Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang
hanturkan kepada Bapak Prof. Dr. Sahidin, M.Si. selaku pembimbing satu
dan Bapak Dr. Imran, M.Si selaku pembimbing dua yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam
kasih yang tak terhingga kepada Ibunda tercinta Satriani dan ayahanda
Latahang, M.Pd. atas segala doa, restu, semangat, bimbingan, arahan, dan
melimpahkan rahmat-Nya.
i
4. Sekretaris Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo yang
5. Ibu Suryani, S.Farm., M.Sc., Apt selaku penasehat akademik yang telah
6. Ibu Dr. Sri Ambardini M.Si, Muh. Hajrul malaka S.Si., M.Si, serta Wa Ode
Sitti Musnina S.Si, M.Sc selaku dewan penguji yang telah banyak
8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Farmasi, serta seluruh staf di lingkungan
Fakultas Farmasi UHO atas segala fasilitas dan pelayanan yang diberikan
selama penulis dalam menuntut ilmu serta Laboran Jurusan Farmasi yang
9. Buat Kakak yang baik hati Agung Wibawa Mahatva Yodha, S.Si, Muh.
Hajrul Malaka, S.Si., M.Si, Nina Elyana, S.Farm., Apt., Wa Ode Sitti
sebagai sahabat Nur Salimah Taano, S.Farm. terima kasih untuk bantuan
dan arahannya selama ini. Semoga rahmat Allah SWT selalu menyertai
kanda.
ii
11. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan kebahagian, motivasi, energi
serta bantuan kepada penulis : Dissa, Deden, Rahmi, Dinan, Loly, Syahrir,
Dodo, Fadhil, Misra Febriani, Andi Rafiqa, Annisa Fajriani Sahaka, Anisa
12. Terima kasih pula kepada Iwan Kurniawan Martono yang memberikan
13. Rekan-rekan sepenelitian The Reds, Isra, Sujana, Sumail, Julpan, Dina,
Wisda, Iin, Dadang dan Nirma terima kasih buat semangat dan kerja
samanya.
14. Teman-teman Mahasiswa (i) Jurusan Farmasi angkatan 2012 yang tidak
dalam menuntut ilmu dan tumbuh menjadi dewasa bersama, semoga Allah
SWT memberikan dan memudahkan jalan bagi kita semua tanpa terkecuali.
Juga senior 2010, 2011 serta adik-adik 2013, 2014, 2015 dan 2016.
pembaca. Semoga Allah SWT memberi taufik kepada kita semua untuk
mencintai ilmu yang bermanfaat dan amalan yang shalih serta memberikan
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ix
ABSTRAK x
ABSTRACT xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Tumbuhan Genus Etlingera 5
B. Metode Isolasi 8
C. Metode Identifikasi 11
D. Uji Aktivitas Antioksidan 122
E. Kerangka Teori 166
F. Kerangka Konsep 188
BAB III METODE PENELITIAN 19
A. Waktu dan Tempat Penelitian 19
B. Jenis Penelitian 19
C. Alat dan Bahan 19
D. Variabel Penelitian 20
E. Definisi Operasional 20
F. Prosedur Penelitian 21
iv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40
A. Isolasi (Pemurnian Senyawa) 23
B. Identifikasi Senyawa 30
C. Pengujian Antioksidan dengan menggunakan DPPH 34
BAB V PENUTUP 40
A. Kesimpulan 40
B. Saran 40
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
8. Hasil KR fraksi 7 28
9. Kromatogram KR fraksi 8 29
vii
DAFTAR LAMPIRAN
3. Perhitungan rendamen 47
6. Perhitungan % inhibisi 53
7. Dokumentasi 54
viii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
ix
Senyawa asam 4-hidroksibenzoat dari Batang Etlingera calophrys Serta Uji
Aktivitas Antioksidannya Dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-
Pikrilhidrazil)
ABSTRAK
x
4-hydroxybenzoic Acid Compound from Etlingera calophrys Stem and Its
Antioxidant Activity Test with Method of DPPH (1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl)
ABSTRACT
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
telah terbukti secara ilmiah, dimana manfaatnya sebagian besar berasal dari
yang terkandung dalam tumbuhan cukup beragam walaupun dari jenis yang sama
setelah Brazil. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berpotensi
dimana 1260 spesies tumbuhan obat telah dimanfaatkan oleh masyarakat luas,
dalam tumbuhan sangat menarik guna menggali lebih dalam potensi beragam
tumbuhan obat yang ada di Indonesia, dimana salah satu bentuk penelitian
1
Keluarga jahe-jahean merupakan salah satu kelompok tanaman yang sudah
tradisional. Sampai saat ini, pemanfaatan jahe-jahean terbatas pada jenis yang
kurang dikenali, padahal jenis liar tersebut masih banyak dijumpai di lingkungan
sekitar dan digunakan sebagai tanaman obat tradisional. Salah satu spesies jahe-
jahean liar yang dianggap masih baru ditemukan adalah Etlingera calophrys,
sekunder pada tumbuhan E. calophrys, namun hal ini dapat dikaji secara
yang mampu menstabilkan radikal bebas, dimana radikal bebas sendiri merupakan
senyawa kimia reaktif (tidak stabil) yang dapat merusak jaringan sel tubuh,
antioksidan yang sama seperti beberapa spesies etlingera yang telah diteliti oleh
2
Bagian tumbuhan E. calophrys yang akan diteliti adalah bagian batang
diasumsikan bahwa tumbuhan ini akan mati apabila bagian akarnya yang diambil
batang semu yang terdiri atas lapisan-lapisan daun, sehingga diharapkan khasiat
B. Rumusan Masalah
senyawa isolat?
bebas DPPH?
C. Tujuan Penelitian
3
2. Mengetahui aktivitas senyawa tersebut sebagai antioksidan terhadap radikal
bebas DPPH.
D. Manfaat Penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Etlingera
b. Deskripsi E. calophrys
Tinggi tumbuhan 3,6-5,3 m dengan 13-27 daun. Jarak antara tunas daun
hingga 18-20 cm, diameter pangkal tunas daun 5,5-7,5 cm, berwarna cokelat
berbentuk lanset, sekitar 52-90 × 8-17,5 cm, gundul, tepi dengan rambut berwarna
meruncing, panjang tangkai daun yang panjang 0,7-2,5 cm, gundul, Panjang
perbungaan 17 cm: panjang tangkai bunga 9,5 cm, dengan sisik berwarna merah
5
tua, bagian atas berwarna kuning keemasan; bunga bulir 8 × 6 cm, bunga mekar
0,5-1,1 cm, berbentuk seperti perahu, coklat merah di bagian bawah, coklat
perahu, panjang 1,5-2 cm, berwarna coklat kekuningan, terdiri atas dua lobus.
lobus mahkota colat kekuningan, lobus dorsal 1,3-1,4 cm, lobus lateral 1,5-1,7 cm
mengeriting keluar. Panjang tabung benang sari (stamen) 0,2 cm. Kepala sari
(anthera) berwarna kuning pucat, panjang 2-4 mm. Kepala putik (stigma)
Panjang tangkai buah 15-29 cm, spikula 7-8,2 x 7,5-9 cm, berbentuk elips. Buah
berwarna merah keorange-orangean, 2,0 x 1,7 cm dengan duri sebanyak 7-12, sisa
6
2. Etnobotani Tumbuhan Genus Etlingera
aktif dari alam adalah melalui kajian etnobotani, yaitu kajian berdasarkan
yang bersifat turun temurun atau lebih dikenal dengan obat tradisional.
Pendekatan ini minimalnya memberikan rasa aman atau hilangnya perasaan takut
di dalam keluarga jahe (Zingiberaceae), yang terdiri dari lebih 100 spesies yang
berbeda yang berasal dari Indonesia, Vietnam, Thailand, Malaysia dan banyak
tumbuhan termasuk kuncup bunga, rimpang, batang dan daun memiliki beragam
sebagai makanan, bumbu, obat-obatan, dan sebagai tumbuhan hias (Daula dkk.,
2015). Daun dari tumbuhan etlingera (E. Elatior) digunakan oleh wanita sebagai
parfum untuk mandi dan untuk menghilangkan bau badan (Maimulyanti dan
alami dimana bunganya dipakai untuk campuran pencuci rambut dan daun serta
7
rimpangnya dipakai untuk bahan campuran bedak oleh penduduk lokal (Chan
dkk., 2007).
B. Metode Isolasi
campuran yang lebih kompleks. Dasar dari teknik pemisahan ini adalah
1. Penyiapan Sampel
Sampel bahan alam diambil dari jaringan tumbuhan segar yang selanjutnya
atau dengan aliran udara yang cukup. Tumbuhan hasil pengeringan selanjutnya
2. Ekstraksi
dipilih terutama jika yang akan dipisahkan terdiri dari komponen-komponen yang
mempunyai titik didih yang berdekatan, sensitif terhadap panas. Proses ekstraksi
padat cair banyak digunakan pada industri bahan makanan, obat-obatan dan
ekstraksi minyak nabati (Ibarz dan Canovas, 2003). Metode ekstraksi yang
8
digunakan adalah teknik maserasi dengan pemekatan. Maserasi dilakukan untuk
2015). Maserasi adalah metode perendaman. Syarat utama pada maserasi adalah
tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang diekstraksi.
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindungi dari
cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan
larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di
luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh
komponen dalam fase diam dan fase gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik
dua fase yaitu fase diam (stationer) dan fase bergerak (mobile) (Ardianingsih,
2009). Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat digunakan untuk tujuan analitik dan
9
dalam jumlah kecil misalnya, menentukan jumlah komponen dalam campuran dan
sederhana, waktu analisis cepat, dan daya pisah baik (Sudjadi, 1988).
yang telah dipisahkan. Jika diperoleh noda yang berwarna maka dapat diamati
langsung secara visual. Sedangkan untuk noda yang tidak nampak, dapat dilihat
(Harborne, 2006).
didefinisikan sebagai rasio jarak noda terhadap titik awal dibagi jarak eluen
terhadap titik awal (Gandjar dkk., 2007). Secara matematis dapat ditulis
4. Kromatografi Kolom
dalam jumlah banyak. Pada dasarnya prinsip kromatografi kolom sama dengan
antara suatu padatan penyerap sebagai fase diam dan suatu pelarut sebagai fase
gerak. Kolom kromatografi biasanya berupa pipa gelas yang dilengkapi sebuah
10
kran atau kadang-kadang juga dapat digunakan buret. Untuk menahan penyerap di
dalam kolom dapat digunakan wol kaca atau kapas (Sastrohamidjojo, 1985).
C. Metode Identifikasi
berhubungan dengan sifat magnet dari inti atom. Spektroskopi NMR didasarkan
pada penyerapan panjang gelombang radio oleh inti-inti tertentu dalam molekul
organik, apabila molekul ini berada dalam medan magnet yang kuat. Inti atom
mempunyai spin atau tidak mempunyai spin. Spin inti akan menimbulkan medan
magnet. Dari resonansi magnet proton (RMP), akan diperoleh informasi jenis
hidrogen, jumlah hidrogen dan lingkungan hidrogen dalam suatu senyawa begitu
juga dari resonansi magnet karbon (RMC). Metode ini memberikan banyak
informasi mengenai kedudukan gugus fungsi. Ada empat parameter yang dapat
11
membantu menginterpretasi spektra NMR. (1) geseran kimia, (2) penjodohan
spin, (3) tetapan penjodohan dan pola penjodohan, dan (4) integrasi (Khopkar,
2003).
1. Radikal Bebas
berpasangan pada lapisan luarnya. Radikal bebas sangat reaktif, senyawa ini dapat
bereaksi dengan berbagai molekul lain, seperti protein, lemak, karbohidrat, dan
DNA dalam rangka mendapatkan stabilitas kimia. Radikal bebas tidak dapat
mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama dan segera berikatan dengan
bahan sekitarnya. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil yang terdekat dan
mengambil elektron, zat yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas
juga sehingga akan memulai suatu reaksi berantai, yang akhirnya terjadi
peranan penting pada sistem aerobik dan metabolisme. Radikal bebas diproduksi
terus menerus oleh tubuh melalui reaksi enzimatik dan non enzimatik seperti
sitokrom P450 dan fosforilasi oksidatif (respirasi aerob) di mitokondria. Selain itu
radikal bebas juga terdapat di lingkungan seperti polutan, asap rokok, pestisida
rendah/sedang, radikal bebas terlibat dalam fungsi normal fisiologis namun dalam
12
jumlah yang berlebihan atau saat terjadi penurunan kadar antioksidan. Radikal
bebas dapat menyebabkan stress oksidatif. Proses ini menjadi jalan terjadinya
kerusakan struktur sel, termasuk lipid, protein, RNA dan DNA yang
pencernaan (colitis, ulkus lambung), tumor dan kanker (Sen dkk., 2010).
2. Antioksidan
lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat
reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu pencetus
antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia (Prakash, 2001).
Antioksidan sintetik yang paling sering digunakan adalah Propil Galat (PG),
13
Butilated Hydroxyanisole (BHA), Butilated Hidroxytoluene (BHT), dan Tert-
karsinogenik. Berbagai studi mengenai BHA dan BHT bahwa komponen ini dapat
diketahui berperan sebagai antioksidan antara lain flavonoid, alkaloid, dan tanin
sering kali tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk ke dalam
tubuh. Kekurangan antioksidan dalam tubuh membutuhkan asupan dari luar. Bila
mulai menerapkan pola hidup sebagai vegetarian akan sangat membantu dalam
antioksidan dan radikal bebas menjadi kunci utama pencegahan stress oksidatif
14
disebut juga sebagai antioksidan enzimatis. Antioksidan primer meliputi enzim
memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas. Akibatnya radikal bebas
reduktase yang berperan dalam perbaikan biomolekul yang dirusak oleh radikal
bebas. Kerusakan DNA yang terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh
rusaknya single dan double stand, baik gugus basa maupun non-basa. Perbaikan
kerusakan basa dalam DNA yang diinduksi senyawa oksigen reaktif terjadi
sering digunakan untuk menguji aktivitas suatu zat antioksidan. Hal ini
disebabkan karena tingkat keakuratan yang tinggi, relatif cepat dan sangat praktis.
bersifat stabil. Metode ini didasarkan atas reduksi radikal DPPH oleh suatu
15
radikal DPPH menjadi kuning apabila senyawa tersebut menyumbangkan elektron
kepada radikal DPPH. Radikal DPPH mempunyai absorbansi yang kuat pada
panjang gelombang 515-520 nm dengan warna ungu yang khas. Perubahan yang
terjadi pada reaksi radikal DPPH dengan senyawa antioksidan dapat diukur
NO2 NO2
H
O2N N N +R-H O2N N N +R
NO2 NO2
1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil 1,1-Difenil-2-pikrilhidrazin
(radikal bebas) (nonradikal)
Gambar 3. Reaksi antioksidan dengan radikal DPPH (Molineux, 2004)
E. Kerangka Teori
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahapan pertama adalah isolasi
senyawa, tahap kedua adalah identifikasi isolat dan tahap ketiga adalah pengujian
antioksidan isolat tersebut. Pada tahap isolasi, teknik isolasi berperan sebagai
isolat yang akan diperoleh (variabel terikat). Senyawa isolat ini kemudian
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH. Pada tahap ini,
16
aktivitas antioksidan ditentukan berdasarkan besarnya nilai IC50 yang menyatakan
17
F. Kerangka Konsep
Isolasi Senyawa
DPPH
18
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari 2016 – Mei 2017 yang
terbagi atas tiga tahapan penelitian. Tahap isolasi serta tahap pengujian
B. Jenis Penelitian
1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Satu set alat destilasi
(Stuart), Timbangan analitik (Explorer Ohaus), Plat KLT, Pipet tetes, Botol vial,
Kertas saring biasa dan whatman No.1, Pisau, Blender, Erlenmeyer (Pyrex),
Lampu UV, Chamber, Kaca, Cutter, Spatula, Pinset, Mistar, Aluminium foil,
19
Toples kaca, Pipa kapiler, Gelas ukur (Pyrex), Pipet ukur (Pyrex), Filler, Kuvet,
2. Bahan
(teknis), Kloroform p.a (QREC), Silika gel 60 G F254 p.a (Merck), Silika 60 G
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
isolat serta variasi konsentrasi pada uji aktivitas antioksidan menggunakan metode
DPPH.
2. Variabel terikat
sekunder.
E. Definisi Operasional
murni atau isolat sebagai hasil dari isolasi ekstrak batang tumbuhan E.
calophrys.
20
plat dan absorbansi menggunakan spektrofotometer.
F. Prosedur Penelitian
antioksidan.
1. Pengambilan Sampel
Sulawesi Tenggara.
2. Preparasi Sampel
3. Ekstraksi
pemisahan dan pemurnian dipantau dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Fasa
diam berupa silika gel, sedangkan fasa gerak berupa campuran pelarut organik
21
(eluen). Pemisahan ekstrak dilakukan terlebih dahulu dengan menggunakan KKV
radial dilakukan terhadap fraksi hasil pemisahan yang lebih sedikit (maksimal 2
gram). Senyawa murni ditandai dengan hasil pemisahan yang tampak sebagai
5. Identifikasi Isolat
pembandingan data literatur yang ada sehingga bisa diketahui struktur dan nama
senyawa isolat.
dari 2 tahapan yaitu pengujian kuantitatif dan pengujian kualitatif. Metode ini
pada panjang gelombang 517 nm dengan warna ungu yang khas dan diplotkan
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
calophrys yang dikaji pada penelitian ini adalah bagian batang. Chan (2007) telah
Kendari pada musim kemarau saat cuaca cerah, karena bunga dari tumbuhan ini
mekar pada saat musim kemarau yang dilanjutkan dengan sortasi basah yang
terjadinya proses pembusukan pada sampel yang diakibatkan oleh bagian sampel
diharapkan kontak dengan udara menjadi lebih besar. Tahap pengeringan sendiri
bertujuan untuk mengurangi kadar air, sehingga pertumbuhan mikroba yang dapat
merusak ekstrak dapat terhambat. Kandungan air dalam ekstrak juga dapat
menghambat proses pemisahan karena perlunya suhu yang lebih tinggi saat
23
dilakuan proses pemisahan ekstrak dari pelarutnya dengan menggunakan rotary
vacuum evaporator serta air juga dapat berinteraksi dengan silika yang
ekstraksi pada tahap selanjutnya. Hasil tahap preparasi sampel adalah 1kg serbuk
batang E. calophrys.
metanol mampu menarik senyawa nonpolar maupun senyawa polar serta memiliki
titik didih yang relatif lebih rendah dibandingkan pelarut sejenisnya (Noor dkk.,
2006). Ekstrak yang diperoleh berupa ekstrak cair sebanyak 100 g dengan warna
metanol.
menggunakan campuran aseton dan etil asetat dengan perbandingan 6:4 untuk
KKV (Kromatografi Kolom Vakum). Karena fase diam yang digunakan dalam
proses KKV ialah silika yang bersifat polar sehingga ikatan antara senyawa gula
dan silika akan sangat kuat dan diduga dapat mengganggu proses pemisahan
24
senyawa. Berat ekstrak kering dari hasil partisi ini adalah 28,5 g. Penentuan fase
oleh pengamatan terhadap profil KLT (Kromatografi Lipis Tipis) ekstrak. Profil
yang cukup baik (yaitu dengan nilai Rf yang berjauhan) ada pada perbandingan
eluen 8:2 dan 5:5 (n-heksana:Etil asetat). Campuran eluen yang akan digunakan
Tabel 1. Daftar perbandingan eluen yang akan digunakan pada proses KKV.
No. Perbandingan Volume (mL) Keterangan
1 100% 200 n-heksana
2 8:2 300
3 5:5 300 n-heksana:Etil asetat
4 3:7 100
5 100% 200 Etil asetat
6 100% 100 Metanol
25
Metode KKV mampu memisahkan senyawa dalam ekstrak berdasarkan
gel) dan fase gerak (campuran pelarut) dengan bantuan pompa vakum
menggunakan metode KKV. Kromatogram hasil partisi yang telah di KKV dapat
menunjukkan adanya perbedaan Rf pada tiap fraksi. Fraksi hasil KKV dengan
nilai Rf yang sama, digabung kembali menjadi satu fraksi yang baru (Fraksi besar)
besar serta profil penggabungan fraksi dapat diamati pada Tabel 2 dan Gambar 7.
26
Tabel 2. Daftar pembuatan Fraksi Besar
Kode Fraksi
No. Fraksi yang digabung
Besar
1 1 G1
2 2 G2
3 3 G3
4 4 G4
5 5+6 G5
6 7+8 G6
7 9 + 10 G7
8 11 + 12 G8
a b
Gambar 7. Kromatogram penggabungan fraksi hasil KKV dalam campuran n-
heksana, etil asetat dan aseton (5,5 : 4 : 0,5). a) setelah disemprot
serium sulfat dan dibakar; b) kromatogram dibawah sinar UV 254;
1-8 = Fraksi besar G1-G8
pemisahan fraksi-fraksi yang memiliki pola noda yang tinggi dan yang memiliki
Rf yang rendah telah terpisah dengan cukup baik. Fraksi yang memiliki pola noda
yang tinggi diduga memiliki sifat non polar dan pola noda yang rendah memiliki
Karena memiliki spot pada Rf yang sama dengan berat sampel yang cukup besar
dengan berat yang relatif besar. Senyawa target juga memiliki keuntungan yaitu
tidak berpendar pada sinar UV pada panjang gelombang 254 nm. Hal ini
27
mempermudah peneliti dalam tahap pemisahan karena fase diam yang digunakan
adalah silika gel yang berpendar pada panjang gelombang tersebut. Silika gel
yang digunakna dalam penelitian ini akan berflouresensi saat disinari sinar UV
pada panjang gelombang 254 nm sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 254 nm disebabkan oleh adanya daya interaksi
Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi
besar, karena menggunakan pelarut dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan
dengan KKV. Berdasarkan hal itu peneliti menargetkan senyawa yang terdapat
pada fraksi 7,8. Hasil kromatografi radial dari fraksi 7 dapat di lihat pada gambar
a b
Gambar. 8 Kromatogram Hasil KR Fraksi 7. a) dibawah sinar UV 254; b) setelah
disemprot serium dan dibakar
Keterangan :
Fase Diam : Silika Gel
Fase Gerak : nheksana : Kloroform: Metanol
(5,5 : 4 : 0,5)
28
Terlihat dalam plat KLT beberapa fraksi menunjukkan senyawa yang
a b
Gambar. 9 Kromatogram Hasil KR Fraksi 8. a) dibawah sinar UV 254; b) setelah
disemprot serium dan dibakar
Keterangan :
Fase Diam : Silika Gel
Fase Gerak : nheksana : Kloroform: Metanol
(5,5 : 4 : 0,5)
ini peneliti menargetkan senyawa pada fraksi 9-12 dikarenakan memiliki spot
yang yang hampir tunggal serta memiliki berat yang relatif banyak untuk
gambar dibawah.
B. Identifikasi Senyawa
atom hidrogen dan 13C-NMR untuk atom karbon) terhadap gelombang radio pada
suatu medan magnet. Isolat yang telah diperoleh diidentifikasi menggunakan 1H-
13
NMR dan C-NMR untuk mengidentifikasi posisi atom hidrogen dan atom
13
karbon dalam struktur senyawa isolat. Spektrum C-NMR senyawa isolat dapat
senyawa isolat tersusun atas 7 atom karbon. Pergeseran kimia dari 115,9 ppm
30
sampai 132,6 ppm diduga merupakan pergeseran kimia atom karbon aromatik.
Signal karbon yang muncul pada pergeseran kimia diatas 100 ppm diduga
merupakan Csp2. Perbedaan Csp2 pada alkena (C=C) dan gugus karbonil (C=O)
membutuhkan medan magnet yang relatif lebih lemah untuk beresonansi karena
elektron dari atom karbon yang terikat dalam struktur gugus sehingga membuat
atom karbon menjadi lebih tidak terlindungi (deshielding) dan pergeseran kimia
karbon karbonil akan lebih besar dibandingkan dengan Csp2. Berdasarkan hal
tersebut maka pergeseran kimia 162,7 ppm dan 167,6 diduga merupakan gugus
asam karboksilat (-COOH) dan alkohol C-OH. Pergeseran kimia dari 14,3 ppm
sampai 24,5 ppm diduga merupakan geseran kimia dari zat-zat pengotor. Hal ini
berdasarkan dari kelimpahan atom karbon yang abnormal pada pergeseran 14,3
ppm sampai 24,5 ppm merupakan daerah geseran kimia atom karbon alifatikyang
aromatik didasari oleh pergeseran gugus metil (CH3) memiliki kelimpahan yang
re;atif lebih tinggi daripada gugus metilen (CH2), sedangkan gugus metilen
memiliki kelimpahan yang lebih tinggi daripada gugus metin (CH), dan gugus
metin memiliki kelimpahan yang lebih tinggi daripada atom karbon kuartener
(Cq).
31
Gambar 12. Spektrum 1H NMR senyawa isolat
struktur senyawa isolat. Pergeseran kimia dari 0,86 ppm sampai 1,36 ppm diduga
merupakan zat pengganggu atau yang biasa disebut sebagai pengotor. Hal ini
13
dibuktikan dari korelasi dengan spektrum C-NMR, dimana pada daerah alifatik
13
pada spektrum C-NMR merupakan pengotor sehingga diindikasikan bahwa
spektrum 1H-NMR pada daerah alifatik juga merupakan bagian dari pengotor.
Oleh karena itu, pergesaran kimia yang diduga merupakan bagian dari struktur
senyawa isolat terdapat pada 6,90 ppm dan 7,91 ppm, dimana pergeseran kimia
struktur benzene. Hal ini diperkuat oleh bentuk doublet (d) pada spektrum NMR
berorientasi ortho.
molekul senyawa isolat yaitu C7H6O3 dengan nilai DBE (Double Bond
Equivalence) = 5 yang diduga berasal dari 4 ikatan rangkap yang dibentuk oleh 6
32
karbon sp2, 1 karbon karbonil. Data yang didapatkan dibandingkan dengan
δH Literatur A Literatur B
(ƩH,
δC δH (ƩH,
No C Jenis mult., δC δH (ƩH, mult., J δC
ppm mult., J
J dlm ppm dlm Hz) ppm
Hz) dlm Hz)
1. C1 122,6 Cq 122,4 122,6
7,91
8,01(1H, d, J =8.7 6,81(1H,d,
2. C2 132,6 -CH (1H, d, 131,5 132,9
Hz) J=8,67)
J= 8,4)
6,91 7,87
6,88 (1H, d,
3. C3 115,9 -CH (1H, d, 115,8 116,0 (1H,d,
J=8.7Hz)
J= 8,4) J=8,80)
4. C4 162,7 C-OH 160,3 163,3
6,91 7,87
6,88(1H,
5. C5 115,9 -CH (1H, d, 115,8 116,0 (1H,d,
d,J=8.7Hz)
J= 8,4) J=8,80)
7,91
8,01(1H, 6,81(1H,d,
6. C6 132,6 -CH (1H, d, 131,5 132,9
d,J=8.7Hz) J=8,67)
J= 8,4)
7. C7 167,6 -COOH 180 170,1
Keterangan:
Literatur A= Riaz. T., dkk, 2012
Literatur B = Chandradakhal., dkk, 2009
isolat dengan senyawa asam 4-hidroksi benzoat cukup signifikan sehingga diduga
O OH
OH
33
C. Uji Antioksidan Dengan Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)
sederhana, mudah, cepat, peka, serta memerlukan sedikit sampel. Parameter yang
aktivitas DPPH (Molyneux, 2004). Larutan DPPH yang awalnya berwarna ungu
a b c
Gambar 14. Hasil Uji Kualitatif (a) ekstrak methanol (b) isolat murni
(c) vitamin C
perubahan warna plat yang telah dibasahi DPPH pada totolan ekstrak dan isolat
murni. Adanya perubahan warna yang cepat dan terang dikarenakan DPPH
34
tereduksi dengan baik oleh ekstrak metanol, isolat dan vitamin C sehingga pada
uji kualitatif terlihat reaksi yang sama. Berdasarkan hasil ini, maka uji antioksidan
yang disebabkan oleh reduksi DPPH oleh antioksidan yang dibuktikan dengan
mampu terbaca oleh spektrofotometer UV-Vis. Hal ini berbanding lurus dengan
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chan (2007) yang menyatakan
senyawa asam 4-hidroksibenzoat ialah antioksidan kuat dengan nilai IC50 55 mg/L
yang menjadi dasar dugaan dari isolat yang didapatkan (Riaz., 2012).
35
Nilai IC50 diperoleh dengan membuat kurva yang menunjukkan korelasi
antara % penghambatan dan konsentrasi zat uji. Kurva dapat dilihat pada gambar
80.00 R² = 0.9778
60.00
40.00
20.00
0.00
0 50 100 150
Konsentrasi
Gambar 15. Kurva korelasi antara konsentrasi dan % penghambatan (%I) ekstrak
IC50 Isolat
80.00
%penghambatan
Gambar 16. Kurva korelasi antara konsentrasi dan % penghambatan (%I) isolat.
80.00
y = 0.393x + 45.868
60.00 R² = 0.9987
40.00
20.00
0.00
0 50 100 150
Konsentrasi mg/L
Gambar 17. Kurva korelasi antara konsentrasi dan % penghambatan (%I)
pembanding (vitamin C)
36
Dari data kurva regresi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat
dengan nilai R2 (koefisien korelasi) berada pada nilai 0,9. Nilai R2 menyatakan
paling besar adalah 1. Hal ini menunjukan bahwa lebih dari 99% derajat
suatu sampel. Nilai IC50 sampel ekstrak dan isolat dapat dilihat pada tabel 3.
Daya hambat radikal bebas berbanding terbalik dengan nilai IC50, semakin
tinggi nilai IC50 maka semakin rendah kekuatan daya hambatnya. Tingkat
Oleh karena itu dapat di simpulkan isolat dan ekstrak memiliki aktivitas
isolat masuk dalam kategori antioksidan yang sama dengan vitamin C namun
efektivitas tidak sebanding dilihat dari nilai IC50 yang menggambarkan berapa
37
konsentrasi yang dapat menghambat. Berdasarkan strukturnya, senyawa yang
memiliki sebuah atau beberapa -OH dapat menghambat oksidasi dan menangkap
senyawa reaktif radikal bebas yang merusak sel. Antioksidan berfungsi sebagai
reduktor, mudah mengalami oksidasi oleh radikal bebas karena mempunyai ikatan
rangkap dan dengan adanya gugus -OH yang terikat pada ikatan rangkap tersebut,
stabil. Berdasarkan hal ini jika dibandingkan dengan nilai IC50 senyawa asam
dengan sturuktur isolat yang hanya 2 gugus OH yang diperkirakan akan bertindak
38
sebagai antioksidannya sehingga menjelaskan mengapa nilai konsentrasi
penghambatan 50% (IC50) dari vitamin C lebih sedikit dari senyawa isolat.
39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Senyawa yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi dalam fraksi aseton batang
4-hidroksi benzoat.
dan diperoleh nilai IC50 untuk Isolat adalah 46,6 mg/L dengan kategori yang
sangat kuat.
B. Saran
Saran dari penelitian ini, perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai
tumbuhan.
40
DAFTAR PUSTAKA
Afrianty, L., H., Elin, Y., S., Slamet, I., dan I Ketut, A., 2010, Senyawa Asam 2-
Metilester-1-H-Pirol-4-Karboksilat Dalam Ekstrak Etil Asetat Buah
Salak Varietas Bangkok Sebagai Antioksidan dan Antihiperurikemi,
Jurnal Industri Pangan, 21(1). 66-72.
Ardiyani, M., Yessi, S, Jin, H.P., Anshary, M., dan Axel, D.P., 2012, Gingers of
Lombok, Floribunda, 4(5), 113-120.
Chan, E. W. C., Lim, Y. Y. dan Omar, M., 2007, Antioxidant and antibacterial
activity of leaves of Etlingera species (Zingiberaceae) in Peninsular
Malaysia, Food Chemistry, 104, 1586-1593.
Chan, E.W.C., Y.Y. Lim, L.F. Wong, F.S. Lianto, S.K. Wong, K.K. Lim, C.E.
Joe, dan T.Y. Lim, 2008, Antioxidant and Tyrosinase Inhibition
Properties of Leaves and Rhizomes of Ginger Species, Food Chemistry,
109, 477–483.
Fessenden, R.J. dan Fessenden J.S., 1997, Dasar-Dasar Kimia Organik, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Handa,S.S, Suman Preet S.K., Gennaro L., Dev Dutt R., 2008, Extraction
Technologies for Medicinal and Aromatic Plants.
41
Harmono dan Andoko, A., 2005, Budi Daya dan Peluang Bisnis Jahe, Cetakan
Pertama, AgroMedia Pustaka, Tangerang.
Ibarz, A; Canovas, G., 2003, Unit Operation in Food Enginering, CRC Press:737.
Krishnaiah, D., Sarbatly, R., dan Nithyanandam, R., 2011, A Review of the
Antioxidant Potential of Medical Plant Species.Food and Bioproducts
Processing 89(3), 217-233.
Kristanti, A.N., N.S. Aminah, M. Tanjung dan B. Kurniadi, 2008, Buku Ajar
Fitokimia, Airlangga University Press, Surabaya.
Lachumy, S.J.T., Sreenivasan, S., Vello, S., dan Zakaria, Z., 2010,
Pharmacological Activity, Phytochemical Analysis and Toxicity of
Methanol Extract of Etlingera elatior (Torch Ginger) Flowers, Asian
Pacific Journal of Tropical Medicine, 3, 769-774.
Meng, Q., Qian, Z., Ling, X., Ling, D., Huang, W., dan Zhao, J., 2012, Free
Radical Scavenging Activity of Eagle Tea and Their Flovonoids, Acta
Pharmaceutica Sinica B, 2(3), 246-249.
Molineux, P., 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenyl Picrylhydrazil
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklankarin J.
Sci.Technol., 26(2), 211-219.
Noor, M. S., Poeloengan, M., dan Yulianti T., 2006, ‘Analisis Senyawa Kimia
Sekunder dan Uji Daya Antibakteri Ekstrak Daun Tanjung (Mimuusops
42
elengi L) Terhadap Salmonella typhi dan Shigella boydii’, Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Octavia, D.R., 2009, Uji Aktivitas Penangkap Radikal Ekstrak Petroleum Eter,
Etil Asetat dan Etanol Daun Binahong (Anredera Corfolia (Tenore)
Steen) dengan metode DPPH (2,2-difenil-1- pikrihidrasil), Skripsi,
Universitas Muhamadiyah, Surakarta.
Putri, Ade Aprilia Surya., dan Nurul, Hidajati., 2015, Uji Aktivitas Antioksidan
Senyawa Fenolik Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu
(Xylocarpus moluccensis), UNESA Journal of Chemistry, 4(1)
Pribadi, I., 2009, Uji Aktivitas Penangkap Radikal Buah Psidium guajava L.
Dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikril Hidrazil) serta Penetapan
Kadar Fenolik dan Flavonoid Totalnya, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Sen, S., Chakraborty, R., Sridhar, C., Reddy, Y.S.R, dan De, B., 2010, Free
Radicals, Antioxidant, Disease and Phytomedicines; Current status and
future prospect. International Journal of Pharmaceutical Science Review
and Research. 3, 91-100.
Silverstein, 2002, Identification of Organic Compund, 3rd Edition, John Wiley &
Sons Ltd., New York.
Tahir, I., Wijaya, K. dan Widianingsih D., 2003. Terapan Analisis Hansch untuk
Aktivitas Antioksidan senyawa Turunan Flavon/Flavonol, Prosiding
Seminar of Chemometrics- Chemistry Dept Gadjah Mada University, 25
Januari 2003.
43
Townshend A., 1995, Encyclopedia of Analytical Science, Volume 2, Academic
Press Inc, London.
Watson, D. G., 2009, Analisis Farmasi : Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi
dan Praktisi Kimia Farmasi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
44
LAMPIRAN
Batang tumbuhan
E. calophrys
45
Lampiran 2. Proses pemisahan dan pemurnian isolat
46
Lampiran 3. Perhitungan rendamen
Perhitungan Rendamen
1. Perhitungan rendamen ekstrak metanol
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
% rendemen =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 X 100%
100 𝑔𝑟𝑎𝑚
% rendemen = 1000 𝑔𝑟𝑎𝑚 X 100%
% rendemen = 10%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
% rendemen =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 X 100%
28,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
% rendemen = X 100%
100 𝑔𝑟𝑎𝑚
% rendemen= 28,5 %
47
Lampiran 4. Prosedur pengujian antioksidan
Uji Kualitatif
Isolat
Uji Kuantitatif
a) Ekstrak E. calophrys
DPPH
DPPH
Hasil
49
Lampiran 5. Data pengujian antioksidan
A) Hasil uji kualitatif
1) Ekstrak
Uji antioksdan ekstrak etlinera calophrys dilakukan pada panjang
gelombang 517 nm dengan waktu reaksi 30 menit. Nilai absorbansi yang
diperoleh digunakan untuk dihitung % penghambatan (%I). Hasil dapat dilihat
berikut ini.
Konsentras %
Kontrol Absorbansi Rata-rata
i Sampel penghambatan
0,718 12,5 0,497 0,498 0,498 0,497 30,69
0,718 25 0,422 0,422 0,421 0,421 41,27
0,718 50 0,268 0,267 0,268 0,267 62,72
0,718 100 0,093 0,094 0,093 0,093 87,00
Dibuat grafik antara konsentrasi sampel (x) dan % penghambatan (y) dan
didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi
50
Persamaan garis :
y = 0,636 x + 25,57
nilai IC50 :
50 = 0,636 x + 25,57
atau 0,636 x + 25,57 = 50
0,636 x = 50 – 25,57
X= 24,43
0,636
X = 3841 mg/L
2) Isolat
Absorbansi Konsentrasi Rata- %
Blanko Sampel Absorbansi rata Penghambatan
Mg/L
12,5 0,344 0,343 0,345 0,344 32,15
25 0,278 0,277 0,278 0,278 45,23
0,507
50 0,235 0,234 0,235 0,235 53,71
100 0,156 0,157 0,154 0,156 69,30
Dibuat grafik antara konsentrasi sampel (x) dan % penghambatan (y) dan
didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :
IC50 Isolat
100.00
%penghambatan
y = 0.3906x + 31.79
50.00 R² = 0.9421
0.00
0 50 100 150
konsentrasi mg/L
51
Persamaan garis
y = 0,390x + 31,79
nilai IC50
50 = 0,390x + 31,79
0,390x = 50 - 31,79
X = 18,21
0,390
= 46,6 mg/L
Dibuat grafik antara konsentrasi sampel (x) dan % penghambatan (y) dan
didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :
y = 0.393x + 45.868
R² = 0.9987
50.00
0.00
0 20 40 Konsentrasi
60 80 100 120
Persamaan garis
y = 0,393 x + 45,86
nilai IC50
50 = 0,393 x + 45,86
0,393 x = 50 – 45,86
X = 4,14
0,393
= 10,53 mg/L
52
Lampiran 6. Perhitungan inhibisi
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
%I = x 100%
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
ekstrak
Dik : Absorbansi blanko = 0,718
Absorbansi sampel = 0,497, 0,421, 0,267,dan 0,093
Dit : %Inhibisi = ......?
Peny :
0,718−0,093 0,718−0,421
%I = x 100% = 87,0% %I = x 100% = 41,3%
0,718 0,718
0,718−0,267 0,718−0,497
%I = x 100% = 62,8% %I = x 100% = 30,7%
0,718 0,718
Isolat
Dik : Absorbansi blanko = 0,507
Absorbansi sampel = 0,344, 0,278, 0,235, 0,154
Dit : % Inhibisi = ......?
Peny :
0,507−0,154 0,507−0,278
%I = x 100% = 69,62% %I = x 100% = 45,16 %
0,507 0,507
0,507−0,235 0,507−0,344
%I = x 100% = 53.64% %I = x 100% = 32,14 %
0,507 0,507
Vitamin C
Dik : Absorbansi blanko = 0,635
Absorbansi sampel = 0,308, 0,284, 0,221, 0,092
Dit : % Inhibisi = ......?
Peny :
0,635−0,092 0,635−0,284
%I = x 100% = 85,51% %I = x 100% = 55,27%
0,635 0,635
0,635−0,221 0,635−0,308
%I = x 100% = 65,19% %I = x 100% = 51,49%
0,635 0,635
53
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
Gambar 10
54
Ket :
Gambar 1 : Pengambilan Sampel
Gambar 2 : Preparasi Sampel (Penyerbukkan)
Gambar 3: Proses Ekstraksi (Maserasi)
Gambar 4 : Ekstrak
Gambar 5 : Kromatografi Kolom Vakum (KKV)
Gambar 6 : Penyiapan Monitoring Hasil KKV Dengan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT)
Gambar 7 : Penyiapan Eluen Untuk KLT
Gambar 8 : Kromatografi Radial (KR)
Gambar 9 : Proses Pemurnian Senyawa Dengan Bantuan Sinar UV 254
Gambar 10 : Pengujian Antioksidan Dengan Spektrofotometer UV-Vis
55