Anda di halaman 1dari 107

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERTA PENETAPAN KADAR FENOL

DAN FLAVANOID TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT DAUN PUCUK


MERAH (Syzygium myrtifolium Walp. ) DENGAN METODE DPPH

Skripsi
Untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi

Disusun Oleh:

DEASY AFRISKA
1704015292

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021
Skripsi dengan Judul

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERTA PENETAPAN KADAR FENOL


DAN FLAVANOID TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT DAUN PUCUK
MERAH (Syzygium myrtifolium Walp. ) DENGAN METODE DPPH
Yang disusun oleh :

Deasy Afriska

1704015292

Telah disetujui

Pembimbing I

4-10-2021
4-10-2021

Dr. apt. Rini Prastiwi, M.Si Tanggal : 04 Oktober 2021

Pembimbing II

Dr. apt. Sherley, M.Si Tanggal : 03 Oktober 2021

Mengetahui:
Ketua Program Studi Farmasi

Dr. apt. Rini Prastiwi, M.Si Tanggal : Oktober 2021

ii
ABSTRAK

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDADAN SERTA PENETAPAN KADAR


FENOL DAN FLAVANOID TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT DAUN
PUCUK MERAH (Syzygium myrtifolium Walp. ) DENGAN METODE DPPH

Deasy Afriska
1704015292

Tanaman pucuk merah (Syzygyum myrtifolium Walp) merupakan tanaman hias


dari famili myrtaceae. Tanaman pucuk merah memiliki kandungan senyawa kimia
seperti alkaloid, fenol, saponin, flavonoid, tanin, steroid dll. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan serta kandungan kadar senyawa
fenol dan flavanoid tanaman daun pucuk merah. Penelitian ini diawali dengan
mengekstraksi daun pucuk merah menggunakan pelarut etanol 70% dengan
metode maserasi, kemudian dilanjutkan pembuatan fraksi etil aseta dilakukan
berdasarkan tingkat kepolaranya menggunakan pelarut n-heksna, diklorometan,
dan etil asetat dengan corong pisah. Penentuan uji aktivitas antioksidan fraksi etil
asetat dilakukan dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) pada panjang
gelombang 515 nm dan penetapan kadar fenol total dengan metode Folin-
Ciocateu pada panjang gelombang 763 nm serta penetapan kadar flavonoid total
dengan metode kolorimetri alumunium klorida (AICI₃) dengan panjang
gelombang 428,40 nm menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa uji aktivitas antioksidan dengan pembanding
kuersetin didapatkan nilai IC₅₀ 7,92 µg/ml, sedangkan fraksi etil asetat daun
pucuk merah didapatkan nilai IC₅₀ sebesar 78,81 µg/ml. fraksi etil asetat
mengandung fenol total 103,91 mgGAE/g ± 1,09 dan kandungan flavonoid total
30,98 mgQE/g ± 0,28. Dapat disimpulkan bahwa Fraksi etil asetat daun pucuk
merah memiliki aktivitas antioksidan kuat serta mengandung fenol dan flavonoid
total.

Kata Kunci : Antioksidan, Syzygium myrtifolium Walp, Fenol, Flavonoid, Fraksi


etil asetat

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “UJI AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN SERTA PENETAPAN KADAR FENOL DAN
FLAVANOID TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT DAUN PUCUK MERAH
(Syzygium myrtifolium Walp. ) DENGAN METODE DPPH”
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi di Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta. Pada kesempatan yang baik ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. apt. Hadi Sunaryo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta.
2. Bapak apt. Drs. Inding Gusmayadi, M.Si. selaku Wakil Dekan I Fakultas
Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta.
3. Ibu apt. Kori Yati, M.Farm. selaku Wakil Dekan II Fakultas Farmasi dan
Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta.
4. Bapak apt. Kriana Efendi, M.Farm. selaku Wakil Dekan III Fakultas
Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta.
5. Bapak Anang Rohwiyono, M.Ag. selaku Wakil Dekan IV Fakultas Farmasi
dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta.
6. Ibu Dr. apt. Rini Prastiwi, M.Si. selaku ketua program studi Fakultas
Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta.
7. Ibu Dr. apt. Rini Prastiwi, M.Si. selaku Pembimbing I yang telah telah
banyak membantu dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
8. Ibu Dr. apt. Sherley, M.Si. selaku Pembimbing II yang telah telah banyak
membantu dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
9. Ibu apt. Zahmilia Akbar M.Farm. selaku Pembimbing Akademik dan dosen
yang telah memberikan arahan, ilmu, dan masukan yang berguna selama
penulisan skripsi
iv
10. Teruntuk kedua orangtua saya yang saya cintai, Ayahanda Djunfui dan
Ibunda Sumarni yang telah memberikan cinta dan kasih sayang, perhatian,
motivasi dukungan baik moril maupun material, serta doa yang tulus sampai
akhir penyelesaian skripsi ini.
11. Teruntuk adik saya Maycel Alfin Aprilio dan keluarga besar saya Mbah,
Tante, Om, keponakan yang selalu menyemangati, dan mensupport sampai
akhir.
12. Kepada support sistemku Yoki Yuan Sari yang selalu menemani saya,
menyemngati, mensupport ,dan membantu saya sampai akhir penyelesaian
skripsi ini.
13. Teman penelitianku Nelvy Ayu Hardianti dan Rita Sri Utami yang telah
berjuang bersama, memberikan semangat dan saling membantu dalam
penelitian.
14. Sahabatku Resicha Pratiwi, Setya Agustin, Dea Awrel, Anisa Dwi
Primawita, Karmila Setianingrum, Veni larasanti, Yulia Wulandari,yang
selalu memberi dukungan, semangat dan menemani disaat suka dan duka
sampai skripsi ini selesai.
15. Teman-teman angkatan 2017 yang telah menemani dan berjuang bersama
selama studi di FFS UHAMKA.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan


baik dari segi isi maupun penyajian karena keterbatasan ilmu dan kemampuan
penulis. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua yang
memerlukan, Amin.

Jakarta, September 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan Penelitian 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4
A. Landasan Teori 4
1. Tanaaman Pucuk Merah 4
2. Simplisia 6
3. Ekstraksi 6
4. Fraksinasi 6
5. Radikal Bebas 7
6. Antioksidan 7
7. Senyawa Fenol 8
8. Senyawa Flavanoid 9
9. Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) 10
10. Spektrofotometri UV-Vis 11
B. Kerangka Berfikir 12
C. Hipotesis 13
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 14
A. Tempat dan Waktu Penelitian 14
a. Tempat Penelitian 14
b. Waktu Penelitian 14
B. Pola Penelitian 15
C. Alat dan Bahan 15
1. Alat Penelitian 15
2. Bahan Penelitian 15
D. Prosedur Penelitian 16
1. Pengumpulan Bahan 16
2. Determinasi Tanaman 16
3. Pembuatan Serbuk Simplisia 16
4. Karakteristik Serbuk Simplisia Secara Mikroskopis 16
5. Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Daun Pucuk Merah 16
6. Fraksinasi Etil Asetat 17
7. Pemeriksaan Karakteristik Ekstrak dan Fraksi 18
8. Penapisan Uji Fitokimia 19
9. Penetapan Kadar Fenol Total 21

vi
10. Penetapan Kadar Flavanoid Total 22
11. Pengujian Aktivitas Antioksida Metode DPPH 24
12. Aanalisis Data 25
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 27
A. Determinasi Tanaman 27
B. Penyiapan dan Pembuatan Simplisia 27
C. Karakteristik Pemeriksaan Mikroskopik Serbuk Simplisia 28
D. Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Daun Pucuk Merah 29
E. Fraksi Etil Asetat 30
F. Pemeriksaan Karakteristik Ekstrak dan Fraksi 31
G. Penapisan Uji Fitokimia 32
H. Hasil Penatapan Kadar Fenol Total 35
I. HasilPenetapan Kadar Flavanoid Total 37
J. Pengujian Aktivitas Antioksidan Metode DPPH 40
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN 43
A. Kesimpulan 43
B. Saran 43
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 49

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Rencana Jadwal Penelitian 14
Tabel 2. Hasil Ektraksi Etanol 70% Daun Pucuk Merah 29
Tabel 3. Hasil Fraksi Etil Asetat Daun Pucuk Merah 30
Tabel 4. Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Etanol 70% dan Fraksi Etil Asetat 31
Tabel 5. Hasil Karakteristik Ekstrak dan Fraksi Etil Asetat Daun Pucuk
merah 32
Tabel 6. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% dan Fraksi Etil
Asetat Daun Pucuk Merah 33
Tabel 7. Hasil Absorbansi Kurva Baku Asam Galat 36
Tabel 8. Hasil Kadar Fenolik Total Fraksi Etil Asetat Daun Pucuk Merah 37
Tabel 9. Hasil Absorbansi Kurva Baku Kuersetin 38
Tabel 10. Hasil Kadar PFlavanoid Total Fraksi Etil Aseta Daun Pucuk
Merah 39
Tabel 11. Hasil Perhitungan IC₅₀ Pembanding Kuersetin dengan Metode
DPPH 41
Tabel 12. Hasil Perhitungan IC₅₀ Fraksi Etil Asetat Daun Pucuk Merah
dengan DPPH 41
Tabel 13. Tingkat Kekuatan Antioksidan dengan Metode DPPH 41

viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Daun Syzygium myrtifolium Walp. 5
Gambar 2. Reaksi Fenol dengan Folin-Ciocalteu 9
Gambar 3. Struktur Kimia Beberapa Senyawa Fenol Sederhana 9
Gambar 4. Struktur kimia dan klasifikasi flavonoid 10
Gambar 5. Reaksi antara Radikal Bebas DPPH dengan Antioksidan 11
Gambar 6. Bagan Pembuatan Fraksi Etil Asetat 18
Gambar 7. Pengamatan Mikroskopik 28
Gambar 8. Grafik Kurva Baku Asam Galat 36
Gambar 9. Grafik Kurva Baku Kuersetin 39

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Sertifikat Determinasi Daun Pucuk Merah 49
Lampiran 2. Prosedur Penelitian 50
Lampiran 3. Sertifikat DPPH 51
Lampiran 4. Sertifikat Reagen Folin-Ciocalteu 52
Lampiran 5. Sertifikat Kuersetin 53
Lampiran 6. Sertifikat Asam Galat 54
Lampiran 7. Penapisan Uji Fitokimia 55
Lampiran 8. Perhitungan Rendemen 59
Lampiran 9. Perhitungan Susut Pengeringan Ekstrak Etanol 70% dan
Fraksi Etil Asetat Daun Pucuk Merah 60
Lampiran 10. Perhitungan Kadar Abu Ekstrak 61
Lampiran 11. Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat 62
Lampiran 12. Operating Time Asam Galat 63
Lampiran 13. Kurva Baku Asam Galat 64
Lampiran 14. Perhitungan Pembuatan Larutan Induk dan Kurva Kalibrasi
Asam Galat 65
Lampiran 15. Perhitungan Pembuatan Larutan Uji Fraksi Etil Asetat Daun
Pucuk Merah pada Penetapan kadar Fenol Total 67
Lampiran 16. Perhitungan Penetapan Kadar Fenol Total Fraksi Etil Asetat
Daun Pucuk Merah 68
Lampiran 17. Panjang Gelombang Maksimum Kuersetin 70
Lampiran 18. Operating Time Kuersetin 71
Lampiran 19. Kurva Baku Kuersetin 73
Lampiran 20. Perhitungan Pembuatan Larutan Induk dan Kurva Kalibrasi
Kuersetin 74
Lampiran 21. Perhitungan Pembuatan Larutan Uji Fraksi Etil Asetat Daun
Pucuk Merah pada Penetapan kadar Flavanoid Total 76
Lampiran 22. Perhitungan Penetapan Kadar Flavanoid Total Fraksi Etil
Asetat Daun Pucuk Merah 77
Lampiran 23. Panjang Gelombang Maksimum DPPH 79

x
Lampiran 24. Operating Time Kuersetin Metode DPPH 80
Lampiran 25. Pembuatan Larutan DPPH dan Seri Konsentrasi Kuersetin 82
Lampiran 26. Hasil IC₅₀ Kuersetin dengan Metode DPPH 83
Lampiran 27. Pembuatan Seri Konsentrasi Fraksi Etil Asetat Daun Pucuk
Merah 88
Lampiran 28. Hasil Perhitungan IC₅₀ Fraksi Etil Asetat Daun Pucuk Merah 89

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radikal bebas merupakan suatu molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya sehingga dapat berinteraksi
dengan molekul sel tubuh dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul
sel-sel yang berada di sekitarnya sehingga menyebabkan sel- sel tersebut
kehilangan fungsi dan strukturnya (Muthia dkk, 2019). Radikal bebas dapat
berasal dari dalam tubuh kita yang terbentuk secara terus- menerus,melalui proses
metabolisme sel normal, peradangan dan kekurangan gizi (Mbaoji et all., 2016).
Sedangkan radikal bebas dari luar tubuh sering kali kurang terpenuhi disebabkan
oleh banyak faktor seperti polusi lingkungan, paparan sinar ultraviolet (UV), asap
rokok, dan pola makan yang kurang baik. Dampak senyawa radikal bebas dapat
mengakibatkan timbulnya penyakit degeneratif seperti stroke, jantung koroner,
diabetes mellitus, katarak, hingga kanker (Junior et all., 2017). Pada tubuh
manusia membutuhkan antioksidan sebagai pelindung tubuh dari adanya serangan
radikal bebas dalam meredam terjadinya dampak negatif radikal bebas sehingga
tidak menginduksi penyakit (Rizkayanti dkk., 2017).
Antioksidan adalah molekul stabil yang dapat mendonorkan elektron dan
menetralkan radikal bebas sehingga mencegah kerusakan intrasel serta
memperbaiki efek berbahaya dari suatu radikal bebas (Salampe dkk., 2019).
Manusia memiliki antioksidan dalam tubuh, dengan jumlah yang terbatas untuk
mengatasi radikal bebas yang berlebih sehingga dibutuhkan antioksidan eksogen.
Antioksidan eksogen dapat dibedakan menjadi dua yaitu antioksidan alami dan
antioksidan sintetik (Hani dan Milanda, 2016). Antioksidan yang diproduksi
secara endogen atau eksogen dapat membantu menetralkan radikal bebas yang
terdapat dalam tubuh (Arnanda dan Nuwarda, 2019). Antioksidan dapat
menetralkan radikal bebas dengan menerima atau menyumbangkan elektron, akan
tetapi tidak berubah menjadi radikal bebas dan tetap stabil tidak akan berubah
menjadi radikal bebas dan tetap stabil. Antioksidan banyak terdapat pada sayuran,
buah-buahan dan tanaman obat (Zerargui et al., 2016).

1
Tanaman obat merupakan sumber antioksidan alami yang dijadikan sebagai
bahan baku obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat untuk berbagai
macam tujuan seperti menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan dan
menyembuhkan penyakit tertentu (Hutabalian dkk., 2018). Salah satu tanaman
yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang memiliki aktivitas antibakteri,
antihiperurisemia, antidiabetes serta berpotensi sebagai antioksidan adalah daun
pucuk merah (Syzygium myrtifolium Walp). Tanaman pucuk merah merupakan
tanaman hias yang termasuk tanaman tropis biasanya sering ditanam sebagai
tanaman pagar. Tanaman ini mempunyai dua warna daun yaitu daun muda
berwarna merah dan daun tua berwarna hijau dengan permukaan daunnya halus
dan mengkilap (Liniawati dkk., 2019). Anggraini (2017) meneliti bahwah
aktivitas antiosidan pada bagian daun berwarna merah ektrak etanol memiliki
aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan pada bagian buah. Pada daun hijau
tanaman pucuk merah diketahui adanya senyawa metabolit sekunder yang
terkandung yaitu golongan alkaloid, triterpenoid, steroid, saponin, fenolik dan
flavonoid (Novianti dkk., 2016).Senyawa fenolik merupakan salah satu golongan
senyawa metabolit sekunder yang berperan penting memerangi stres oksidatif
dalam tubuh manusia dengan menjaga keseimbangan antara oksidan dan
antioksidan (Van Hung, 2016).
Senyawa fenolik memiliki ciri khas yaitu terdapat satu atau lebih gugus
hidroksil yang terikat pada struktur cincin aromatis sehingga mudah teroksidasi
dengan menyumbangkan atom hidrogen pada radikal bebas (Dhurhania dan
Novianto, 2019). Senyawa polifenol banyak tersebesar pada tumbuhan yang
memilik senyawa aromatik (Hanani, 2015). Flavanoid merupakan sekelompok
besar senyawa polifenol karena mengandung dua atau lebih gugus hidroksil,
senyawa flavanoid banyak tersebar luas dialam yang digunakan sebagai
pengobatan dan memiliki sifat antioksidan sebagai penangkal radikal bebas
(Bakti dkk., 2017). Senyawa fenolik dan flavanoid banyak digunakan sebagai
antioksidan karena Semakin tinggi kadar fenol dan flavanoid yang terkandung di
dalam suatu tanaman, semakin tinggi juga aktivitas antioksidannya.

2
Berdasarkan uraian tersebut maka akan dilakukan uji aktivitas antioksidan
serta penetapan kadar fenol dan flavonoid total fraksi etil aetat pada tanaman
pucuk merah dengan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).
B. Permasalahan Penelitian
Senyawa fenolik dan flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang
terdapat dalam beberapa bagian tumbuhan yang memiliki manfaat sebagai
antioksidan. Fraksinasi adalah pemisahan golongan senyawa berdasarkan tingkat
polaritasnya. Pada penelitian ini digunakan ekstrakdaun pucuk merah yang
difraksinasi dengan urutan polaritas pelarut yaitu n-heksan, diklorometan, etil
asetat. Pelarut etil asetat diharapkan dapat memisahkan kandungan senyawa aktif
fenolik dan flavonoid yang terdapat pada daun pucuk merah. Dengan demikian
dapat dirumuskan apakah pada fraksi etil asetat tanaman daun pucuk merah
memiliki aktivitas antioksidan dan berapa kadar senyawa fenol dan flavanoid
totalnya?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan kadar
senyawa fenol serta flavanoid total tanaman daun pucuk merah.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa
tanaman daun pucuk merah memiliki aktivitas sebagai antioksidan.yang
mengadung senyawa kimia fenol dan flavonoid total.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Tanaman Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium Walp ).
a. Klasifikasi Tanaman Pucuk Merah (Gea, 2017)

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Mytales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium myrtifolium Walp.
b. Nama Lain atau Sinonim
Sinonim dari pucuk merah (Syzygium myrtifolium Walp.) yaitu Syzygium
campunalatum Var. Longistylum, Eugenia sinubanesis, Eugenia myrtifolia,
Syzygium sinubanense, Eugenia parva, Eugenia oleina, Syzygium campanellum,
Syzygium Campanulatum. Nama lokal yaitu pokok kelat paya (Malaysia), ubah
laut (Malaysia Timur), chinese red-wood (Chinese), wild cinnamon, red-lip,
australian brush cherry, dan kelat oil (Memon dkk., 2014).
c. Morfologi Tanaman
Bentuk pertumbuhan pohon dengan mahkota yang lebat, hingga setinggi 20 m
berukuran sedang dan sering ditanam sebagai tanaman pagar karena kanopinya
padat dan warna pucuknya kemerahan. pucuk merah berupa daun tunggal
berbentuk lancet, bertangkai sangat pendek hampir duduk, tumbuh berhadapan,
permukaan daun bagian atas mengkilat, warna daun mengalami perubahan, daun
muda tumbuh berwarna merah menyala, berubah menjadi coklat merah, kemudian
berubah menjadi warna hijau, ukuran daun panjang ± 6 cm dan lebar ± 2 cm,
pertulangan daunnya menyirip (NPB, 2013). Bunga berwarna putih, perbungan
bercabang hingga panjang 4 cm. Buahnya berbentuk bulat sampai oval berwarna
ungu gelap atau beri hitam sekitar 9 mm (Boo dkk., 2006).
4
(a) (b)
Gambar 1: (a) Daun Syzygium myrtifolium Walp (Dokumen Pribadi, 2020) (b)
Daun pucuk merah (Haryanti dkk., 2021).
d. Ekologi dan Penyebaran

Pucuk merah merupakan tanaman hias popular dari famili myrtaceae dengan
tersebar di beberapa tempat didunia seperti Timur Laut India, Myanmar, Thailand,
Malaysia, Singapura, Sumatera, Kalimantan, dan Filipina ditemukan tumbuh
secara liar, setengah liar dan tumbuh sebagai tanaman hias, (NPB, 2013) juga
tumbuh dihutan primer dan sekunder dataran rendah, dihutan pantai, tanah rawa
dan sepanjang tepi sungai (Boo dkk., 2006).
e. Kandungan Kimia
Pada ekstrak daun merah dan hijau tanaman pucuk merah (Syzygium
myrtifolium Walp.) memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu
golongan alkaloid, triterpenoid, steroid, saponin, fenolik, flavonoid (Haryati dkk.,
2015; Juwita dkk., 2017). Pada daun pucuk merah juga memiliki aroma khas
kandungan minyak atsiri, fenolat, flavonoid, tanin, asam batulinic dan aktivitas
antioksidan (Putri, 2019)
f. Khasiat
Pucuk merah memiliki Kandungan antosianin yang terdapat dalam buah
bewarna merah kehitaman dari tanaman pucuk merah berpotensi sebagai
antioksidan alami dan sumber pewarna alami yang bermanfaat bagi kesehatan.
Tanaman pucuk merah ini dapat diaplikasikan ke dalam pewarna alami untuk
sistem pangan khususnya minuman. Tanaman pucuk merah juga diketahui
memiliki khasiat sebagai antioksidan, sitotoksik, antitumor dan antiangiogenesis
(Haryati dkk., 2015).
5
2. Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia
nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral (Depkes, 2000).

3. Ekstraksi
Ektraksi adalah suatu cara penarikan kandungan kimia dari simplisia dengan
cara dan pelarut yang cocok agar kandungan kimia yang dapat larut terpisah dari
bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut Simplisia yang diekstrak
mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut
seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Terdapat dua model ekstraksi,
yaitu cara dingin dan cara panas. Cara dingin meliputi maserasi dan perkolasi,
sedangkan cara panas meliputi refluks, soklet, digesti, infusa, dan dekokta.
Sedangkan Ekstrak adalah sediaan kental atau cair yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat akif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa di perlakukan sedemikian
sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2002).

Metode yang biasanya sering digunakan adalah maserasi. Maserasi adalah


salah satu cara ekstraksi simplisia dengan merendam dalam pelarut pada suhu
kamar sehingga kerusakan atau degradasi metabolit dapat diminimalisasi. Pada
maserasi, terjadi proses keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar dan
didalam sel sehingga diperlakun penggantian pelarut secara berulang. Kinetik
adalah cara ekstraksi, seperti maserasi yang memerlakun pengadakun, sedangkan
digesti adalah cara maserasi yang dilakakun pada suhu yang lebih tinggi dari suhu
kamar 40-60 °C. Secara umum ekstraksi dibagi dua macam yaitu ekstraksi
tunggal dan ekstraksi bertingkat (Hanani, 2015).
4. Frakinasi
Fraksinasi yaitu untuk memisahkan golongan senyawa kimia dengan golongan
senyawa kimia yang lain berdasarkan tingkat kepolarannya. Tujuan dari tahap
fraksinasi adalah untuk memisahkan senyawa berdasarkan tingkat kepolaran yang
6
berbeda dalam dua pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda pula.
Fraksinasi terdiri dari dua macam yaitu fraksinasi padat-cair dan fraksinasi
cair-cair. Fraksinasi dengan ekstraksi cair-cair dilakukan dengan pengocokan.
Prinsip pemisahan pada proses fraksinasi adalah didasarkan pada perbedaan
tingkat kepolaran dan perbedaan bobot jenis antara dua fraksi (Pratiwi dkk, 2016).
5. Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun
molekul yang memiliki electron tiding berpasangan pada lapisan luarnya atau
kehilangan elektron, sehingga apabila radikal bebas tertentu dapat memakai
bersama elektron tidak berpasangan membentuk ikatan kovalen (Werdhasari,
2014). Radikal bebas adalah suatu molekul yang mempunyai elektron yang tidak
berpasangan. Elektron yang tidak berpasangan tersebut menyebabkan rasikal
bebas yang sangat reaktif yang kemudian akan menangkap atau mengambil
elektron dari senyawa lain seperti proteon, lipid, karbohidrat dan DNA untuk
menetralkan diri. Radikal bebas dapat masuk ke dalam tubuh dan menyerang sel-
sel yang sehat dan menyebabkan sel-sel tersebut kehilangan fungsi dan
strukturnya (Syafrinal dan Ramadhani, 2019).
Tahapan reaksi berantai pembentukan radikal bebas melalui tiga tahapan
reaksi berikut (Wiendarlina dan Sukaesih, 2019).
a. Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas
Persamaan Reaksi : RH→R* + H*
b. Tahap propagasi adalah perpanjangan rantai radikal.

Persamaan Reaksi : R* + O2→ ROO*ROO* + RH→ROOH +R*


c. Tahap terminasi ialah bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain atau
dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya rendah.

Persamaan Reaksi : R* + R* → R – R
ROO* + R* → ROOR
ROO* + ROO* → ROOR + O2
6. Antioksidan
Antioksidan merupakan kelompok senyawa yang dapat meredam radikal
bebas sehingga sangat bermanfaat untuk memutuskan reaksi radikal bebas

7
(Rudiana dkk, 2018). Antioksidan merupakan molekul stabil yang dapat
mendonorkan elektron dan menetralkan radikal bebas sehingga mencegah dan
membatasi kerusakan intrasel serta memperbaiki efek berbahaya dari radikal
bebas. Antioksidan terdiri dari dua bagian yaitu antioksidan enzimatis dan non-
enzimatis. Antioksidan enzimatis atau endogen misalnya enzim superoksida
dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase. Antioksidan non-enzimatis
atau eksogen yaitu asam askorbat, vitamin E, dan glutation (Salampe dkk., 2019).

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan menjadi tiga


kelompok, yaitu antioksidan primer, antioksidan sekunder, dan antioksidan
tersier. Antioksidan memiliki dua fungsi, yakni fungsi utama sebagai pemberi
atom hidrogen (antioksidan primer) yang dapat memberikan atom hidrogen secara
cepat ke radikal lipid atau mengubahnya ke bentuk yang stabil. Fungsi kedua
yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme di luar
mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke
bentuk yang lebih stabil. Senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan
umumnya merupakan senyawa flavonoid, fenolat, dan alkaloid (Musarofah,
2015).
7. Senyawa Fenol
Senyawa fenol memainkan peran penting dalam berkontribusi terhadap
aktivitas antioksidan secara keseluruhan. Senyawa fenol ini memiliki potensi
untuk melawan spesies oksigen reaktif (ROS) atau lebih dikenal sebagai spesies
radikal bebas dengan menghambat inisiasi radikal bebas, memecah reaksi berantai
dan menekan pembentukan radikal bebas seperti ion superoksida, radikal
hidroksil, oksigen singlet dan hidrogen peroksida (Salim dkk., 2020). Senyawa
fenol merupakan golongan metabolit sekunder, senyawa fenol digunakan untuk
senyawa yang memiliki ciri adanya cincin aromatik dan satu atau dua gugus
hidroksil. Senyawa fenol yang memiliki gugus hidroksil lebih dari dua disebut
dengan polifenol, sebagai contoh kelompok tannin, flavonoid, stibelena, melanin,
lignin. Senyawa fenol tersebar luas pada tumbuhan,terutama dalam tumbuhan
yang memiliki senyawa aromatik. Senyawa fenol sederhana yaitu hidrokuinon,
orsinol, katekol, pirogalol, dan floroglusinol. Senyawa fenol diperoleh sebagai
hasil degradasi atau penguraian, contohnya melanin (suatu polimer fenol alam)
8
pada degradasi basa menghasilkan katekol (Hanani, 2015). Penetapan kadar fenol
dalam simplisia dapat ditentukan dengan menggunakan pereaksi Folin Ciocalteu
yang menghasilkan kadar fenol total. Sebagai Pembanding dapat digunakan asam
galat serta fenol total dinyatakan stara dengan asam galat. Absorpsi diukur pada
panjang gelombang 760 nm (Hanani, 2015). Penentuan kandungan total fenol
dengan metode Folin-Ciocalteu dilakukan berdasarkan kemampuan reagen Folin-
Ciocalteu mengoksidasi gugus hidroksil (OH- ) dari senyawa golongan fenol
(Hardiana dkk., 2012).

Gambar 2: Reaksi Fenol dengan Folin Ciocalteau (Hardiana dkk., 2012)

(a) (b)

Gambar 3: Struktur kimia beberapa senyawa fenol sederhana (a) floroglusinol


(1,3,5-trihidtoksibenzen) (b) Resorkinol (1,3-dihidroksibenzen)
(Hanani, 2015)
8. Senyawa Flavanoid
Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang memiliki struktur inti C6-
C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan 3 atom C, biasanya
dengan ikatan atom O yang berupa ikatan oksigen heterosiklik. Senyawa ini
termasuk dalam golongan senyawa polifenol karena mengandung dua atau lebih
gugus hidroksil, bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Umumnya
flavonoid ditemukan berikatan dengan gula membentuk glikosida yang

9
menyebabkan senyawa ini lebih muda larut dalam pelarut polar, seperti metanol,
etanol, butanol, etil asetat. Dalam bentuk aglikon, sifatnya kurang polar,
cenderung lebih muda larut dalam pelarut kloroform dan eter (Hanani, 2015).

Gambar 4. Struktur kimia klasifikasi flavonoid (Hanani, 2015)

9. Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)


Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) merupakan radikal bebas yang
dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen serta
berguna untuk pengujian aktivitas antioksidan komponen tertentu dalam suatu
ekstrak karena adanya elektron yang tidak berpasangan, DPPH memberikan
serapan kuat pada 517 nm (Ufrianto et al., 2019). Prinsip Mekanisme metode ini
adalah radikal DPPH bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui donor
hidrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna dari ungu menjadi kuning
dimana radikal bebas DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan akan
memberikan warna ungu. Warna akan berubah menjadi kuning saat elektronnya
berpasangan (Jabbar dkk., 2019).
Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dipilih karena memiliki banyak
keunggulan dibandingkan dengan metode uji aktivitas antioksidan lain
diantaranya mudah, murah, paling umum digunaka secara in vitro, sederhana,
cepat, memerlukan sampel dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, tidak
10
membutuhkan banyak reagen dan cocok untuk berbagai macam pelarut mulai
dari nonpolar sampai polar sedangan kelemahannya metode DPPH terbatas
karena DPPH hanya dapat dilarutkan dalam pelarut organik sehingga agak sulit
untuk menganalisis senyawa yang bersifat hidrofilik (Wulandari dkk., 2015).
Struktur molekul senyawa radikal bebas DPPH dengan antioksidan dapat
dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5: Reaksi antara Radikal Bebas DPPH dengan Antioksidan

(Tristiantini dkk., 2016 )

Pada larutan DPPH yang berwarna ungu bertemu dengan bahan pendonor
elektron maka DPPH akan tereduksi, menyebabkan warna ungu akan memudar
dan digantikan warna kuning yang berasal dari gugus pikril (Tristantini dkk.,
2016).

10. Spektrofotometri UV-Vis


Spektrofotometri UV-Vis adalah analisis spektroskopik yang memakai radiasi
elektromagnetik ultraviolet dekat 200-400 nm dan sinar tampak 400-800 nm.
Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada
molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak
digunakan untuk analisa kuantitatif dibandingkan untuk analisa kualitatif.
Spektrofotometri terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorbsi. Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini
memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca
langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun
grafik yang sudah diregresikan. Senyawa yang dapat dianalisis dengan
11
spektrofotometer UV-Vis adalah senyawa yang memiliki gugus kromofor, yaitu
gugus dengan ikatan rangkap terkonjugasi. hukum yang mendasari
spektrofotometri adalah hukum “Lambert-Beer” Bila sebagian cahaya
monokromatis melalui suatu media yang transparan maka akan bertambah
turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan bertambahnya
tebal dan kepekatan media (Putri, 2017)

A = a . b . c…………………………………………………. (1)

Keterangan: A = Absorbansi sampel

a = Absorbtivitas molar

b = Tebal kuvet (1 cm)

c = Konsentrasi sampel
B. Kerangka Berfikir
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi,
dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya,
kerusakan sel akan dihambat sehingga berperan mencegah berbagai macam
penyakit. Banyak tumbuhan mulai dari akar sampai daun digunakan sebagai obat
herbal. Salah satunya tanaman Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium Walp.) pada
daun hijau tanaman pucuk merah diketahui adanya senyawa metabolit sekunder
yang terkandung yaitu golongan alkaloid, triterpenoid, steroid, saponin, fenolik
dan flavonoid (Novianti dkk., 2016). Salah satu senyawa yang memilikki
kandungan antioksidan tingkat tinggi yaitu senyawa fenolik karena memiliki
kemampuan untuk mengikat radikal menjadi spesies yang kurang reaktif. Menurut
Anggraini (2017) bahwa uji aktivitas antioksidan pada bagian daun berwarna
merah ekstrak etanol dengan metode DPPH memiliki aktivitas antioksidan
tertinggi dibandingkan pada buah. penelitian kali ini menggunakan fraksi Etil
asetat dalam melakukan uji aktivitas antioksidan serta penetapan kadar fenol dan
flavanoid total untuk mengetahui potensi tanaman pucuk merah.
Pada uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-
pikrilhidrazil). Metode DPPH dipilih karena mudah dan praktis digunakan untuk
mendeteksi kemampuan antiradikal suatu senyawa serta penetapan kadar fenol

12
dapat dilakukn dengan menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteun, sedangkan
flavonoid menggunakan metode kolorimetri Alumunium klorida (AICI₃).
Berdasarkan kerangka berfikir diatas maka dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat dan penetapan kadar fenol
serta flavonoid total.

Daun pucuk merah memiliki kandungan senyawa


metbaolit sekunder yaitu golongan alkaloid,
triterpenoid, steroid, saponin, fenolik dan flavonoid.
Senyawa fenolik dan flavanoid merupakan salah satu
senyawa yang memiliki manfaat sebagai antioksidan.

Pada penelitian
kali ini akan
Berasarkan penelitian dilanjutkan
sebelumnya bahwa uji dengan
aktivitas antioksidan menggunakan
pada bagian daun pelarut etil asetat Nilai IC₅₀
berwarna merah ekstrak yang diperoleh Penetapan aktivitas
etanol dengan metode dengan kadar antioksidan
DPPH memiliki aktivitas memfraksinasi
antioksidan tertinggi ekstrak etanol
dibandingkan pada buah 70% daun pucuk
(Anggraini 2017). merah sehingga
didapat fraksi
kental

Fenol total Flavanoid total

C. Hipotesis
Pada fraksi Etil asetat pada tanaman pucuk merah diduga mempunyai aktivitas
antioksidan serta kandungan senyawa fenolik dan flavanoid total.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Jadwal Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Kimia
terpadu Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
HAMKA, Jakarta Timur

2. Jadwal Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan februari- September 2021

Tabel 1. Rencana Jadwal Penelitian

Bulan ke I Bulan ke II Bulan ke


No Uraian Kegiatan III

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Telaah Pustaka X X X X X X X X X X X
2. Konsultasi X X X X X X X X X X X
3. Penyusunan
Proposal X X X
4. Seminar Proposal X
5. Pelaksanaan
Penelitian X X X X X
6. Pengumpulan Data X X X X

7. Pengolahan Data X X X X
8. Penulisan Skripsi X X X X X X X X X X X
9. Ujian X

Keterangan:
X = ada Kegiatan

14
B. Pola Penelitian
1. Pengumpulan Bahan
2. Determinasi Tanaman
3. Pembuatan Serbuk Simplisia
4. Karakteristik Serbuk Simplisia Secara Mikroskopik
5. Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Daun Pucuk Merah
6. Pembuatan Fraksi Etil Asetat
7. Pemeriksaan Karakterisktik Ekstrak dan Fraksi
8. Penapisan Uji Fitokimia
9. Penetapan kadar Fenolik Total
10. Penetapan Kadar Flavanoid Total
11. Pengujian Aktivitas Antioksidan Metode DPPH
12. Analisis data
C. Alat dan Bahan
1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer UV Vis
(Shimadzu), Neraca analitik (Ohaus), vacum rotary evaporator (Eyela N-1100),
Ayakan mesh 40, Tangas air (waterbath), Oven (memmert), Moisture balance
dan alat-alat gelas (Pyrex) lain yang biasa digunakan di Laboratorium.
2. Bahan Penelitian
a. Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan adalah tanaman pucuk merah yang diperoleh dari
Institut Pertanian Bogor.
b. Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan yaitu Etanol 70%, Aquadest, kuersetin, Asam
galat, Fecl₃ 1%, pereaksi Dragendroff, Pereaksi mayer, Pereaksi Libermann-
Buchard, pereaksi Bouchardat, reagen Folin-Ciocalteu, DPPH (2,2-Difenil-
1Pikrilhidrazil), Metanol p.a, etanol p.a, Gelatin 10%, serbuk Magnesium (Mg),
HCl 2 N, kloroform, Eter, Etil Asetat, n-heksan.

15
D. Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan Bahan
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pucuk
merah yang didapatkan dari Institut Pertanian Bogor pada 23 februari 2021.

2. Determinasi Tanaman
Daun pucuk merah akan dideterminasi terlebih dahulu sebelum dilakukan
penelitian. Determinasi ini akan dilakukan di Institut Pertanian Bogor.
3. Pembuatan Serbuk Simplisia
Daun pucuk merah yang telah dideterminasi, kemudian disortasi basah dari
pengotornya. Selanjutnya dilakukan pencucian dengan air mengalir hingga bersih
kemudian ditiriskan lalu dilakukan perajangan Setelah itu, dikeringkan dengan
cara di angin-anginkan di udara terbuka dan terlindung dari sinar matahari
langsung sampai kering dan lakukan sortasi kering. Kemudian dibuat serbuk
dihaluskan dengan menggunakan blender, serbuk yang diperoleh diayak dengan
ayakan no. mesh 40 lalu ditimbang disimpan dalam wadah bersih dan tertutup
rapat.
4. Karakteristik Serbuk Simplisia Secara Mikroskopik
Serbuk simplisia pucuk merah diamati menggunakan mikroskop dengan cara
meletakan serbuk di atas objek glass kemudian ditetesi kloralhidrat dan
selanjutnya ditutup dengan cover glass lalu difiksasi di atas lampu spiritus, setelah
difiksasi diamati dengan menggunakan mikroskop dengan melihat fragmen
pengenal yang terdapat pada simplisia daun pucuk merah (Handayani dkk., 2019).
5. Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Daun pucuk merah
Pembuatan ekstrak simplisia dari tanaman Pucuk merah menggunakan metode
maserasi dengan perbandinga 1:10 (b/v). Serbuk simplisia sebanyak 1500 g
dimasukkan ke dalam toples kaca ditambahkan pelarut etanol 70% sebanyak 15 L
lalu di rendam selama 6 jam pertama sesekali diaduk, kemudian diamkan selama
18 jam. kemudian dilakukan penyaringan dengan kain fanel sehingga didapat
maserat dan ampasnya dimaserasi kembali dengan pelarut etanol 70% dengan
perbandingan yang diturunkan secara bertahap dan menggunakan prosedur yang
sama. Maserasi dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali pengulangan hingga warna
pelarut menjadi jernih.Kumpulkan semua maserat yang diperoleh lalu diuapkan

16
dengan menggunakan alat penguap vacum rotary evaporator dengan suhu 50 °C,
lalu dipekatkan diatas waterbath pada suhu 50 °C hingga di peroleh ekstrak kental
(Depkes RI, 2008).

6. Pembuatan Fraksi Etil Asetat


Ekstraksi dilanjutkan ke tahap Fraksinasi untuk memisahkan senyawa non
polar menggunakan pelarut n-heksana. Ekstrak etanol kental sebanyak 15 g
ditambahkan 150 ml aquadest lalu dimasukan ke dalam corong pisah. Larutan
tersebut ditambahkan pelarut n-heksana sebanyak 150 ml, Setelah itu, campuran
larutan tersebut digojok lalu diamkan beberapa menit sampai terjadi pemisahan
antara kedua fasa yaitu lapisan n-heksana pada bagian atas dan lapisan air pada
bagian bawah. Kedua fasa tersebut dikeluarkan dan ditempatkan pada gelas
Erlemeyer yang berbeda. Pencampuran dan pengocokan dilakukan sebanyak 3
kali hingga fasa yang menggunakan pelarut n-heksana tampak jernih. Fasa air di
fraksinasi lagi dengan diklorometan dengan perbandingan 1:1 dengan perlakuan
yang sama untuk memperoleh fraksi Diklorometan. Fasa air di fraksinasi lagi
dengan etil asetat dilakukan dengan perlakuan yang sama untuk memperoleh
fraksi fraksi etil asetat, fraksi etil asetat yang diperoleh kemudian di evaporasi
dengan vacum rotary evaporator sehingga didapatkan fraksi dalam bentuk kental
(Depkes RI, 2008).

17
Ekstrak Kental 15g Daun
pucuk merah

Ekstrak tambahkan Aquadest + n-heksan


(150: ml 150 ml) dimasukan kedalam
corong pisah gojok selama ± 10 menit

Fraksi n-
Fraksi Air
heksan

Fraksi air + tambahkan DCM (150 ml)


masukan kedalam corong pisah gojok ± 10
menit diamkan (Berulang 3 kali)

Fraksi DCM Fraksi Air

Fraksi air + tambahkan etil asetat (150


ml :150ml) masukan ke dalam corong
pisah gojok ± 10 menit diamkan
(Berulang 3 kali)

Fraksi etil
asetat Fraksi Air

Fraksi etil asetat di evaporasi dengan


suhu 50 oC dan diwaterbath sampai
mendapatkan fraksi kental

Gambar 6. Bagan Pembuatan Fraksi Etil Asetat


7. Pemeriksaan Karakterisktik Ekstrak dan fraksi
a. Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dengan Penggunaan pancaindera mendeskripsikan
bentuk, warna, bau, dan rasa (Depkes, 2000).

b. Perhitungan Rendemen
Perhitungan rendemen dilakukan dengan menghitung berat ekstrak yang
diperoleh terhadap serbu simplisia kering sebelum dilakukan ekstraksi,
kemudian dikalikan 100% (Depkes RI 2000).

18
Berat Ekstrak kental (g)
Rendemen Ekstrak (%) = Berat Serbuk Simplisia yang diekstrak (g) X 100 ……(2)

Berat Fraksi kental (g)


Rendemen Fraksi (%) = Berat Ektrak kental yang difraksinasi X 100 …… (3)
(g)

c. Penetapan Susut Pengeringan


Ekstrak dan fraksi daun pucuk merah ditimbang sebanyak 1- 2 g didalam
cawan alumunium dangkal yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105 °C
dan telah ditara, lalu ratakan ekstrak kemudian masukkan kedalam ruang
pengering moisture balance. Tutup alat dan keringkan pada suhu penetapan
hingga alat membaca secara otomatis (Rosidah et al, 2020).

Susut pengeringan (%) = 100 % - hasil susut pengeringan pada alat..........(4)


d. Penetapan Kadar Abu
Timbang seksama 2-3 g ekstrak yang telah dihaluskan,dimasukan ke dalam
krus silikat yang telah di pijarkan dan ditara, ratakan. Pijarkan perlahan-lahan
hingga arang habis, dinginkan.timbang. jika cara ini arang tidak dapat
dihilangkan, tambahkan air panas, aduk , saring melalui kertas saring bebas abu.
Pijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke
dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap. Timbang dan hitung kadar abu
total terhadap berat bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 2000).
Bahwa pada penelitian menggunakan pada suhu 600 °C
𝑤2−𝑤0
Kadar Abu Total (%)=𝑤1−𝑤0 𝑥100 %.......................................................(5)
Keterangan :
W0 : Berat Krus Kosong
W1 : Berat Krus + Ekstrak
W2 : Berat Krus + Sampel Setelah Menjadi Abu
8. Penapisan Uji Fitokimia
a. Identifikasi Alkaloid
Sebanyak 1 g fraksi etil asetat daun pucuk merah tambahkan 1 ml HCl 2N
dan 9 ml aquades di panaskan diatas penangas air pada suhu 100 °C selama 2
menit, kemudian dinginkan dan saring. Filtrat dibagi menjadi 3 bagian ditabung
reaksi dengan ditambahkan pereaksi mayer, pereaksi Bouchardat, pereaksi
Dragendroff:

19
1) Tabung 1 menggunakan pereaksi Mayer 2 tetes, hasil positif alkaloid
ditunjukkan adanya endapan putih atau kuning yang larut dalam metanol.
2) Tabung 2 menggunakan pereaksi Bouchardat 2 tetes, hasil positif alkaloid
ditunjukkan adanya endapan coklat sampai hitam.
3) Tabung 3 menggunakan pereaksi Dragendorff 2 tetes, hasil positif alkaloid
ditunjukkan adanya endapan merah bata (Depkes, 1989).

b. Identifikasi Fenolik
Sebanyak 1 g fraksi etil asetat daun pucuk merah masukkan ke dalam tabung
reaksi setelah itu tambahkan air atau etanol kemudian ditambahkan 2-4 tetes
FeCl3, hasil positif menunjukkan adanya warna hijau, merah ungu, hingga biru
hitam (Hanani, 2015).
c. Identifikasi Flavanoid
Sebanyak 1 g fraksi etil asetat daun pucuk merah masukkan ke dalam tabung
tambahkan 1-2 metanol, panaskan kemudian saring. Filtrat ditambahkan serbuk
Mg dan beberapa tetes HCl 5M, kemudian kocok. Hasil positif ditunjukkan
adanya warna merah hingga merah lembayung (Hanani, 2015).

d. Identifikasi Tanin
Sebanyak 1 g fraksi etil asetat daun pucuk merah masukkan ke dalam tabung
reaksi ditambahkan dengan aquadest panas diaduk, lalu disaring kemudian
dinginkan, ditambahkan 3 tetes larutan gelatin 10 % akan terbentuk endapan putih
(Hanani, 2015).
e. Identifikasi Saponin
Sebanyak 1 g fraksi etil asetat daun pucuk merah dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 ml air panas,idinginkan lalu dikocok
kuat- kuat. Terbentuknya buih yang stabil selama ± 10 menit, setinggi 1-10 cm,
dan buih tidak hilang dengan 1 tetes penambahan HCl 2N, maka hasil positif
menunjukkan adanya saponin (Hanani, 2015).
f. Identifikasi Triterpenoid
Sebanyak 1 g fraksi etil asetat daun pucuk merah masukkan kedalam tabung
tambahkan 10 tetes asam aetat glasial dan 1-3 tetes H2SO₄ pekat. Hasil positif
triterpenoid menunjukkan adanya warna merah atau ungu (Haryati dkk., 2015).

20
g. Identifikasi Steroid
Sebanyak 1 g fraksi etil asetat daun pucuk merah dilarutkan dalam 2 ml
kloroform dan 3 ml asam sulfat pekat kocok, Hasil positif steroid akan terbentuk
dua lapisan warna merah atau orange (Tonius dkk., 2016).
9. Penetapan kadar Fenolik Total
Kadar senyawa fenol total dilakukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu
a. Pembuatan Larutan Asam Galat 0,05%
Ditimbang seksama sebanyak 50,0 mg asam galat dilarutkan dalam 0,5 ml
etanol p.a, di dalam labu ukur 100,0 ml kemudian diencerkan dengan air suling
sampai tanda batas (Andriani dan Murtisiwi, 2018).
b. Pembuatan Larutan Na2CO3 7,5%,
Ditimbang sebanyak 7,5 g Na2CO3 tambahkan 80 ml air suling, kemudian
didihkan sampai serbuk Na2CO3 larut sempurna. Setelah itu diamkan selama 24
jam, disaring dan diencerkan dengan air suling sampai volume 100,0 ml
(Andriani dan Murtisiwi, 2018).
c. Penentuan Panjang Gelombang Absorbansi Maksimum
Sebanyak 300 µl larutan asam galat dengan konsentrasi 30 ppm ditambah
1,5 ml pereaksi Folin-Ciocalteu (1:10), kemudian dikocok dan didiamkan selama
3 menit ke dalam larutan tersebut ditambah 1,2 ml larutan Na2CO3 7,5%, dikocok
homogen, dan didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit kemudian
absorbansinya diukur pada panjang gelombang 600-850 nm (Andriani dan
Murtisiwi, 2018).
d. Penentuan Operating Time
Sebanyak 300 µl larutan asam galat konsentrasi 30 ppm ditambah 1,5 ml
pereaksi Folin-Ciocalteu (1:10), kemudian dikocok dan didiamkan selama 3
menit ke dalam larutan tersebut ditambah 1,2 ml larutan Na2CO3 7,5%, dikocok
homogen, dan ukur absorbansinya selama 120 menit pada panjang gelombang
maksimum yang di dapat sebelumnya (Andriani dan Murtisiwi, 2018).
e. Penentuan Kurva Baku Asam Galat
Larutan asam galat dibuat dengan 8 seri konsentrasi yaitu 38, 54, 70, 86, 102,
118, 134, dan 150 ppm dipipet masing-masing sebanyak 300 µl dimasukkan
tabung reaksi, kemudian pada masing-masing konsentrasi ditambah 1,5 ml reagen

21
Folin-Ciocalteu dan dikocok. Setelah didiamkan 3 menit, masing-masing larutan
ditambah 1,2 ml larutan Na2CO3 7,5% menggunakan mikropipet, dikocok
homogen, dan diamkan pada hasil operating time pada suhu kamar. Semua
larutan diukur absorbansinya hingga diperoleh absorbansi yang stabil pada
panjang gelombang maksimum, kemudian dibuat kurva kalibrasi hubungan antara
konsentrasi asam galat dengan absorbansi (Andriani dan Murtisiwi, 2018).
f. Penetapan Kadar Fenol Total
Timbang seksama 10,0 mg fraksi etil asetat daun pucuk merah dilarutkan
dengan metanol : air (1:1) dalam labu ukur 10,0 mL sampai tanda batas sehingga
diperoleh konsentrasi 1000 µg/ml . dipipet 300 µl kemudian ditambahkan 1,5 ml
reagen Folin-Ciocalteu dengan menggunakan mikropipet dikocok hingga
homogen dan didiamkan selama 3 menit, ditambah 1,2 ml larutan Na2CO3 7,5%
dan didiamkan selama waktu operating time pada suhu kamar selama 30 menit..
Absorbansi larutan ekstrak diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum, Dilakukan secara triplo (Andriani dan Murtisiwi, 2018).
g. Analisis Data
Analisi data terlebih dahulu dilakukan dengan metode kurva standar,
regresi linier y = bx+a dibuat berdasarkan data absorbansi dan konsentrasi dari
larutan standar.kemudiah dihitung kadar fenolik totalnya. Kandungan total
fenolik dinyatakan sebagai ekuivalen asam galat (Gallic Acid Equivalent).
X . Fp . V
kadar fenol total : ……………….. (6)
M

Keterangan: x = konsentrasi (µg/ml)

Fp = Faktor pengenceran

V = Volume Larutan uji (fraksi) (ml)

M = Berat sampel (g)


10. Penetapan Kadar Flavanoid Total
a. Pembuatan Larutan Standar Kuersetin
Kuersetin ditimbang sebanyak 10,0 mg dilarutkan dengan metanol p.a dalam
labu ukur 10 ml sampai tanda batas, sehingga diperoleh konsentrasi larutan
kuersetin 1000 ppm. Dari larutan induk baku kuersetin dipipet sebanyak 0,5 ml

22
dimasukan ke labu ukur 10 ml lalu ditambahkan metanol p.a sampai tanda
sehingga diperoleh konsentrasi 50 ppm (Chang et al. 2002)
b. Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Kuersetin
Larutan kuersetin dengan konsentrasi 50 ppm dipipet sebanyak 0,5 ml
kemudian ditambahkan 1,5 ml metanol p.a 0,1 mL AlCl₃ 10%, 0,1 ml kalium
asetat 1 M dan 2,8 ml aquadest dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Larutan
dikocok dan diamkan pada suhu kamar selama 30 lalu baca absorbansinya pada
panjang gelombang 400-600 nm (Chang et al. 2002)
c. Penentuan Operating Time
Larutan kuersetin dengan konsentrasi 50 ppm dipipet sebanyak 0,5 ml
kemudian ditambahkan 1,5 ml metanol p.a 0,1 ml AlCl₃ 10%, 0,1 ml kalium
asetat 1 M dan 2,8 ml aquadest dikocok hingga homogen dan ukur absorbansinya
selama 90 menit pada panjang gelombang maksimum yang di dapat sebelumnya
(Chang et al. 2002)
d. Penentuan Kurva Baku Kuersetin
Laruran induk kuersetin 1000 ppm dibuat konsentrasi 15, 21, 27, 33, 39, 45,
dan 51 ppm dimasukan ke dalam labu ukur 10 ml kemudian dilarutkan dengan
metanol p.a hingga tanda batas. Masing-masing konsentrasi dipipet 0,5 mL
kemudian ditambahkan 1,5 ml metanol p.a 0,1 ml AlCl₃ 10%, 0,1 ml kalium
asetat 1 M dan 2,8 ml aquadest. Larutan dikocok hingga homogen dan didiamkan
pada hasil operating time pada suhu kamar. Absorbansi masing-masing
konsentrasi dibaca pada panjang gelombang maksimum kemudian dibuat kurva
kalibrasi dengan cara menghubungkan konsentrasi (x) larutan standar kuersetin
(ppm) dengan hasil absorbansi (y) yang diperoleh sehingga dihasilkan persamaan
regresi linier dengan y=bx ± a (Chang et al. 2002).
e. Penetapan Kadar Flavanoid Total
Timbang sebanyak 10 mg fraksi etil asetat daun pucuk merah masukkan
dalam labu ukur 10 mL tambahkan metanol p.a sampai tanda batas kocok hingga
homogen. Larutan uji dipipet 0,5 ml ditambahkan 1,5 ml metanol p.a 0,1 ml AlCl₃
10%, 0,1 ml kalium asetat 1 M dan 2,8 ml aquadest. Larutan dikocok hingga
homogen dan didiamkan pada hasil operating time pada suhu kamar setelah itu
baca Absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang

23
gelombang maksimum Pengukuran dilakukan secara triplo. Absorbansi yang
diperoleh dimasukkan kedalam persamaan regresi dari kurva standar kuersetin
kemudian dihitung kadar flavonoid total dengan rumus : (Chang et al. 2002)

Konsentrasi (𝑝𝑝𝑚) x Faktor pengenceran x Volume


Kadar Flavanoid Total = ……..(7)
Massa Sampel (g)

11. Pengujian Aktivitas Antioksidan Metode DPPH


a. Pembuatan Larutan Induk DPPH (0,1 mM)
Ditimbang seksama sebanyak 3,9432 mg serbuk DPPH (BM 394.32 g/mol)
kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dan dilarutkan dengan metanol p.a
hingga tanda batas sehingga diperoleh larutan DPPH konsentrasi (0,1 mM).
Larutan tersebut ditempatkan dalam botol gelap agar terlindung dari cahaya
(Molyneux, 2004).
b. Pembuatan Larutan Induk Kuersetin

Ditimbang secara seksama sebanyak 10 mg kuersetin baku, kemudian


diimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dilarutkan dengan metanol p.a sampai
tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi 1000 ppm (Molyneux, 2004).
c. Pembuatan Larutan Uji
Ditimbang sebanyak 10 mg fraksi etil asetat daun pucuk merah , dilarutkan
dengan metanol p.a hingga 10 ml sehingga diperoleh konsentrasi 1000 ppm
(Molyneux, 2004).
d. Pembuatan Larutan Blanko
Larutan blanko dilakukan dengan cara memipet 4 ml larutan DPPH 0,1 mM
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 5 ml dan ditambahkan metanol p.a
hingga tanda batas, kemudian larutan dihomogenkan di tempat gelap (Molyneux,
2004).
e. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum
Larutan blanko DPPH 0,1 mM sebayak 4 ml larutan dimasukan ke dalam labu
ukur 5 ml dilarutkan dengan metanol p.a sampai tanda batas, kemudian
didiamkan selama 30 menit ditempat gelap. Serapan larutan diukur dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-600 nm (Molyneux,
2004).

24
f. Penentuan Operating Time
Penentuan operating time dilakukan dengan cara mengambil 4 ml larutan
DPPH 0,1 mM kemudian dimasukkan dalam labu ukur 5 ml lalu tambahkan
dengan 1 ml larutan kuersetin. Larutan kemudian dihomogenkan di tempat gelap
dan diukur absorbansinya selama satu jam pada panjang gelombang yang telah
didapat (Molyneux, 2004).
g. Penentuan Aktivitas Antioksidan Kuersetin Sebagai Pembanding
Dibuat Konsentrasi dari Larutan pembanding Kuersetin dengan konsentrasi 2,
4, 6, 8, 10, 12, dan 14 ppm. Sebanyak 4 ml larutan DPPH 0,1 mM Ditambahkan
1 ml larutan kuersetin dengan masing-masing konsentrasi yang telah dibuat.
Kemudian dihomogenkan dan didiamkan di tempat gelap selama waktu yang
telah didapatkan pada operating time. Baca absorbansi menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang telah di
dapat (Molyneux, 2004).

h. Penentuan Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat


Ditimbang sebanyak 10 mg fraksi etil asetat daun pucuk merah dilarutkan
dengan metanol p.a dalam labu ukur 10 ml. Dibuat konsentrasi 20, 40, 60, 80,
100, 120 dan 140 ppm. Larutan uji dipipet sebanyak 1 ml dari masing-masing
konsentrasi ditambahkan 4 ml larutan DPPH 0,1 mM dimasukkan ke dalam labu
ukur. Kocok hingga homogen dan didiamkan ditempat gelap selama waktu yang
telah di dapatkan pada operating time. Baca Absorbansi menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang didapat
lakukan triplo (Bahriul et al., 2014).

i. Analisis data
Perhitungan antioksidan dengan pereaksi DPPH dengan menghitung nilai %
inhibisi dan IC₅₀ (Inhibitory Concentration) aktivitas penakapan radikal DPPH
dihitung menggunakan rumus persamaan garis regresi linier yang diperoleh dari
grafik hubungan antara konsentrasi dengan % inhibisi.

absorbansi blanko−absorbansi sampel


%inhibisi = X 100% .................. …….(6)
asborbansi blanko

25
Nilai aktivitas antioksidan yang dinyatakan dengan IC₅₀ ditentukan dengan
persamaan garis regresi linear antara konsentrasi larutan sampel (sumbu X)
dengan % inhibisi (sumbu Y).

26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman
Tanaman Pucuk Merah yang digunakan yaitu bagian daun berwarna hijau
yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Tanaman pucuk merah
dideterminasi di unit Konservasi Budidaya Biofarmaka (UKBB) Pusat Studi
Biofarmaka Tropika LPPM IPB. Determinasi bertujuan untuk mengetahui
kebenaran identitas dari tanaman yang akan digunakan dalam penelitian sehingga
dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam pemilihan tanaman yang akan
diteliti. Hasil determinasi menyatakan bahwa benar tanaman tersebut adalah
tanaman pucuk merah (Syzygium myrtifolium Walp.) merupakan suku Myrtaceae.
B. Penyiapan dan Pembuatan Simplisia
Tanaman pucuk merah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
perkebunan Institut Pertanian Bogor. Tanaman pucuk merah dipanen pada pagi
hari, setelah pemanenan dilakukan sortasi basah untuk memisahkan daun dari
pengotornya. Kemudian daun dicuci dibawah air yang mengalir untuk
membersihkan kotoran yang masih tersisa hingga bersih. Lalu tiriskan daun dan
keringkan dengan cara di angin-anginkan pada udara terbuka yang terlindung dari
sinar matahari langsung. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi dan
menghilangkan kadar air. Setelah itu dilakakun sortasi kering bertujuan untuk
memisahkan simplisia yang rusak akibat ditumbuhi bakteri dan jamur. Didapatkan
daun pucuk merah kering. Selanjutnya pembuatan serbuk sebelum dilakukan
ekstraksi, serbuk diayak dengan ayakan no. mesh 40. Dilakukan penyerbukan
untuk memperkecil ukuran partikel simplisia agar mempermudah penyebaran
pelarut kedalam simplisia karena luas permukan yang semakin luas
mempermudah proses ektraksi dan pengayakan dilakukan untuk mendapatkan
ukuran serbuk yang seragam. Serbuk simplisia didapat sebanyak 1500 g.

27
C. Karakteristik Pengamatan Mikroskopik Serbuk Simplisia Pucuk Merah
Pengamatan mikroskopik pada serbuk pucuk merah dilkukan untuk
mengetahui sifat morfologi dan memastikan kebenaran simplisia dengan
mengamati fragmen-fragmen pengenal dibawah mikroskop. Pada pengamatan
mikroskopik daun pucuk merah menggunakan kloralhidrat yang berfungsi untuk
melarutkan zat dengan mempermudah pengamatan karena dapat memisahkan
fragmen-fragmen yang ada sehingga mengtahui bentuk spesifiknya. Pengamatan
dilakukan dengan perbesaran 10x10. Hasil pengamatan mikroskopis serbuk
simplisia daun pucuk merah menunjukkan adanya fragmen pengenal yaitu rambut
penutup, berkas pembuluh, stomata dan epidermis. dapat dilihat pada gambar 7.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 7. Pengamatan Mikroskopik fragmen Syzygium myrtifolium Walp.(a)


Stomata, (b) Epidermis, (c) Rambut penutup, (d) berkas pembuluh

28
D. Pembuatan Ekstraksi Etanol 70% daun Pucuk Merah
Pada ekstraksi daun pucuk merah dilakukan dengan menggunakan metode
ekstraksi maserasi. Tujuan proses ekstraksi untuk menarik atau memisahkan suatu
senyawa dari campurannya atau simplisia (Hanani,2015). Metode ekstraksi
maserasi yang dipilih pada penelitian karena cara pengerjaan mudah, peralatan
sederhan, mampu mencegah terjadinya penguraian senyawa akibat pemanasan,
dan mampu mengestraksi senyawa aktif dengan baik. Serbuk pucuk merah
sebanyak 1500 g dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% dengan
perbandingan 1:1 (b/v). pemilihan pelarut etanol 70% pada metode maserasi
bertujuan untuk menarik senyawa fenol yang diinginkan, karena etanol bersifat
polar, tidak beracun. Etanol merupakan pelarut organik universal sehingga dapat
mengekstraksi hampir semua kandungan kimia dalam simplisia. Selama proses
maserasi didiamkan selama 24 sesekali dilakukan pengadukan yang berfungsi
untuk meratakan konsentrasi. Semua maserat yang didapat diuapkan dengan alat
vacum rotary evaporator pada suhu 50 ⁰C, lalu dilakukan pemekatan dengan
penangas air hingga diperoleh ekstrak kental. Pada proses evaporasi bertujuan
untuk memisahkan ekstrak dari cairan pelarutnya, sedangkan pada Penguapan
berfungsi untuk mendapatkan hasil ekstrak yang lebih pekat sehingga konsentrasi
senyawa lebih besar dan memudahkan dalam penyimpanan ekstrak (Hanani,
2015). Hasil ekstrasi dengan metode maserasi didapat ekstrak daun pucuk merah
sebesar 234,38 g dengan rendemen 16,22%.
Hasil ekstraksi dan perhitungan % rendemen daun pucuk merah yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 2 dan Lampiran 8
Tabel 2. Hasil Ekstraksi Etanol 70 % Daun Pucuk Merah

No. Jenis kegiatan Hasil


1. Daun pucuk merah segar 12000 g
2. Serbuk simplisia 1500 g
3. Ekstrak kental daun pucuk merah 234,38 g

4. % Rendemen ekstrak etanol 70% 16,22%

29
E. Fraksinasi Etil Asetat
Proses fraksinasi dilakukan untuk memisahkan golongan senyawa-senyawa
kimia berdasarkan polaritasnya dengan cara pemisahan secara ekstraksi cair-cair
menggunakan alat corong pisah. Pada fraksinasi menggunakan 4 pelarut yang
tidak saling bercampur yang mempunyai tingkat kepolaran yang berbeda sehingga
mempengaruhi jenis senyawa yang terekstrak yaitu n-heksan, diclorometan, etil
asetat, dan air. Pada penelitian ini, untuk memperoleh fraksi etil asetat dilakukan
fraksinasi bergradien terhadap ekstrak etanol 70% yang di fraksinasi dengan
menimbang sebanyak 15 g ditambahkan 150 ml aquadest yang berfungsi untuk
melarutkan terlebih dahulu ekstrak agar mempermudah kelarutan ekstrak etanol
yang akan difraksinasi masukan kedalam corong pisah. Kemudian tambahkan
pelarut n-heksan 150 ml berfungsi untuk menghilangkan atau mengekstrak lemak
dan senyawa terpen, n-heksan bersifat non-polar yang akan menarik senyawa-
senyawa kimia yang bersifat non-polar. Setelah itu dilakukan penggojokan dan
diamkan beberapa menit sampai terbentuk dua lapisan yaitu lapisan n-heksana
pada bagian atas dan lapisan air pada bagian bawah. Fasa air yang didapat
dilakukan fraksinasi kembali sebanyak 3 kali hingga fasa yang menggunakan
pelarut n-heksana tampak jernih. Pengulangan sebanyak 3 kali bertujuan untuk
dapat menarik zat atau senyawa secara sempurna. Setelah itu fasa air difraksinasi
kembali dengan pelarut diklorometan dengan perlakuan yang sama. Pada tahap
terakhir dimana fasa air yang diperoleh difraksinasi dengan etil asetat dengan
perlakuan yang sama seperti sebelumnya. Selanjutnya larutan etil asetat diuapkan
dengan vacum rotary evaporator sehingga diperoleh fraksi etil asetat kental.
Kemudian dilakukan perhitungan persentase rendemen untuk mengetahui jumlah
senyawa kimia yang tersari atau tertarik oleh pelarut etil asetat selama proses
fraksinasi. hasil perhitungan fraksi dan rendemen pada table 3 dan lampiran 8.
Tabel 3.Hasil Fraksi Etil Asetat Daun Pucuk Merah

No. Jenis kegiatan Hasil


1. Ekstrak kental etanol 70% 234,38 g
2. fraksi etil asetat 9,55 g

3. % Rendemen fraksi etil asetat 3,92 %

30
Pada tabel 3 hasil fraksi etil asetat yang didapat sebesar 9,55 g dengan persen
rendemen 3,92 % pada perinsipnya pemisahan pada fraksinasi mengikuti hukum
koefisien distribusi atau koefisien partisi yang merupakan tetapan keseimbangan
yaitu dimana kelarutan relatif pada suatu senyawa terlarut dalam dua pelarut
yang tidak bercampur (Hanani, 2015).
E. Pemeriksaan Karakteristik Ekstrak dan Fraksi
Pada ekstrak dan fraksi daun pucuk merah yang diperoleh dilakukan uji
identifikasi yang meliputi organoleptis, susut pengeringan, dan kadar abu.
pemeriksaan karakteristik bertujuan untuk mengetahui mutu keamanan dan
standarisasi bahan agar menjamin kualitas produk yang dapat mempengaruhi
pemanfaatannya.
a. Uji organoleptis
Dilakukan Uji identifikasi organoleptis bertujuan untuk memberikan
pengenalan awal secara objektif dan sederhana dengan mendeskripsikan
menggunakan panca indera untuk mengetahui bentuk, warna, bau dan rasa. Hasil
yang diperoleh pada uji organoleptis ekstrak etanol 70% dan fraksi etil asetat daun
pucuk merah dapat dilihat pada table 4.

Tabel 4. Hasil Uji Organoleptik Ekstrak Etanol 70% Daun Pucuk Merah
Parameter Hasil
Ekstrak etanol 70% Fraksi etil asetat
Warna Cokelat kehitaman Cokelat kemerahan
Bau Khas Khas
Rasa Pahit pahit
Bentuk Kental kental

b. Susut pengeringan
Uji karakteristik selanjutnya dilakukan pengujian susut pengeringan pada
ekstrak etanol 70% dan fraksi etil aetat. Susut pengeringan merupakan sisa zat
setelah pengeringan pada temperatur 105 ºC selama 30 menit atau sampai berat
konstan yang dinyatakan sebagai nilai persen (%). Susut pengeringan dilakukan
untuk memberikan batas maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang
hilang pada proses pengeringan (Depkes RI, 2002). Nilai susut pengeringan tidak
boleh melebihi batas dari 10%. Nilai susut pengeringan sama dengan nilai rentang
kadar air yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi. Susut

31
pengeringan yang melebihi batas nilai 10% dapat diakibatkan ekstrak akan mudah
ditumbuhi jamur. Hasil yang diperoleh pada susut pengeringan ektsrak 70% yaitu
sebesar 9,43% dan fraksi etil asetat sebesar 8,88%. Dimana nilai tersebut
memenuhi syarat standar < 10%. Dapat dilihat hasil susut pengeringan ekstrak 70
% dan fraksi etil asetat daun pucuk merah pada tabel 5 dan lampiran 9
c. Kadar Abu
Pada penetapan kadar abu dimana memiliki Prinsip yaitu ekstrak dilakukan
pemanasan bahan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya
terdestruksi dan menguap, sehingga tersisa unsur mineral dan anorganik (Depkes
RI, 2000). Penetapan kadar abu dilakukan bertujuan untuk mengetahui jumlah
bahan atau kandungan anorganik atau mineral baik secara internal dan eksternal
yang tersisa setelah proses pengabuan. Hasil yang diperoleh pada penetapan kadar
abu ektrak etanol 70% yaitu 4,81 % dimana semakin kecil hasil kadar abu yang
diperoleh maka semakin baik mutu ekstrak yang diperoleh. Hasil perhitungan
dapat dilihat pada table 5 dan lampiran 10

Tabel 5. Hasil Karakteristik Ekstrak dan Fraksi Etil Asetat Pucuk Merah
No. Karakteristik Hasil
1. Susut pengeringan ekstrak 70% 9,43%
2. S Susut Pengeringan fraksi etil asetat 8,88%

3 3. Kadar Abu 4,81%


F. Penapisan Uji Fitokimia
Tahap penapisan uji fitokimia ekstrak dan fraksi dilakukan dengan uji
identifikasi kandungan senyawa yang bertujuan untuk memberikan gambaran
awal komposisi kandungan senyawa kimia metabolit sekunder suatu bahan alam
yang terdapat pada ekstrak dan fraksi etil asetat. Berdasarkan hasil uji identifikasi
penapisan fitokimia ekstrak etanol 70% dan fraksi etil asetat daun pucuk merah
menunjukan adanya kandungan senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, fenol,
saponin, steroid, triterpenoid dan tanin. Hasil penapisan fitokimia dapat dilihat
pada tabel 6 dan lampiran 7

32
Tabel 6. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% dan Fraksi Etil
Asetat daun Pucuk Merah
Hasil
No. Golongan Ekstrak Fraksi Etil asetat
Senyawa Etanol 70%
1. Alkaloid + +
2. Flavonoid + +
3. Fenol + +
4. Tanin + +
5. Saponin + +
6. Triterpenoid + +
7. Steroid + +
Keterangan : (+) positif mengandung golongan senyawa
(-) negatif mengandung golongan senyawa

penapisan fitokimia pada alkaloid menggunakan 3 pereaksi yang berbeda


yaitu Mayer, Bouchardat, dan Dragendroft. Uji identifikasi pada alkaloid
direaksikan dengan penambahan HCL 2N yang berfungsi untuk menarik senyawa
alkaloid dalam ekstrak maupun fraksi etil asetat dimana alkaloid bersifat basa
maka dengan penambahan asam akan terjandinya pembentukan garam, sehingga
alkaloid akan terpisah dari komponen lain dalam sel tumbuhan yang terekstrak
dan terfraksi. Pada uji alkaloid dengan penambahan reaksi mayer yang memeliki
komposisi kalium iodida dan merkuri klorida atau kalium tetraiodomerkurat (II)
menunjukan hasil positif jika terbentuk endapan putih, Hasil penelitian yang
didapat menunjukan positif dimana terbentuknya endapan putih. Uji alkaloid
dengan penambahan pereaksi Bouchardat dengan komposisi iodium dan kalium
iodida hasil positif ditandai dengan adanya endapan warna cokelat pada penelitian
didapatkan hasil positif terdapatnya endapan coklat. Pereaksi Dragendroft
memiliki komposisi bismut nitrat dan kalium iodida dalam larutan asam asetat
glasial [kalium tetraiodobismutat (III)] hasil positif alkaloid ditunjukkan adanya
endapan merah bata. Hasil yang didapatkan pada saat penelitian yaitu terbentuk
endapan merah bata yang menunjukan positif alkaloid.
Pada Pengujian senyawa flavonoid ditambahkan dengan serbuk Mg dimana
senyawa flavanoid akan berinteraksi dengan logam Mg sehingga terbentuk

33
flavilium sehingga terjadinya perubahan warna dan beberapa tetes HCl yang
ditandai dengan warna merah hingga merah lembayung (Hanani, 2015). Hasil
yang didapat timbul warna merah menunjukan bahwa pada ekstrak etanol 70%
dan fraksi etil asetat daun pucuk merah positif mengandung senyawa flavonoid.
Pengujian kandungan senyawa fenolik direaksikan dengan menggunakan
FeCl3. Reaksi FeCl3 dengan sampel akan mengalami pembentukan warna pada
uji, dimana ion Feᶟ⁺ yang mengalami hibridisasi (Agustina dkk., 2017). hasil
positif ditandai dengan menunjukan adanya warna hijau hingga biru hitam. Hasil
identifikasi yang diperoleh terbentuknya warna hijau kehitaman yang menunjukan
bahwa ekstrak etanol 70% dan fraksi etil asetat daun pucuk merah positif
mengandung senyawa fenolik.
Hasil uji senyawa tanin terhadap ekstrak etanol 70% dan fraksi etil asetat
daun pucuk merah direaksikan dengan penambahan larutan gelatin 10% akan
terjadinya endapan putih menunjukkan adanya senyawa tanin (Hanani, 2015).
Tanin akan bereaksi dengan protein membentuk kopolimer yang memiliki berat
jenis lebih besar sehingga tidak larut dalam air yang akhirnya terbentuk endapan
berwarna putih (Fajriaty dkk., 2017). Hasil yang didapat positif mengandung
senyawa tanin dimana terdapat endapan putih.
Pada uji saponin ekstrak etanol 70% dan fraksi etil asetat daun pucuk merah
positif mengandung senyawa saponin ditandai dengan terbentuknya buih yang
tidak hilang setelah penambahan HCl. Penambahan HCl bertujuan untuk
menambah kepolaran sehingga gugus hidrofil stabil. Saponin bersifat polar
sehingga dapat larut dalam pelarut seperti air dan saponin juga bersifat non polar
karena memiliki gugus hidrofob yaitu aglikon (sapogenin). Busa yang dihasilkan
pada uji saponin disebabkan karena adanya glikosida yang dapat membentuk busa
dalam air dan terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lain (Agustina dkk.,
2017).
Identifikasi triterpenoid direaksikan dengan pereaksi Liebermann-Burchard
yang berisi asam asetat glasial dan H2SO4(p) menghasilkan warna merah-ungu
(Haryati dkk., 2015). Penambahan asam asetat glasial bertujuan untuk membentuk
turunan asetil, sedangkan penambahan H2SO4(p) bertujuan untuk menghidrolisis air
yang bereaksi dengan turunan asetil membentuk larutan warna. Perubahan warna

34
yang terbentuk karena terjadinya oksidasi pada senyawa triterpenoid/steroid
melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi (Sulistryarin dkk., 2020). Hasil
yang diperoleh pada ekstrak etanol 70% dan fraksi etil asetat berwarna merah
menunjukan hasil positif adanya senyawa triterpenoid.
Pada uji Identifikasi senyawa steroid menggunakan uji salkowski dengan
menggunakan kloroform dan H2SO4(p). Steroid adalah suatu senyawa terpenoid lipi
dengan empat cincin kerangka dasar karbon yang memiliki struktrur senyawa
yang berbeda. Hasil positif steroid akan terbentuk dua lapisan warna merah atau
orange (Tonius dkk., 2016) hasil yang didapatkan terbentuk dua lapisan warna
merah yang menunjukan bahwa ekstrak etanol 70% dan fraksi etil asetat daun
pucuk merah tersebut positif mengandung senyawa steroid.
G. Hasil Penetapan Kadar Fenol Total
Pada penelitian penetapan kadar fenol total daun pucuk merah digunakan alat
spektrofotometri Uv-vis sebagai pemberi informasi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Penetapan kadar fenol total dalam fraksi etil asetat daun pucuk merah
dilakukan menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu dan digunakan larutan standar
pembanding asam galat karena merupakan senyawa fenolik turunan asam
hidroksibenzoat yang tergolong asam fenol sederhana. Reagen Folin-Ciocalteau
digunakan sebagai pereaksi karena dapat bereaksi dengan Folin membentuk
larutan berwarna yang dapat diukur absorbansinya. Pereaksi Folin-ciocalteu
adalah larutan kompleks ion polimerik yang dibentuk dari asam fosfomolibdatdan
asam heteropolifosfotungstat. Pereaksi folin mengoksidasi gugus fenolik hidroksil
atau garam alkali, yang dapat mereduksi asam heteropoli menjadi suatu kompleks
molibdenum-tungsten berwarna biru, senyawa fenolik bereaksi dengan reagen
Folin-Ciocalteau dalam suasana basa agar terjadi disosiasi proton pada senyawa
fenolik menjadi ion fenolat digunakan Na2CO3 7,5%. Semakin besar konsentrasi
senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang akan mereduksi asam
heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) menjadi kompleks molibdenum-tungsten
sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat (Andriani dan Murtisiwi,
2018).
Pada penelitian dilakukan terlebih dahulu Penentuan panjang gelombang
larutan asam galat dengan penambahan pereaksi Folin-Ciocalteu dan larutan

35
Na2CO3 lalu dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis pada rentang panjang
gelombang 600-850 nm (Andrian dan Murtisiwi, 2018). Dari hasil pengukuran
didapatkan nilai panjang gelombang maksimum asam galat yaitu 763 nm dengan
absorbansi 0,7703 yang akan digunakan untuk penentuan konsentrasi kurva
kalibrasi dapat dilihat pada lampiran 11. Selanjutnya dilakukan Penentuan
operating time asam galat diukur absorbansinya dalam waktu 120 menit pada
panjang gelombang 763 nm setelah melakukan operating time didapatkan waktu
yang stabil pada menit ke-95 dapat dilihat pada lampiran 12. Kemudian
dilakukannya Penentuan kurva baku larutan asam galat dengan menentukan
terlebih dahulu variasi seri konsentrasi dengan menghitung berdasarkan nilai
Cmin dan Cmax dengan menggunakan absorbansi pada panjang gelombang yang
diperoleh. Seri konsentrasi yang digunakan pada penelitian yaitu 38, 54, 70, 86,
102, 118, 134, dan 150 ppm setelah itu dibaca absorbansinya pada masing-
masing konsentrasi yang telah dibuat. Hasil dapat dilihat pada tabel 7 dan
lampiran 14

Tabel 7. Hasil Absorbansi Kurva Baku Asam Galat


Konsentrasi (µg/mL) Absorbansi
38 0,303
54 0,365
70 0,431
86 0,502
102 0,567
118 0,628
134 0,629
150 0,762

1
y = 0,0041x + 0,1463
0,8 R² = 0,9997
Absorbansi

0,6
0,4
0,2
0
0 50 100 150 200
Konsentrasi (ppm)
Gambar 8. Grafik Kurva Baku Asam Galat

36
Berdasarkan Hasil pengukuran absorbansi kurva baku standar asam galat dibuat
kurva kalibrasi dimana merupakan hubungan antara konsentrasi terhadap nilai
absorbansi yang menghasilkan suatu persaaman regresi linier yang digunakan
untuk menghitung kadar fenol total fraksi etil asetat kurva kalibrasi bertujuan
untuk memperoleh persamaan regresi linier serta mengetahui linearitas metode
analisis (Andayani kk., 2008). Kurva Persamaan regresi linear yang diperoleh
yaitu y = 0,1463 + 0,0041 dengan koefisien korelasi r = 0,9998 Nilai r yang
mendekati satu membuktikkan bahwa persamaan regresi tersebut adalah linear.
Penetapan kandungan fenol total dibuat larutan uji fraksi etil asetat dengan
konsentrasi 1000 ppm. Setelah itu dilakukan pengukuran nilai absorbansi larutan
uji pada spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 763,0 nm dan dengan
menggunakan kurva baku yang diperoleh. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada
tabel 8.
Tabel 8. Hasil Kadar Fenolik Total Fraksi Etil Asetat Daun Pucuk Merah

Konsentrasi Absorbansi Kadar Rata-rata


λ Maks (mgGAE/g) Kadar Fenol
0,568 102,85 103,91
1000 ppm 763 nm 0,572 103,82 mgGAE/g
0,577 105,04 ±1,09

Dari hasil absorbansi yang diperoleh dihitung Kandungan total fenolik yang
dinyatakan sebagai ekuivalen asam galat (Gallic Acid Equivalent) yang terdapat
didalam larutan uji . GAE (Gallic Acid Equivalent) merupakan jumlah kesetaraan
miligram asam galat dalam 1 gram sampel. Berdasarkan hasil penelitian ini
diperoleh kadar fenol total fraksi etil asetat daun pucuk merah sebesar
103,91mgGAE/g ± 1,09 hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 16.
H. Hasil Penetapan Kadar Flavonoid Total
Pada penetapan kadar senyawa flavanoid total dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis yang memberikan cara sederhana untuk menetapkan
kuantitas zat yang sangat kecil flavonoid memiliki sistem aromatik yang
terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar
ultraviolet dan spektrum sinar tampak (Trinovita dkk., 2019). Penetepan kadar
flavonoid total dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kadar fraksi daun

37
pucuk merah melalui analisa kuantitatif. Penelitian ini menggunakan kuersetin
sebagai larutan pembanding karena kuersetin merupakan flavonoid golongan
flavonol yang mempunyai gugus keto pada C-4 dan memiliki gugus hidroksil
pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga dari flavon dan flavonol (Azizah dan
Faramayuda, 2014).
Langkah pertama Sebelum melakukan penetapan kadar flavanoid total
dilakukan pengukuran terlebih dahulu pada panjang gelombang maksimum yang
bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang saat mencapai serapan
maksimum, selain itu juga memiliki daya serap yang relatif konstan (Asmorowati
dan Lindawati, 2019) dimana panjang gelombang maksimum standar baku
kuarsetin berada pada panjang gelombang 435 nm (Aminah dkk., 2015). Didapat
Hasil panjang gelombang maksimum yaitu 428,40 nm dengan nilai absorbansi
0,7085 dapat dilihat pada lampiran 17. Kemudian langkah kedua Setelah
mendapatkan panjang gelombang maksimum dilakukan operating time kuersetin
dibaca absorbansinya selama 0-90 menit. Operating time dilakukan untuk
mengetahui pada waktu berapa didapatkannya pengukuran yang stabil yaitu ketika
sampel bereaksi sempurna dan membentuk senyawa kompleks. Setelah
melakukan operating time didapatkan waktu yang stabil pada menit ke-40 dapat
dilihat pada lampiran 18. Selanjutnya Penentuan kurva baku larutan kuersetin
dengan menentukan terlebih dahulu variasi seri konsentrasi dengan menghitung
berdasarkan nilai Cmin dan Cmax. Agar bisa menentukan nilai Cmax dan Cmin
didapatkan dari perhitungan menggunakan absorbansi yang telah didapatkan pada
panjang gelombang. Seri konsentrasi yang digunakan pada penelitian yaitu 15,
21, 27, 33, 39, 45 dan 51 ppm setelah itu dibaca absorbansinya pada masing-
masing konsentrasi yang telah dibuat. Hasil dapat dilihat pada tabel 9 dan
lampiran 20
Tabel 9. Hasil Absorbansi Kurva Baku Kuersetin
Konsentrasi (µg/ml) Absorbansi
15 0,292
21 0,363
27 0,437
33 0,510
39 0,583

38
45 0,662
51 0,735

0,8 y = 0,0123x + 0,1045


R² = 0,9998
0,6

Absorbansi 0,4

0,2

0
0 20 40 60
Konsentrasi (ppm)
Gambar 9. Grafik Kurva Baku Kuersetin
Hasil Pada pengukuran absorbansi diperoleh persamaan regresi kuersetin y =
0,0123x +0,1045. Hasil nilai linearitas ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi
(r) sebesar 0,9999. Nilai (r) yang diperoleh mendekati angka satu menunjukkan
bahwa persamaan regresi tersebut adalah linier, sehingga dapat dikatakan bahwa
absorbansi dan konsentrasi memiliki korelasi yang sangat kuat (Asmorowati dan
Lindawati, 2019) persamaan kurva kalibrasi kuersetin tersebut digunakan sebagai
pembanding untuk menentukan konsentrasi senyawa flavonoid total fraksi etil
asetat daun pucuk merah.
Penentuan kandungan senyawa flavonoid total dibuat larutan uji dengan
konsentrasi 1000 ppm. Setelah itu dilakukan pengukuran nilai absorbansi larutan
uji pada spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 428,40 nm dan
dengan menggunakan kurva baku yang diperoleh. Hasil dapat dilihat pada tabel
10.
Tabel 10. Hasil Kadar Flavonoid Total Fraksi Etil Asetat Daun Pucuk Merah
Kadar Rata- Rata
Konsentrasi λ Maks Flavonoid Kadar
Absorbansi
(ppm) Total Flavonoid
(mgQE/g) Total
0,482 30,69 30,98
1000 428,40 nm 0,486 31,01 mgQE/g
0,489 31,26 ± 0,28

Pada preparasi sampel uji dari masing-masing replikasi dilakukan sebanyak


tiga kali, bertujuan untuk memperoleh data yang lebih akurat. kandungan senyawa

39
flavonoid dapat diukur menggunakan standar kuersetin, dihitung sebagai QE
(quercetin equivalent) (Sari, 2017). Berdasarkan pada tabel 11 dapat dilihat
bahwa kadar flavanoid total fraksi etil asetat memiliki kadar rata-rata sebesar
30,98 mgQE/g ± 0,28. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 22.
I. Pengujian Aktivitas Antioksidan Metode DPPH
Pada pengujian aktivitas antioksidan dari fraksi etil asetat daun pucuk merah
dengan menggunakan metode DPPH dengan alat spektrofotometri UV-Vis.
Peneletian ini menggunkan kuersetin sebagai pembading aktivitas antioksidan.
Prinsip dari metode DPPH yaitu interaksi antioksidan dengan DPPH secara
transfer eletron ke DPPH yang dapat menetralkan karakter radikal bebas dari
DPPH. Parameter yang digunakan untuk menghitung besarnya aktivitas
antioksidan yaitu nilai IC₅₀ dimana konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan
untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH. Semakin kecil nilai IC₅₀, maka
semakin efektif sebagai antioksidan.
Penentuan panjang gelombang maksimum DPPH yang diukur serapan nya
pada rentang panjang gelombang 515–520 nm. Hasil panjang gelombang
maksimum larutan DPPH yang diperoleh 515 nm dengan absorbansi sebesar
0,7703. Hasil panjang gelombang dapat dilihat pada Lampiran 23. pada standar
digunakan kuersetin karena merupakan senyawa yang telah diketahui aktif
sebagai antioksidan, aktivitas antioksidan kuersetin berhubungan dengan gugus
orto dihidroksi serta gugus OH. Sebelum dilakukan uji pada pembading dan
fraksi etil asetat daun pucuk merah dilakukan uji blanko metode DPPH terlebih
dahulu diperoleh absorbansi sebesar 0,7715. Selanjutnya penentuan operating
time selama 0-60 menit dilakukan untuk mentukan sempurnanya reaksi atau untuk
mengetahui waktu terjadinya reaksi yang stbail antara larutan DPPH dengan
kuersetin yang ditandai dengan tidak adanya penurunan absorbansi (Molyneux,
2004). Hasil operating time yang stabil didapat pada menit ke- 35. Kemudian
pengujian aktivitas antioksidan pembanding kuersetin dibuat dengan seri
konsentrasi kuersetin 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 14 ppm dibaca absorbansinya. Setelah
itu hitung % inhibisi dan nilai IC₅₀. Dapat dilihat absorbansi kuersetin yang
didapat dari masing-masing replikasi dan hasil perhitungan perhitungan IC₅₀
kuersetin metode DPPH dapat dilihat pada tabel 11 dan lampiran 25, 26.

40
Tabel 11. Hasil Perhitungan IC₅₀ Pembanding Kuersetin dengan Metode
DPPH

Rata-Rata
Konsentrasi (µg/ml) IC50
Inhibisi (%)
(µg/mL)
20 26,89%
40 33,59%
60 42,23%
80 50,52% 7,93
100 57,96%
120 67,24%
140 73,51%
Pengujian aktivitas antioksidan fraksi etil asetat daun pucuk merah dibuat seri
konsentrasi 20, 40, 60, 80, 100, 120, dan 140 ppm. kemudian dibaca
absorbansinya setelah itu hitung % inhibisi dan nilai IC₅₀. Dapat dilihat absorbansi
kuersetin yang didapat dari masing-masing replikasi dan hasil perhitungan IC₅₀
fraksi etil asetat aun pucuk merah dapat dilihat pada tabel 13 dan lampiran 27, 28.
Tabel 12. Hasil Perhitungan IC₅₀ Fraksi Etil Asetat Daun Pucum Merah
dengan Metode DPPH

Konsentrasi IC50
Rata-Rata
Inhibisi (%) (µg/mL)
(µg/mL)
20 33,56%
40 39,41%
60 44,95%
80 50,09% 78,84
100 55,67%
120 61,54%
140 67,07%

Tabel 13. Tingkat Kekuatan Antioksidan dengan Metode DPPH


(Sulistiawati dkk., 2021)
Intensitas Antioksidan Nilai IC50
(µg/mL)
Sangat Kuat <50
Kuat 50-100
Sedang 100-250
Lemah 250-500
Tidak Aktif >500

41
Senyawa antioksidan dengan radikal bebas terjadi melalui mekanisme donasi
atom hidrogen. Senyawa antioksidan yang bereaksi dengan DPPH akan tereduksi
sehingga menyebabkan penurunan intensitas larutan DPPH yang semula
berwarna ungu menjadi warna kuning dan ditandai dengan adanya penurunan nilai
absorbansi karena terdapat perubahan pada warna larutan (Rizkayant dkk., 2017).
Berdasarkan hasil persamaan regresi linier yang telah didapatkan dari hasil
pengukuran pada larutan pembanding kuersetin metode DPPH memiliki nilai IC₅₀
yaitu 7,93 μg/mL dimana berasarkan dari hasil nilai IC₅₀ yang diperoleh
menunjukan bahwa aktivitas antioksidan yang terdapat pada kuersetin yang
digunakan sebagai pembanding merupakan antioksidan yang sangat kuat.
Sedangkan pada aktivitas antiosidan fraksi etil asetat daun pucuk merah yang
diperoleh 78,84 μg/mL hal ini menunjukan bahwa fraksi etil asetat daun pucuk
merah dikategorikan antioksidan kuat. Perbedaan nilai IC₅₀ antara senyawa
pembanding kuersetin dan sampel Fraksi etil asetat daun pucuk merah dapat
diakibatkan oleh kemampuan masing-masing senyawa dalam mendonasikan atom
hidrogen kepada DPPH, semakin banyak atom hidrogen yang diberikan kepada
DPPH akan mengakibatkan penurunan nilai absorbansinya yang berarti
meningkatnya persen peredaman dan menurunnya nilai IC₅₀ (Ikhlas, 2013).
Faktor-faktor yang mungkin dapat menyebabkan tinggi dan rendah senyawa
aktivitas antioksian yaitu sifat dari metode DPPH yang dapat rusak jika terkena
cahaya, suhu tinggi, oksigen, pengeringan, serta diduga masih adanya campuran
senyawa aktif maupun non aktif (Putri dan Hidajati, 2015).

42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa fraksi
etil asetat daun pucuk merah (Syzygium myrtifolium Walp) memiliki kandungan
kadar fenol total sebesar 103,91 mgGAE/g ± 1,09 dan kandungan kadar flavonoid
total sebesar 30,98 mgQE/g ± 0,28 serta memiliki aktivitas antioksidan
berdasarkan kemampuannya dalam menangkap radikal bebas dengan nilai IC₅₀
sebesar 78,81 µg/mL yang dikategorikan sebagai antioksidan kuat dan aktivitas
antioksidan Kuersetin yang digunakan sebagai pembanding memiliki nilai IC₅₀
sebesar 7,92 µg/mL yang dikategorikan sebagai antioksidan sangat kuat.
B. Saran
Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah masih
ada kandungan senyawa lain yang terdapat pada tanaman pucuk merah yang
memiliki aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode dan pelarut yang
berbeda.

43
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, W., Nurhamidah, & Handayani, D. (2017). Skrining Fitokimia dan


Aktivitas Antioksidan Beberapa Fraksi Dari Kulit Bantang Jarak (Ricinus
communis L.). Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 1(2), Hlm. 117-122.

Andriani, D., & Murtisiwi, L. (2018). Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak
Etanol Bunga Telang (Clitoria Ternatea L.) Dengan Spektrofotometri Uv Vis.
Cendekia Journal of Pharmacy, 2(1), 32–38.

Anggraini, T . (2017 ). Antioxidant Activity of Syzygium oleana. Pakistan Journal


Of Nutrition .16(8), 605-611.

Arnanda, Q. P., & Nuwarda, R. F. (2019). Penggunaan Radiofarmaka Teknesium-


99M dari Senyawa Glutation dan Senyawa Flavonoid Sebagai Deteksi Dini
Radikal Bebas Pemicu Kanker. Jurnal Farmaka, 17(2), 236–243.

Asmorowati, H., & Lindawati, N. Y. (2019). Penetapan kadar flavonoid total


alpukat ( Persea americana Mill .) dengan metode spektrofotometri. Urnal
Ilmiah Farmasi, 15(2), 51–63.

Azizah, D.N. dan Faramayuda, F., 2014. Penetapan Kadar Flavonoid Metode
AlCl3 Pada Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao (Theobroma Cacao L.).
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(2).

Bahriul, P., Rahman, N., & Diah, A. W. M. (2014). Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum) Dengan Menggunanakan 1,1-
Difenil-2-Pikrilhidrazil. Jurnal Akademika Kimia, 3(3), 143–149.

Bakti, A. A., Triyasmono, L., & Rizki, M. I. (2017). Penentuan Kadar Flavonoid
Total dan Uji Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kasturi (Mangifera casturi
Kosterm.) dengan Metode DPPH. Jurnal Pharmascience, 4(1), 102–108.

Boo CM, Omar -Hor K, Ou-Yang CL.2006. 1001 Garden Plants in Singapore'
Book Second Edition. Https://florafaunaweb.nparks.gov.sg/special-
pages/plant detail .aspx?id=3156.Diakses 12 April 2018.

Chang C. C., M. H. Yang, H. M. Wen and J. C. Chern. 2002. Estimation of total


flavonoid content in propolis by two complementary colometric methods.
Journal of Food and Drug Analysis. Vol 10 93). Hlm 178-182

Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia Edisi V. Direktorat


Jenderal Pengawasan Obat dan Bahan Makanan. Jakarta. Hlm.536, 539- 540.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan


Obat.Hlm 3,5,10,13-16,31

44
Departemen Kesehatan RI. 2002. Buku Panduan Teknologi Ekstrak. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Hlm. 1-3

Departemen Kesehatan RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I.


Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hlm. 174.

Dhurhania, C. E., & Novianto, A. (2019). Uji Kandungan Fenolik Total dan
Pengaruhnya terhadap Aktivitas Antioksidan dari Berbagai Bentuk Sediaan
Sarang Semut (Myrmecodia pendens). Jurnal Farmasi Dan Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 5(2), 62. https://doi.org/10.20473/jfiki.v5i22018.62-
68

Fajriaty, Inarah I., Setyaningrum H., & Andres R., (2018). Skrining Fitokimia dan
Analisis Kromatografi Lapis Tipis dari Ekstrak Etanol Daun Bintangur
(Calophyllum soulattri Burm. F.). Jurnal Pendidikan Informatika Dan Sains,
Vol 7(1), 54–67.

Gea TS. 2017. Analisis kadar dan profil kromatografi lapis tipis (KLT) minyak
atsiri daun muda dan daun tua tanaman pucuk merah (Syzygium myrtifolium
Walp.) [KTI]. Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi

Handayani, F., Apriliana, A., & Natalia, H. (2019). Karakteristik dan Skrining
Fitokimia Simplisia Daun Selutui Puka (Tabernaemontana macracarpa Jack).
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1), 49–58.

Hanani E. 2015. Analisis Fitokimia. ECG. Jakarta. Hlm: 10-11, 65-73,83,12

Hani, R. C., & Milanda, T. (2016). Review: Manfaat Antioksidan Pada Tanaman
Buah di Indonesia. Farmaka, 14(1), 184–190.

Hardiana R, Rudiyansyah, Zaharah TA. 2012. Aktivitas Antioksidan Senyawa


Golongan Fenol dari beberapa jenis tumbuhan Famili Malvaceae. Dalam:
Jurnal Kefarmasian. Universitas Tanjungpura, Pontianak. Hlm. 8-13

Haryanti, D., Budyaningrum, L., Denisa, E., & Hanik, N. R. (2021). Identifikasi
Hama dan Penyakit Pdaa Tanman Pucucuk Merah (Syzygium oleana) di Desa
Ngularah Tawangmangu. Florea : Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya,
8(1), 39. https://doi.org/10.25273/florea.v8i1.9183

Haryati, N., Saleh, C., & -, E. (2015). Uji Toksisitas Dan Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Merah Tanaman Pucuk Merah (Syzygium Myrtifolium Walp.)
Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli. Jurnal
Kimia Mulawarman, 13(1), 35–40.

45
Hutabalian, L., Kamu, V. S., & Runtuwene, M. R. J. (2018). Uji Aktivitas
Antioksidan dan Total Fenolik Dari Hasil Partisi Petroleum Eter Etil Asetat
dan Air Daun Tiga (Allophylus cobbe L.). Pharmacon, 7(3), 257–265.

Ikhlas N. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum


americanum Linn) Dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrihidrazil).
Dalam: Skripsi. Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta. Hlm.13-17

Jabbar, A., Wahyuni, W., Malaka, M. H., & Apriliani, A. (2019). Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Buah, Daun, Batang Dan Rimpang Pada
Tanaman Wualae (Etlingera Elatior (Jack) R.M Smith). Jurnal Farmasi
Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal), 5(2), 189–197.

Junior, S. Q., Oliveira2, R. L. de, Marques, M. M. M., Raquel, A., Silva4, A. da,
& Guedes, M. I. F. (2017). Atividade de sequestramento de radical livre dos
extratos etanólicos das folhas de Anacardiaceae. Semina: Ciências Biológicas
e Da Saúde, 38(1), 99–104.

Juwita, R., Saleh, C., & Sitorus, S. (2017). Uji aktivitas antihiperurisemia dari
daun hijau tanaman pucuk merah ( syzygium myrtifolium walp.) terhadap
mencit jantan ( mus musculus ). Jurnal Atomik, 2(1), 162–168.

Liniawati, S. R., Saleh, C., & Erwin. (2019). Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Triterpenoid Dari Ekstrak n-Heksan Fraksi 8 Noda ke-2 Dari Daun merah
Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium Walp)Jurnal Kimia Mulawarman
Volume 16 Nomor 2 Mei 2019 Kimia FMIPA Unmul, 16, 73–77.

Memon, A. H., Ismail, Z., Aisha, A. F. A., Al-Suede, F. S. R., Hamil, M. S.


R.,Hashim, S., Saeed, M. A. A., Laghari, M., & Abdul Majid, A. M. S.
(2014). Isolation, characterization, crystal structure elucidation, and
anticancer study of dimethyl cardamonin, isolated from Syzygium
campanulatum Korth. Evidence-Based Complementary and Alternative
Medicine, 2014, 1–11.

Molyneux P. 2004. “The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicryl-Hydrazyl


(DPPH) for Estimating Anti-Oxidant Activity.” Songklanakarin Journal of
Science and Technology 26(May):211–19.

Musarofah .2015. Tumbuhan Antioksidan. Bandung : Remaja Rosdakarya. ISBN


978-979-692- 588-9

Muthia, R., Saputri, R., & Verawati, S. A. (2019). Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Kulit Buah Mundar (Garcinia forbesii King.) Menggunakan
Metode DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazil). Jurnal Pharmascience, 6(1),
74–82.

46
[NPB] National Parks Board. 2013. Syzygium myrtifolium (Roxb.) Walp.
http://florafaunaweb.nparks.gov.sg/special-pages/plantdetail.aspx?id=3156
[20 November 2017] Novianti, T., Saleh, C., & Erwin. (2016). Identifikasi
Senyawa Metabolit Sekunder. Jurnal Kimia Mulawarman, 17(November), 1–
27.

Novianti, T., Saleh, C., & Erwin. (2016). Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder. Jurnal Kimia Mulawarman, 17(November), 1–27

Pratiwi, L., Fudholi, A., Martien, R., & Pramono, S. (2016). Ethanol Extract,
Ethyl Acetate Extract, Ethyl Acetate Fraction, and n-Heksan Fraction
Mangosteen Peels (Garcinia mangostana L.) As Source of Bioactive
Substance Free-Radical Scavengers. JPSCR : Journal of Pharmaceutical
Science and Clinical Research, 1(2), 71.

Putri, A. A. S., & Hidajati, N. (2015). Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa


Fenolik Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu(Xylocarpus
moluccensis). Unesa Journal of Chemistry, 4(1), 1–6

Putri, L. E. (2017). Penentuan Konsentrasi Senyawa Berwarna KMnO4 Dengan


Metoda Spektroskopi UV Visible. 3, 391–398.

Putri O.N.E., (2019 ). Analisis Kandungan klorofil dan Senyawa Antosiaim Daun
Pucuk Merah (Syzygium oleana) Berdasarkan Tingkat Perkembangan Daun
Yang Berbeda. Skripsi. Lampung :Fakultas Tarabiyah dan Keguruan.
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. hlm 19

Rizkayanti, R., Diah, A. W. M., & Jura, M. R. (2017). Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa Oleifera LAM). Jurnal
Akademika Kimia, 6(2), 125.

Rosidah I., Zainudin, Kurnia A., Olivia Bunga P., Lestari. 2020. Standarisasi
Ekstrak Etanol 70% Buah Labu Siam (Sechum edule (jacq) Sw.).
Farmasains.Vol 7(1).

Rudiana, T., Fitriyanti, F., & Adawiah, A. (2018). Aktivitas Antioksidan dari
Batang Gandaria (Bouea macrophylla Griff). EduChemia (Jurnal Kimia Dan
Pendidikan), 3(2), 195. Saifudin, A. 2014. Senyawa Alam Metabolit
Sekunder Teori, Konsep, dan Teknik Pemurnian. Yogyakarta: Deepublish

Saifudin, A. 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori, Konsep, dan Teknik
Pemurnian. Yogyakarta: Deepublish

Salampe, M., Rahma, Z., Nur, S., & Mamada, S. S. (2019). Aktivitas Antioksidan
Ekstraak Etanol Daun Berom (Cajanus cajan (L.) Milps). Majalah Farmasi
Dan Farmakologi, 23(1), 29–31.

47
Salim, S. A., Saputri, F. A., Saptarini, N. M., & Levita, J. (2020). Review Artikel:
Kelebihan dan Keterbatasan Pereaksi Folinciocalteu dalam Penentuan Kadar
Fenol Total Pada Tanaman. Farmaka, 18(1), 46–57.

Sulistiawati, L., Saleh, C., & Erwin. (2021). Skrining Fitokimia dan Aktivitas
Antioksidan dengan Metoe DPPH dari Tumbuhan Biji Kluwih (Artocarpus
camansi Blanco). 06(1), 1–5.

Sulistyarini, I., Sari Arum, D. and Wicaksono, T. (2020) ‘Skrining Fitokimia


Senyawa Metabolit Sekunder Batang Buah Naga (Hylocereus polyrhizus)’,
Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta, pp. 56–62.

Syafrinal, & Ramadhani, S. (2019). Sunarni, dkk. 2007). Jurnal Teknologi


Pertanian, 8(1), 1–7.
Tonius,J., Wibowo M.A ., Idiawati N., 2016 .Isolasi dan Karakteristik Senyawa
Steroid Fraksi n-heksana daun buas-buas (Premna serratifolia L.). JKK 5
(1),1-7

Trinovita, Y., Mundriyastutik, Y., Fanani, Z., & Fitriyani, A. N. (2019). Evaluasi
Kadra Flavanoid Totall Paa Ekstrak Etanol Daun Sangketan (Achyranthes
Aspera) dengan Spektrofotometri. Indonesia Jurnal Farmasi Vol., 4(1), 12–
18.

Tristantini, D., Ismawati, A., Pradana, B. T., & Gabriel, J. (2016). Pengujian
Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH pada Daun Tanjung (
Mimusops elengi L ). Universitas Indonesia, 1–5

Ufrianto, Tamrin, & Faradila, R. Fi. (2019). Pemanfaatan Bahan-Bahan Alami


yang Memiliki Aktivitas Antioksidan: Studi Kepustakaan. Jurnal Sains Dan
Teknologi Pangan, 4(1), 1982–1991.

Van Hung, P. (2016). Phenolic Compounds of Cereals and Their Antioxidant


Capacity. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 56(1), 25–35.

Wiendarlina1, I. Y., & Sukaesih, R. (2019). Perbandingan Aktivitas Antioksidan


Jahe Emprit. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 6(1), 315–324.

Wulandari, P., Herdini, & Yumita, A. (2015). Uji Aktivitas Antioksidan DPPH
Dan Aktivitas Terhadap Artemia Salina Leach Ekstrak Etanol 96 % Daun
Seledri ( Apium graveolens L .). Sainstech Farma, 8(2), 6–13

Zerargui, F., Boumerfeg, S., Charef, N., Baghiani, A., Djarmouni, M., Khennouf,
S., Arrar, L., Zarga, M. H. A., & S., M. M. (2016). Antioxidant activity
assessment of Tamus communis L. Roots. International Journal of
PharmacyandPharmaceuticalSciences,8(12),64–71.

48
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Sertifikat Determinasi Tanaman Pucuk Merah

49
LAMPIRAN 2. Prosedur Penelitian

Daun Pucuk Merah


Determinasi

Daun Segar
Pengeringan
Simplisia kering

Serbuk Simplisia
Ekstraksi
Ekstrak etanol 70%

Pemeriksaan Fraksinasi Penapisan


Karakteristik Fitokimia

1. Alkoloid

2. Fenol
Organoleptis,
Rendemen, Susut
3. Flavanoid
pengeringan, kadar
4. Tanin
abu

Fraksi etil asetat

Penetapan Kadar

Uji Aktivitas
Antioksidan
1. Fenol total
2. Flavanoid Total

Analalisis Data

50
LAMPIRAN 3. Sertifikat DPPH

51
LAMPIRAN 4. Sertifikat Reagen Folin-Ciocalteu

52
LAMPIRAN 5.Sertifikat Kuersetin

53
LAMPIRAN 6. Sertifikat Asam Galat

54
LAMPIRAN 7. Penapisan Fitokimia Ekstrak 70% dan Fraksi Etil Asetat
A. Penapisan Fitokimia Ekstrak 70%
No Pengujian Hasil Keterangan Kesimpulan
.

Mayer :
Terbentuk
endapan
1. Alkaloid
Dragendrof: Positif (+)
Terbentuk
endapan

Bouchardat:
Terbentuk
endapan

Hijau hitam Positif (+)


2. Fenolik

3. Flavanoid Merah Positif (+)

4. Tannin Endapan putih Positif (+)

55
5. Saponin Buih stabil Positif (+)
/tidak hilang

Terbentuk Positif (+)


6. Steroid cincin warna
merah

7. Triterpenoid Merah Positif(+)

56
B. Penapisan Fitokimia Fraksi Etil Asetat
No Pengujian Hasil Keterangan Kesimpulan
.

Mayer :
Endapan putih

1. Alkaloid Dragendrof:
Endapan Positif (+)
merah bata

Bouchardat:
Endapan
Coklat

Hijau hitam Positif (+)


2. Fenolik

3. Flavanoid Merah Positif (+)

4. Tannin Endapan putih Positif (+)

57
5. Saponin Buih stabil /tidak Positif (+)
hilang

Terbentuk cincin Positif (+)


6. Steroid warna merah

7. Triterpenoid Merah Positif(+)

58
LAMPIRAN 8. Perhitungan Rendemen

a. Rendemen Ekstrak Etanol 70% Daun Pucuk Merah


Dik:
Bobot total ekstrak kental yang diperoleh = 243,3888 g
Bobot serbuk simplisia yang digunakan = 1500 g

bobot ektrak
% Rendemen Ekstrak = 𝑥 100 %
bobot simplisia

243,3888 𝑔
= 1500 𝑔
𝑥 100 %

= 16,22 %
b. Rendemen Fraksi Etil Asetat Daun Pucuk Merah
Dik:
Bobot total fraksi kental yang diperolah = 9,5538 g
Bobot ektrak kental etanol 70% = 243,3888 g
Bobot fraksi kental
% Rendemen Fraksi = 𝑥 100 %
Bobot ektrak kental
9,5538 𝑔
= 234,3888 𝑔 𝑥 100 %

= 3,92%

59
LAMPIRAN 9. Hasil Perhitugan Susut Pengeringan Ekstrak Etanol 70%
dan Fraksi Etil asetat Daun Pucuk Merah
a. Hasil perhitungan susut pengeringan ekstrak
Rumus = 100% - Hasil yang diperoleh
No. Nilai Hasil Rata-rata
1 100 % - 90,52 % 9,48 %
2 100 % - 90,91% 9,09% 9,40 %
3 100% - 90,35% 9,65%

b. Hasil perhitungan Susut pengeringan fraksi etil asetat


No. Nilai Hasil Rata-rata

1 100% - 92,00% 8%
2 100% - 91,05% 8,95% % 8,88%
3 100% - 90,30% 9,7 %

60
LAMPIRAN 10. Perhitungan Kadar Abu Ekstrak

No. Wo W1 W2 Kadar Rata-


Abu rata
1 25,2171 g 27,2171 g 25,3088 g 4,58 %
2 24,0033 g 26,0033 g 24,0928 g 4,47 % 4,81 %
3 38,3123 g 40,3123 g 38,4204 g 5,40 %

Keterangan :
W0 : Berat kurs kosong
W1 : Berat kurs + Ekstrak
W2 : Berat kurs + sampel setelah menjadi abu

W2 − Wo
% Kadar Abu (1) = 𝑥 100 %
W1− Wo

25,3088 𝑔 − 25,2171 𝑔
= x 100 %
27,2171 𝑔−25,2171𝑔

= 4,58 %

W2 − Wo
% Kadar Abu (2) = 𝑥 100 %
W1− Wo

24,0928 𝑔 − 24,0033 𝑔
= x 100 %
26,0033𝑔− 24,0033 𝑔

= 4,47 %

W2 − Wo
% Kadar Abu (3) = 𝑥 100 %
W1− Wo

38,4204 𝑔−38,3123 𝑔
= 40,3123 𝑔−38,3123 𝑔 x 100 %

= 5,40%

4,58 % + 4,47 % + 5,40 %


% Rata- rata Kadar Abu = = 4,81 %
3

61
LAMPIRAN 11. Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat

62
LAMPIRAN 12. Operating Time Asam Galat

Menit ke- Absorbansi


0,000 0,4203
5,000 0,4239
10,000 0,4271
15,000 0,4333
20,000 0,4369
25,000 0,4394
30,000 0,4417
35,000 0,4435
40,000 0,4451
45,000 0,4466
50,000 0,4478
55,000 0,4490
60,000 0,4503
65,000 0,4509
70,000 0,4516
75,000 0,4520
80,000 0,4522
85,000 0,4525
90,000 0,4526
95,000 0,4529
100,000 0,4529
105,000 0,4529
110,000 0,4529
115,000 0,4529
120,000 0,4528

63
LAMPIRAN 13. Kurva Baku Asam Galat

64
LAMPIRAN 14. Perhitungan Pembuatan Larutan Induk dan Kurva
Kalibrasi Asam Galat
a. Pembuatan Larutan induk Asam Galat
Diketahui:
Konsentrasi larutan induk asam galat yang akan dibuat 500 μg/ml
Volume larutan induk yang akan dibuat sebanyak 100 ml
Perhitungan bobot asam galat yang ditimbang :
500 μg/ml x 100 ml = 50.000 μg = 50 mg
Panjang gelombang asam galat dibaca pada konsentrasi 100 ppm
Panjang gelombang = 763,0 nm
Absorbansi = 0,5306
C (konsentrasi) = 100 ppm
𝐴 0,5306
𝑎 = 𝑏.𝑐 = 1 𝑐𝑚.100𝑝𝑝𝑚 = 0,005306
0,2
Cmin = 0,005306 . = 37,6931 = 38 ppm
1 𝑐𝑚
0,8
Cmax = 0,005306 . = 150,7727 = 150 ppm
1 𝑐𝑚

b. Pembuatan seri konsentrasi asam galat dalam labu ukur 10 mL


38 𝑝𝑝𝑚
38 ppm = 500 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑙 = 0,76 𝑚𝑙
54 𝑝𝑝𝑚
54 ppm = 500 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑙 = 1,08 𝑚𝑙
70 𝑝𝑝𝑚
70 ppm = 500 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑙 = 1,4 𝑚𝑙
86 𝑝𝑝𝑚
86 ppm = 500 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑙 = 1,72 𝑚𝑙
102 𝑝𝑝𝑚
102 ppm = 500 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑙 = 2,04 𝑚𝑙
118 𝑝𝑝𝑚
118 ppm = 𝑥 10 𝑚𝑙 = 2,36 𝑚𝑙
500 𝑝𝑝𝑚
134 𝑝𝑝𝑚
134 ppm = 500 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑙 = 2,68 𝑚𝑙
150 𝑝𝑝𝑚
150 ppm = 500 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑙 = 3 𝑚𝑙

65
c. Kurva Absorbansi Asam Galat
Diperoleh absorbansi kurva sebagai berikut:
Konsentrasi (µg/ml) Absorbansi
38 0,303
54 0,365
70 0,431
86 0,502
102 0,567
118 0,628
134 0,629
150 0,762

Keterangan:
Y = absorbansi sampel
X = konsentrasi ppm (µg/ml)
a = 0,1463
b = 0,0041
r = 0,9998

66
LAMPIRAN 15. Perhitungan Pembuatan Larutan Uji Fraksi Etil Asetat
Daun Pucuk Merah pada Penetapan Kadar Fenol Total

Diketahui:
Konsentrasi larutan induk yang akan dibuat sebesar 1000 μg/ml
Volume larutan induk yang akan dibuat yaitu 10 ml
Perhitungan bobot fraksi etil asetat daun pucuk merah yang akan ditimbang :
1000 μg/ml x 10 ml = 10.000 μg = 10 mg
Dilakukan Penimbangan sebanyak 3 kali dengan berat

67
LAMPIRAN 16. Perhitungan Penetapan Kadar Fenol Total Fraksi Etil
Asetat Daun Pucuk Merah
Konsentrasi Absorbansi Kadar Rata-rata
λ Maks (mgGAE/g) Kadar Fenol

0,568 102,85 103,90


1000 ppm 763 nm 0,572 103,82 mgGAE/g ±
0,572 105,04 1,09

Rumus perhitungan kadar fenol Total:


y = bx ± a
ket:
y = absorbansi sampel
x = konsentrasi ppm (µg/ml)
a.b = Konstanta
Diketahui :
a = 0,1463
b = 0,0041
r = 0,9998
1) y = bx ± a
0,568 = 0,0041x ± 0,1463
0,568−0,1463
x=
0,0041

= 102,85 µg/mL
kadar fenol total 1 = x (µg/mL) . fp . V(mL)
m (g)
= 102,85 µg/mL . 1 . 10 mL
0,01 g
102850 µ𝑔
=
1000
= 102,85 mg GAE/g

68
2) y = bx ± a
0,572 = 0,0041x ± 0,1463
0,572−0,1463
x= 0,0041

= 103,82 µg/mL
kadar fenol total 2 = x (µg/mL) . fp . V(mL)
m (g)
= 103,82 µg/mL . 1 . 10 mL
0,01 g
103820 µ𝑔
=
1000
= 103,82 mg GAE/g

3) y = bx ± a
0,577 = 0,0041x ± 0,1463
0,577−0,1463
x=
0,0041

= 105,04 µg/ml
kadar total fenol 3 = x (µg/mL) . fp . V(mL)
m (g)
= 105,04 µg/mL . 1 . 10 mL
0,01 g
10504 µ𝑔
=
1000
= 105,04 mg GAE/g

Rata-rata kadar total fenol


= 102,85 mgGAE/g + 103,82 mgGAE/g + 105,04 mgGAE/g
3

= 103,90 mgGAE/g sampel

69
LAMPIRAN 17. Panjang Gelombang Maksimum Kuersetin

70
LAMPIRAN 18. Operating Time Kuersetin
a. Absorbansi operating time

Menit Absorbansi Menit Absorbansi Menit Absorbansi


ke- ke- ke-
0,000 0,4756 31,000 0,4822 62,000 0,4860
1,000 0,4755 32,000 0,4828 63,000 0,4863
2,000 0,4752 33,000 0,4822 64,000 0,4866
3,000 0,4758 34,000 0,4823 65,000 0,4867
4,000 0,4766 35,000 0,4824 66,000 0,4863
5,000 0,4783 36,000 0,4819 67,000 0,4871
6,000 0,4772 37,000 0,4830 68,000 0,4867
7,000 0,4772 38,000 0,4829 69,000 0,4872
8,000 0,4775 39,000 0,4832 70,000 0,4873
9,000 0,4779 40,000 0,4832 71,000 0,4871
10,000 0,4778 41,000 0,4832 72,000 0,4872
11,000 0,4783 42,000 0,4835 73,000 0,4873
12,000 0,4785 43,000 0,4838 74,000 0,4874
13,000 0,4788 44,000 0,4843 75,000 0,4877
14,000 0,4791 45,000 0,4836 76,000 0,4878
15,000 0,4794 46,000 0,4843 77,000 0,4880
16,000 0,4791 47,000 0,4843 78,000 0,4877
17,000 0,4799 48,000 0,4845 79,000 0,4884
18,000 0,4801 49,000 0,4849 80,000 0,4886
19,000 0,4800 50,000 0,4841 81,000 0,4885
20,000 0,4801 51,000 0,4855 82,000 0,4882
21,000 0,4805 52,000 0,4855 83,000 0,4886
22,000 0,4810 53,000 0,4849 84,000 0,4885
23,000 0,4808 54,000 0,4852 85,000 0,4886
24,000 0,4806 55,000 0,4851 86,000 0,4886
25,000 0,4810 56,000 0,4855 87,000 0,4888
26,000 0,4813 57,000 0,4858 88,000 0,4891
27,000 0,4810 58,000 0,4858 89,000 0,4885
28,000 0,4822 59,000 0,4857 90,000 0,4888
29,000 0,4814 60,000 0,4858
30,000 0,4816 61,000 0,4863

71
b. Grafik Operating time

72
LAMPIRAN 19. Kurva Baku Kuersetin

73
LAMPIRAN 20. Perhitungan Pembuatan Larutan Induk dan Kurva
Kalibrasi Kuersetin
a. Pembuatan Larutan induk Kuersetin
Diketahui:
Konsentrasi larutan induk kuersetin yang akan dibuat 1000 μg/ml
Volume larutan induk yang akan dibuat sebanyak 10 ml
Perhitungan bobot kuersetin yang ditimbang :
1000 μg/ml x 10 ml = 10.000 μg = 10 mg
b. Panjang gelombang kuersetin dibaca pada konsentrasi 50 ppm
Panjang gelombang = 428,40 nm
Absorbansi = 0,7085
C (konsentrasi) = 50 ppm
𝐴 0,7085
𝑎 = 𝑏.𝑐 = 1 𝑐𝑚 . = 0,01417
50𝑝𝑝𝑚

0,2
Cmin = 0,01417 . = 14,1143 = 15 ppm
1 𝑐𝑚
0,8
Cmax = 0,01417. 1 𝑐𝑚 = 56,4573 = 56 ppm

c. Pembuatan seri konsentrasi asam galat dalam labu ukur 10 ml


15 𝑝𝑝𝑚
15 ppm = 1000 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑙 = 0,15 𝑚𝑙
21 𝑝𝑝𝑚
21 ppm = 1000 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑙 = 0,21 𝑚𝑙
27 𝑝𝑝𝑚
27 ppm = 1000 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑙 = 0,27 𝑚𝑙
33 𝑝𝑝𝑚
33 ppm = 1000 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑙 = 0,33 𝑚𝑙
39 𝑝𝑝𝑚
39 ppm = 1000 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑙 = 0,39 𝑚𝑙
45 𝑝𝑝𝑚
45 ppm = 1000 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑙 = 0,45 𝑚𝑙
51 𝑝𝑝𝑚
51 ppm = 1000 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑙 = 0,51 𝑚𝑙

74
d. Kurva Absorbansi Kuersetin
Diperoleh absorbansi kurva sebagai berikut:
Konsentrasi (µg/ml) Absorbansi
15 0,292
21 0,363
27 0,437
33 0,510
39 0,583
45 0,662
51 0,735

Keterangan:
Y = absorbansi sampel
X = konsentrasi ppm (µg/mL)
a = 0,1045
b = 0,0123
r = 0,9999

75
LAMPIRAN 21. Perhitungan Pembuatan Larutan Uji Fraksi Etil Asetat
Daun Pucuk Merah pada Penetapan Kadar Flavanoid
Total

Diketahui:
Konsentrasi larutan induk yang akan dibuat sebesar 1000 μg/ml
Volume larutan induk yang akan dibuat yaitu 10 ml
Perhitungan bobot fraksi etil asetat daun pucuk merah yang akan ditimbang :
1000 μg/ml x 10 ml = 10.000 μg = 10 mg
Dilakukan Penimbangan sebanyak 3 kali sebanyak 10 mg

76
LAMPIRAN 22. Perhitungan Penetapan Kadar Flavanoid Total Fraksi Etil
Asetat Daun Pucuk Merah

Kadar Rata- Rata


Konsentrasi λ Maks Flavonoid Kadar
Absorbansi
(ppm) Total Flavonoid
(mgQE/g) Total
0,482 30,69 30,98
1000 428,40 nm 0,486 31,01 mgQE/g
0,489 31,26 ± 0,28

Rumus perhitungan kadar fenol Total:


y = bx ± a
ket:
y = absorbansi sampel
x = konsentrasi ppm (µg/mL)
a.b = Konstanta
Diketahui :
a = 0,1045
b = 0,0123
r = 0,9999
1) y = bx ± a
0,482 = 0,0123x ± 0,1045
0,482−0,1045
x=
0,0123

= 30,69 µg/ml
kadar flavonoid total 1 = x (µg/ml) . fp . V (ml)
m (g)
= 30,69 µg/ml . 1 . 10 ml
0,01 g
30690 µ𝑔
=
1000
= 30,69 mgQE/
2) y = bx ± a
0,486 = 0,0123x ± 0,1045
0,486−0,1045
x= 0,0123

77
= 31,01 µg/ml
kadar flavonoid total 2 = x (µg/ml) . fp . V (ml)
m (g)
= 31,01 µg/mL . 1 . 10 ml
0,01 g
31010 µ𝑔
=
1000
= 31,01 mgQE/g

3) y = bx ± a
0,489 = 0,0123x ± 0,1045
0,489−0,1045
x= 0,0123

= 31,26 µg/ml
kadar flavonoid total 3 = x (µg/ml) . fp . V (ml)
m (g)
= 31,26 µg/ml. 1 . 10 ml
0,01 g
31260 µ𝑔
=
1000
= 31,26 mgQE/g

Rata-rata kadar Flavanoid total


= 30,69 mQE/g + 31,01 mgQE/g + 31,26 mgQE/g
3

= 30,98 mgQE/g sampel

78
LAMPIRAN 23. Panjang Gelombang Maksimum DPPH

79
LAMPIRAN 24. Operating Time Kuersetin Metode DPPH

80
81
LAMPIRAN 25. Pembuatan Larutan DPPPH dan Seri Konsentrasi
Kuersetin

a. Pembuatan Larutan DPPH 0,1 mM


massa (mg) 1000
mM = 𝑀𝑟
𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝑙)

massa (mg) 1000


0,1 𝑚𝑀 = 394,32
𝑥 100 = 3,9432 mg

b. Pembuatan Larutan Kuersetin

Diketahui:

Larutan Induk kuersetin dibuat dengan konsentrasi 1000 μg/ml

Bobot kuersetin yang akan ditimbang sebesar 10 mg

Volume yang akan dibuat 10 ml

Pembuatan Seri konsentrasi Larutan kuersetin dengan variasi konsentrasi


berikut :
2
2 𝑝𝑝𝑚= 1000 𝑥 10 ml = 0,02 𝑚l larutan kuersetin yang diambil dari larutan induk

4
4 𝑝𝑝𝑚= 1000 𝑥 10 m = 0,04 𝑚l larutan kuersetin yang diambil dari larutan induk

6
6 𝑝𝑝𝑚= 1000 𝑥 10 ml = 0,06 𝑚l larutan kuersetin yang diambil dari larutan induk

8
8 𝑝𝑝𝑚 = 1000 𝑥 10 ml = 0,08 𝑚l larutan kuersetin yang diambil dari larutan induk

10
10𝑝𝑝𝑚= 1000 𝑥 10 ml = 0,10 𝑚l larutan kuersetin yang diambil dari larutan induk

12
12𝑝𝑝𝑚=1000 𝑥 10 ml = 0,12 𝑚l larutan kuersetin yang diambil dari larutan induk

14
14𝑝𝑝𝑚= 1000 𝑥 10 ml =0,14 𝑚l larutan kuersetin yang diambil dari larutan induk

82
LAMPILARAN 26. Hasil IC50 Kuersetin dengan Metode DPPH
A. Absorbansi Blanko DPPH

Tabel . Hasil Absorbansi Blanko DPPH


Konsentrasi (ppm) Absorbansi

Blanko 0,7715

B. Perhitungan Hasil Kurva Kalibrasi Kuersetin


Tabel 13. Perhitungan Kuersetin

Konsentrasi Absorbansi Inhibisi Rata-rata IC50 (µg/ml)


(%) Inhibisi (%)
0,564 26,89
2 0,562 27,15 26,89
0,566 26,63

0,512 33,63
4 0,514 33,37 33,58
0,511 33,76

0,448 41,93
6 0,446 42,19 42,23 7,93
0,443 42,57

0,381 50,61
8 0,379 50,87 50,52
0,385 50,09

0,322 58,26
10 0,325 57,87 57,96
0,326 57,74

0,254 67,07
12 0,253 67,20 67,24
0,251 67,46

0,204 73,5580
14 0,206 73,2987 73,51
0,203 73,6876

83
Replikasi 1

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,564


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 26,89%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,512


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 33,63%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,448


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 41,93%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,381


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 50,61%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,322


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 58,26%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,254


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 67,07%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,204


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 73,55%

a = 18,3928
b = 3,9855
r = 0,9993
r² = 0,9987

IC₅₀ = y = bx ± a
50 = 3,9855x ± 18,3928
50−18,3928
X = 3,9855

= 7,93 µg/ml

84
Replikasi 2
Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,562
% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 27,15%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,514


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 33,37%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,446


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 42,19%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,379


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 50,87%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,325


% Inhibisi = Abs Blanko
X 100% = 0,7715
X 100%
= 57,87%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,253


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 67,20%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,206


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 73,29%

a = 18,5971
b = 3,96
r = 0,9989
r² = 0,9978

IC₅₀ = y = bx ± a
50 = 3,96 x ± 18,5971
50−18,5971
X = 3,96

= 7,93 µg/ml

85
Replikasi 3

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,566


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
=26,63%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,511


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
=33,76%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,443


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 42,57%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,385


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 50,09%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,326


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 57,74%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,251


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 67,46%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,203


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 73,68%

a = 18,3157
b = 3,995
r = 0,9992
r² = 0,9985

IC₅₀ = y = bx ± a
50 = 3,995x ± 18,3157
50−18,3157
X = 3,995

= 7,93µg/ml

86
Rata-rata Nilai IC₅₀ Kuersetin
= 7,93 µg/ml + 7,93 µg/ml + 7,93 µg/ml
3
= 7,93 µg/ml

87
LAMPIRAN 27. Pembuatan seri konsentrasi Fraksi Etil Asetat Daun
Pucuk Merah
Diketahui:
Pembuatan Larutan Induk Fraksi etil asetat daun pucuk merah dibuat 1000
μg/ml
Bobot fraksi etil asetat daun pucuk merah yang akan ditimbang sebanyak
10 mg
Volume yang akan dibuat 10 ml
Pembuatan larutan seri konsentrasi Fraksi etil asetat dibuat variasi
konsentrasi berikut :
20
20 𝑝𝑝𝑚 = 1000 𝑥 10 ml = 0,2 𝑚l larutan fraksi yang diambil dari larutan induk

40
40 𝑝𝑝𝑚 = 1000 𝑥 10 ml = 0,4 𝑚l larutan fraksi yang diambil dari larutan induk

60
60 𝑝𝑝𝑚 = 1000 𝑥 10 ml = 0,6 𝑚 larutan fraksi yang diambil dari larutan induk

80
80 𝑝𝑝𝑚 = 1000 𝑥 10 ml = 0,8 𝑚l larutan fraksi yang diambil dari larutan induk

100
100 𝑝𝑝𝑚 = 1000 𝑥 10 ml = 1 𝑚l larutan fraksi yang diambil dari larutan induk

120
120 𝑝𝑝𝑚=1000 𝑥 10 ml = 1,2 𝑚l larutan fraksi yang diambil dari larutan induk

140
140 𝑝𝑝𝑚= 1000 𝑥 10 ml = 1,4 𝑚l larutan fraksi yang diambil dari larutan induk

88
LAMPIRAN 28. Hasil Perhitungan IC₅₀ Fraksi Etil Asetat Daunn Pucuk
Merah
Replikasi 1
Konsentrasi Absorbansi % Inhibisi IC50 (Effective
( ppm ) Concentration)
µg/ml
20 0,513 33,56%
40 0,469 39,20%
60 0,425 44,91% 78,21µg/ml
80 0,387 49,83%
100 0,342 55,67%
120 0,298 61,37%
140 0,254 67,07%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,513


% Inhibisi = Abs Blanko
X 100% = 0,7715
X 100%
= 33,50%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,469


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 39,20%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,425


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 44,91%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,387


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 49,83%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,342


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 55,67%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,298


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 61,37%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,254


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 67,07%

89
a = 27,9628
b = 0,2782
r = 0,9998
r² = 0,9996
IC₅₀ = y = bx ± a
50 = 0,2782x ± 27,9628
50−27,9628
X = 0,2782

= 79,21 µg/ml
Replikasi 2
Konsentrasi Absorbansi % Inhibisi IC50 (Effective
( ppm ) Concentration)
µg/ml
20 0,511 33,76%
40 0,467 39,46%
60 0,423 45,17% 78,76 µg/ml
80 0,386 49,96%
100 0,343 55,55%
120 0,295 61,76%
140 0,256 66,81%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,511


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 33,76%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,467


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 39,46%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,423


% Inhibisi = Abs Blanko
X 100% = 0,7715
X 100%
= 45,17%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,386


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 49,96%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,343


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 55,55%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,295


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 61,76%

90
Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,256
% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 66,81%
a = 28,3471
b = 0,2749
r = 0,9997
r² = 0,9994 IC₅₀ = y = bx ± a
50 = 0,2749x ± 28,3471
50−28,3471
X = 0,2749

= 78,76µg/ml
Replikasi 3
Konsentrasi Absorbansi % Inhibisi IC50 (Effective
( ppm ) Concentration)
µg/ml
20 0,514 33,37%
40 0,466 39,59%
60 0,426 44,78% 78,56 µg/ml
80 0,382 50,48%
100 0,341 55,80%
120 0,297 61,50%
140 0,252 67,33%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,514


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 33,37%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,466


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 39,59%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,426


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 44,78%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,382


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 50,48%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,341


% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 55,80%

91
Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,297
% Inhibisi = X 100% = X 100%
Abs Blanko 0,7715
= 61,50%

Abs Blanko−Abs Sampel 0,7715 − 0,252


% Inhibisi = Abs Blanko
X 100% = 0,7715
X 100%
= 67,33%

a = 28,0185
b = 0,2798
r = 0,9998
r² = 0,9996 IC₅₀ = y = bx ± a
50 = 0,2798x ± 28,0185
50−28,0185
X = 0,2798

= 78,56 µg/ml

Rata-rata Nilai IC₅₀ Fraksi Etil Asetat

= 79,21 µg/ml + 78,76 µg/ml + 78,56 µg/ml

= 78,84 µg/ml

92
LAMPIRAN 29. Dokumentasi Alat dan Bahan Penelitian

Daun Pucuk Merah Segar Daun Pucuk merah kering

Serbuk Pucuk Merah Maserasi Ekstrak

Vakum Rotary Evaporator Waterbath

93
Ekstrak Kental Etanol 70% Fraksinasi Etil Asetat

Fraksi Kental Etil Asetat Kadar Abu Ekstrak

Desikator Moisture Balance

94
Mikropipet Oven

Mikroskop Timbangan

Baku Asam galat Baku Kuersetin

95
Baku DPPH Baku Fraksi Fenol

Baku fraksi Flavanoid Kuersetin+ DPPH

Fraksi Etil Asetat = DPPP Fraksi Etil Asetat puucuk merah

96

Anda mungkin juga menyukai