompok usia (0-12 bulan) dengan jumlah persentase 2 % dan usia tua (> 56 tahun)
mempunyai proporsi yang sangat kecil (5%). Hal ini mengindikasikan tingkat kematian bayi
dan orang tua yang masih cukup tinggi di kabupaten Merauke dan tingginya pendatang di
Kelurahan Samkai dengan usia produktif kerja.
Dari keseluruhan jumlah 6.390 jiwa yang terdata pada tahun 2014, pemeluk agama
Kristen Protestan sebanyak 12 %, Kristen katolik 28 % dan Islam 60 %. Daerah Lampu satu,
Binaloka dan Kampung Tengah mayoritas pemeluk agama Islam yang berasal dari
Sulawesi, Jawa dan Sumatera, sebaliknya daerah Imbuti mayoritas beragama Kristen
Katolik yang merupakan penduduk asli Marind.
Sebelum gelombang masyarakat dari luar Merauke datang ke Kelurahan Samkai,
mayoritas masyarakat suku Marind menempati lahan pesisir pantai Samkai. Namun sejak
terjadinya transaksi jual-beli tanah dari masyarakat Marind ke suku Bugis-Makassar, Jawa
dan Sumatera perlahan mayoritas pendatang mulai memenuhi pesisir pantai Kelurahan
Samkai. Seiring dengan bebasnya alur mobilitas penduduk dan perkembangan
pembangunan kota, maka Kelurahan Samkai menemui masalah baru diantaranya masalah
meningkatnya angka kemiskinan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan keterbatasan tingkat
pendidikan masyarakat dan terbatasnya lapangan pekerjaan serta persaingan hidup yang
semakin ketat sehingga dibutuhkan keterampilan dan keahlian kusus agar dapat bersaing
hidup.
8
Mayoritas masyarakat Nelayan tangkap Samkai sangat tergantung kepada potensi
sumberdaya perikanan seperti ikan kakap, ikan paha-paha, ikan Bandang, dan udang. Dari
hasil perikanan ini menjadi komoditas utama bagi perdagangan ditingkat lokal dengan
berkeliling menjual ikan dengan menggunakan motor roda dua atau sepeda. Alat
penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan adalah jaring insang (gill net), jaring udang,
dan tango. Sebagian kecil masyarakat hanya menangkap pada tepian pantai, sedangkan
sebagian masyarakat nelayan tangkap menggunakan perahu mesin tempel dengan metode
penangkapan satu malam melaut (one day fishing) hingga sebulan melaut.
Jenis alat tangkap masyarakat nelayan kelurahan sebagian besar merupakan jaring insang
hanyut (53,6) yang di gunakan menangkap ikan kakap, paha-paha dan bandang, jaring
tersebut ditebar tanpa menggunakan jangkar sehingga sering diikatkan pada perahu atau
menggunakan pelampung sebagai tanda keberadaan jaring.
Mayoritas nelayan menggunakan kapal tempel (45,8%) dengan kapasitas mesin 25 atau 45
pk, armada tangkap disesuaikan dengan kondisi daerah penangkapan ikan dimana armada
kapal dengan kapasitas kecil hanya mencapai 1-3 mil laut (daerah perairan Distrik
Naukenjerai atau Okaba)
9
2.3. Kondisi Lingkungan Pesisir
Lingkungan pesisir Kelurahan Samkai sebagaimana kelurahan lainnya memiliki
ekosistem daratan dan lautan yang keduanya saling mempengaruhi. Menurut hasil survey
dasar lingkungan Kelurahan Samkai, luas Kelurahan Samkai sekitar 10,14 km2 dengan
panjang sekitar 5 km memanjang dari timur ke barat dan melebar sekitar 1,5 km dari utara
ke selatan.
Menurut peta penggunaan lahan dari laporan RPJM Kelurahan Samkai, secara
umum penggunaan lahan di Kelurahan Samkai sebagian besar digunakan untuk pemukiman
penduduk, kemudian lahan rawa tahan hujan sebagian besar di RT 22, dan lahan
perkebunan kelapa milik masyarakat di RT 23. Disamping itu juga sebagian lahan Kelurahan
Samkai masih terdapat eksositem mangrove yang didominasi oleh jenis Avenesia sp.
Luas habitat pesisir Kelurahan Samkai 324 Ha. Pantai Kelurahan Samkai memiliki
substrat berpasir campur lumpur hingga berwarna coklat kehitam-hitaman. Penyebaran
Ekosistem mangrove tidak seluruh terdapat di pesisir pantai Kelurahan Samkai, penyebaran
lebih bersifat spot tergantung dari kondisi substrat yang layak bagi pertumbuhan jenis
mangrove. Penyebaran ekosistem mangrove terdapat di bagian barat Kelurahan Samkai
yang berbatasan dengan Kelurahan Karang Indah. Bagian Pantai Yobar Kelurahan Samkai
terdapat ekosistem mangrove yang mulai terdegradasi akibat penebangan dan abrasi
pantai, sedangkan luas lahan ekoistem mangrove terluas terdapat di bagian timur Kelurahan
Samkai yang berbatasan dengan Kampung Nasem. Untuk kelimpahan ikan dari hasil
sensus ikan oleh dinas Kelautan dan Perikanan terdapat jenis ikan kakap, ikan bandeng,
ikan paha-paha dan udang.
10
sebagai nelayan tangkap ikan dan Udang. 2) Potensi perdagangan, karena pada umumnya
warga masyarakat yang mendiami Kelurahan Samkai merupakan masyarakat heterogen
dan 3. Potensi Perkebunan, karena kondisi tanah yang mempengaruhi untuk beberapa
tanaman seperti siri buah, pepaya, kelapa dll
Potensi perikanan Kelurahan Samkai bukan hanya hasil tangkap, namun terdapat
produk olahan perikanan yang menggunakan bahan baku ikan yang kemudian diolah
menjadi produk konsumsi seperti bakso ikan, nugget ikan, kerupuk, abon, pilus dan
amplang. Seluruh produk diolah menggunakan tenaga rumah tangga dan berlokasi sekitar
pemukiman masyarakat.
Pantai Keluarah Samkai merupakan salah satu pantai yang mudah diakses oleh
masyarakat Kota Merauke. Waktu tempuh yang cepat menjadikan pantai Kelurahan Samkai
sebagai objek wisata bahari. Bagian timur Kelurahan Samkai terdapat ekosistem mangrove
yang dapat dijadikan ecotourism dan edukasi bagi warga lokal dan mancanegara.
Penjelasan isu
Mayoritas masyarakat Kelurahan Samkai tinggal pada sempadan pantai berpasir,
rendahnya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan pantai dapat dilihat pada sepanjang
pantai masih banyak berserakan sampah rumah tangga dan bangkai ikan. Tumpukan
11
sampah di sekitar pantai RT 07 sudah sering dibersihkan dari kelurahan, TNI dan dinas
terkait namun aksi penimbunan sampah masih saja dilakukan dan seringkali masyarakat
setempat RT 07 melakukan pembakaran sampah kemudian ditimbun dalam tanah. Akibat
dari tumpukan sampah telah muncul penyakit muntaber, telah muncul bau busuk dan
banyaknya lalat yang mengganggu proses pengeringan ikan asin masyarakat. Tumpukan
sampah juga telah mengganggu para pengunjung pantai Kelurahan Samkai.
Tujuan Pengelolaan
1. Tersedianya fasilitas tempat pembuangan sampah sementara (TPS)
2. Tersedianya fasilitas tempat sampah di setiap RT/RW
3. Transparansi retribusi kebersihan setiap rumah tangga
4. Kebersihan lingkungan tetap terjaga
Program :
Program :
1. Rapat penentuan lokasi tong sampah disetiap RT/RW dan lokasi tempat
pembuangan sampah sementara
2. Pembangunan tempat pembuangan sampah sementara di perbatasan kelurahan dan
lokasi kunjungan wisata pantai
3. Pengadaan tenaga kerja kebersihan minimal 3 orang yang berasal dari komunitas
pemulung.
Program :
1. Kerja bakti setiap hari jumat pada minggu pertama pada bulan berjalan dengan
melibatkan seluruh warga, aparat kelurahan, TNI AL, DKP Merauke.
2. Seruan melakukan kebersihan lingkungan pada setiap jumat dan minggu melalui
fasilitas pengeras suara masjid atau gereja
Program :
1. Membuat papan anjuran kebersihan pantai minimal satu buah di setiap akses masuk
lokasi wisata pantai
12
2. Penanaman papan anjuran di setiap akses masuk lokasi wisata pantai oleh aparat
kelurahan, dan kelompok masyarakat
3. Menjaga dan mengawasi papan anjuran kebersihan oleh warga masyarakat
Kelurahan Samkai
Penjelasan Isu
Sejak tahun 2013 telah terbentuk kelompok masyarakat usaha pengolahan ikan,
kelompok ini telah melakukan produksi nugget, pilus, amplang, bakso dan abon. Kelompok
yang terbentuk berjumlah 6 (enam) kelompok, setiap kelompok terdiri dari 10 (sepuluh)
orang dari keluarga yang berbeda. Sejak terbentuk, sistem pemasarannya masih
mengandalkan hubungan kerabat baik di Merauke maupun luar Merauke seperti Asmat,
Kepi dan Nabire, namun sistem pemasaran ditingkat lokal masih mengandalkan rumah
masing-masing sebagai lokasi penjualan. Akibat dari tidak berjalan sistem jaringan
pemasaran karena belum memiliki kedai penjualan, maka kelompok usaha pengolahan ikan
mengalami penurunan omset produksi dan harus berhenti sementara. Salah satu sistem
pemasaran produk olahan adalah melalui mulut ke mulut sehingga belum maksimal dalam
meningkatkan hasil penjualan.
Tujuan pengelolaan
Program :
1. MOU dengan DKP Merauke tentang pengelolaan kedai pesisir proyek PEMP 2010
2. Melakukan kegiatan pembersihan kedai pesisir dan penataan outlie kedai pesisir
3. Pengadaan tenaga kerja pemasaran yang bertugas menjaga kedai pesisir secara
bergiliran.
Program :
13
2. Melakukan distribusi produk kelompok masyarakat (nugget, bakso, kerupuk, pilus
dan amplang) ke kios dan outlet oleh-oleh Merauke.
Program :
1. Kerjasama dengan media lokal (KM TV, Cendrawasih post, Merauke post dan
arafura post) untuk pemasangan iklan dalam setiap bulan.
2. Pembuatan dan pemasangan spanduk promosi produk di setiap titik strategis kab.
Merauke
3. Sosialisasi produk kelompok masyarakat ke lembaga pendidikan, instansi
pemerintah dan swasta di kab. Merauke dengan melakukan penyebaran kartu nama,
brosur dan pamflet
Strategi 4 : Pengadaan kedai pemasaran dilokasi kunjungan wisata pantai sekitar 10 unit di
pantai binaloka-lampu satu.
Program :
1. Pengusulan pembangunan kedai pemasaran (10 unit) kepada DKP Merauke melalui
proyek P2HP, CCDP-IFAD dan Gerbangku (PEMDA)
2. Pembangunan kedai pemasaran secara bertahap 2 unit di pantai binaloka yang akan
dikelola oleh kelompok masyarakat Kelurahan Samkai
3. Melakukan perawatan dan pembersihan secara rutin kedai pemasaran oleh
kelompok masyarakat
Penjelasan isu
Kelurahan Samkai merupakan salah satu kelurahan pesisir di Kab. Merauke yang
memiliki potensi sumberdaya yang cukup tinggi untuk dikembangkan sebagai pemasukan
daerah. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan kab. Merauke (2015), Kelurahan Samkai
memiliki sumberdaya ekosistem mangrove dan sumberdaya ikan. Ekosistem mangrove
terdapat di RT 20 yang cukup luas dan padat, potensi tersebut belum dilihat sebagai aset
daerah dan belum dimanfaatkan maksimal oleh pemerintah setempat sebagai lokasi wisata
atau daerah penangkapan ikan yang perlu dilindungi. Hingga sekarang ekosistem
mangrove tersebut mengalami konversi lahan menjadi area penambangan pasir, perumahan
dan lokasi pengambilan kayu bakar.
Tujuan Pengelolaan :
14
3. Meningkatkan pengetahuan kelompok masyarakat
Program :
1. Membuat MOU dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) kab. Merauke dalam
pengadaan bibit bakau dan pembiayaan perawatan bakau
2. Pengadaan 15.000 bibit bakau yang ditanam secara bertahap pada lokasi
perlindungan bakau
3. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pertumbuhan15.000 pohon bakau
Program :
Strategi 3 : Mendorong kelompok pengelola sumberdaya dan kelompok binaan BLH untuk
mendapatkan hak mengelola sumberdaya
Program :
Penjelasan isu
Sejak tahun 2014 telah diberlakukan moratorium di perairan Arafura, kapal diatas 30
GT dengan menggunakan alat tangkap trawl telah dilarang dengan jangka waktu yang
belum ditentukan. Kebijakan moratorium selama 10 bulan telah berdampak kepada jumlah
15
populasi ikan layak tangkap meningkat, namun keterbatasan alat tangkap nelayan
tradisional membuat potensi ikan belum dimanfaatkan secara optimum. Minimnya alat
tangkap nelayan tradisional disebabkan oleh belum memiliki akses bantuan bagi
penambahan alat tangkap dan armada penangkapan. Menurut nelayan lokal telah
mendapatkan bantuan dari DKP Merauke namun jenis alat tangkap belum memenuhi kriteria
alat tangkap yang diinginkan karena bahan jaring yang diberikan cepat rusak dan kurang
baik dioperasikan sehingga sebagian nelayan lokal menjual bantuan tersebut sebagai modal
untuk membeli alat dan bahan jaring yang lebih baik.
Tujuan Pengelolaan :
Program :
1. Menyusun data nelayan tangkap dengan kapasitas perahu tempel hingga kapal 15
GT
2. Mengidentifikasi kebutuhan nelayan tangkap agar dapat meningkatkan kapasitas
tangkap dan menambah jarak penangkapan ikan
3. Membentuk kelembagaan usaha nelayan dalam bentuk koperasi nelayan tangkap
Strategi 2 : Membangun tambat labuh perahu/kapal yang layak di Pantai Binaloka dan
Lampu Satu
Program :
1. Menentukan lokasi tambat labuh perahu/kapal yang aman dan mudah dijangkau oleh
nelayan ketika mau melaut
2. Membangun jalan dan jembatan yang menghubungkan lokasi tambat labuh
perahu/kapal dan tempat pendaratan ikan
3. Membangun tanggul pemecah gelombang disekitar lokasi tambat labuh perahu/kapal
Program :
1. Pengadaan 10 unit kapal 30 GT bagi nelayan tangkap lampu satu secara bertahap
pada tahun pertama 2 unit kapal
2. Pengadaan jaring penangkapan ramah lingkungan seperti gilnet untuk menangkap
ikan kakap, pengadaan jaring hanyut dan jaring tarik udang
16
Program :
Penjelasan isu
Sebagian kelompok usaha pengolahan ikan yaitu pokmas Bina 01 dan Bina 03 telah
menjalankan usaha selama satu tahun, selama menjalankan usaha menggunakan modal
pribadi yang jumlahnya terbatas sehingga membuat produksi belum dapat ditingkatkan.
Kelompok usaha telah difasilitasi dengan koperasi bina sejahtera Kelurahan Seringgu,
namun belum mendapatkan bantuan karena keterbatasan jaminan pinjaman. Menurut
informasi dari kelurahan, kelompok nelayan dapat memperoleh pinjaman dari pihak
perbankan dengan hanya menunjukan kepemilikan perahu, namun fasilitasi dengan pihak
perbankan belum dilakukan sehingga masyarakat masih menunggu realisasi tersebut.
Harapan dari masyarakat usaha pengolahan ikan, ada instansi terkait yang mampu
memberikan rekomendasi dan menfasilitasi peminjaman.
Tujuan Pengelolaan :
Program :
1. Melakukan pertemuan dengan pihak pihak BRI cabang Merauke dalam rangka
persiapan administrasi
2. Membuka rekening BRI cabang Merauke dan persiapan lokasi survey yang akan
dilakukan oleh pihak BRI
Program :
1. Menyiapkan pembukuan kelompok usaha (catatan produk, kas flow dan analisis
usaha)
2. Menyiapkan agunan pinjaman yang dipersyaratkan oleh pihak BRI cabang Merauke
Program :
17
3.1.6. Penanganan Abrasi Pantai Kelurahan Samkai
Penjelasan isu
Berbagai aturan telah dibuat, dari peraturan Kelurahan, peraturan adat hingga
peraturan daerah tentang pelarangan penambangan pasir tipe C di pantai, namun tidak
pernah efektif ditingkat lapangan. Berbagai proyek penanaman bakau dilakukan untuk
mencegah abrasi namun tetap tidak mampu menahan laju abrasi pantai. Tidak hanya
rusaknya ekosistem mangrove disekitar sempadan pantai, intrusi air laut telah memasuki
sumur masyarakat hingga air sumur menjadi payau.
Tujuan Pengelolaan :
Program :
1. Melanjutkan pembangunan tanggul pantai dari karung pasir yang telah dilaksanakan
oleh pemerintah propinsi Papua sepanjang 100 meter di pantai Lampu Satu
2. Melakukan sosialisasi dan penegakan peraturan daerah tentang penambangan pasir
pantai
Program :
18
2. Menentukan daerah binaan bersama (TNI) di dusun Payum agar tidak terjadi lagi
pelanggaran peraturan penambangan pasir.
Program :
Sebagai lembaga yang paling berperan di tingkat kelurahan seperti lurah, lembaga
adat, dan kelompok masyarakat pengelola sumberdaya merupakan lembaga penggerak
utama terlaksananya pembangunan dan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir. Untuk itu
pembagian peran dan tugas lembaga-lembaga tersebut perlu di jelaskan dengan detail,
sebagai berikut :
1. Pemerintah Kelurahan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa dan masukan
dari masyarakat, yang dimaksud pemerintah Kelurahan adalah kepala Kelurahan serta
perangkat pelaksana yang berperan dan bertugas sebagai berikut ;
Bertanggungjawab kepada rakyat melalui birokrasi pemerintahan atas
pelaksanaan pemerintahan di kelurahan dan pelaksanaan rencana pengelolaan.
Bersama dengan masyarakat menetapkan rencana pengelolaan sumberdaya
wilayah pesisir Kelurahan Samkai dan peraturan mengenai pengelolaan
sumberdaya wilayah pesisir Kelurahan Samkai.
Melakukan pengawasan pelaksanaan rencana pengelolaan sumberdaya pesisir
Kelurahan Samkai.
2. Lembaga Adat
Memberikan masukan rencana pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan hal-
hal yang berhubungan dengan adat masyarakat lokal.
berkoordinasi dengan bamuskam menetapkan pengelolaan pembangunan
kelurahan dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir kelurahan
19
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana pengelolaan sumberdaya
wilayah pesisir kelurahan
20
STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLA SUMBERDAYA PESISIR
SKPD, PERGURUAN
TINGGI, LSM,
PENGUSAHA, SWASTA
KETUA
KELOMPOK MASYARAKAT PENGELOLA
SUMBERDAYA
SEKRETARIS BENDAHARA
ANGGOTA
21
3.3. Rencana aksi
Rencana aksi menggambarkan program pembangunan dan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir Kelurahan Samkai yang akan
dilaksanakan dalam jangka waktu pendek ( 5 tahun) dan jangka menengah (10 tahun) oleh lembaga terkait baik pemerintah daerah,
pemerintah kampung, masyarakat dan pihak swasta.
Tabel 1. Rencana aksi pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir Kelurahan Samkai
22
2. Pemasaran produk kelompok masyarakat
Tujuan : 1. Meningkatkan hasil penjualan produk kelompok masyarakat
2. Tersedianya fasilitas kedai pemasaran (10 unit)
3. Menjalankan fungsi kedai pesisir
4. Meningkatkan promosi produk kelompok masyarakat
23
3. Pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir
Tujuan : 1. Mejaga kelestarian ekosistem mangrove
2. Menentukan daerah konservasi dan ekowisata berbasis sumberdaya
3. Meningkatkan potensi sumberdaya ikan dengan menjaga area pemijahan dan pembesaran benih
ikan
4. Meningkatkan pengetahuan kelompok masyarakat
24
4. Keterbatasan sarana dan prasarana penangkapan ikan
Tujuan : 1. Meningkatkan hasil tangkap nelayan
2. Menambah daerah jelajah penangkapan ikan (fishing
ground)
3. Menjaga kualitas hasil penangkapan ikan
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas waktu penangkapan ikan
25
5. Akses modal bagi usaha kecil menengah
Tujuan : 1. Mendapatkan bantuan modal usaha
2. Memperoleh keringanan agunan dan bunga pinjaman
3. Dapat menjadi mitra kerja bagi lembaga permodalan
26
6. Penanganan abrasi pantai Kelurahan Samkai
Tujuan : 1. Mengurangi terjadinya abrasi pantai
2. Penegasan peraturan daerah tentang penambangan pasir
3. Melindungi infrastruktur dari abrasi pantai
27
Monitoring Dan Evaluasi
Indikator :
Indikator berupa penilai pencapaian hasil yang diharapkan misalnya luas daerah
perlindungan laut, jumlah ikan di daerah perlindungan dan sekitarnya, jumlah unit bangunan
yang dibangun, panjang tanggul yang dibangun, banyaknya penyuluhan yang telah
dilakukan, pendapatan, produksi, jumlah penduduk, dan lain-lain. Sebagai contoh untuk
monitoring dan evaluasi, tabel berikut ini merinci indikator monitoring dan evaluasi yang
dapat dilakukan serta hasil yang diharapkan berdasarkan pada isu pengelolaan yang sudah
dijelaskan sebelumnya dalam bab 3. pembangunan dan pengelolaan sumberdaya wilayah
pesisir.
28
Tabel : Monitoring dan evaluasi di Kelurahan Samkai Distrik Merauke
Penilaian
No Isu Dan Permasalahan Hasil Yang Diharapkan Indikasi
+ - =
Tersedianya tempat pembuangan sampah sementara
1 Fasilitas kebersihan masyarakat 2 TPS dengan ukuran 5 x 3 meter
(TPS)
Tersedianya tong sampah di setiap RT/RW 115 tong sampah
Kedai pesisr dapat melakukan penjualan Kedai pesisr dapat melakukan penjualan
3 kali menjadi peserta pameran (tahun), 1000
Pameran daerah dan pemasangan spanduk
liflet, 2 spanduk produk di bandara
Pemanfaatan potensi sumberdaya
3 Tidak terjadi konversi lahan hutan bakau stop konversi lahan bakau
pesisir
1 lokasi konservasi yang dimanfaatkan sebagai lokasi
30 ha lokasi konservasi
ekowisata
Meningkatnya jumlah ikan 2 kali hasil penangkapan
29
IV. PENUTUP
30
Berita Acara Konsultasi Publik
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat
Kelurahan Samkai Distrik Merauke Kab. Merauke
Pada hari ini, Selasa tanggal dua puluh empat November Tahun Dua Ribu Lima Belas,
bertempat di Kelurahan Samkai Distrik Merauke telah dilaksanakan Konsultasi publik
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat Kelurahan Samkai Distrik
Merauke Kab. Merauke, dengan beberapa catatan yang harus dilengkapi pihak tim
pelaksana sebagai berikut :
1. Pihak Tim pelaksana mencatat masukan dan perubahan-perubahan yang diberikan
melalui forum konsultasi publik untuk perbaikan.
2. Membuat Peta perencanaan pengelolaan wilayah pesisir, sehingga terlihat lebih detil
bagaimana wilayah pemanfaatan sumberdaya kampung.
3. Kelurahan Samkai Distrik Merauke dalam perencanaan dijadikan sebagai lokasi
penangkapan ikan dan pengembangan usaha pengolahan perikanan
4. Perlu melakukan Identifikasi sentra jasa pelayanan seperti koperasi dan lembaga
permodalan skala mikro lainnya.
5. Kaitannya dengan peraturan kampung, maka pihak tim pelaksana lebih intensif
koordinasinya dengan aparat kampung, kapala adat dan Bamuskam.
6. Dalam penentuan kawasan konservasi perlu memperhatikan hukum adat dan
melibatkan masyarakat lokal.
Demikian berita acara ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya
31