Anda di halaman 1dari 5

Banyumas dengan Krisis Lingkungannya

”Banyumas sudah Darurat Sampah”

Riska Arum M. S., Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Pendahuluan

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,


keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan
makhluk hidup lain, menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997. Lingkungan
yang kita tinggali, membawa banyak manfaat untuk kehidupan manusia. Banyak
cara dilakukan manusia untuk memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Namun,
banyak aktivitas pemanfaatan SDA yang tidak diimbangi dengan pemeliharan.
Hal ini menimbulkan efek samping yang dapat merusak lingkungan itu sendiri.
Kerusakan lingkungan yang terjadi terus menerus dapat memicu terjadinya krisis
lingkungan.

Disamping peningkatan teknologi modern yang semakin maju, justru


memberikan efek samping yang luar biasa. Berdasarkan data dari Science Mag,
pada tahun 1950, produksi sampah dunia ada diangka 2 juta ton pertahun.
Sementara 65 tahun setelah itu pada tahun 2015, produksi sampah sudah ada
diangka 381 juta ton per tahun. Tentu fakta ini sangat memprihatinkan. Indonesia
menjadi salah satu negara dengan penyumbang sampah plastik terbesar di dunia.
Setiap harinya, lebih dari 175 ribu ton sampah plastik yang dihasilkan dari seluruh
wilayah nusantara. Hampir setiap daerah di Indonesia, belum bisa menangani
permasalahan sampah plastik dengan sempurna, termasuk Kabupaten Banyumas.
Permasalahan sampah di Banyumas sudah tergolong mengkhawatirkan. Bahkan
pada tahun 2018, kepala DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Banyumas, Junaidi,
menyatakan bahwa Banyumas sudah darurat sampah.

Pembahasan

Permasalahan sampah, khususnya sampah plastik di Banyumas semakin


parah seiring dengan bertambahnya penduduk. Penggunaan kantong plastik itu
sendiri masih menjadi tradisi dalam aktivitas jual beli, baik di pasar tradisional,
semi tradisional, maupun pasar modern. Kebanyakan masyarakat menggunakan
kantong plastik karena dianggap praktis dan efisien. Mereka tidak menyadari efek
dari pengunaan kantong plastik secara berlebihan dapat merusak lingkungan.
Sampah plastik yang menumpuk juga menjadi sarang penyakit yang berbahaya
bagi manusia.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas Junaidi


menyatakan saat ini volume produksi sampah plastik dari masyarakat semakin
membeludak dan belum seluruhnya terkelola. Bahkan Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) pengelola sampah sebagai garda terdepan pengelolaan sampah
masyarakat di Kabupaten Banyumas juga kewalahan menghadapi peningkatan
voume sampah plastik ini. Tidak adanya TPA (Tempat Pembuangan Akhir
sampah) di Banyumas menjadi faktor utama pengelolaan sampah ini terhambat.
Satu-satunya hal yang harus dilakukan adalah mengurangi pengguaan plastik di
masyarakat.

Disamping itu, kesadaran masyarakat akan pembuangan sampah dan


pengelolaan sampah masih perlu ditingkatkan. Banyak aktivitas pembuangan
sampah sembarangan di tempat terbuka. Ditambah lagi di beberapa tempat,
pemilahan sampah organik dan anorganik juga belum terlaksana. Penggunaan
tong sampah 3 warna di beberapa wilayah di Banyumas masih jarang ditemukan.
Bahkan beberapa tempat umum belum tersedia. Seharusnya, hal ini lebih
diperhatikan oleh DLH Banyumas, karena hal-hal dasar seperti ini mampu
meningkatkan kualitas masyarakat itu sendiri.

Aktivitas lain yang memicu terjadinya kerusakan lingkungan di Banyumas


adalah pembakaran sampah. Ini masih sering terjadi di lingkungan perdesaan di
wilayah Banyumas. Bahaya yang disebabkan oleh pembakaran sampah plastik
jauh lebih mematikan. Pembakaran sampah dapat menyebabkan kabut asap tebal
dan bisa mengurangi jarak pandang dan kenyamanan di lingkungan sekitar tempat
tinggal. Kabut asap yang tebal bisa memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Selain itu, sampah plastik yang dibakar akan menghasilkan asap beracun yang bila
dihirup dapat menyebabkan gangguan pernapasan.
Kebiasaan masyarakat ini perlu ditangani lebih lanjut. Dilansir dari Suara
Merdeka Banyumas sejak 1 Maret 2022 Dinas Lingkungan Hidup Banyumas
memberlakukan Larangan Penggunaan Kantong Plastik Saat Berbelanja.
Larangan tersebut diatur dalam PERBUP Banyumas No. 14 tahun 2019. Peraturan
ini menjadi kilas balik masyarakat Banyumas dari ancaman yang selama ini
menghantui penduduk di bumi.

Upaya lain yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan membagikan


tong sampah kepada setiap kepala keluarga di Banyumas untuk bisa memilah
sampah. Kemudian memperbanyak fasilitas tong sampah 3 warna di tempat yang
seharusnya ada. Langkah lain yaitu dengan mengedukasi masyarakat tentang cara
menggunakan kembali sampah yang masih bisa dimanfaatkan atau biasa disebut
dengan kegiatan 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Dengan ini maka sampah plastik
yang dihasilkan dapat berkurang secara bertahap.

Penutup

Salah satu masalah krisis lingkungan yang belum bisa dihilangkan adalah
plastik. Indonesia menjadi salah satu negara dengan penyumbang sampah plastik
terbesar di dunia dengan lebih dari 175 ribu ton sampah plastik per harinya dari
seluruh wilayah Indonesia termasuk Kabupaten Banyumas. Kepala Dinas
Lingkungan Hidup menyatakan “banyumas sudah darurat sampah”.

Kebiasaan serta tidak adanya kesadaran masyarakat akan lingkungan


hidup menjadi pemicu krisis lingkungan di Banyumas. Penggunaan sampah
plastik masih menjadi tradisi jual beli masyarakat di Banyumas. Selain itu
kebiasaan masyarakat di pedesaan yang membakar sampah tanpa dipilah juga
menimbulkan berbagai masalah. Faktor lain yaitu sarana dan prasarana untuk
pengelolaan dan pembuangan sampah tahap akhir di Banyumas juga kurang
memadai.

Untuk menangani permasalahan ini, beberapa cara dilakukan pemerintah


Banyumas. Seperti memberlakukan Larangan Penggunaan Kantong Plastik saat
Berbelanja. Upaya lain yang seharusnya segera dilaksanakan adalah pemberian
fasilitas berupa tong sampah 3 warna di tempat umum yang ada di Banyumas.
Lampiran
Daftar Pustaka

Amanda B. (2022, februari 25). Ambisi banyumas menuju Zero Waste. Dipetik
Agustus 5, 2022, dari Waste 4 Change :
https://waste4change.com/blog/ambisi-banyumas-menuju-zero-waste-dari-
tpst-salinmas-ke-jeknyong/

dr. Kevin Adrian. (2021, November 2). Dampak Sampah Plastik bagi Lingkungan
dan Kesehatan Manusia. Dipetik Agustus 5, 2022, dari Alodokter :
https://www.alodokter.com/dampak-sampah-plastik-bagi-lingkungan-dan-
kesehatan-manusia

Elis Vita S, S.Si. (2019, Juli 13). Gas Berbahaya dari Pembakaran Sampah
Plastik. Dipetik Agustus 5, 2022, dari
https://www.smktarunabangsa.sch.id/artikel/detail/gas-berbahaya-dari-
pembakaran-sampah-plastik

Luthfia A.A. (2018, November 21). Sampah Plastik Dunia dalam Angka. Dipetik
Agustus 6, 2022, dari Kompas.com:
https://internasional.kompas.com/read/2018/11/21/18465601/sampah-
plastik-dunia-dalam-angka?page=all#page2

Susanto . (2022, Februari 27). Mulai 1 Maret 2022, Banyumas Berlakukan


Larangan Penggunaan Kantong Plastik saat Berbelanja . Dipetik Agustus
6, 2022, dari Suara Merdeka Banyumas :
https://banyumas.suaramerdeka.com/banyumas/pr-092760057/mulai-1-
maret-2022-banyumas-berlakukan-larangan-penggunaan-kantong-plastik-
saat-belanja?page=2

Anda mungkin juga menyukai