Anda di halaman 1dari 80

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERTA PENETAPAN KADAR

FLAVANOID TOTAL DAN FENOLIK TOTAL METODE DPPH


EKSTRAK ETANOL DAUN SENGGANI (Melastoma malabathricum L.)

Skripsi
Untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi

Oleh :

YUNI TRI KUSUMA NINGRUM

1804015254

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
JAKARTA
2023

i
Skripsi dengan judul

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERTA PENETAPAN KADAR


FLAVANOID TOTAL DAN FENOLIK TOTAL METODE DPPH
EKSTRAK ETANOL DAUN SENGGANI (Melastoma malabathricum L.)

Yang disusun oleh :

YUNI TRI KUSUMA NINGRUM

1804015254

Telah disetujui

Pembimbing 1 :

Tanggal : 21-05-2023
Apt. Etin Diah Permanasari Ph. D

MENGETAHUI :

Ketua Program Studi Farmasi

Dr. Apt. Rini Prastiwi, M. Si. Tanggal :

ii
ABSTRAK

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERTA PENETAPAN KADAR


FLAVANOID TOTAL DAN FENOLIK TOTAL METODE DPPH
EKSTRAK ETANOL DAUN SENGGANI (Melastoma malabathricum L.)

Yuni Tri Kusuma Ningrum


1804015254
Tumbuhan senggani (Melastoma malabathricum L.) adalah tumbuhan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat. Bagian tumbuhan yang digunakan
sebagai obat adalah daun. Secara tradisional daun senggani dimanfaatkan sebagai
obat demam, penghilang nyeri, peluruh kencing, diare, sariawan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui kadar flavonoid dan fenolik total serta aktivitas
antioksidan ekstrak etanol daun senggani (Melasatoma malabathricum L.) dengan
metode DPPH yang dinyatakan dengan nilai IC50. Simplisia kering yang
digunakan sebanyak 3kg, serbuk daun senggani 3g dan hasil evaporasi yang
didapatkan 70g. Daun senggani memiliki karakteristik yang berbau khas, warna
hijau pekat dan memiliki rasa pahit. Susut pengeringan 4,8%, kadar air 25%,
kadar abu 2,7357%. Hasil skrining fitokimia semuanya memiliki hasil positif
mengandung senyawa flavonoid. Hasil penetapan kadar flavonoid total yang
didapat yaitu 11,3931±0,051mgQE/g, fenolik total 112,5289±2,0805mgGAE/g.
Hasil yang diperoleh pada pengujian aktivitas antioksidan ektrak etanol daun
senggani (Melasatoma malabathricum L.) memiliki nilai IC50 31,4931 µg/mL
yang merupakan antiosidan kuat, sedangkan pengukuran larutan baku kuersetin
(pembanding) memiliki nilai IC50 yaitu 8,5709 µg/mL dan merupakan antioksidan
yang sangat kuat.
Kata kunci : Daun Senggani, Flavanoid, Fenol, DPPH, Spektrofometri UV-Vis

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam tidak lupa dihaturkan kepada
junjungan besar kita, Rasulullah SAW.
Penulisan skripsi dengan judul “UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
SERTA PENETAPAN KADAR FLAVANOID TOTAL DAN FENOLIK
TOTAL METODE DPPH EKSTRAK ETANOL DAUN SENGGANI
(Melastoma malabathricum L.)”
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada program
Studi Farmasi Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA, Jakarta.
Skripsi ini bisa terslesaikan tidak terlepas dari bantuan semua pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga
kepada:
1. Bapak Dr. apt. Hadi Sunaryo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
2. Bapak Drs. apt. Inding Gusmayadi, M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
3. Ibu apt. Kori Yati, M.Farm., selaku Wakil Dekan II Fakultas Farmasi dan
Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
4. Ibu apt. Kriana Efendi, M.Farm., selaku Wakil Dekan III Fakultas Farmasi
dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
5. Bapak Anang Rohwiyono, M.Ag., selaku Wakil Dekan IV Fakultas
Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
6. Ibu Dr. apt. Rini Pratiwi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Fakultas
Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
7. Ibu apt. Etin Diah Permanasari, Ph.D., selaku Pembimbing Tunggal yang
telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dan ilmunya selama
penelitian dan penyusunan skripsi. Terima kasih atas dukungan, waktu,
serta masukan yang ibu berikan.
8. Ibu apt. Ari Widayanti, M.Farm., selaku Pembimbing Akademik dan
seluruh dosen yang telah memberikan ilmu, bimbingan, waktu dan saran-
saran yang berguna selama perkuliahan.
9. Kedua orang tua tercinta Ibu Sri Amini dan Ayah Ruwiyanto yang luar
biasaya tiada hentinya membrikan doa, kasih saying dan dorongan
semangatnya kepada saya serta bantuan baik berupa moril maupun materi.
10. Kepada Kakak tercinta Ari Astuti Hanifah dan Hadi Safrudin Harahap
terimakasih sudah memberikan doa, dukungan, kasih saying dan dorongan
semangatnya.
11. Sahabat Penulis dari semester satu, Mita Istiqomah, Anisa Novi yanti,
Julian Refi Mahreza, Zaqi Naufal Tyarna yang selalu siap siaga setiap
Penulis membutuhkan bantuan, menjadi telinga ketiga yang selalu
mendengarkan keluh kesah Penulis, terimakasih atas kenangan indah
bersama selama ini

iv
12. Semua yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu. Pastinya tidak
henti-hentinya Penulis sampaikan terimakasih, semoga amal baik semua
pihak mendapat balasan yang berlipat ganda dari Sang Pencipta yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang Allah SWT. Amin.

Sebagai manusia biasa Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh
dari kata sempurna karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
dimiliki Penulis. Oleh karenanya atas kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, Penulis memohon maaf dan bersedia menerima kritikan yang
membangun. Terakhir, harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya.
Jakarta, 19 Mei 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI
Hlm
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan Penelitian 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Landasan Teori 5
1. Deskkripsi Tanaman Senggani (Melastoma malabathricum L.) 5
2. Simplisia 6
3. Ekstraksi 6
4. Senyawa Fenolik 7
5. Senyawa Flavonoid 8
6. Radikal Bebas 8
7. Antioksidan 9
8. DPPH (1,1-diphenyl-2-picrydrazine) 10
9. Spektrofotometri UV-Vis 10
B. Kerangka Berfikir 11
C. Hipotesis 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 13
A. Tempat dan Jadwal Penelitian 13
1. Tempat Penelitian 13
2. Jadwal Penelitian 13
B. Pola Penelitian 13
C. Alat dan Bahan Penelitian 13
1. Alat Penelitian 13
2. Bahan Penelitian 13
D. Prosedur Penelitian 14
1. Pengumpulan Bahan Baku 14
2. Determinasi Tanaman 14
3. Pembuatan Serbuk Simplisia 14
4. Pembuatan Ekstrak Daun Senggani 14
5. Uji Karakterisitik Ekstrak Daun Senggani 14
6. Uji Identifikasi Tanaman 15
7. Penentuan Kadar Flavonoid Total 17
8. Penentuan Kadar Fenol Total 18
9. Antioksidan 19
10. Analisis Data 20

vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22
A. Hasil Determinasi Tanaman Daun Senggani 22
B. Hasil Simplisia dan Ekstraksi 22
C. Hasil Karakteristik Ekstrak 23
D. Hasil Skrining Fitokimia 24
E. Penetapan Kadar Flavanoid 26
F. Penetapan Kadar Fenol 28
G. Uji Aktivitas Antioksidan 31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 33
A. Simpulan 33
B. Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 40

vii
DAFTAR TABEL
Hlm
Tabel 1. Hasil Simplisia dan Serbuk Daun Senggani 23
Tabel 2. Hasil Karakteristik Ekstrak Daun Senggani 23
Tabel 3. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Senggani 24
Tabel 4. Hasil Absorbansi Kurva Baku Kuersetin 27
Tabel 5. Hasil Penetapan Kadar Flavanoid Total Ekstrak Daun 28
Senggani
Tabel 6. Hasil absorbansi Kurva Baku Asam Galat 29
Tabel 7. Hasil Penetapan Kadar Fenol 30
Tabel 8. Hasil Aktivitas Kuersetin Terhadap DPPH 32
Tabel 9. Hasil Aktivitas Kuersetin Terhadap DPPH 32
Tabel 10. Tingkat Kekuatan Antioksidan Dengan Metode DPPH 32

viii
DAFTAR GAMBAR

Hlm
Gambar 1. Tanaman Senggani 5
Gambar 2. Struktur Kimia Fenol 7
Gambar 3. Struktur Flavonoid 8
Gambar 4. Kurva Kalibrasi Kuersetin 28
Gambar 5. Kurva Kalibrasi Asam Galat 30

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Hlm
Lampiran 1. Hasil Determinasi 40
Lampiran 2. Certificate of analysis (CoA) Asam Galat 41
Lampiran 3. Certificate of analysis (CoA) Folin Ciocalteu 42
Lampiran 4. Certificate of analysis (CoA) Kuersetin 43
Lampiran 5. Certificate of analysis (CoA) DPPH 44
Lampiran 6. Kalium asetat 45
Lampiran 7. Natrium Karbonat 46
Lampiran 8. Besi III Klorida (FeCl3) 47
Lampiran 9. Etanol 48
Lampiran 10. Metanol 49
Lampiran 11. Magnesium Powder (serbuk mg) 50
Lampiran 12. Perhitungan Karakteristik Ekstrak 51
Lampiran 13. Perhitungan Penetapan Kadar Flavonoid 52
Lampiran 14. Panjang Gelombang Maksimum Kuersetin – AlCl3 55
Lampiran 15. Operating Time Maksimum Kuersetin – AlCl3 56
Lampiran 16. Kurva Kalibrasi Kuersetin – AlCl3 57
Lampiran 17. Perhitungan Kadar Fenolik Total 58
Lampiran 18. Panjang Gelombang Asam Galat 61
Lampiran 19. Operating Time Asam Galat 62
Lampiran 20. Kurva Kalibrasi Asam Galat 63
Lampiran 21. Perhitungan Persen Inhibisi dan IC₅₀ Kuersetin 64
Terhadap DPPH
Lampiran 22. Panjang Gelombang DPPH 66
Lampiran 23. Operating Time DPPH 67
Lampiran 24. Hasil Skrining Fitokimia 68
Lampiran 25. Dokumentasi 70

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan tanaman obat tradisional
yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat
tradisional. (Mayasari & Laoli, 2018) dan juga merupakan negara tropis
yang dengan kelembaban udara yang tinggi sehingga memungkinkan
tumbuhnya berbagai jenis tanaman. (Dwi Mainawati, Eti Meirina
Brahmana, 2017). Diperkirakan 30.000 jenis tumbuhan ditemukan dalam
hutan tropika Indonesia, 1.260 jenis diantaranya berkhasiat sebagai obat.
Walaupun baru sekitar 180 jenis yang telah digunakan untuk keperluan
industri obat herbal dan jamu. (Wibisono Yusub, 2017)
Tumbuhan obat merupakan salah satu bahan alam alternatif yang
digunakan untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Salah
satunya yaitu tumbuhan senggani (Melastoma malabathricum L.) yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat. (Nurhayat et al., 2020). Pada
tumbuhan ini bagian yang dapat digunakan masyarakat sebagai
pengobatan adalah daun. Secara tradisional daun senggani digunakan
masyarakat untuk mengobati demam (antiporetik), penghilang nyeri
(analgetik), peluruh kencing (diuretik), menghilangkan pembengkakkan
(antiinflamasi), melancarkan aliran darah dan juga bisa untuk mengobati
bisul, diare, haid tidak lancar, hepatitis, sariawan, ASI (air susu ibu) tidak
lancar, keracunan singkong dan radang pada pembuluh darah. (Rahayu et
al., 2016)
Tanaman senggani diyakini mengandung senyawa metabolit
sekunder yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Daun senggani diketahui
mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan yang
sangat kuat. (Nunung, Sri Luliana, 2019). Daun senggani mengandung
senyawa aktif flavonoid, triterpenoid, tannin, saponin, steroid, glikosida
dan fenolik. Senyawa tersebut berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi
dan bersifat antifungi, serta tannin yang dapat menunjukkan aktivitas
antivirus dan antibakteri. (Halim et al., 2021)

1
Flavonoid adalah senyawa organik alami yang dapat digunakan
sebagai antioksidan, antikanker, antiinflamasi, antialergi dan
antihipertensi. Efek antioksidan pada senyawa ini dikarenakan
penangkapan radikal bebas melalui donor atom hydrogen dari gugus
hidroksil flavonoid. (Astika Winahyu et al., 2019). Senyawa fenolik yang
berasal dari tanaman juga mempunyai kemampuan sebagai antioksidan,
antiinflamasi, antiproliferasi, antimutagenik dan antimikrobial. Senyawa
fenol jga bisa mencegah dan mengobati penyakit degeneratif, gangguan
kognotif, kanker, penuaan dini dan gangguan sistem imun tubuh.
(Padamani et al., 2020)
Antioksidan adalah senyawa yang bisa menangkal efek negatif dari
radikal bebas didalam tubuh dengan memberikan elektronya kepada
senyawa radikal bebas. Radikal bebas yaitu salah satu molekul yang
mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbit
terluarnya sehingga membuat radikal bebas itu sendiri tidak stabil, maka
dari itu radikal bebas merebut elektron dari senyawa lain tujuannya untuk
menetralkan diri. Radikal bebas juga salah satu dari pemicu adanya
penuaan dini dan penyakit degeneratif. (Roswita et al., 2019). Antioksidan
juga termasuk penghambat dari adanya radikal bebas yang dapat merusak
sel-sel manusia akibat dari kondisi oksidasi dan ketidakseimbangan radikal
bebas dikarenakan gangguan terhadap metabolisme dalam sel. (Budiana et
al., 2016). Antioksidan juga dapat menstabilkan dan menghambat radikal
bebas dengan melengkapi kekurangan elekton yang dimiliki oleh radikal
bebas. (Kusumowati, 2012)
Radikal bebas yaitu suatu molekul yang kehilangan atau juga
kelebihan satu elektron tidak berpasangan sehingga menjadi tidak stabil
dan berusaha untuk mengambil elektron dari molekul lain. (Kartikasari et
al., 2018). Ada dua asal dari radikal bebas yaitu yang pertama dari dalam
tubuh (endogen) dan luar tubuh (eksogen). Radikal bebas dari dalam tubuh
dihasilkan dari metabolisme sel dan dengan proses oksidasi ketika
pembakaran sel ketika bernafas. Sedangkan dari luar tubuh seperti asap
rokok, bahan kimia dan paparan sinar UV. Radikal bebas memiliki sifat

2
reaktif yang dapat menyebabkan kerusakan sel, kemampuan adaptasi sel
menurun dan sel akan mengalami kematian dan dapat menyebabkan
penyakit jika sel mati. Maka dari itu untuk mencegah itu semua diperlukan
antioksidan. (Rahmawati et al., 2021)
Berdasarkan uraian di atas, diketahui belum pernah dilakukan uji
aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol dari daun senggani. Pada
penelitian ini dilakukan pengujian antioksidan ekstrak etanol daun
senggani dengan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). DPPH
adalah suatu metode yang menentukan aktivitas antioksidan dalam sampel
dengan melihat kemampuanya saat menangkal radikal bebas senyawa 2,2-
diphenyl-1-picrylhydrazyl. (Amin et al., 2013). Pemilihan pada metode
DPPH yaitu karena sudah umum digunakan, lebih cepat, sederhana, akurat
dan mampu mengukur segala komponen yang bertindak sebagai
antioksidan. (Barki et al., 2017). Daun Senggani (Melastoma
malabathricum L.) ekstrak etanol 96% memiliki aktivitas antioksidan yang
tergolong kuat. Hasil skrining fitokimia pada ekstrak 96% daun senggani
diketahui mengandung senyawa saponin, steroid, tannin, fenolik,
flavonoid, glikosida dan terpenoid. (Roni et al., 2018).
Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian penetapan
kadar flavonoid dan fenolik total serta aktivitas antioksidan metode DPPH
ekstrak etanol daun senggani (Melastoma malabathricum L.)
B. Permasalahan Penelitian
Tanaman senggani (Melastoma malabathricum L.) memiliki
kandungan metabolit sekunder berupa flavonoid dan fenolik pada daun
sehingga berpotensi sebagai antioksidan. Dengan demikian, permasalahan
dalam penelitian ini adalah berapa kadar flavonoid dan fenolik ekstrak
etanol daun senggani dan berapa kadar antioksidan yang didapat dengan
pengujian menggunakan metode DPPH.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar flavonoid total
dan fenolik total serta nilai aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun

3
senggani (Melastoma malabathricum L.) dengan metode DPPH yang
dinyatakan dengan nilai IC50.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat terkait kadar flavonoid total dan fenolik total yang terkandung
dalam ekstrak daun senggani serta untuk mengetahui nilai IC50 pada
ekstrak daun. Sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan
herbal dalam berbagai penyembuhan penyakit.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Deskkripsi Tanaman Senggani (Melastoma malabathricum L.)
a. Klasifikasi Tanaman

Gambar 1. Tanaman Senggani


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Sinonim : Melastoma malabathricum L.
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Melastomaceae
Marga : Melastoma
Jenis : Melastoma polyanthum BI.
Nama dagang/umum : Senggani
b. Morfologi Tanaman
Senggani adalah tanaman yang mudah ditemukan diberbagai
tempat. Tumbuhan senggani berpohon kecil dengan kayu yang
berwarna coklat, tinggi 1-5 m dan memiliki cabang sympodial. Letak

5
tangkai dan daun senggani tunggal saling menyilang dan berhadapan.
Daunya berwarna hijau memiliki bentuk bulat seperti telur dan panjang
2-20 cm, lebar 1-8 cm, permukaanya kasar dengan rambut pendek
yang jarang-jarang, kaku dan memiliki tiga tulang daun yang
berbentuk lengkung dengan panjang petioles 512 mm2 (Evifania et al.,
2020).
c. Kandungan Tanaman
Daun senggani memiliki kanadungan senyawa kimia salah satunya
yaitu flavonoid, saponin, tannin, steroid, terpenoid (Novasella et al.,
2022). Tumbuhan senggani juga memiliki kandungan senyawa
glucoside α-amyrin, asam betulinic dan flavonoid (quercetin,
quercitrin dan naringenin, kaempferol, kaempferol-3-Od-glucoside,
kaempferol-3-O-(2”,6”-di-Op-trans-coumaroyl) glukosida) yang mana
senyawa ini memiliki aktivitas faktor pengaktif platelet, antibakteri dan
antioksidan (Ayu et al., 2019)
d. Khasiat Tanaman
Tanaman senggani memiliki beberapa khasiat yaitu mengobati
diare, disentri, keputihan, wasir, luka, infeksi, sakit gigi, sakit perut
dan sariawan. Pada daun tanaman senggani memiliki fungsi
antibakteri, antioksidan, antiinflamasi, antikanker, antihepotesis,
antidiabetes dan antiseptik (Novasella et al., 2022).
2. Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan.
Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran dibawah sinar matahari,
diangin-anginkan atau menggunakan oven, kecuali dinyatakan lain. Suhu
pengeringan dengan oven tidak lebih dari 600C (Depkes RI. 2017)
3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara untuk memperoleh sediaan yang
mengandung senyawa aktif dari suatu bahan alam menggunakan pelarut
yang sesuai. Tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik semua zat aktif dan
komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Metode ekstraksi yang

6
digunakan pada saat ini yaitu ekstraksi secara dingin atau dengan metode
maserasi yaitu dengan cara merendam simplisia dalam satu atau campuran
pelarut selama waktu tertentu dan terlindung cahaya.
Ekstrak adalah hasil dari pengambilan zat aktif melalui proses
ekstraksi menggunakan pelarut dimana pelarut yang digunakan diuapkan
kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat (Marjoni, 2016)
4. Senyawa Fenolik
Senyawa fenolik adalah metabolit sekunder bioaktif yang
terdistribusi secara luas di tanaman terutama disintesis oleh asam sikamat,
pentose fosfat dan jalur fenilpropanoid. Senyawa ini memiliki keragaman
struktural mulai dari fenol sederhana hingga kompleks ataupun yang
terpolimerisasi. Polifenol memiliki gugus fenol dalam molekulnya dan
spektrum yang luas dengan kelarutan yang berbeda-beda. Senyawa fenolik
juga memiliki banyak manfaat seperti antioksidan, antikarasinogenik dan
antimikroba. Secara struktural, senyawa fenolik mencakup sejumlah
senyawa yang memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus
hidroksil dan dapat bervariasi dari molekul sederhana sehingga polimer
kompleks. Pada senyawa ini dibagi menjadi beberapa kelompok seperti
asam fenolat, flavonoid, tannin dan stilbene berdasarkan jumlah gugus
fenolik hidroksil yang melekat dan elemen struktural yang
menghubungkan cincin benzen (Diniyah & Lee, 2020).

Gambar 2. Struktur Kimia Fenol


(Pratiwi et al., 2020)
Senyawa fenolik merupakan senyawa terbesar yang berperan
sebagai antioksidan alami pada tumbuhan. Senyawa fenolik memiliki satu
atau lebih cincin fenol yaitu gugus hidroksi yang terkait pada cincin
aromatis sehingga mudah teroksidasi dengan menyumbangkan atom
hidrogen pada radikal bebas. Kemampuan membentuk radikal fenoksi

7
yang stabil pada reaksi oksidasi menyebabkan senyawa fenolik sangat
potensial sebagai antioksidan (Dhurhania & Novianto, 2018)
5. Senyawa Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar
yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna
merah, ungu, biru dan sebagian zat warna kuning yang terdapat dalam
tanaman (Kristanti, 2008). Golongan flavonoid memiliki kerangka karbon
yang terdiri atas dua cincin benzene tersubtitusi yang disambungkan oleh
rantai alifatik tiga karbon. Golongan terbesar flavonoid memiliki cincin
piran yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah satu cincin
benzene (Wahyulianingsih et al., 2016).

Gambar 3. Struktur Flavonoid


(Wahyulianingsih et al., 2016)
Flavonoid memiliki kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15
atom karbon dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai
propan (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Pada
susunan ini dapat bisa menghasilkan tiga jenis struktur yaitu 1,3-
diarilpropan atau neoflavonoid. Senyawa ini merupakan senyawa polar
seperti etanol, metanol, etilasetat atau campuran dari pelarut tersebut
dapat digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan
(Gafur et al., 2012).
6. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki satu atau lebih
elektron bebas atau tidak berpasangan, sehingga radikal bebas bersifat
tidak stabil. Dikarenakan sifatnya yang tidak stabil, radikal bebas bersifat
sangat reaktif dan dapat mengikat molekul-molekul atau disekitarnya
untuk memperoleh pasangan elektron dan mencapai kestabilan. Radikal
bebas juga dapat membentuk di dalam tubuh serta berlangsung secara
terus menerus sehingga dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Agar radikal bebas stabil memerlukan antioksidan yang dapat menetralkan

8
radikal bebas melalui donor elektron sehingga radikal bebas lebih stabil
dan tidak efektif (Handayani et al., 2020).
7. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat membantu mengatasi
kerusakan oksidatif akibat radikal bebas atau senyawa oksigen reaktif.
Paparan radikal bebas dalam tubuh manusia dari proses metabolisme
normal atau dari lingkungan seperti asap rokok dan polusi. Jika terkena
paparan radikal bebas berlebih terhadap tubuh dapat mengakibatkan
kerusakan sel dan memicu pathogeneis berbagai penyakit seperti penyakit
kardiovaskuler, hipertensi, hyperlipidemia, diabetes, Alzheimer dan
Parkinson. Dalam hal ini antioksidan berperan mencegah terjadinya
kerusakan jaringan yang disebabkan radikal bebas (Saefudin, Sofnie;
Marusin, 2013). Antioksidan adalah zat yang dapat menunda,
memperlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi serta menetralisir
radikal bebas yang mana antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan
melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki oleh radikal bebas. Salah
satu uji untuk menentukan aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas
adalah dengan metode DPPH (1,1-difenil-2picryhidrazil) (Handayany et
al., 2018). Senyawa antioksidan akan mendonorkan satu elektronya pada
radikal bebas yang tidak stabil sehingga radikal bebas ini bisa dinetralkan
dan tidak lagi mengganggu metabolisme tubuh (Rahmi, 2017).
Antioksidan telah dibuktikan secara ilmiah untuk mengurangi
resiko penyakit-penyakit kronis seperti kanker dan jantung koroner.
Mekanisme kerja pada antioksidan dalam mencegah penyakit kronis
tersebut adalah dengan cara menangkap radikal bebas dalam tubuh.
Senyawa antioksidan dapat ditemukan pada tumbuhan, baik bunga, daun
maupun buah. Antioksidan alami yang terkandung di didalam tumbuhan
yaitu senyawa bioaktif seperti flavonoid, alkaloid, dan terpenoid yang
merupakan bahan baku potensial pada antioksaidan alami (Purwanto et al.,
2017). Antioksidan yang berada didalam tubuh dapat diperoleh dari
enzim-enzim internal seperti superoksida dismutase (SOD), glutathione
peroxidase (GPX), katalase (CAT), glutathione (GSH), tokoferol dan β-

9
karotene maupun dari asupan makanan atau suplemen seperti vitamin C,
vitamin A yang dikenal sebagai antioksidan sintesis (Saefudin, Sofnie;
Marusin, 2013).
8. DPPH (1,1-diphenyl-2-picrydrazine)
DPPH adalah radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering
digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa
atau bahan alam. DPPH juga memberikan serapan kuat pada panjang
gelombang 517 nm dengan warna violet yang gelap. Penangkal radikal
bebas menyebabkan elektron menjadi berpasangan dan menyebabkan
hilangnya warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil
(Handayany et al., 2018).
Metode DPPH merupakan metode untuk menentukan aktivitas
antioksidan dalam sampel dengan melihat kemampuanya dalam
menangkal senyawa radikal bebas (Amin et al., 2013). Pada pengujian ini
merupakan metode yang konvensional dan sudah lama digunakan untuk
penetapan aktivitas senyawa antioksidan. Merode DPPH juga mudah
digunakan, cepat dan baik digunakan dalam pelarut organik (Sastrawan et
al., 2013).
9. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis adalah singkatan dari spektrofotometri
sinar ultra violet dan visible (cahaya tampak). Pada metode ini didasarkan
pada pengukuran energi cahaya oleh suatu zat kimia pada panjang
gelombang maksimum tertentu. UV (sinar ultraviolet) mempunyai panjang
gelombang antara 200-400 nm dan visible (sinar tampak) mempunyai
panjang gelombang 400-750 nm (Iskandar, 2017).
Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk informasi baik analis
kualitatif maupun analis kuantitatif. Analis kualitatif dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kualitas obat atau metabolitnya. Data yang
dihasilkan oleh spektrofotometri UV-Vis berupa panjang gelombang
maksimal, intensitas, efek PH dan pelarut, sedangkan dalam analisis
kuantitatif suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel)
dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya (Putri &

10
Setiawati, 2015). Metode ini mempunyai acuan untuk menentukan suatu
zat dalam kuantitatif hukum tersebut adalah hukum Lambert-Beer. Hukum
yang menyatakan hubungan berbanding terbalik dengan trasmitan. Namun
hukum ini memiliki beberapa pembatasan yaitu :
a. Sinar yang dilewatkan harus dianggap monokromatis
b. Penyerapan dilakukan dalam volume yang memiliki ketebalan yang
sama
c. Zat kimia yang meneyerap tidak tergantung pada zat yang lain dalam
larutan tersebut
d. Tidak boleh ada fluorensensi atau fosforisensi
B. Kerangka Berfikir
Tumbuhan senggani (Melastoma malabathricum L) dari famili
Melastomataceae. Secara tradisional daun senggani digunakan oleh
masyarakat untuk mengobati demam (antipiretik), penghilang rasa nyeri
(analgesik), peluruh kencing (diuretik), melancarkan aliran darah, bisul
diare, radang pada dinding pembuluh darah, dan menghilangkan bengkak.
Tumbuhan ini juga mengandung saponin, flavonoid, tannin, alkoloid dan
steroid. (Rahayu et al., 2016)
Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki satu atau lebih
elektron bebas atau tidak berpasangan, sehingga radikal bebas bersifat
tidak stabil. Dikarenakan sifatnya yang tidak stabil, radikal bebas tersebut
bersifat reaktif dan dapat mengikat molekul-molekul atau senyawa
disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron untuk mendapatkan
pasangan elektron dan mencapai kestabilan. Radikal bebas dapat
membentuk dalam tubuh serta berlangsung terus menerus sehingga dapat
menyebabkan penyakit. Untuk menetralkan radikal bebas diperlukan
antioksidan melalui donor darah (Handayani et al., 2020).
Antioksidan merupakan senyawa yang berguna dalam membantu
mengatasi kerusakan oksidatif akibat radikal bebas. Senyawa antioksidan
mendonorkan satu elektronya pada radikal bebas yang tidak stabil
sehingga radikal bebas bisa dinetralkan dan tidak mengganggu
metabolisme tubuh (Rahmi, 2017).

11
Untuk mengetahui seberapa besar aktivitas antioksidan yang
terdapat di dalam kandungan daun senggani, maka dilakukan pengujian
aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol 96% dengan metode DPPH (1,1-
difenil-2-pikrilhidrazil).
C. Hipotesis
Pada daun senggani di dapatkan aktivitas antioksidan serta terdapat
kadar flavonoid total dan fenolik total dengan menggunakan ekstrak etanol
dengan menggunakan metode DPPH yang dinyatakan dengan nilai IC50.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Jadwal Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Terpadu, Farmakognosi dan
Laboratorium Penelitian Kimia Fakultas Farmasi dan Sains Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta Timur.
2. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari – mei 2023.
B. Pola Penelitian
1. Penyiapan Simplisia dan Bahan
2. Determinasi Tanaman
3. Pembuatan Serbuk Simplisia Dari Daun Senggani
4. Pembutan Ekstrak Daun Senggani
5. Uji Karakteristik Ekstrak
6. Uji Identifikasi kandungan kimia
7. Penentuan Kandungan Flavonoid Total Daun Senggani
8. Penentuan Kandungan Fenolik total Daun Senggani
C. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik,
gelas ukur, beaker glass, allumunium foil, kertas saring, corong, cawan
porselin, tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung reaksi, batang pengaduk, labu
ukur, spektrofotometri UV-Vis,
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun senggani, etanol
96%, etanol 70%, etanol p.a, aquadest, reagen mayer, reagen bouchardat,
reagen dragendroff, FeCl3, AlCl3 10%, DPPH, kalium asetat, asam galat, folin
ciocalteu, HCl 2N, gelatin, kuersetin,

13
D. Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan Bahan Baku
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah Daun senggani
(Melastoma malabathricum L.) yang diperoleh dari kampung Banjar Rejo.
2. Determinasi Tanaman
Determinasi Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) dilakukan
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di daerah Bogor.
3. Pembuatan Serbuk Simplisia
Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) setelah melakukan tahapan
determinasi, kemudian disortasi basah dari mikroba ataupun bahan pengotor.
Selanjutnya dilakukan pencucian dengan air mengalir hingga bersih.
4. Pembuatan Ekstrak Daun Senggani
Pembuatan ekstrak yang dilakukan pada penelitian ini adalah
menggunakan metode maserasi. Simplisia yang telah dihaluskan ditimbang
sebanyak 3g. Kemudian dimasukan kedalam bejana maserasi dan
ditambahkan pelarut etanol 96% sampai semua sampel terendam oleh pelarut
dan ditutup serta disimpan ditempat yang gelap, perbandingan sampel dan
etanol sebesar 1:10 (b/v). Didiamkan selama 24 jam sambil sesekali diaduk.
Hasil maserasi disaring untuk memisahkan filtrat dan residunya selanjutnya
dilakukan maserasi ulangan selama 5x24 jam. Setalah itu filtrat disaring dan
dikumpulkan. Kemudian filtrat yang telah dikumpulkan di pekatkan
menggunakan vacuum rotary evaporator dan water bath pada suhu 400C
sehingga pelarut menguap dan ekstrak menjadi lebih kental (Nunung, Sri
Luliana, 2019).
Ekstrak kemudian ditimbang dan dihitung rendemenya dengan rumus :
berat ekstrak yang didapat
rendemen ekstrak(%) = 𝑥100% … … … … … (1)
jumlah simplisia yang digunakan
5. Uji Karakterisitik Ekstrak Daun Senggani
a. Uji Organoleptis
Pada pengujian organolpetis dilakukan dengan menggunakan panca indra
yang terdiri dari uji bentuk, warna, rasa dan bau dari ekstrak etanol daun
senggani (Juwita et al., 2020).

14
b. Penetapan Susut Pengeringan
Timbang seksama 1 sampai 2g simplisia dalam botol timbang dangkal
tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 1050C selama 30 menit
dan ditara. Sebelum ditimbang ekstrak diratakan dalam botol dan
menggoyangkan botol hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5
sampai 10 mm, masukan dalam ruang pengering, buka tutupnya dan
keringkan pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan
biarkan botol dalam keadaan tertutup dinginkan dalam desikator hingga suhu
kamar (“Farmakope Herbal Indonesia Edisi II,” 2017).
berat awal ekstrak − berat akhir ekstrak
susut pengeringa% = x 100% … . (2)
berat awal ekstrak
c. Penetapan Kadar Air
Timbang seksama 1g sampel masukan kedalam wadah yang telah ditara.
Keringkan pada suhu 1050C selama 5 jam dan timbang. Lanjutkan
pengeringan dan timbang pada selang waktu 1 jam sampai perbedaan antara
dua penimbang berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (“Farmakope Herbal
Indonesia Edisi II,” 2017).
1𝑔𝑟−(𝑎−𝑏)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 1𝑔𝑟
𝑥 100% … … … … … … … … … … … … . ………………….(3)

a = botol timbang + ekstrak


b = botol timbang kosong
d. Penetapan Kadar Abu
Timbang seksama 2 sampai 3g sampel masukkan kedalam krus silikat
yang telah dipijar pada suju 6000C dan ditara, pijarkan perlahan-lahan hingga
arang habis, dinginkan dan timbang (“Farmakope Herbal Indonesia Edisi II,”
2017).

𝑘𝑟𝑢𝑠 𝑎𝑏𝑢 (𝑤2) − 𝑘𝑟𝑢𝑠 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔(𝑤0)


rumus = 𝑥 100% … … … . … (4)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑤1) − 𝑘𝑟𝑢𝑠 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔(𝑤0)
6. Uji Identifikasi Tanaman
a. Uji Alkoloid
Sebanyak 4 gram ekstrak daun senggani ditambah dengan klorofom
secukupnya, selanjutnya tambahkan dengan 10 ml amoniak kemudian larutan
disaring dan filtrat dimasukan kedalam Erlenmeyer dan tambahkan 10 tetes

15
H2SO4 2 N. campuran dikocok dengan teratur, dan biarkan berapa lama sampai
terbentuk 2 lapisan. Setelah itu lapisan atas dipindahkan dalam 3 tabung reaksi
dan ditambahkan dengan pereaksi. Jika terbentuk endapan maka menunjukan
bahwa sampel tersebut mengandung alkaloid yaitu :
1. Mayer, positif jika terbentuk endapan berwarna putih, coklat
2. wagner, positif jika terbentuk endapan berwarna coklat
3. Dragendorff , positif jika tebentuk endapan berwarna jingga
b. Uji Flavonoid
Sampel sebanyak 1g dimasukan kedalam Erlenmeyer dan ditambah etanol
sampai semua sampel terendam kemudian dipanaskan. Setelah terbentuk 2
lapisan, lapisan atas dipisahkan kemudian ditambahkan dengan serbuk mg dan
1 mL HCl 2N. jika timbul warna merah maka ekstrak mengandung flavonoid.
(Makalalag et al., 2011)
c. Uji Fenol
Sampel sebanyak 1 mg ekstrak daun senggani ditambahkan 10 tetes FeCl3.
Ekstrak positif mengandung fenol apabila menghasilkan warna hijau, merah,
ungu, biru atau hitam pekat. (Wijaya et al., 2014)
d. Uji Tannin
Sampel sebanyak 20 mg dimasukan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan
etanol sampai sampel terendam semuanya. Kemudian masukkan sampel yang
terendam etanol sebanyak 2 ml kedalam dua tabung reaksi. Tabung ke 1
ditambahkan dengan 2-3 tetes larutan FeCl3 dan tabung ke 2 ditambahkan
dengan 2-3 larutan gelatin 10%. Hasil positif ditunjukan dengan terbentuknya
warna hitam kebiruan atau hijau untuk larutan yang ditambahkan FeCl3 dan
endapan putih untuk larutan yang ditambahkna dengan gelatin 10%.
(Makalalag et al., 2011)
e. Uji Saponin
Sebanyak 0,5 g ekstrak ditambahkan 10 ml air panas. Kemudian
didinginkan dan dikocok kuat selama 10 detik. Kemudian ditambahkan 1 tetes
HCl 2 N melalui dinding tabung reaksi. Terbentuk buih yang stabil selama
tidak kurang dari 10 menit menunjukan adanya saponin dalam sampel. (Darma
& Marpaung, 2020)

16
f. Uji Triterpenoid- Steroid
Sebanyak 0,5g ekstrak daun senggani ditambahkan 10 ml aquadest lalu
saring. Tambahkan dengan klorofom 10 ml, kocok dan ambil bagian klorofom,
lalu ditambah dengan asam asetat 2-3 tetes, kemudian tambahkan dengan asam
sulfat 3 tetes, biarkan selama beberapa menit. Amati perubahan warna yang
terjadi, warna biru atau warna hijau pada steroid dan warna merah kecoklatan
pada triterpenoid. (Fauziah et al., 2021)
7. Penentuan Kadar Flavonoid Total
a. Pembuatan Larutan AlCl3 10%
Aluminium klorida (AlCl3) 10% dibuat dengan cara menimbang tepat 10
gram AlCl3, kemudian dilarutkan dalam labu ukur 100 mL dengan natrium
asetat hingga larut. Kemudian ad kan dengan penambahan aquadest sampai
tanda batas dan homogenkan. (Rusli et al., 2022)
b. Pembuatan Larutan Kalium Asetat 1M
Lakukan penimbangan pada serbuk CH3COOK sebanyak 0,9814 gram,
kemudian larutkan dengan sebagian aquadest didalam beakerglass, selanjutnya
encerkan dengan aquadest pada labu ukur 10 mL hingga tanda batas. (Alifia
Ni’ma, 2022)
c. Pembuatan Larutan Baku Kuersetin
Ditimbang 50 mg baku standar kuersetin dan larutkan dengan sebagian etanol
70% dalam beaker glass, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan
ditambahkan methanol hingga tanda batas. (Lindawati & Ma’ruf, 2020)
d. Penentuan Panjang Gelombang maksimal Larutan Kuersetin
Sebanyak 1 mL larutan kuersetin 75 ppm dimasukkan kedalam labu ukur 10
mL. Larutan ditambahkan dengan etanol 70% 3 ml, AlCl3 0,2 ml dan CH3COOK
1M 0,2 mL. Setelah itu larutan masukan kespektrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang 435-480 nm. (Lindawati & Ma’ruf, 2020)
e. Penentuan Operating Time
Sebanyak 1 mL larutan kuersetin 75 ppm dimasukkan kedalam labu ukur 10
mL. Larutan ditambahkan dengan etanol 70% 3 mL, AlCl3 0,2 mL dan

17
CH3COOK 1M 0,2 mL. Kemudian larutan diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum yang didapatkan dengan waktu 60 menit.
f. Penentuan Seri Kurva Baku
Larutan kuersetin 75 ppm dibuat seri kadar menggunakan 5 labu ukur,
masing-masing labu ukur menggunakan konsentrasi 2,5 ppm, 4 ppm, 5,5 ppm, 7
ppm, 8,5 ppm yaitu dengan cara memipet sebanyak 0,025 mL, 0,04 mL, 0,055
mL, 0,07 mL, 8,5 mL dan dimasukan kedalam labu ukur 10 mL. Masing-masing
labu ukur ditambahkan dengan etanol 70% 3 ml, AlCl3 0,2 ml, CH3COOK IM
0,2 ml dan di ad kan dengan aquadest ad tanda batas. Setelah itu larutan
didiamkan selama operating time 31 menit. Setelah didiamkan di ukur
absorbansinya dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 438,80
nm.
g. Penetapan Kadar Flavanoid Ekstrak Etanol Daun Senggani
Timbang ekstrak etanol daun Senggani 25 mg dan dilarutkan dengan 10 ml
aquadest. Larutan ekstrak diambil 1 ml dan masukan kedalam labu ukur 10 ml
dan tambahkan dengan etanol 70% 3 ml, AlCl3 0,2 ml, CH3COOK 1M 0,2 ml
dan di ad kan dengan aquadest. Setelah itu didiamkan selama operating time 31
menit. Kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofometri UV-Vis pada
panjang gelombang 438,80 nm. Larutan dibuat dengan 3 kali.
8. Penentuan Kadar Fenol Total
a. Pembuatan pereaksi Na2CO3
Sebanyak 7,5 g Na2CO3 ditambah 80 ml aquadest, kemudian dididihkan
sampai serbuk Na2CO3 larut sempurna. Setelah itu didiamkan selama 24 jam dan
disaring dan diencerkan dengan aquadest ad 100 ml.
b. Pembuatan larutan standar Asam Galat
Sebanyak 50 mg asam galat tambahkan dengan etanol p.a 0,5 ml, dan di ad
kan dengan aquadest 100 ml (500 ppm).
c. Penentuan Panjang Gelombang maksimal (λmaks)
Dibuat terlebih dahulu larutan asam galat 30 ppm dengan cara pipet 600 µl
dari larutan asam galat 500 ppm dan ditempatkan divial. Setelah itu pipet 300 µl
larutan asam galat 30 ppm tambahkan dengan folin ciocalteou 1,5 ml kocok dan
diamkan selama 3 menit. Setelah itu tambahkan dengan larutan Na 2CO3 1,2 ml

18
dan dikocok. Kemudian ukur absorbanisnya pada panjang gelombang 600-850
nm.
d. Penentuan Operating Time
Sebanyak 300 µl larutan asam galat 30 ppm ditambahkan dengan reagen folin
ciocalteou 1,5 ml dikocok dan didiamkan selama 3 menit. Setelah itu tambahkan
Na2CO3 1,2 ml dikocok ad homogen. Kemudian lihat absorbansinya pada
panjang gelombang 762,00 nm.
e. Penentuan Kurva Baku Asam Galat
Penentuan kurva baku dilakukan dengan cara larutan asam galat 500 ppm
dibuat dengan konsentrasi 14 ppm, 24 ppm, 34 ppm, 44 ppm, 54 ppm dengan
cara memipet 0,28 ml, 048 ml, 0,68 ml, 0,88 ml, 1,08 ml dari laruran 500 ppm.
Setelah itu dilarutkan dengan etanol kedalam labu ukur 10 ml dan di ad kan.
Pipet masing-masing larutan dari 5 konsentrasi sebanyak 300 µl tambahkan
dengan reagen folin ciocalteou 1,5 ml, Na2CO3 1,2 ml dikocok dan diamkan
selama operating time 56 menit pada panjang gelombang 762,00 nm.
f. Penetapan Kadar Fenol ekstrak Etanol Daun Senggani
Timbang 50 mg ekstrak etanol Daun Senggani dilarutkan dengan etanol 10
ml. setelah itu sampel diambil 1 ml tambahkan dengan reagen folin ciocalteou
1,5 ml kocok dan diamkan selama 3 menit, setelah itu tambahkan Na 2CO3 1,2 ml
ad kan dengan aquadest pada labu 10 ml dan diamkan pada operating time. Ukur
absorbansinya di spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 762,00 nm.
Lakukan pengulangan 3 kali. (Andriani & Murtisiwi, 2018)
9. Antioksidan
a. Penentuan panjang Gelombang Maksimum
Larutan DPPH 100 ppm dibuat dengan cara timbang serbuk DPPH sebanyak
10 mg larutkan dengan 100 ml metanol p.a dalam labu ukur. Dan konsentrasi 35
ppm dibuat dengan cara DPPH 100 ppm dipipet 87,5 ml dan dicukupkan
volumenya sampai 100 ml. pipet 3,0 ml DPPH ditambahkan dengan metanol p.a
1,5 ml. setelah itu ukur absorbansinya dengan spektrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang 400-600 nm (Aminah, St. Maryam, Muzakkir Baits, 2016)
b. Penentuan Operating Time

19
Sebanyak 3,0 ml DPPH tambahkan dengan metanol p.a 1,5 ml dan didiamkan
selama 30 menit. Setelah didiamkan ukur absorbansinya pada panjang
gelombang yang telah diperoleh.
c. Pembuatan Larutan Baku Kuersetin
Larutan stok 10 ppm kuersetin dengan cara timbang 1 mg kuersetin dilarutkan
dengan etanol 70% dalam labu ukur 100 ml, setelah itu dibuat beberapa variasi
konsentrasi yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm dengan cara memipet
larutan kuersetin 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml, 10 ml. pengujian dilakukan dengan
memipet 1 ml larutan sampel kuersetin dari berbagai konsentrasi, kemudian
masing-masing ditambahkan dengan larutan DPPH 35 ppm 3,0 ml dan di ad kan
dengan etanol 70% sampai 10 ml. setelah itu dihomogenkan dan didiamkan
selama 30 menit. Setelah itu diukur absorbansinya di spektrofotometri UV-Vis
pada panjang gelombang 514,7 nm
d. Penentuan Nilai IC50
Larutan stok 100 ppm dibuat dengan cara menimbang ekstrak etanol Daun
Senggani (Melastoma malabathricum L.) sebanyak 10 mg dan dilarukan dengan
etanol 70% dihomogenkan sampai ad 100 ml. dibuat beberapa konsentrasi yaitu
10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm dengan cara memipet 2 ml, 4 ml, 6
ml, 8 ml, 10 ml lalu di ad kan dengan etanol 70% hingga 10 ml. Setelah itu
pengujian dilakukan dengan memipet 1 ml larutan sampel dari berbagai
konsentrasi, kemudian masing-masing ditambahkan dengan 3,0 ml DPPH 35
ppm. Kemudian dihomogenkan dan didiamkan selama 30 menit. Lalu diukur
absorbansinya menggunakan Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
514,7 nm.
10. Analisis Data
Pada Kadar flavonoid total Ekstrak Etanol Daun Senggani dihitung dengan
menggunakan subtitusi nilai-nilai absorbansi s ampel kedalam persamaan regresi
linier yang diperoleh dari kurva baku kuersetin untuk mendapatkan
konsentrasinya.
𝜇𝑔
𝑥 (𝑚𝐿) 𝑥 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝐿)
𝐹= … ….
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑔)

20
Pada Kadar Fenol total Ekstrak Daun Senggani dihitung dengan
menggunakan subtitusi nilai-nilai absorbansi sampel kedalam regresi linier yang
diperoleh dari sari kurva baku asam galat. Data yang telah diperoleh atau hasil
dari absorbansinya digunakan untuk mencari % inhibisi. Rumus untuk mencari
% inhibisi yaitu :
𝑎𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑎𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
% 𝐼𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 = 𝑥 100% … … … … … … … …
𝑎𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜

Berikut nilai IC50 dianalisis dengan persamaan regresi linier (x,y) yaitu
yang mana x adalah konsentrasi sampel (µg/ml) dan y sebagai % inhibisi. Pada
IC50 didapatkan rumus : y = bx ± a. Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan
dengan Inhibition Concentration 50% (IC50) yang mana konsentrasi sampel
(µg/ml) yang dapat merendam radikal bebas DPPH sebanyak 50% dari nilai IC 50
. IC50 didapatkan dari nilai x setelah mengganti y=50.

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman Daun Senggani


Proses untuk menentukan nama atau jenis dari tanaman tertentu yaitu
disebut dengan determinasi tumbuhan. Tujuan dari determinasi adalah untuk
tidak terjadi kesalahan terhadap tanaman yang akan dipergunakan. Tanaman
yang akan dideterminasi adalah Daun Senggani (Melastoma malabathricum
L.) dan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN) Cibinong. Hasil menunjukkan bahwa saat determinasi Daun
Senggani yaitu memiliki suku Melastoma.
B. Hasil Simplisia dan Ekstraksi
Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) didapatkan didaerah
Banjar Rejo kecamatan Way Pengubuan Lampung. Daun senggani
(Melastoma malabathricum L.) segar sebanyak 3kg dipisahkan terlebih
dahulu dari batang, daun layu, serangga. Kemudian dilakukan pencucian
dengan air mengalir tujuannya untuk menghilangkan zat pengotor. Setelah itu
dilakukan pengeringan dengan cara diangin-anginkan tujuannya adalah untuk
mengurangi kadar air pada daun senggani. Setelah itu dilakukan sortasi kering
yaitu tujuannya untuk memisahkan bahan pengotor yang masih tertinggal.
Kemudian simplisia dilakukan penyerbukan dengan cara diblender dan
diayak dengan menggunakan ayakan nomor mesh 40. Tujuan dari
pengayakan yaitu untuk memperkecil ukuran simplisia. Setelah diayak
simplisia ditimbang, catat hasilnya dan simplisia dapat disimpan dalam
wadah yang tertutup rapat.
Setelah dilakukan pencucian, sortasi basah, pengeringan dan diayak
selanjutnya dilakukan dengan proses maserasi dengan menggunakan pelarut
etanol 96%. Pelarut etanol 96% memiliki kemampuan menyari dengan
polaritas yang lebar mulai dari senyawa nonpolar sampai dengan polar.
Metode maserasi dipilih karena memiliki banyak keuntungan yaitu prosedur
dan peralatan yang digunakan sederhana dan tidak dipanaskan sehingga
bahan alam tidak terurai (Anita Dwi Puspitasari, 2013). Perendaman serbuk
simplisia daun senggani dilakukan selama 24 jam dan sesekali diaduk

22
tujuannya yaitu untuk menjaga kesetimbangan konsentrasi antara larutan
didalam dan diluar sel. Proses maserasi dilakukan secara berulang dengan
menggunakan cairan penyari yang baru yang bertujuan agar cairan penyari
tidak jenuh sehingga cairan lebih sempurna.
Tabel. 1. Hasil Simplisia dan Serbuk Daun Senggani
Keterangan Hasil
Simplisia Kering 3kg
Serbuk Daun Senggani 3g
Ekstrak Etanol Daun Senggani 70 g

Filtrat yang didapatkan dikumpulkan dan diuapkan dengan rotary


evaporator pada suhu 40-500C sampai filtrat kental, tujuannya adalah untuk
memisahkan ekstrak dengan pelarutnya yang berdasarkan dengan titik didih.
Kemudian dilanjutkan dengan waterbath yang bertujuan untuk mengurangi
kandungan pelarut saat maserasi dan ekstrak lebih pekat.
C. Hasil Karakteristik Ekstrak
Pada karakteristik ekstrak dilakukan beberapa uji yaitu uji organoleptis,
kadar air, kadar abu dan susut pengertingan pada ekstrak etanol daun
senggani. Tujuannya dilakukan karakteristik yaitu untuk menjamin
keseragaman mutu simplisia agar memenuhi persyaratan standar simplisia
dan ekstrak.
Tabel 2. Hasil Karakteristik Ekstrak Daun Senggani
Pengujian Hasil
Organoleptis
a. Bentuk Ekstrak Kental
b. Bau Khas
c. Warna Hijau pekat
d. Rasa Pahit
Susut Pengeringan 4,8%
Kadar Air 25%
Kadar Abu 2,7357%

Susut pengeringan dilakukan dengan bertujuan memberikan batasan


maksimal mengenai besarnya senyawa yang hilang pada saat proses
pengeringan (Depkes RI, 2000:13). Pada hasil pengujian telah diperoleh
bahwa susut pengeringan ekstrak etanol 96% sebesar 4,8% (Lampiran 6).

23
Kadar air simplisia sangat penting untuk memberikan batasan maksimal
kandungan air di dalam simplisia, karena jumlah air yang tinggi dapat
terkandung didalam simplisia (Depkes RI, 2000:15). Pada kadar air terdapat
persyaratan menurut parameter standar yang berlaku adalah kurang dari 30%
Pada hasil pengujian telah diperoleh bahwa kadar air ekstrak yang dihasilkan
sebesar 2,5% (Lampiran 6).
Kadar abu dilakukan dengan cara pemijaran pada ekstrak yang dimasukan
ke dalam krus silikat hingga diperoleh bobot tetap. Tujuan dilakukan
pengujian kadar abu adalah untuk memberikan gambaran kandungan mineral
internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya
ekstrak (Depkes RI, 2000). Hasil yang diperoleh pada kadar abu adalah
2,7357%, yang mana hasil dari kadar abu sesuai dengan persyaratan kadar air
yaitu tidak lebih dari 5% (Lampiran 6). Semakin kecil hasil yang didapat pada
kadar abu maka semakin baik mutu ekstrak yang didapat.
D. Hasil Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia merupakan cara yang sederhana untuk melakukan
analisis kualitatif kandungan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan.
Identidikasi ini dilakukan dengan menggunakan sampel ekstrak etanol 96%
daun senggani. Pada penelitian ini yang dilakukan adalah uji alkaloid, uji
flavonoid, uji fenol, uji saponin, uji tannin, uji triterpenoid dan uji steroid
yang mana uji-uji tersebut merupakan beberapa golongan senyawa yang
terdapat pada tanaman (Malik et al., 2016). Hasil skrining fitokimia dapat
dilihat pada Tabel 3 dan Lampiran 18.
Tabel 3. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Senggani
Uji Identifikasi Hasil
1. Alkaloid
a. Mayer +
b. wagner +
c. Dragendrof +
2. Flavonoid +
3. Fenol +
4. Tanin +
5. Saponin +
6. Steroid +
7. Triterpenoid +
Keterangan : (+) Mengandung senyawa yang teridentifikasi
(-) Tidak mengandung senyawa yang teridentifikasi

24
Pada Pengujian fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan
senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak. Pada pengujian ini menggunakan
ekstrak etanol 96% daun senggani dan diendapkan dengan beberapa
pereaksi yaitu Mayer, Wagner dan Dragendroff. Hasil positif pada uji Mayer
yaitu terdapat endapan putih, uji wagner terdapat endapan berwarna coklat
dan uji Dragendorf terdapat endapan berwarna jingga. Prinsip dari pengujian
senyawa alkoloid adalah dengan mereaksikan senyawa alkoloid dengan
pereaksinya, sehingga terjadinya pengendapan karena adanya pertukaran
ligan atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas terkandung
dalam struktur senyawa alkoloid, sehingga Ion I 2 pada pereaksi tersebut dan
membentuk endapan (Parbuntari et al., 2018)
Pada pengujian identifikiasi flavonoid secara kualitatif dengan
menggunakan pereaksi Logam (Mg2+ + HCL). Reaksi yang akan terjadi
diantara dua senyawa ini yaitu akan terbentuk reaksi reduksi inti benzopiron
pada gugus flavonoid, sehingga akan membentuk gram flavum yang
teridentifikasikan berwaran merah hingga jingga. Hasil pada pengujian
ekstrak etanol 96% daun senggani yaitu memberikan hasil positif
(Parbuntari et al., 2018).
Pada Pengujian identifikasi fenol dengan menggunakan pereaksi FeCl3
memberikan hasil positif. Senyawa fenol yang terdapat pada daun senggani
dapat mereduksi senyawa FeCl3. Pada pengujian senyawa fenol pada ekstrak
etanol 96% daun senggani dengan menggunakan pereaksi FeCl3
menghasilkan hasil positif dengan terbentuknya warna hijau kehitaman.
Perubahan warna hijau kehitaman ini menjelaskan bahwa senyawa fenol
pada daun senggani setelah ditambah dengan pereaksi dapat mereduksikan
FeCl3 membentuk ion Fe3+ menjadi senyawa komplek (Asra et al. 2019).
Pada pengujian senyawa Tanin dilakukan dengan 2 pereaksi yang pertama
dengan penambahan gelatin 10% yang kedua dengan FeCl3. Pada pengujian
FeCl3 memberikan hasil positif yaitu warna hitam sedangkan pereaksi
gelatin 10% memberikan hasil positif endapan berwarna putih dikarenakan
tanin memiliki ikatan yang kuat dengan molekul protein, sehingga akan

25
membentuk ikatan kompleks yang akan menjadi satu ikatan tanin-protein
(Quideau et al., 2011).
Pada pengujian senyawa saponin pada ekstrak etanol 96% daun senggani
dengan menggunakan air dan HCl. Saponin membuktikan adanya glikosida
yang memiliki kemampuan untuk meghasilkan busa dalam air yang
terhidrolis dalam glukosa dan senyawa lainya. Ketika dikocok dengan kuat
saponin membentuk miscellanea yang mana gugus polar menghadap keluar
dan gugus non polar menghadap kedalam fenomena ini disebut sebagai
busa/buih. Dan ketika busa tersebut ditambahkan dengan HCl akan tetap
stabil dan tidak rusak walaupun dalam keadaan asam (Parbuntari et al., 2018).
Pada ekstrak etanol 96% daun senggani menghasilkan hasil positif maka
ekstrak terdapat senyawa saponin.
Pada pengujian Terpenoid dan Steroid dengan menggunakan pereaksi asam
sulfat (H2SO4) dan asam asetat anhidrat maka akan terbentuk ikatan rangkap
terkonjugasi dengan memberikan hasil idententifikasi berwarna hijau pada
steroid dan merah pada triterpenoid (Shaikh & Patil, 2020). Hasil yang
didapat pada ekstrak etanol 96% daun senggani yaitu memberikan hasil
positif terdapat Triterpenoid dan Steroid.
E. Penetapan Kadar Flavanoid
Penetapan kadar flavonoid total daun senggani dengan menggunakan
analisa kuantitatif yang dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-
Vis. Spektrofotometri UV-Vis sendiri adalah alat untuk menentukan panjang
gelombang maksimum yang akan digunakan dalam pengukuran dengan
menggunakan konsentrasi ppm. Pada penetapan kadar flavonoid total yang
harus dilakukan yaitu dengan menggunakan AlCl3 yang direaksikan dengan
natrium asetat yang ditandai dengan warna yang lebih kuning. Prinsip
Penambahan AlCl3 akan membentuk kompleks dengan gugus C-4 (gugus
keto), C-3 atau C-5 (gugus hidroksil) dari flavon dan flavonol (Lau et al.,
2019). Larutan standar pada kadar flavonoid yaitu kuersetin karena kuersetin
sendiri termasuk golongan flavonol yang mempunyai gugus C-4 (gugus keto)
dan gugus C-3, C-5 pada gugus hidroksi yang bertetangga (Lindawati &
Ma’ruf, 2020).

26
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk
mengetahui λ yang memiliki serapan tertinggi. Panjang gelombang
maksimum ini mengikuti hukum lambert-beer apabila panjang gelombang
maksimum berbentuk lurus antara kurva dengan absorbansi linier maka
hukum lambert-beer terpenuhi (Suharyanto & Prima, 2020). Hasil
scanning panjang gelombang maksimum senyawa kuersetin dengan
penambahan AlCl3 dan natrium asetat didapat panjang gelombang sebesar
438,80 nm dan absorbansi yang diperoleh sebesar 0,62953. Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyebutkan bahwa panjang gelombang kuersetin
dengan penambahan AlCl3 dan natrium asetat yaitu 415-440 nm (Chang
et al., 2002).
Penentuan operating time bertujuan untuk mengetahui waktu
pengukuran suatu senyawa yang diperoleh saat absorbansi paling stabil.
Operating time dibaca dengan menggunakan panjang gelombang 438,80
nm yang dilakukan selama 60 menit. Didapatkan hasil operating time yang
stabil yaitu pada menit ke 31 (Lampiran 9).
Penentuan kurva baku kuersetin menunjukan konsentrasi
berbanding lurus dengan nilai absorbansi, semakin besar konsentrasi
larutan kurva baku maka semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan
(Rahayu et al., 2016). Pada pembuatan kurva baku dilakukan dengan
membuat seri konsentrasi yang berdasarkan dengan Cmin dan Cmax. Nilai
untuk Cmin dan Cmax didapat dari nilai absorbansi panjang gelombang
maksimum. Pada penelitian ini dilakukan dengan membuat lima
konsentrasi 2,5 ppm, 4 ppm, 5,5 ppm, 7 ppm, 8,5 ppm. Pemilihan
konsentrasi diambil dari hukum lamber-beert yaitu yang menyatakan
syarat serapan 0,2-0,8 (Lindawati & Ma’ruf, 2020)

Tabel 4. Hasil Absorbansi Kurva Baku Kuersetin


Konsentrasi Absorbansi
2,5 0,3628
4 0,4571
5,5 0,5641
7 0,6260
8,5 0,7482

27
Kurva Kalibrasi Kuersetin
0.8
y = 0.0626x + 0.2071

Absorbansi
0.6
R² = 0.9931
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4. Kurva Kalibrasi Kuersetin


Hasil yang diperoleh dari larutan baku kuersetin yaitu dengan
perhitungan kadar dan absorbansi. Hasil yang didapat dari regresi linier
yaitu nilai y= 0,0626 + 0,2071 dengan nilai kofisien korelasi r2 = 0,9931.
Pada nilai r dmendekati 1 maka didapatkanlah regresi linier.
Tabel 5. Hasil Penetapan Kadar Flavanoid Total Ekstrak Daun
Senggani
Jenis Ekstrak Absorbansi Kadar Rata-Rata
Flavanoid Flavanoid
(mgQE/g) (mgQE/g)
0,3865 11,463
Daun Senggani 0,3846 11,342 11,3931± 0,051
0,3851 11,374

Penetapan kadar flavonoid dilakukan dengan 3 kali pengulangan


berdasarkan hasil dari penelitian ini diperoleh kadar flavonoid ekstrak
etanol 96% daun senggani sebesar 11,3931 mgQE/g. Pada penelitian
(Danladi et al., 2015) daun senggani memiliki kandungan flavonoid total
sebesar 11,3931mgQE/g. Sehingga pada penelitian ini daun senggani
diketahui memiliki kandungan flavonoid. Flavonoid yang terkandung
dalam bahan alam dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri,
antivirus, antiradang, antialergi, dan antikanker (Winahyu et al. 2019).
F. Penetapan Kadar Fenol
Penetapan kadar fenolik total dilakukan dengan menggunakan reagen
Folin-Ciocalteu yang dapat mereduksi gugus hidroksi fenol dengan standar
asam galat. Pemilihan standar asam galat dikarenakan asam galat merupakan
salah satu antioksidan alami dan satbil. Asam galat termasuk senyawa fenolik
yang memiliki aktivitas antioksidan kuat. Fenolik memiliki inti aromatis yang

28
dapat mereduksi fosfomolibdat fosfotungsat menjadi molybdenum tungsten.
Senyawa fenol yang bereaksi dengan Folin Ciocalteu dalam suasana basa
agar terjadi disiosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion finolat (Senet
et al., 2018).
Hasil Panjang gelombang maksimum larutan asam galat dengan
penambahan Folin-Ciocalteu dan Na2CO3 didapatkan panjang gelombang
sebesar 762,00 nm dan absorbani yang diperoleh sebesar 0,43658. Hasil
panjang gelombang maksimum larutan asam galat terdapat pada Lampiran
12.
Penentuan operating time yang dilakukan dengan menggunakan panjang
gelombang maksimum yang didapatkan. Operating time bertujuan untuk
mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan suatu senyawa untuk
bereaksi dengan senyawa lain. Operating time dengan panjang gelombang
maksimum yaitu 762,00 nm dengan konsentrasi yang digunakan adalah 30
ppm dengan rentang waktu 60 menit dan didapatkan hasil yang stabil pada
menit ke 56. Ditunjukan menit ke 56 dikarenakan perubahan absorbansi yang
sangat kecil. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 13.
Penentuan kurva baku asam galat dilakukan dengan membuat beberapa
seri konsentrasi 14 ppm, 24 ppm, 34 ppm, 44 ppm, dan 54 ppm. penentuan
kurva baku didapatkan dari absorbansi dan konsentrasi asam galat. Semakin
besar nilai konsentrasi kurva baku maka semakin besar pula nilai
absorbansinya.
Tabel 6. Hasil absorbansi Kurva Baku Asam Galat
Konsentrasi Baku (ppm) Absorbansi
14 0,2573
24 0,3656
34 0,4971
44 0,5936
54 0,7474

29
kurva kalibrasi Asam Galat
0.8

0.6 y = 0.0121x + 0.0803


R² = 0.9957
0.4

0.2

0
0 10 20 30 40 50 60

Gambar 5. Kurva Kalibrasi Asam Galat


Hasil kurva baku yang diperoleh dari perhitungan kadar dan
absorbansi, sehingga didapatkan persamaan regresi linier yaitu nilai y =
0,0121 + 0,0803 dengan nilai koefisien korelasi r 2 = 0,9957. Nilai r yang
mendekati 1 membuktikan bahwa persamaan regresi tersebut adalah linier
(Rahayu & Inanda, 2015).

Tabel 7. Hasil Penetapan Kadar Fenol


Jenis Ekstrak Absorbansi Kadar Fenol Rata-Rata Kadar
Total Fenol Total
(mgGAE/g) (mgGAE/g)
0,7433 109,586
Daun 0,7698 113,967 112,5289±2,0805
Senggani
0,7702 114,033

Penetapan kadar fenol total dinyatakan dalam GAE (Gallic Acid


Equivalent) yang berarti jumlah kesetaraan milligram asam galat dalam 1
gram sampel. Kadar fenol total dilakukan dengan tiga kali pengulangan.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kadar fenol total ekstrak etanol
96% daun senggani yaitu 112,5289mgGAE/g±2,08 (Lampiran 11). Kadar
fenolik pada penelitian ini lebih tinggi dibanding kadar flavonoid, hal ini
dapat disebabkan karena tidak semua senyawa fenolik yang terkandung
dalam suatu tanaman merupakan flavonoid. Pada senyawa fenol, fenol
dibagi menjadi beberapa kelompok seperti asam fenolat, flavonoid, tannin
dan stilbene berdasarkan jumlah gugus fenolik hidroksil yang melekat dan
elemen struktural yang menghubungkan cincin benzen (Diniyah & Lee,

30
2020). Pada penelitian ini daun senggani diketahui memiliki kandungan
fenolik. Senyawa fenolik diketahui memiliki berbagai efek biologis
sebagai antioksidan, melindungi struktur sel, antiinflamasi, dan sebagai
antiseptik (Ahmad et al., 2015).
G. Uji Aktivitas Antioksidan
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode
DPPH. Metode DPPH dipilih karena metode ini merupakan metode uji
aktivitas antioksidan yang sederhana, hemat biaya, dan cepat (Winarsi,
2007).
Langkah pertama prosedur uji aktivitas antioksidan yang dilakukan
adalah penentuan panjang gelombang DPPH. Penentuan panjang
gelombang ini bertujuan untuk mencari dimana panjang gelombang yang
memiliki absorbansi maksimal, sehingga diperoleh sensitivitas maksimum.
Panjang maksimum DPPH yang diperoleh pada penelitian ini adalah 514,7
nm (Lampiran 16). Panjang gelombang inilah yang akan digunakan
seterusnya pada uji aktivitas antioksidan pada penelitian ini. Setelah
dilakukan penentuan panjang gelombang dilakukan penentuan operating
time. Penentuan operating time dilakukan untuk mencari waktu dimana
masaing-masing sampel bereaksi dengan DPPH sehingga menacapai
absorbansi yang stabil. Penentuan Operating time dilakukan dari menit 0-
60 menit dan kemudian didapat hasil 26 menit.
Pengukuran aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun senggani dan
kuersetin dibuat masing-masing 5 variasi konsentrasi. Dimana kuersetin
berperan sebagai pembanding. Adapun konsentrasi sampel yang
digunakan adalah 2, 4, 6, 8, dan 10, dan 11 ppm, sedangkan konsentrasi
pembanding kuersetinadalah 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm. Dibuat kurva
kalibrasi dari masing-masing variasi konsentrasi untuk mendapat
persamaan regrrsi linier. Setelah dilakukan pengerjaan dan pengukuran
dilakukan perhitungan persen (%) inhibisi dan dilanjutkan dengan dengan
mencari persamaan regresi linier (x,y) untuk menghitung nilai IC50 dari
kuersetin dan ekstrak etanol daun senggani. Persen inhibisi adalah
kemampuan suatu bahan untuk menghambat aktivitas radikal bebas yang

31
berhubungan dengan konsentaasi suatu sampel, sedangkan IC50
merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang mampu
menghambat aktivitas radikal bebas 50%. Hasil nilai aktivitas antioksidan
kuersetin dan ekstrak daun senggani dapat dilihat pada Tabel 8, Tabel 9,
dan Lampiran 15.
Setelah didapatkan % inhibisi dari masing-masing konsentrasi
kemudian dianalisis dengan persamaan regresi linier (x,y)
Tabel 8. Hasil Aktivitas Kuersetin Terhadap DPPH
Konsentrasi Absorbansi Rata-rata %Inhibisi IC50
(ppm) I II III (ppm)
2 0,5710 0,5749 0,5732 0,5730 18,7625 8,5709
4 0,5187 0,5187 0,5170 0,5181 26,5455
6 0,4519 0,4557 0,4526 0,4534 35,7226
8 0,3830 0,3847 0,3844 0,3840 45,5565
10 0,3080 0,3171 0,3177 0,3143 55,4472
11 0,2556 0,2557 0,2584 0,2556 63,7571
12 0,2256 0,2271 0,2024 0,21936 68,9009

Tabel 9. Hasil Aktivitas Ekstrak Etanol Terhadap DPPH


Konsentrasi Absorbansi Rata-rata %Inhibisi IC50
(ppm) I II III (ppm)
10 0,6206 0,6204 0,6199 0,6203 12,0616 31,4931
20 0,5156 0,5119 0,5244 0,5173 26,6636
30 0,4375 0,4341 0,4324 0,4347 38,3784
40 0,3151 0,3187 0,3181 0,3173 55,0172
50 0,245 0,2395 0,2326 0,2390 66,1128

Semakin kecil nilai IC50 semakin kuat aktivitas antioksidannya.


Hasil nilai IC50 kuersetin pada penelitian ini adalah 8,5709 ppm.
Sedangkan nilai aktivitas antioksidan ekstrak etanol adalah 31,4931 ppm.
Aktivitas antioksidan ekstrak senggani masih lebih rendah dibanding
pembanding yaitu kuersetin.

Tabel 10. Tingkat Kekuatan Antioksidan Dengan Metode DPPH


Intensitas IC50
Sangat Kuat < 50 ppm
Kuat 50 – 100 ppm
Sedang 101 – 150 ppm
Lemah > 150 ppm
(NF Utami, 2020)

32
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kadar flavonoid ekstrak etanol daun senggani diperoleh sebesar sebesar
11,3931 QE/g dan dan kadar fenolik total sebesar 112,5289 mg GAE/g ±
0,556 dengan IC50 sebesar 31,4931 ppm. Hasil tersebut menunjukan bahwa
ekstrak etanol daun sengganimemiliki daya antioksidan yang sangat kuat.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan uji analisis kuantitatif terhadap kandungan
metabolit sekunder lainnya yang terkandung dalam daun senggani.

33
DAFTAR PUSTAKA

Alifia Ni’ma, N. Y. L. (2022). Analisis Kadar Total Flavonoid Ekstrak Etanol


Daun Adas ( Foeniculum Vulgare ) Secara Spektrofotometri Visibel Analysis
of Total Flavanoid Levels of Fennel Leaves ( Foeniculum Vulgare ) Ethanol
Extract By. Jurnal Farmasi Sains Dan Praktis, 8(1), 1–12.
Amin, A., Wunas, J., & Anin, Y. M. (2013). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanol Klika Faloak (Sterculia quadrifida R.Br). Fitofarmaka, 2(2), 111–114.
Aminah, St. Maryam, Muzakkir Baits, U. K. (2016). Perbandingan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) Berdasarkan
Tempat Tumbuh Dengan Metode Peredaman DPPH. 3(1), 146–150.

Andriani, D., & Murtisiwi, L. (2018). Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak
Etanol Bunga Telang (Clitoria Ternatea L.) Dengan Spektrofotometri Uv
Vis. Cendekia Journal of Pharmacy, 2(1), 32–38.
https://doi.org/10.31596/cjp.v2i1.15
Anita Dwi Puspitasari, L. S. P. (2013). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi
dan Sokletasi Terhadap Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol Daun Kersen
(Muntinga calabura). 1–8.
Astika Winahyu, D., Retnaningsih, A., & Aprillia, M. (2019). Penetapan Kadar
Flavanoid pada Kulit Batang Kayu Rabu (CotylelobiummelanoxylonP)
dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Analis Farmasi, 4(1), 29–
36.
Ayu, S. I., Pratiwi, L., & Nurbaeti, S. N. (2019). Uji Kualitatif Senyawa Fenol dan
Flavonoid Dalam Ekstrak N-Heksan Daun Senggani (Melastoma
malabathricum L.) Menggunakan Metode Kromoatografi Lapis Tipis. Jurnal
Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN, 4(1), 1–6.
Barki, T., Kristiningrum, N., Puspitasari, E., & Fajrin, F. A. (2017). Penetapan
Kadar Fenol Total dan Pengujian Aktivitas Antioksidan Minyak Jahe Gajah
(Zingiber officinale var. officinale). E-Jurnal Pustaka Kesehatan , 5(3), 432–
436.
Budiana, wempi, Burhanudin, & Roni, A. (2016). Penetapan Kadar Fenolat Total,
Flavanoid Total, Serta Aktivitas Antioksidan Dengan Metode DPPH dan
Cuprac Pada Ekstrak Daun Sendok (Plantago major L.). Jurnal Farmasi
Galenika, 3(2), 82–89.
Chang, C. C., Yang, M. H., Wen, H. M., & Chern, J. C. (2002). Estimation of
total flavonoid content in propolis by two complementary colometric
methods. Journal of Food and Drug Analysis, 10(3), 178–182.
https://doi.org/10.38212/2224-6614.2748

Danladi, S., Wan-Azemin, A., Sani, Y. N., Mohd, K. S., Mahadeva Rao, U. S.,
Mansor, S. M., & Dharmaraj, S. (2015). Phytochemical screening, total
phenolic and total flavonoid content, and antioxidant activity of different

34
parts of Melastoma malabathricum. Jurnal Teknologi, 77(2), 63–68.
https://doi.org/10.11113/jt.v77.5988
Darma, W., & Marpaung, M. P. (2020). ANALISIS JENIS DAN KADAR
SAPONIN EKSTRAK AKAR KUNING (Fibraurea chloroleuca Miers)
SECARA GRAVIMETRI. Dalton : Jurnal Pendidikan Kimia Dan Ilmu
Kimia, 3(1), 51–59. https://doi.org/10.31602/dl.v3i1.3109
Dhurhania, C. E., & Novianto, A. (2018). Uji Kandungan Fenolik Total dan
Pengaruhnya terhadap Aktivitas Antioksidan dari Berbagai Bentuk Sediaan
Sarang Semut (Myrmecodia pendens) Crescentiana Emy Dhurhania*, Agil
Novianto. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 5(2), 62.
Diniyah, N., & Lee, S.-H. (2020). KOMPOSISI SENYAWA FENOL DAN
POTENSI ANTIOKSIDAN DARI KACANG-KACANGAN: REVIEW
Phenolic Composition and Antioxidant Potential of Legumes-A Review.
Jurnal Agroteknologi, 14(1), 91–102.
Dwi Mainawati, Eti Meirina Brahmana, J. M. (2017). Uji Kandungan Metabolit
Sekunder Tumbuhan Obat Yang Terdapat Di Kecamatan Rambah Samo
Kabupaten Rokan Hulu. Nucl. Phys., 13(1), 104–116.
Evifania, R. D., Apridamayanti, P., & Sari, R. (2020). Uji parameter spesifik dan
nonspesifik simplisia daun senggani (Melastoma malabathricum L.). Jurnal
Cerebellum, 5(4A), 17. https://doi.org/10.26418/jc.v6i1.43348
Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. (2017). In Pocket Handbook of Nonhuman
Primate Clinical Medicine. https://doi.org/10.1201/b12934-13
Fauziah, A., Sudirga, S. K., & Parwanayoni, N. M. S. (2021). Uji Antioksidan
Ekstrak Daun Tanaman Leunca (Solanum nigrum L.). Metamorfosa: Journal
of Biological Sciences, 8(1), 28.
https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2021.v08.i01.p03
Gafur, M. A., Isa, I., & Bialangi, N. (2012). ISOLASI DAN IDENTIFIKASI
SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN JAMBLANG (Syzygium cumini).
Jurusan Kimia Fakultas Mipa Universitas Negeri Gorontalo, 11.
Halim, S., Halim, H., Lister, I. N. E., Sihotang, S., Nasution, A. N., & Girsang, E.
(2021). Efektivitas gel ekstrak etanol daun senggani (Melastoma candidum
D. Don.) terhadap diameter luka pasca pencabutan gigi pada tikus putih
(Rattus norvegicus). Bioma : Jurnal Ilmiah Biologi, 10(1), 44–54.
https://doi.org/10.26877/bioma.v10i1.6555
Handayani, S., Kurniawati, I., & Abdul Rasyid, F. (2020). Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Karet Kebo (Ficus Elastica) dengan Metode
Peredaman Radikal Bebas Dpph (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazil). Jurnal
Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal), 6(1), 141–
150. https://doi.org/10.22487/j24428744.2020.v6.i1.15022
Handayany, G. N., Umar, I., & Ismail, I. (2018). FORMULASI DAN UJI

35
EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN
BOTTO’-BOTTO’ (Chromolaena odorata L.) dengan METODE DPPH.
Jurnal Kesehatan, 11(2), 86. https://doi.org/10.24252/kesehatan.v11i2.5944

Iskandar, D. (2017). Perbandingan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Dan


Iodimetri Dalam Penentuan Asam Askorbat Sebagai Bahan Ajar Kimia
Analitik Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian Berbasis Open-Ended
Experiment Dan Problem Solving. Agustus, 10(1), 66–70.
Juwita, D. A., Mukhtar, H., & Putri, R. K. (2020). Uji Antioksidan Ekstrak Etanol
Kulit Buah dan Daging Buah Menteng (Baccaurea racemosa (Blume) Mull.
Arg.) dengan Metode DPPH (2,2 Diphenyl-1-picrylhydrazyl). SCIENTIA :
Jurnal Farmasi Dan Kesehatan, 10(1), 56.
https://doi.org/10.36434/scientia.v10i1.214
Kartikasari, D., Hairunisa, H., & Ropiqa, M. (2018). Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Buah Senggani (Melastoma Malabathricum L.) Metode Dpph (2,2-
Diphenyl-1- Picrylhidrazyl) Serta Aplikasinya Pada Krim Antioksidan.
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(September 2018), 205–214. http://e-jurnal.stikes-
isfi.ac.id/index.php/JIIS/article/view/169
Kusumowati, I. T. D. (2012). KORELASI KANDUNGAN FENOLIK DAN
AKTIVITAS ANTIRADIKAL EKSTRAK ETANOL DAUN EMPAT
TANAMAN OBAT INDONESIA (Piper bettle, Sauropus androgynus,
Averrhoa bilimbi, dan Guazuma ulmifolia). Pharmacon: Jurnal Farmasi
Indonesia, 13(1), 1–5. https://doi.org/10.23917/pharmacon.v13i1.19

Lau, S. H. A., Sartini, S., & Lallo, S. (2019). POTENSI ANTIOKSIDAN


EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens)
TERENKAPSULASI MALTODEXTRIN DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KADAR MDA DARAH TIKUS WISTAR (Rattus novergicus)
JANTAN YANG DIINDUKSI CCl4. Majalah Farmasi Dan Farmakologi,
22(3), 93–98. https://doi.org/10.20956/mff.v22i3.5847
Lindawati, N. Y., & Ma’ruf, S. H. (2020). PENETAPAN KADAR TOTAL
FLAVONOID EKSTRAK ETANOL KACANG MERAH (Phaseolus
vulgaris L.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL. Jurnal Ilmiah
Manuntung, 6(1), 83. https://doi.org/10.51352/jim.v6i1.312
Makalalag, A. K., Sangi, M., & Kumaunang, M. (2011). Skrining Fitokimia Dan
Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Dari Daun Turi (Sesbania grandiflora Pers).
Jurnal Kimia FKIP Universitas Sam Ratulangi, 5(47), 40–42.
Malik, A., Edward, F., & Waris, R. (2016). SKRINING FITOKIMIA DAN
PENETAPAN KANDUNGAN FLAVONOID TOTAL EKSTRAK
METANOLIK HERBA BOROCO (Celosia argentea L.). Jurnal Fitofarmaka
Indonesia, 1(1), 1–5. https://doi.org/10.33096/jffi.v1i1.193
Mayasari, U., & Laoli, M. T. (2018). KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN
SKRINING FITOKIMIA DAUN JERUK LEMON (Citrus limon (L.)
Burm.f.). KLOROFIL: Jurnal Ilmu Biologi Dan Terapan, 2(1), 7.

36
https://doi.org/10.30821/kfl:jibt.v2i1.1802

Novasella, N., Rahmatullah, S., Wirasti, W., & Pambudi, D. B. (2022). UJI
AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOL
DAUN SENGGANI (Melastoma malabathricum L.) TERHADAP
BAKTERI staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah JOPHUS : Journal Of
Pharmacy UMUS, 3(02), 104–110.
https://doi.org/10.46772/jophus.v3i02.527
Nunung, Sri Luliana, P. A. (2019). Identifikasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun
Senggani (Melastoma malabathricum L.) Menggunakan Metode
Kromotografi Lapis Tipis (KLT). The Mathematical Gazette, 55(393), 298–
305. https://doi.org/10.2307/3615019
Nurhayat, N., Yuliar, Y., & Marpaung, M. P. (2020). Analisis Efek Konsentrasi
Ekstrak Etanol Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) sebagai
Antibakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Kesehatan Poltekkes Kemenkes Ri
Pangkalpinang, 8(1), 17. https://doi.org/10.32922/jkp.v8i1.115
Padamani, E., Ngginak, J., & Lema, A. T. (2020). ANALISIS KANDUNGAN
POLIFENOL PADA EKSTRAK TUNAS BAMBU BETUNG
(Dendrocalamus asper). Bioma : Jurnal Biologi Dan Pembelajaran Biologi,
5(1), 52–65. https://doi.org/10.32528/bioma.v5i1.3688
Parbuntari, H., Prestica, Y., Gunawan, R., Nurman, M. N., & Adella, F. (2018).
Preliminary Phytochemical Screening (Qualitative Analysis) of Cacao
Leaves (Theobroma cacao L.). EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
19(2), 40–45. https://doi.org/10.24036/eksakta/vol19-iss2/142
Pratiwi, A. I., Nurkamiden, K., & S, F. E. P. (2020). Pengaruh Penambahan Fenol
Terhadap Tegangan Tembus Minyak Transformator. Jurnal Teknologi
Terpadu, 2(8), 77–81.
Purwanto, D., Bahri, S., & Ridhay, A. (2017). UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK BUAH PURNAJIWA (Kopsia arborea Blume.) DENGAN
BERBAGAI PELARUT. Kovalen, 3(1), 24.
https://doi.org/10.22487/j24775398.2017.v3.i1.8230

Putri, M. P., & Setiawati, Y. H. (2015). ANALYSIS LEVELS OF VITAMIN C


IN FRUIT FRESH PINEAPPLE (Ananas comosus (L.) Merr) AND FRUIT
CANNED PINEAPPLE WITH UVVIS SPECTROPHOTOMETRY
METHOD. Wiyata, 2(1), 3.
Rahayu, & Inanda. (2015). Penetapan kadar fenol total ekstrak etil asetat dan
fraksi dichloromethan-etil asetat kulit batang mundu (Garcinia dulcis. Kurz).
Biomedika, 8(2), 37–44. www.biomedika.ac.id
Rahayu, L., Dewi, R. S., & Ayu, G. (2016). Uji Efek Anti-Inflamasi dan Analgesik
Infusa Daun Senggani ( Melastoma malabathricum L .) ( Anti-Inflammation
and Analgesic Test Effect of Senggani Leaves ( Melastoma malabathricum L
.) Infusion. 14(1), 93–98.

37
Rahmawati, A. A., Ardana, M., & Sastyarina, Y. (2021). Kajian Literatur:
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Tanaman Cempedak (Artocarpus champeden
Spreng). Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences, 14,
385–388. https://doi.org/10.25026/mpc.v14i1.594
Rahmi, H. (2017). Review: Aktivitas Antioksidan dari Berbagai Sumber Buah-
buahan di Indonesia. Jurnal Agrotek Indonesia, 2(1), 34–38.
https://doi.org/10.33661/jai.v2i1.721
Roni, A., Astary, A., & Nawawi, A. (2018). Uji Aktivitas Antioksidan, Penetapan
Kadar Fenolik dan Flavonoid Total Ekstrak Etanol dari Daun, Batang, dan
Kulit Batang Karamunting (Melastoma malabathricum L.) Antioxidant
Activity Test, Determination of Total Phenolic and Flavonoid From Ethanol
Extrac. Sainstech Farma, 11(1), 1–6.
Roswita, M., Apridamayanti, P., Sari, R., Studi Farmasi, P., Kedokteran, F.,
Tanjungpura, U., Jl Hadari Nawawi, P. H., Kunci, K., Antioksidan, A., &
Daun Senggani, T. (2019). PENGARUH KONSENTRASI TEH DAUN
SENGGANI (Melastoma malabathricum L.) TERHADAP AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN THE EFFECT OF CONCENTRATION SENGGANI
((Melastoma malabathricum L.) LEAVES TEA TOWARD ANTIOXIDANT
ACTIVITY. 3–7.
Rusli, Z., Yulianita, Y., & Sitanggang, E. E. (2022). PERBANDINGAN KADAR
FLAVONOID EKSTRAK ETANOL DAUN KELENGKENG (Dimocarpus
logan L.) DENGAN VARIASI METODE EKSTRAKSI. Ekologia, 22(1),
31–36. https://doi.org/10.33751/ekologia.v22i1.5042
Saefudin, Sofnie; Marusin, C. (2013). Aktivitas Antioksidan Pada Enam Jenis
Tumbuhan Sterculiaceae. 73–80.
Sastrawan, I. N., Sangi, M., & Kamu, V. (2013). SKRINING FITOKIMIA DAN
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BIJI ADAS (Foeniculum
vulgare) MENGGUNAKAN METODE DPPH. Jurnal Ilmiah Sains, 13(2),
110. https://doi.org/10.35799/jis.13.2.2013.3054
Senet, M. R. M., Raharja, I. G. M. A. P., Darma, I. K. T., Prastakarini, K. T.,
Dewi, N. M. A., & Parwata, I. M. O. A. (2018). PENENTUAN
KANDUNGAN TOTAL FLAVONOID DAN TOTAL FENOL DARI
AKAR KERSEN (Mutingia calabura) SERTA AKTIVITASNYA SEBAGAI
ANTIOKSIDAN. Jurnal Kimia, 13.
https://doi.org/10.24843/jchem.2018.v12.i01.p03
Shaikh, J. R., & Patil, M. (2020). Qualitative tests for preliminary phytochemical
screening: An overview. International Journal of Chemical Studies, 8(2),
603–608. https://doi.org/10.22271/chemi.2020.v8.i2i.8834
Suharyanto, & Prima, D. A. N. (2020). Penetepan Kadar Flavonoid Total pada
Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) yang Berpotensi Sebagai
Hepatoprotektor dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Cendekia
Journal of Pharmacy, 4(2), 110–119.

38
Wahyulianingsih, W., Handayani, S., & Malik, A. (2016). PENETAPAN
KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK DAUN CENGKEH (Syzygium
aromaticum (L.) Merr & Perry). Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 3(2), 188–
193. https://doi.org/10.33096/jffi.v3i2.221
Wibisono Yusub, dan Z. A. (2017). Iventarisasi Jenis Tumbuhan yang Berkhasiat
Sebagai Obat Pada Plot Konservasi Tumbuhan Obat Di KHDTK Samboja
Kecematan Samboja Kabupaten Kutai Kutai Negara. Agrifor, XVI(1), 125–
140.
Wijaya, D. P., Paendong, J. E., & Abidjulu, J. (2014). Skrining Fitokimia dan Uji
Aktivitas Antioksidan dari Daun Nasi ( Phrynium capitatum ) dengan Metode
DPPH. 3(1), 11–15.
Winarsi, H. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas : Potensi dan Aplikasi
dalam Kesehatan. Kanisius.

39
Lampiran 1. Hasil Determinasi

40
Lampiran 2. Certificate of analysis (CoA) Asam Galat

41
Lampiran 3. Certificate of analysis (CoA) Folin Ciocalteu

42
Lampiran 4. Certificate of analysis (CoA) Kuersetin

43
Lampiran 5. Certificate of analysis (CoA) DPPH

44
Lampiran 6. Kalium asetat

45
Lampiran 7. Natrium Karbonat

46
Lampiran 8. Besi III Klorida (FeCl3)

47
Lampiran 9. Etanol

48
Lampiran 10. Metanol

49
Lampiran 11. Magnesium Powder (serbuk mg)

50
Lampiran 12. Perhitungan Karakteristik Ekstrak
A. Perhitungan Rendemen
Serbuk kering = 3.840
Hasil evaporasi = 70 gram
𝑆𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 3,840
x 100% = x 100% = 89%
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑠𝑖 70
B. Kadar Air
1 𝑔𝑟−(𝑎−𝑏)
Kadar air = x 100%
1 𝑔𝑟
a = botol timbang + ekstrak
b = botol timbang kosong
1 𝑔𝑟−(40,371−39,641) 1 𝑔𝑟−0,73
= x 100% = x 100% = 27%
1 𝑔𝑟 1 𝑔𝑟
1 𝑔𝑟−(40,391−39,641) 1 𝑔𝑟−0,75
= x 100% = x 100% = 25%
1 𝑔𝑟 1 𝑔𝑟
1 𝑔𝑟−(40,411−39,641) 1 𝑔𝑟−0,77
= x 100% = x 100% = 23%
1 𝑔𝑟 1 𝑔𝑟
27%+25%+23%
Rata-rata = = 25%
3
C. Susut Pengeringan
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
Susut Pengeringan (%) = x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
W0 (bobot kosong) W1 (bobot+isi) W2 (bobot akhir) Hasil
21,580 g 23,980 g 22,881 g 5,5173%
21,945 g 23,945 g 22,946 g 4,1804%
21,818 g 23,818 g 22,938 g 4,70235
Rata-rata
22,881−21,580
Botol 1 = x100% = 5,5173%
23,580
22,946−21,945
Botol 2 = x100% = 4,1804%
23,945
22,938−21,818
Botol 3 = x100% = 4,7023
23,945
Rata-rata = 4,8%
D. Kadar Abu
𝑤2−𝑤𝑜
Rumus = 𝑤1−𝑤0 x 100%
W0 = berat krus kosong
W1 = berat krus + sampel
W2 = berat krus + sampel yang sudah diabukan
22,0419−22,0154
x 100% = 2,6021%
23,0338−22,0154
23,1438−23,1153
x 100% = 2,8073%
24,1305−23,1153
25,6606−25,6326
x 100% = 2,7977%
26,6334−25,6326
2,6021%+2,8073%+2,7977%
Rata-rata = = 2,7357%
3

51
Lampiran 13. Perhitungan Penetapan Kadar Flavonoid
1. Pembuatan Larutan induk Kuersetin
50 mg / 50 mL = 1000ppm
1 𝑚𝐿
1000 ppm x 10 𝑚𝐿 = 100 ppm
0,75 𝑚𝐿
100 ppm x = 7,5 ppm
10 𝑚𝐿
2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Kuersetin
Panjang gelombang = 438,80
Absorban = 0,62935
Konsentrasi = 7,5 ppm
𝐴 0,62935
a = 𝑏.𝑐 = = 0,0839
1 . 7,5
Keterangan :
A = absrobansi panjang gelombang
b = tebal kuvet
c = konsentrasi
𝐴 0,2
C min = 𝑎.𝑏 = 0,0839 . 1 = 2,3834 ppm
𝐴 0,8
C max = 𝑎.𝑏 = 0,0839 .1 = 9,5352 ppm
Pembuatan seri konsentrasi larutan kuersetin 2,5 ppm, 4 ppm, 5,5 ppm, 7
ppm, 8,5 ppm dalam labu ukur 10 mL
2,5 𝑝𝑝𝑚
a. 2,5 ppm = 100 𝑝𝑝𝑚 x 10mL = 0,25 mL
4 𝑝𝑝𝑚
b. 4 ppm = 100 𝑝𝑝𝑚 x 10 mL = 0,4 mL
5,5 𝑝𝑝𝑚
c. 5,5 ppm = 100 𝑝𝑝𝑚 x 10 mL = 0,55 mL
7 𝑝𝑝𝑚
d. 7 ppm = 100 𝑝𝑝𝑚 x 10 mL = 0,7 mL
8,5 𝑝𝑝𝑚
e. 8,5 ppm = 100 𝑝𝑝𝑚 x 10 mL = 0,85 mL
Hasil absorbansi kurva kalibrasi kuersetin
Konsentrasi Baku Absorbansi
(ppm)
2,5 0,3628
4 0,4571
5,5 0,5641
7 0,6260
8,5 0,7482

Diperoleh :
a = 0,2071 y = 0,0626x + 0,2071 dengan nilai (r2) sebesar 0,9931.
b = 0,0626
r2 = 0,9931

52
3. Perhitungan kadar flavonoid

No Absorbansi kadar
Flavanoid
1 0,3865 11,4632
2 0,3846 11,342
3 0,3851 11,374
Rata- 11,3931
rata

Pengulangan 1
Y = bx + a
0,3865 = 0,0626x + 0,2071
X = 2,8658
Faktor pengenceran = 2500 ppm . 1 ml = x . 10 ml
x = 250 ppm
x = 2500ppm/250 ppm = 10 kali

µg
𝑥( ). Faktor pengenceran. Volume sampel (mL)
ml
Kadar flavonoid = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)
µg
2,8658 x 10 x 10 mL
mL
= 0,025 𝑔
= 11463,3 µgQE/g ekstrak
= 11,4632 mgQE/g ekstrak
Pengulangan 2
Y = bx + a
0,3846 = 0,0626x + 0,2071
X = 2,8355
Faktor pengenceran = 2500 ppm . 1 ml = x . 10 ml
x = 250 ppm
x = 2500ppm/250 ppm = 10 kali

µg
𝑥( ). Faktor pengenceran. Volume sampel (mL)
ml
Kadar flavonoid = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)
µg
2,8355 x 10 x 10 mL
mL
= 0,025 𝑔
= 11342 µgQE/g ekstrak
= 11,342 mgQE/g ekstrak
Pengulangan 3
Y = bx + a
0,3851 = 0,0626x + 0,2071
X = 2,8435

53
Faktor pengenceran = 2500 ppm . 1 ml = x . 10 ml
x = 250 ppm
x = 2500ppm/250 ppm = 10 kali

µg
𝑥( ). Faktor pengenceran. Volume sampel (mL)
ml
Kadar flavonoid = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)
µg
2,8435 x 10 x 10 mL
mL
= 0,025 𝑔
= 11374 µgQE/g ekstrak
= 11,374 mgQE/g ekstrak
11,4632+11,342 +11,374
Rata-rata Kadar Flavonoid = 3
= 11,3931 mgQE/g ekstrak

54
Lampiran 14. Panjang Gelombang Maksimum Kuersetin – AlCl3

55
Lampiran 15. Operating Time Maksimum Kuersetin – AlCl3

56
Lampiran 16. Kurva Kalibrasi Kuersetin – AlCl3

57
Lampiran 17. Perhitungan Kadar Fenolik Total

1. Pitungan Penetapan Kadar Fenolik


Larutan induk asam galat 500 ppm
50 mg asam galat dilarutkan dengan etanol p.a hingga larut, kemudian
diadkan dengan menggunakan aquadest hingga tanda batas labu ukur
100 ml
50 𝑚𝑔
= 500 ppm
100 𝑚𝑙

Larutan sekunder asam galat 30 ppm


v1 x c1 = v2 x c2
v1 x 500 ppm = 10 ml x 30 ppm
10 𝑚𝑙 𝑥 30 𝑝𝑝𝑚
,;;v1 = = 0,6 ml
500 𝑝𝑝𝑚

2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Asam Galat


Panjang gelombang = 762,00
Absorban = 0,43658
Konsentrasi = 30 ppm
𝐴 0,43658
a = 𝑏.𝑐 = = 0,0146
1 . 30
Keterangan :
A = absrobansi panjang gelombang
b = tebal kuvet
c = konsentrasi
𝐴 0,2
C min = 𝑎.𝑏 = 0,0146. 1 = 13,6986 ppm
𝐴 0,8
C max = 𝑎.𝑏 = 0,0146 = 54,7945 ppm
Pembuatan seri konsentrasi larutan asam galat 14 ppm, 24 ppm, 34 ppm, 44
ppm, 54 ppm dalam labu ukur 10 mL
14 𝑝𝑝𝑚
a. 14 ppm = 500 𝑝𝑝𝑚 x 10mL = 0,28 mL
24 𝑝𝑝𝑚
b. 24 ppm = 500 𝑝𝑝𝑚 x 10 mL = 0,48 mL
34 𝑝𝑝𝑚
c. 34 ppm = x 10 mL = 0,68 mL
500 𝑝𝑝𝑚
44 𝑝𝑝𝑚
d. 44 ppm = 500 𝑝𝑝𝑚 x 10 mL = 0,88 mL
55 𝑝𝑝𝑚
e. 54 ppm = 500 𝑝𝑝𝑚 x 10 mL = 1,08 mL

58
Hasil absorbansi kurva kalibrasi asam galat
Konsentrasi Baku (ppm) Absorbansi
14 0,2573
24 0,3656
34 0,4971
44 0,5936
54 0,7474

Diperoleh :
a = 0,0803 y = 0,0121x + 0,0803 dengan nilai (r2) sebesar 0,9957.
b = 0,0121
r2 = 0,9957

No Absorbansi kadar Flavanoid


(mgQE/g)
1 0,7433 109,5868
2 0,7698 113,967
3 0,7702 114,033
Rata- rata 112,5289

Pengulangan 1
Y = bx + a
0,7433 = 0,0121x + 0,0803
X = 54,7934
Faktor pengenceran = 500 ppm . 1 ml = x . 10 ml
x = 50 ppm
x = 500ppm/50 ppm = 10 kali

µg
𝑥( ). Faktor pengenceran. Volume sampel (mL)
ml
Kadar fenol = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)
µg
54,7934 x 10 x 10 mL
mL
= 0,05 𝑔
= 109586,8 µgGAE/g ekstrak
= 109,5868 mgGAE/g ekstrak

Pengulangan 2
Y = bx + a
0,7698 = 0,0121x + 0,0803
X = 56,9835
Faktor pengenceran = 500 ppm . 1 ml = x . 10 ml
x = 50 ppm
x = 500ppm/50 ppm = 10 kali

59
µg
𝑥( ). Faktor pengenceran. Volume sampel (mL)
ml
Kadar fenol = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)
µg
56,9835 x 10 x 10 mL
mL
= 0,05 𝑔
= 113967 µgGAE/g ekstrak
= 113,967 mgGAE/g ekstrak

Pengulangan 3
Y = bx + a
0,7702 = 0,0121x + 0,0803
X = 57,0165
Faktor pengenceran = 500 ppm . 1 ml = x . 10 ml
x = 50 ppm
x = 500ppm/50 ppm = 10 kali

µg
𝑥( ). Faktor pengenceran. Volume sampel (mL)
ml
Kadar fenol = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)
µg
57,0165 x 10 x 10 mL
mL
= 0,05 𝑔
= 114033 µgGAE/g ekstrak
= 114,033 mgGAE/g ekstrak

109,5868+113,967 +114,033
Rata-rata Kadar Fenol = 3
= 112,5289 mgGAE/g ekstra

60
Lampiran 18. Panjang Gelombang Asam Galat

61
Lampiran 19. Operating Time Asam Galat

62
Lampiran 20. Kurva Kalibrasi Asam Galat

63
Lampiran 21. Perhitungan Persen Inhibisi dan IC₅₀ Kuersetin Terhadap
DPPH
Hasil IC50 Kuersetin
Konsentrasi Absorbansi Rata-rata %Inhibis IC50
(ppm) I II III i (ppm)
2 0,5710 0,5749 0,5732 0,5730 18,7625 8,570925
4 0,5187 0,5187 0,5170 0,5181 26,5455
6 0,4519 0,4557 0,4526 0,4534 35,7226
8 0,3830 0,3847 0,3844 0,3840 45,5565
10 0,3080 0,3171 0,3177 0,3143 55,4472
11 0,2556 0,2557 0,2584 0,2556 63,7571
12 0,2256 0,2271 0,2024 0,21936 68,9009
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 0,70538−0,5730
%Inhibisi= x 100% = x 100 % = 18,7625%
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 0,70538
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 0,70538−0,5181
%Inhibisi= x 100% = x 100 % = 26,5455%
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 0,70538
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 0,70538−0,4534
%Inhibisi= x 100% = x 100 % = 35,7226%
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 0,70538
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 0,70538−0,3840
%Inhibisi= x 100% = x 100 % = 45,5565%
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 0,70538
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 0,70538−0,3143
%Inhibisi= x 100% = x 100 % = 55,4472%
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 0,70538
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 0,70538−0,25565
%Inhibisi= x 100% = x 100 % =
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 0,70538

63,7571%
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 0,70538−0,21936
%Inhibisi= x 100% = x 100 % =
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 0,70538

68,9002%

kurva kuersetin terhadap DPPH


80
y = 5.0462x + 6.7494
60
R² = 0.9926
%inhibisi

40

20

0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (ppm)

Perhitungan IC50
a = 6,7494

64
b = 5,0462
r2 = 0,9926
50−𝑎
IC50 = = 8,570925 μg/ml
𝑏

A. Hasil IC50 Ekstrak Etanol Daun Senggani


Konsentrasi Absorbansi Rata-rata %Inhibisi IC50
(ppm) I II III (ppm)
10 0,6206 0,6204 0,6199 0,6203 12,0616 38,63559
20 0,5156 0,5119 0,5244 0,5173 26,6636
30 0,4375 0,4341 0,4324 0,4347 38,3784
40 0,3151 0,3187 0,3181 0,3173 55,0172
50 0,245 0,2395 0,2326 0,2390 66,1128
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 0,70538−0,6203
%Inhibisi= x 100% = x 100 % = 12,0616%
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 0,70538
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 0,70538−0,5181
%Inhibisi= x 100% = x 100 % = 26,6636%
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 0,70538
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 0,70538−0,4347
%Inhibisi= x 100% = x 100 % = 38,3784%
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 0,70538
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 0,70538−0,3173
%Inhibisi= x 100% = x 100 % = 55,0172%
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 0,70538
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 0,70538−0,2390
%Inhibisi= x 100% = x 100 % = 66,1128%
𝐴𝑏𝑠 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 0,70538

%inhibisi
100

80 y = 1.2711x + 0.8903
R² = 0.9908
%inhibisi

60

40

20

0
0 20 40 60 80
Konsentrasi (ppm)

Perhitungan IC50
a = 0,8903
b = 1,2711
r2 = 0,9908
50−𝑎
IC50 = = 38,63559 μg/ml
𝑏

65
Lampiran 22. Panjang Gelombang DPPH

66
Lampiran 23. Operating Time DPPH

67
Lampiran 24. Hasil Skrining Fitokimia

Metabolit Hasil Keterangan


Uji Reagen
Alkaloid Mayer Positif

Wagner

Dragendorf

Fenolik FeCl3 Positif

68
Tanin Gelatin Positif

Flavonoid Mg + HCl Positif

Saponin Aquadest Positif

Terpenoid Asam asetat Positif


dan Steroid anhidrat +
H2SO

69
Lampiran 25. Dokumentasi

Spektrofotometer Uv-Vis Waterbath

Rotary Evaporator Serbuk Simplisia

Maserasi Ekstrak Kental

Desikator Tanur

70

Anda mungkin juga menyukai