Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KEBIJAKAN PEMERINTAH
TERKAIT PENGELOLAAN SAMPAH

Kelompok 9

Aditia Yudistira G8401211003


Adhella Pasya Elvira G8401211012
Indah Zahra Septiawati G8401211016
Lalita Mahardika Putri Firmansyah G8401211022
Muhammad Kukuh Kurniawan G8401211030
Rakanita Faatihah Ramadhina G8401211040

Dosen Pembimbing :
Dr. Tiurma Sinaga M.F.S.A.

DEPARTEMEN ILMU GIZI


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2023
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Promosi kesehatan tidak terlepas dari kegiatan atau usaha menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan adanya pesan tersebut
maka diharapkan masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan
tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku. Seseorang atau masyarakat di dalam memperoleh pesan
atau pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu atau media. Penyampaian informasi
terutama informasi kesehatan masyarakat yang sasarannya adalah publik. Media adalah
salah satu aspek penting yang menunjang agar informasi cepat diserap. Media
penyuluhan kesehatan seperti poster, leaflet, lembar balik, kartu bergambar,boneka, dan
lain sebagainya memiliki beberapa keuntungan yaitu biasanya menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti, mencerminkan kebiasaan, kehidupan, dan sasaran, dapat
menyesuaikan, mudah diperbanyak, mudah diperbaiki, dan memberikan informasi baik
lisan maupun tulisan (Yuningsih 2019).
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat
sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan "pencegahan sampah". Metode pencegahan
termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak,
mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas
belanja katun menggantikan tas plastik), mengajak konsumen untuk menghindari
penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tisu), dan mendesain produk yang
menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan
bobot kaleng minuman) (Aryanto et al. 2021).
Promosi kesehatan juga berperan penting dalam pengelolaan sampah, yang mana
di dalam promosi kesehatan terdapat proses pemberdayaan masyarakat agar mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan dapat dilakukan
dengan pembelajaran yakni upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan dalam bidang kesehatan. Penerapan promosi kesehatan dalam program
kesehatan pada dasarnya merupakan bentuk penerapan strategi global yang dijabarkan
dalam berbagai kegiatan. Karena sanitasi lebih cenderung ke arah perubahan perilaku
sehingga upaya yang dilakukan melalui pendekatan strategi promosi kesehatan. Menurut
WHO, strategi global tersebut, yaitu advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan
masyarakat (Aryanto et al. 2021).
Pengelolaan sampah di Indonesia merupakan masalah yang kompleks dan terus
berkembang seiring dengan pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang pesat.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2022,
Indonesia menghasilkan sekitar 19,46 juta ton sampah per tahun. Terdapat sekitar 49.4%
sampah yang berhasil ditangani dan sekitar 74.68% dari sampah yang terkumpul yang
dikelola dengan baik, sedangkan sisanya terbuang ke lingkungan dan sungai sehingga
menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan masyarakat. Beberapa
upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah pengelolaan sampah di Indonesia, antara
lain dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah
melalui kampanye dan edukasi, peningkatan infrastruktur pengelolaan sampah melalui
pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) yang sesuai standar, serta implementasi
program 3R (Sahil et al. 2016). Masalah sampah berkaitan erat dengan dengan pola hidup
serta budaya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, penanggulangan dan pengelolaan
sampah bukan hanya urusan pemerintah semata, tetapi penanganan dan pengelolaannya
membutuhkan partisipasi masyarakat secara luas.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kebijakan pemerintah terkait pengelolaan sampah?
2. Apa upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk pengelolaan sampah?
3. Apa dampak yang dirasakan dari hasil upaya pemerintah dalam pengelolaan sampah?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui kebijakan pemerintah terkait pengelolaan sampah;
2. mengetahui upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk pengelolaan sampah; serta
3. mengetahui dampak yang dirasakan dari hasil upaya pemerintah dalam pengelolaan
sampah.
II PEMBAHASAN

2.1. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat


Perkembangan yang terjadi pada kota-kota di negara berkembang seperti
Indonesia dapat menimbulkan masalah pembangunan. Permasalahan tersebut dapat
berupa pemukiman kumuh, sanitasi, dan sampah. Laju produksi sampah yang terus
meningkat sebanding dengan laju pertumbuhan penduduk yang meningkat. Peran
masyarakat dalam mengelola sampah secara aktif menentukan keberhasilan pelaksanaan
program pengelolaan sampah. Pendidikan masyarakat merupakan faktor penting yang
mempengaruhi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan. Semakin tinggi pendidikan
maka semakin mudah pemberian informasi dan pembinaan. Oleh karena itu, pendidikan
tentang pengelolaan sampah sangat penting untuk disampaikan di berbagai kalangan usia
agar kesadaran masyarakat semakin tinggi (Putra et al. 2013).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Mulasari (2017), pengelolaan
sampah sistem terpadu melalui program 3R (reduce, reuse, recycle) dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan. Peningkatan pengetahuan
pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan pendidikan formal maupun informal.
Pendidikan informal dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi, penyuluhan, dan
penyebaran media promosi. Berdasarkan data responden yang diperoleh, responden yang
memiliki pendidikan yang tinggi memiliki pengetahuan yang baik dalam pengelolaan
sampah. Namun tidak semua responden yang memiliki pengetahuan yang baik memiliki
perilaku yang baik dalam mengelola sampah. Hal ini dikarenakan karena rasa kesadaran
masyarakat terhadap sampah yang masih rendah. Cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat adalah dengan penyuluhan mengenai isu-isu yang
menjadi perhatian dunia seperti global warming. Penanaman karakter peduli lingkungan
sejak dini menjadi hal vital yang mengubah perilaku apatis menjadi aktif berpartisipasi.
Karakter peduli lingkungan dapat mempengaruhi sifat individu pada masalah lingkungan.
Urgensi pendidikan lingkungan untuk membentuk karakter peduli lingkungan adalah hal
yang krusial (Masruroh 2018).

2.2 Penanganan Sampah Berbahaya


Menurut Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun, limbah bahan berbahaya dan beracun atau disingkat limbah B3,
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan
hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lain (Utami dan Syafrudin 2018). Jenis limbah B3 antara
lain adalah batu baterai bekas, neon dan bohlam bekas, kemasan cat, kosmetik. Limbah
B3 mempengaruhi kesehatan dengan mencelakakan manusia secara langsung (akibat
ledakan, kebakaran, reaktif, korosif) maupun tidak langsung (toksik akut dan krosis)
(Putra et al. 2019). Limbah B3 dapat atau secara signifikan dapat memberikan kontribusi
terhadap peningkatan penyakit, kematian dan berbahaya bagi kesehatan manusia atau
lingkungan menyebabkan jika tidak benar-benar diolah atau dikelola, disimpan, dibawa,
atau dibuang (Utami dan Syafrudin 2018).
Menurut PP 101/2014, pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi
pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan/atau penimbunan (Utami dan Syafrudin 2018). Pengurangan limbah B3 dilakukan
dengan mengurangi jumlah dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau racun dari limbah
B3 sebelum dihasilkan dari suatu usaha dan/atau kegiatan. Reduksi limbah dapat
dilakukan dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses kegiatan atau
house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses, maupun upaya reduksi lainnya.
Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3
ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindari.
Penyimpanan limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 pasal 25
ayat 1 dilakukan dengan memfungsikan tempat penyimpanan limbah B3 sebagai tempat
penyimpanan limbah B3, melakukan pengemasan limbah B3 sesuai dengan karakteristik
limbah B3 dan melekatkan label limbah B3 dan simbol limbah B3 pada kemasan limbah
B3 (Habibi et al. 2017).

Adapun setiap pengangkutan limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib


disertai dengan dokumen limbah B3. Hal ini telah sesuai dengan PP No. 85 tahun 1999
jo. PP No. 101 Tahun 2014. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan
limbah B3 dari penghasil limbah B3 sebelum diserahkan kepada pemanfaat limbah B3,
pengolah limbah B3, dan/atau penimbun limbah B3. Pemanfaatan limbah dapat dilakukan
melalui kegiatan daur ulang (recycle), perolehan kembali (recovery) dan penggunaan
kembali (reuse) limbah B3 yang dihasilkan ataupun bentuk pemanfaatan lainnya.
Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi
secara fisika, kimia, maupun biologi dengan cara teknologi bersih atau ramah lingkungan
dan kegiatan penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 (Habibi et al. 2017).

2.3. Pengurangan Penggunaan Plastik


Di Indonesia sendiri konsumsi terhadap produk air kemasan dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 sendiri produk konsumsi air kemasan telah
mencapai angka 20,3 milyar liter. Salah satu cara untuk mengurangi sampah dari
penggunaan botol air minum kemasan sekali pakai adalah dengan melakukan pengelolaan
sampah berdasarkan prinsip batasi sampah (reduce), guna ulang sampah (reuse) dan daur
ulang sampah (recycle) yang dikenal dengan akronim 3R. Pengurangan pemakaian
botol/sampah plastik sekali pakai yang saat ini menjadi permasalahan lingkungan
dalam skala nasional di Indonesia, dapat dilakukan dengan gerakan kolaboratif dari
berbagai elemen masyarakat terkait. Potensi pengurangan pemakaian botol (sampah)
plastik di lingkungan sekolah sangat mungkin untuk dilakukan secara kolaboratif
dengan pelaksanaan gerakan bring your tumbler goes to school (yang merupakan bagian
dari pengembangan metode pembelajaran) secara konsisten melalui pendampingan
dan evaluasi secara berkala. Gerakan bring your tumbler goes to school dirancang
dengan pola kolaboratif yang melibatkan unsur pengabdi, mitra pengabdi
(komunitas/organisasi yang memiliki konsen atas isu terkait) dan terpenting adalah
adanya dukungan dari pihak sekolah. Gerakan “Bring Your Tumbler Goes to School”
sendiri merupakan gerakan sederhana yang berupaya dalam memaksimalkan
pemanfaatan tumbler guna lingkungan yang baik bagi kehidupan dari segi kemanfaatan
serta trend yang unik. Program bring your tumbler goes to school merupakan
program yang menyasar anak-anak sekolah yang ditujukan untuk membentuk
karakter bebas sampah plastik (botol plastik sekali pakai) pada generasi masa
depan bangsa (Sudiarawan et al. 2022).
Menurut Lestari dan As’ari (2022), upaya pengurangan penggunaan kantong plastik
di Kabupaten Siak menekankan kepada pelaku usaha agar dapat menggunakan kantong
alternatif ramah lingkungan sebagai pengganti dari kantong plastik. Dalam pelaksanaan
kebijakan tersebut, pemerintah Kabupaten Siak melalui Dinas Lingkungan Hidup
menetapkan beberapa kawasan sebagai kawasan tanpa kantong plastik di Kabupaten
Siak. Kebijakan kantong plastik berbayar juga pernah diberlakukan oleh pemerintah
pusat dalam upaya mengurangi penggunaan kantong plastik di Indonesia.

III PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Pengelolaan limbah B3 merupakan kegiatan yang terdiri dari pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau
penimbunan sesuai dengan PP 101/2014. Pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan
mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya atau racun dari limbah B3 sebelum
dihasilkan dari suatu usaha dan/atau kegiatan. Dalam upaya pengurangan penggunaan
kantong plastik, dapat menggunakan kantong alternatif ramah lingkungan sebagai
pengganti dari kantong plastik. Dengan begitu, kesadaran masyarakat mengenai
partisipasi dalam pengelolaan sampah harus ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Aryanto, Nababan D, Silitonga E. 2021. Hubungan promosi kesehatan, advokasi oleh tokoh
masyarakat dan media promosi dengan perilaku masyarakat terhadap pemilahan
sampah di Desa Bener Kelipah Utara Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener
Meriah Tahun 2021. Journal of Healthcare Technology and Medicine. 7(2):
1118-1136.

Habibi, Rahayu R, Munawir A, Lagu AMHR, Aeni S. 2017. Gambaran pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun di Terminal Bahan Bakar Minyak Luwuk Kabupaten
Banggai. Higiene. 3(3): 137-143.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2022. Capaian kinerja pengelolaan


sampah.

Lestari N, As’ari H. 2022. Implementasi kebijakan pengurangan penggunaan kantong


plastik di Kabupaten Siak (Studi Pada Kawasan Objek Wisata, Pasar Tradisional
dan Kantor Pemerintah). Jurnal Ilmu Administrasi Publik. 8(1): 43-58.

Masruro. 2018. Membentuk karakter peduli lingkungan dengan pendidikan. Jurnal


Pendidikan Geografi. 18(2):130-134.

Putra HP, Taufiq AR, Juliani A. 2013. Studi hubungan antara tingkat pendidikan dan
pendapatan keluarga terhadap sikap dalam pengelolaan sampah rumah tangga. J
Sains dan Teknol Lingkung. 5(2):99.
http://journal.uii.ac.id/index.php/JSTL/artice/view/3502/3095.

Putra TI, Setyowati N, Apriyanto. 2019. Identifikasi jenis dan pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun rumah tangga: studi kasus Kelurahan Pasar Tais Kecamatan
Seluma Kabupaten Seluma. Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. 8(2): 49-61.

Sahil J, Muhdar MHIA, Rohman F, Syamsuri I. Sistem pengelolaan dan upaya


penanggulangan sampah di Kelurahan Dufa-dufa Kota Ternate. Jurnal Bioedukasi.
4(2): 478 – 486.

Sari N, Mulasari SA. 2017. Pengetahuan, sikap dan pendidikan dengan perilaku pengelolaan
sampah di Kelurahan Bener Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta. Jurnal Medika
Respati. 12(2):74-84.

Sudiarawan KA, Martana PAH, Dewi TIDWP, Utami PDY, Dwipayana IKW, Putra IKW.
2022. Pengurangan pemakaian sampah plastik sekali pakai bagi generasi muda
melalui program bring your tumbler goes to school. Buletin Udayana Mengabdi.
21(1): 53-59.

Utami KT, Syafrudin. 2018. Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), studi
kasus PT Holcim Indonesia, Tbk Narogong Plant. Jurnal Presipitasi: Media
Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan. 15(2): 127-132.

Yuningsih. 2019. Strategi promosi kesehatan dalam meningkatkan kualitas sanitasi


lingkungan. Jurnal Aspirasi. 10(2): 107-118.

Anda mungkin juga menyukai