Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Bencana alam bisa terjadi karena faktor alam itu sendiri maupun karena ulah manusia.
Bencana alam karena faktor alam terjadi murni karena berbagai proses yang terjadi di
alam tanpa sedikitpun manusia terlibat di dalamnya. Kejadiannya merupakan peristiwa
yang mengikuti hukum alam tertentu. Bencana alam karena gejala alam biasanya sulit
untuk diperkirakan dan sulit pula untuk dihindari. Manusia sering tidak berdaya untuk
menghentikannya karena kekuatannya di luar jangkauan kemampuan manusia,
berdasarkan statistik mulai Tahun 2002 sampai Tahun 2010 wilayah Indonesia 83 %
adalah wilayah rawan bencana. Sebagai contoh, bencana letusan gunung api tidak bisa
dihentikan karena kekuatannya sangat dahsyat dan kemampuan manusia yang terbatas.
Manusia hanya berupaya mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan dengan memantau
perkembangannya dan segera melakukan evakuasi ketika bencana terjadi.

Bencana alam merupakan fenomena alam yang tidak bisa dielakkan oleh siapapun.
Bencana banjir dan longsor yang hampir pasti terjadi pada setiap datangnya musim
penghujan. Seperti yang terjadi di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, banjir terjadi
akibat limpasan air Sungai Konto yang menggenangi rumah masyarakat dan sektor
pertanian sehingga mengakibatkan kerugian hingga ratusan juta rupiah. Banyak upaya
yang dilakukan oleh pihak pemerintah untuk mengantisipasi bencana banjir, yang
melibatkan berbagai sektorterkait, tetapi kejadian banjir tersebut masih terjadi dalam
setiap tahun. Kejadian banjir seperti tersebut di atas lebih diartikan sebagai banjir
limpasan (discharge overland flow) atau di kalangan umum dikenal dengan istilah banjir
kiriman, karena tipe banjir ini berasal dari aliran perbukitan yang berada di Dusun
Kedungrejo.

Banjir yang terjadi di Kabupaten Malang bukan hanya di Kecamatan Pujon saja, tetapi di
Kecamatan lainnya juga mengalami bencana banjir tersebut. Seperti di Kecamatan
Kepanjen Tahun 2013 rumah rusak terbanyak, yakni 36 rumah, ada di desa
Panggungrejo, ditambah 16 rumah di desa Mangun rejo, dan 7 rumah di desa sangguruh.
Mayoritas rumah rusak ringan dan sedang.Sedangkan rumah rusak berat berjumlah 11
unit, masing-masing delapan unit di panggungrejo dan tiga unit di mangunrejo. Selain di
kepanjen, pada Tahun 2013 hujan dan angin juga merusak rumah-rumah di Wager dan
Dampit, hujan deras disertai angin kencang merusak dua atap rumah milik dua warga
desa sitirejo, wagir. Sedangkan di Dampit, selasa Tahun 2014 kemarin, puting beliung
menumbangkan beberapa pohon besar dan menimpa tiga rumah warga]Mitigasi Bencana
Edisi Kedua, Program Pelatihan Manajemen Bencana UNDP.

Datangnya bencana alam tidak dapat diprediksi secara mutlak, bencana alam merupakan
konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung,
gempa bumi, tanah longsor, banjir) dan aktivitas manusia yang mereduksi lingkungan
serta keberadaan di daerah titik rawan bencana alam.

Bencana alam bukan hanya mendatangkan kerugian harta benda, korban jiwa dan
psikologis namun diperparah dengan kemiskinan. Padatnya jumlah penduduk,
penyempitan daya dukung lahan seperti di daerah aliran sungai khususnya Daerah Aliran
Sungai Kunto yang berada di Desa Sukomulyo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang
sebagai titik rawan bencana alam memberikan kontribusi terjadinya bencana banjir dan
tanah longsor. Sedikitnya 50 % lebih Kawasan Pengairan sekitar Daerah Aliran Sungai
(DAS) Kunto Desa Sukomulyo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang mengalami
kerusakan (Antara 8 februari 2014).

Pengetahuan masyarakat tentang bencana seharusnya dapat terwuju d dalam kesadaran


tentang kerawanan wilayah yang menjadi tempat tinggal, pemahaman tentang sebab-
sebab dan akibat adanya bencana.Kesadaran dapat terbentuk dari pengalaman, dan
kejadian bencana. Seperti yang terjadi di Jawa Timurmenurut BPBD (Badan
Penanggulngan Bencana Daerah tahun 2013), Jawa Timur merupakan titik rawan adalah
Kabupaten Malang, Jember, Lumajang, Bojonegoro, Kediri, Trengalek, Tuban, Pasuruan,
Situbondo, Bondowoso, Pacitan, Probolinggo, dan Banyuwangi.Bencana alam bukan
hanya mendatangkan kerugian harta benda, korban jiwa dan gangguan psikologis bagi
korban bencana tersebut. Namun dapat juga mengakibatkan kemiskinan yang akan
semakin merajalela.Bencana alam tidak bisa dipandang sebelah mata akan tetapi sebagai
hukum Tuhan namun malepetaka yang merusak sendi-sendi kehidupan manusia dengan
berbagai korban materi, psikologis dan jiwa manusia. Dengan akar dasar sikap, nilai,
persepsi, dan tindakanmerupakan makna masyarakat menyikapi bencana alam. Respon
masyarakat terhadap lingkungan alam merupakan interaksi masyarakat untuk melakukan
tindakan dalam penanggulangan bencana alam utamanya dalam mencegah terjadinya
bencana alam sehingga angka korban bencana alam dapat diminimalisir.

Kondisi wilayah Kabupaten Malang sangat rawan dan rentan bencana, oleh karena itu
perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kopentensi,
pranata kearifan lokal, standar operasional dan prosedur penanggulangan bencana.
Kabupaten Malang adalah salah satu bagian di Provinsi Jawa Timur yang daerahnya
terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Kecamatan Pujon khususnya yang
mempunyai wilayah pegunungan dan berada di lereng Gunung Kawi, dengan banyak
sungai-sungai kecil yang bermuara di aliran Sungai Konto serta mengalir di sepanjang
wilayah Kecamatan Pujon.

Padatnya jumlah penduduk, penyempitan daya dukung lahan seperti di daerah aliran
sungai khususnya di Dusun Kedungrejo, Desa Sukomulyo, Kecamatan Pujon, Kabupaten
Malang merupakan salah satu daerah titik rawan bencana alam yang memiliki sejarah
traumatis bagi warga di sekitarnya yang telah mengalami beberapa kali kejadian bencana
banjir dan tanah longsor baik secara rutinitas musiman tahunan, lima tahunan dan bahkan
sepuluh tahunan atau lebih.

Menurut kejadiannya baik skala besar, sedang dan ringan, banyak warga menilai bencana
banjir terbesar dalam sejarah aliran sungai konto khususnya di Dusun kedungrejo, Desa
Sukomulyo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang terjadi pada tahun 2014 yang pada
banjir sebelumnya skala air sungai memanglah besar akan tetapi aliran arusnya tidak
sampai berdampak buruk, dan pada tahu 2014 turunnya hujan deras yang lebih parah dari
sebelumnya sehingga di Dusun Kedungrejo Daerah aliran sungan Konto, Desa
Sukomulyo, Kecamatan Pujon Kab, Malang yang mengakibatkan satu jembatan roboh,
tiga kandang sapi hanyut, satu rumah rusak, dan satu toko hanyut ditelan banjir. Untung
saja tidak ada satupun korban jiwa pada kejadian yang menimpa desa tersebut(Badan
Penanggulngan Bencana Daerah tahun 2014).
BAB II
TINJAUAN MATERI

Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dan menibulkan dampak
negative atau kerusakan yang amat sangat merugikan bagi manusia, bencana bisa terjadi
karena alam, manusian atau keduanya.

Bencana adalah serangkaian kejadian yang menberikan dampak kerusakan, adanya korban
jiwa, kehilangan, kerugian, dan meninggalkan trauma bagi korban yang mengalaminya
biasanya sering terjadi secara tiba-tibatanpa adanya peringatan atau pertanda akan terjadinya
bencana.

Bencana dalam kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah peristiwa atau rangkaian


peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan/atau keduanya yang mengakibatkan
korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan
sarana prasarana dan fasilitas umum, serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat”

Jenis jenis Bencana Alam

Bencana alam, jika ditinjau dari penyebabnya dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: bencana
alam geologis, klimatologis, dan ekstra-terestrial (Buletin KAMADHIS UGM. 2007:3).
Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh gaya-gaya dari dalam
bumi. Sedangkan bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh
perubahan iklim, suhu atau cuaca. Bencana alam ekstra-terestrial yaitu bencana alam yang
disebabkan oleh gaya atau energi dari luar bumi, bencana alam geologis dan klimatologis
yang sering berdampak terhadap manusia.

Tabel 2. Jenis Bencana Alam

Jenis Penyebab Bencana Alam Contoh Kejadian

Bencana alam geologis Gempa bumi, tsuami, letusan gunung


berapi, longsor/gerakan tanah
Bencana alam klimatologis Banjir, banjir banding, badai, angin
putting beliung, kekeringan,
kebakaran hutan (bukan oleh
manusia)
Bencana alam ekstra-terestrial Impact/hantaman meteor atau benda
dari angkasa luar.
Sumber : Buletin KAMADHIS UGM (2007:3)

Bencana alam geologis, terutama gempa bumi, sampai sekarang masih sulit untuk diprediksi,
sehingga fenomena alam itu sifatnya mendadak. Namun demikian, peristiwa alam pada
dasarnya mempunyai karekteristik umum, yakni gejala awal, gejala utama, dan gejala akhir.
Tetapi masalahnya, pada kejadian-kejadian bencana alam geologis, gejala awal tersebut
sering kali berjalan terlalu cepat dan berjangka waktu sangat singkat ke gejala utama
sehingga tidak ada waktu untuk mengantisipasi datangnya gejala utama. Maka, usaha untuk
mendeteksi datanganya gejala awal sangat penting dalam mengantisipasi bencana alam.

Tabel 3. Gejala awal bencana alam pada daerah rawan bencan alam

Jenis Bencana Alam Daerah Rawan Gejala awal


Banjir Dataran banjir, sempadan, Curah hujan tinggi,
sungai bermeander, hujan berlangsung
lekukanlekukan di dataran lama, naiknya muka
aluvial air sungai di stasiun
pengamatan
Banjir bandang Darah bantaran sungai pada Daerah pegunungan
transisi datran ke gundul, batuan
pegunungan mudah longsor, curah
hujan
tinggi, hujan
berlangsung lama,
terjadi
pembendungan di
hulu sungai.
Longsor/gerakan tanah Daerah dengan batuan Curah hujan tinggi,
lepas, batu lempung, tanah hujan berlangsung
tebal, lereng curam. lama, munculnya
retak-retak pada
tanah lereng atas,
tiang listrik, pohon,
benteng menjadi
miring.
Letusan gunung berapi Lereng dan kaki gunung Naiknya suhu air
berapi, terutama yang kawah, perubahan
menghadap kea rah kawah komposisi kimiawi
sumbing air dan gas di
kawasan guguran
Kubah lava, adanya
lindu/lini,
peningkatan tremor
pada seismograf
tsunami Pantai-pantai yang Terjadinya gempa
berhadapan dengan palung bumi, air laut surut
tektonik atau gunung api
laut
Gempa bumi Jalur-jalur tektonik, sesar Peningkatan tremor
(patahan) aktif pada seismograf
(yang umumnya
sangat singkat
kegejala
utama)
Sumber : Buletin KAMADHIS UGM (2007:4)

Manajemen Bencana

Pengertian Manajemen Bencana

Banyaknya peristiwa bencana yang terjadi dan menimbulkan korban jiwa serta kerugian harta
benda yang besar di Indonesia, mengindikasikan bahwa manajemen bencana di negara
Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Selama ini, manajemen bencana dianggap bukan
prioritas dan hanya datang sewaktuwaktu saja, padahal kita hidup di wilayah yang rawan
terhadap ancaman bencana. Oleh karena itu pemahaman terhadap manajemen bencana pelu
dimengerti dan dikuasi oleh seluruh kalangan, baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta.

Manajemen bencana menurut Nurjanah (2012:42) adalah ilmu pengetahuan yang


mempelajari bencana beserta segala aspek yang berkaitan dengan bencana, terutama risiko
bencana dan bagaimana menghindari risiko bencana. Manajemen bencana merupakan proses
dinamis tentang bekerjanya fungsi-fungsi manajemen yang kita kenal selama ini misalnya
fungsi planning, organizing, actuating, dan controling. Cara bekerja manajemen bencana
adalah melalui kegiatan-kegiatan yang ada pada tiap kuadran atau siklus atau bidang kerja
yaitu pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, serta pemulihan. Sedangkan
tujuannya secra umum antara lain untuk melindungi masyarakat beserta harta bendanya dari
ancaman bencana.

Kegiatan manajemen bencana merupakan kegiatan yang tidak berdiri sendiri, akan tetapi
terkait dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat dan memerlukan pendekatan yang
bersifat multi-disiplin. Peraturan perundang-undangan yang dijadikan acuan pun melingkup
peraturan perundang-undangan lintas sektor. Dengan kalimat lain, sesungguhnya kegiatan
manajemen bencana dilaksanakan oleh sektor-sektor, sedangkan kegiatan dari lembaga
kebencanaan sebagian besar adalah mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan oleh sektor.

Berbagai pihak yang terlibat dalam manajemen bencana harus saling bekerjasama dan
menyamakan persepsi tentang bencana dan manajemen bencana melalui sebuah sistem atau
aturan main yang disepakati taiu sistem manajemen bencana. Melalui manajemen bencana
pula program atau kegiatan dilaksanakan pada tiap kuadran atau siklus atau bidang erja oleh
para pemangku kepentingan secara komprehensif dan terus-menerus. Pelaksanan kegiatan
secara periodi atau sebagai reaksi atau respon terhadap kejadian bencana akan menjadi sia-sia
karena bencana akan terus terjadi secara berulang.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, manajemen bencana sebagai seluruh kegiatan yang
meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah
terjadi bencana yang dilakukan oleh semua elemen, pemerintah, masyarakat sipil, dan
kalangan bisnis-korporasi untuk mencegah kehilangan jiwa, mengurangi penderitaan
manusia, memberi informasi kepada masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, dan
mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis.

Proses Manajemen Bencana

Menurut Nurjanah (2012:47), secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam
tiga kegiatan utama, yaitu:
a) Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,

kesiapsiagaan, serta peringatan dini

b) Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk
meringankan penderitaan sementara, seperti search and rescue (SAR), bantuan darurat
dan pengungsian

c) Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan


rekonstruksi.

1) Kegiatan pada tahap pra bencana ini sangat penting karena apa yang sudah
dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca
bencana. Pemerintah bersama masyarakat maupun swasta sangat sedikit memikirkan
tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan di dalam
menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak bencana.

2) Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana.
Untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan , terutama berupa penyelamatan korban
dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari
pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat terjadimya bencana
biasanay banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan
bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya
merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang
masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan efisien.
3) Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikian kondisi masyarakat
yang tekena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan
semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi
yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak hanya
melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi perlu juga diperhatikan rehabilitasi psikis yang
tejadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen Bencana adalah pada
tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan
untuk menghindari atau meminimalisir dampak bencana terjadi.

Prinsip-prinsip manajemen bencana

Pasal 3 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana


menyatakan bahwa penanggulangan bencana harus didasarkan pada azas atau prinsip-prinsip
utama yaitu kemanusiaan, keadilan, kesamaan kedudukan daam hukum dan pemerintahan,
keseimbangan, keselarasan dan keserasian, ketertiban dan kepastian hukum, kebersamaan,
kelestarian lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, penanggulangan
bencan juga harus didasarkan pada prinsip-prinsip praktis sebagai berikut:

1 . Cepat dan Tepat

Cepat dan tepat adalah bahwa penanggulangan bencana dilaksanakan secara cepat dan
tepat sesuai denagn tuntutan keadaan.

2. Prioritas

Prioritas dimaksudkan sebagai upaya penanggulangan bencana yang harus mengutamakan


kelompok rentan.
3. Koordinasi dan Keterpaduan

Koordinasi dimaksudkan sebagai upaya penanggulangan bencan yang didasarkan pada


koordinasi yang baik dan saling mendukung. Sedangkan keterpaduan dimaksudkan
sebagaiupya penanggulangan bencan dilaksanakan oleh berbagai sektor secara terpadu
yang didasarkan pada kerjasama yang baik dan saling mendukung.
4. Berdayaguna dan Berhasilguna

Dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga,
dan biaya yang berlebihan.

5. Transparansi dan Akuntabilitas

Transparansi dimaksudkan bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan


dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan akuntabilitas adalah bahwa penanggulangan
bencana dilakukan secara yerbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan
hukum.

6. Kemitraan

Penanggulangan bencana harus melibatkan berbagai pihak secraa seimbang.

7. Pemberdayaan

Bahwa penanggulangan bencana dilakukan dengan melibatkan korban secara aktif.


Korban bencana hendaknya tidak dipandang sebagai obyek semata.

8. Non Diskriminatif

Bahwa penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis
kelamin, suku, agama,ras, dan aliran politik apapun.

9. Non Prosselitisi

Dalam penanggulangan bencana dilarang menyebarkan agama tau keyakinan.

BAB III
PEMBAHASAN

Gempa Bumi dan tsunami Tōhoku 2011 ( 東 北 地 方 太 平 洋 沖 地 震  Tōhoku Chihō


Taiheiyō-oki Jishin, secara harfiah "Gempa Bumi lepas pantai Samudra Pasifik wilayah
Tōhoku") adalah sebuah gempa Bumi dorongan kuat berkekuatan 9,0 yang mengakibatkan
gelombang tsunami setinggi 10 meter (33 ft). Gempa ini berkekuatan 7 berdasarkan skala
intensitas seismik Badan Meteorologi Jepang di utara Prefektur Miyagi, Jepang. Laporan
awal menyatakan kekuatan sebesar 7,9, sementara peringatan tsunami JMA menyebutkan
8,4 dan akhirnya 9,0. Fokus gempa Bumi dilaporkan berada di lepas pantai Semenanjung
Oshika, pantai timur Tōhoku pada 11 Maret 2011, pukul 05:46 UTC (14:46 waktu setempat)
pada kedalaman 24,4 kilometer (15,2 mil). Laporan Japanese National Police Agency (JNPA)
menyatakan bahwa 15.269 tewas dan 8.526 lainnya hilang di enam prefektur, meski
dikhawatirkan jumlah korban tewas jauh lebih tinggi.

Kekuatan 9,0 menjadikan gempa ini sebagai gempa terbesar yang mengguncang


Jepang sepanjang sejarah dan satu dari empat gempa terbesar di dunia sejak pencatatan
gempa modern dimulai. Gempa ini dianggap sebagai yang terbesar yang mengguncang
Jepang dalam 1.200 tahun terakhir.

Gempa bumi adalah getaran disebabkan oleh adanya pergerakan di dalam kerak bumi
(lempeng bumi) yang begetar secara tiba-tiba dan berdampak pada permukaan bumi dari
yang tidak dapat dirasakan sampai dengan berdampak kehancuran yang dapat dirasakan oleh
manusia yang berada di permukaan bumi. Frekuensi gempa di suatu wilayah memiliki jenis
dan ukuran yang berbeda-beda dan dapat di ukur dengan menggunakan alat Seismometer.

Tsunami (bahasa Jepang: 津 波 ; tsu = pelabuhan, nami = gelombang,


secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air laut
disebabkan oleh perubahan permukaan air laut menjadi vertical secara tiba-tiba dan
berdampak luapan air yang berbentuk gelombang besar yang memiliki ketinggian gelombang
lebih dari 10 meter dengan kecepatan sekitar 30 km per jam, ke permukaan bumi dari bibir
pantai sampai tengah dan lebih luas lagi ke permukaan bumi yang berdampak kehancuran
akibat hantaman gelombang besar.

Jepang sebagai Negara maju dengan ekonomi dan tekhnologi yang diciptakannya
membuatnya sebagai Negara yang tidak dapat dipandang sebelah mata oleh Negara lain.
Sebagai Negara maju jepang merupakan Negara kepulauan di tepi Samudra Pasifik yang
dapat pula menjadikan jepang sebagai Negara penghasil ikan dan industri laut yang
berlimpah. Sebagai Negara kepulauan tepi samudra pasifik jepang terletak di atas wilayah
dengan pertemuan tiga lempeng tektonik aktif yang membuat Negara ini rawan akan gempa
yang berpotensi tsunami. Letak Negara jepang terletak tepat diatas wilayah yang disebut
cincin api pasifik (Pacific Rings of Fire). Wilayah itu merupakan tempat pertemuan tiga
lempeng tektonik yang sangat aktif yaitu lempeng tektonik pasifik, lempeng tektonik laut
Filipina dan lempeng Eurasia. Disebut Ring Of Fire di karenakan wilayah tersebut banyak
gunung berapi aktif dan lempeng yang dapat mempengaruhi kemunculan gempa.

Gempa Bumi Dan Tsunami yang terjadi di Tōhoku pada 11 Maret 2011

Merupakan bencana alam gempa terbesar di dunia yang diiring dengan Tsunami dahsyat yang
di rasakan penduduk jepang sebagai gempa terbesar yang menggunjang Jepang dalam 1.200
tahun trakhir. Banyak korban jiwa meninggal dunia yang dapat di temukan dan sebagian
hilang terbawa tsunami. Korban jiwa yang dapat diidentifikasi oleh Tokyo Broadcasting
System (TBS) yaitu sekitar 15.269 tewas, 5.363 luka dan 8.526 hilang. Pemerintah Jepang
menyadari bahwa Negara mereka merupakan Negara dengan ancaman gempa yang akan
terjadi di kemudian harinya. Pemerinta Jepang dan masyarakatnya mengupayakan
mengurangi jatuhnya korban jiwa secara signifikan yang di akibatkan terjadinya gempa di
setiap zaman berganti. Seringnya gempa yang terjadi di jepang menjadikan jepang sebagai
Negara yang tanggap akan datangnya bencana gempa. Pemerintah jepang mempersiapkan
masyarakatnya untuk selalu mempersiapkan diri mereka dimana saat gempa datang tiba-tiba.
Pemerintah memberikan pembekalan, pendidikan dan pelatihan diberikan sedini mungkin dan
merata di semua wilayah jepang. Dimulai dari pendidikan dasar anak-anak dimana
dimasukkan pendidikan tanggap bencana dan pelatihan menghadapi gempa.

Kerugian Jepang Akibat Dampak Gempa dan Tsunami

Bencana alam merupakan bencana yang banyak menimbulkan kerugian, kehilangan dan
kehancuran yang berdapak pada kelangsungan hidup manusia di dalamnya. Hancurnya sarana
dan prasarana pendukung di sebuah Negara dapat dihancurkan oleh bencana alam ini. Mulai
dari rumah, gedung, jembatan dan terputusnya sarana trasportasi yang ada. Nilai kerugian
materi bukannlah dalam jumlah yang sedikit.

Gempa dan tsunami yang terjadi di Jepang pada tahun 2011 sebagai gempa yang terbesar
yang Jepang alami total keseluruhan kerugian yang dialami mencapai 2 triliun yen atau
sekitar US$ 309 miliar (setara dengan Rp 2.780 triliun). Gempa ini menghancurkan sebagian
wilayah jepang dan melumpuhkan sebagian perekonomian di tahun 2011. Bencana ini
meruntuhkan pertumbuhan ekonomi jepang di mana jepang menargetkan pertumbuhan
ekonomi meningkat sekitar 1,5% di tahun 2011. Terjadinya gempa dan tsunami ini
menurunkan perekonomian jepang hingga 0,5%.
Jepang harus mulai menata kembali perekonomiannya dan infrastruktur pendukung ekonomi
mereka. Dengan memulai membersihkan sisa-sisa kehancuran yang terjadi, mulai menata,
merancang kembali perkotaan dan pemukiman yang akan di tempati oleh masyarakatnya.
Jepang harus memikirkan infrastruktur, bangunan tata kota yang tahan dari gempa dan
meminimalkan kehancuran yang akan ditimbulkan oleh bencana gempa.

Jepang memiliki cadangan dana pada bank sentral jepang yang mengalirkan dana untuk
stabilitas pasar. Memulai kembali perekonomian dengan membangun pabrik, pasar dan
tranportasi untuk memulai stabilitas perekonomian jepang. Banyak Negara yang
memeperkirakan jepang akan bangkit dengan cepat pasca gempa tanpa adanya kesulitan atau
kendala yang bermakna dikarenakan jepang memepersiapkan kemungkinan terburuk jika
gempa datang kembali melanda mereka. Pasca gempa maret 2011, dengan upaya-upaya
rekonstruksi yang sedang berjalan diperkirakan pertengahan tahun 2011 jepang akan kembali
pulih dan memulai perekonomiannya. Mengingat pentingnya posisi jepang di kawasan Asia
Timur, yang juga dirasakan Negara lain di kawasannya.

Anda mungkin juga menyukai