Anda di halaman 1dari 55

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI FIKOSIANIN DARI

BIOMASSA Spirulina platensis BASAH MENGGUNAKAN


METODE ULTRASONIK

AULIA ANDHIKA RADYA SUSILA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
ii
i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ekstraksi dan


Karakterisasi Fikosianin dari Biomassa Spirulina platensis Basah Menggunakan
Metode Ultrasonik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2020

Aulia Andhika Radya Susila


NIM C34150079

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar
IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ii
iii

ABSTRAK

AULIA ANDHIKA RADYA SUSILA. Ekstraksi dan Karakterisasi Fikosianin dari


Biomassa Spirulina platensis Basah Menggunakan Metode Ultrasonik. Dibimbing
oleh IRIANI SETYANINGSIH dan SAFRINA DYAH HARDININGTYAS.

Fikosianin merupakan suatu senyawa fikobiliprotein yang diperoleh dari


Spirulina platensis. Ekstraksi fikosianin dapat dilakukan dengan kondisi sampel
basah menggunakan gelombang ultrasonik. Tujuan penelitian ini menentukan
pengaruh waktu ekstraksi dari S. platensis biomassa basah menggunakan metode
ultrasonik, membandingkan ekstrak fikosianin yang dihasilkan dari metode
ultrasonik dan freeze thaw, dan mengkarakterisasi fikosianin hasil ekstraksi
ultrasonik setelah tahap presipitasi. Tahapan penelitian meliputi kultivasi S.
platensis, pemanenan biomassa, dan ekstraksi fikosianin dengan menggunakan
ultrasonik. Ekstraksi dengan ultrasonik selama 10 menit menghasilkan konsentrasi
fikosianin, rendemen fikosianin, dan indeks kemurnian terbaik, yaitu sebesar
1065.54±182.76 µg/mL, 10.65±1.82%, 1.12±0.04. Proses purifikasi dapat
meningkatkan nilai indeks kemurnian dari 1.12 sebelum pemurnian menjadi 1.80
setelah pemurnian. Karakteristik pigmen fikosianin setelah presipitasi memiliki
berat molekul yaitu (α = 12 kDa, β = 13.8 kDa). Fikosianin stabil pada pH 5-6.

Kata kunci: ekstraksi, fikosianin, Spirulina

ABSTRACT
AULIA ANDHIKA RADYA SUSILA. Effect of Extraction Methods and
Characterization Phycocyanin from wet Spirulina platensis biomass with
Ultrasonication Methods. Supervised by IRIANI SETYANINGSIH and SAFRINA
DYAH HARDININGTYAS.

Phycocyanin is a group of phycobiliprotein compound that can be obtained


from Spirulina platensis. Phycocyanin extraction can be done using wet biomass
ultrasonication methods. The purposes of this study were to determine the effect of
extraction time of wet biomass S. platensis using ultrasonic methods, to compare
phycocyanin extracts produced from ultrasonic and freeze thaw methods, and to
characterize phycocyanin ultrasonic extraction results after the precipitation stage.
The steps of research included the cultivation of S. platensis, harvesting biomass,
and phycocyanin extraction using ultrasonication. Ultrasonic extraction for 10
minutes resulted in the best concentration of phycocyanin, yield of phycocyanin,
and purity index, which is equal to 1065.54±182.76 µg/mL, 10.65±1.82%, 1.12±0.04
respectively. Purification process can increase the purity index value from 1.12
before purification to 1.80 after purification. The characteristic of phycocyanin
pigments after precipitation has a molecular weight (α = 12 kDa, β = 13.8 kDa).
Phycocyanin is stable at pH 5-6.

Keywords: extraction, phycocyanin, Spirulina


iv

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2020

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin.
EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI FIKOSIANIN DARI
BIOMASSA Spirulina platensis BASAH MENGGUNAKAN
METODE ULTRASONIK

AULIA ANDHIKA RADYA SUSILA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
ii
iii
2

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat, hidayat, serta
karunia Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Ekstraksi dan
Karakterisasi Fikosianin dari Biomassa Spirulina platensis Basah Menggunakan
Metode Ultrasonik”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan
studi di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mendapat dukungan, bimbingan, bantuan, serta doa dari berbagai
pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi. Tanpa adanya dukungan, bimbingan,
bantuan, serta doa maka penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu dan membimbing dalam penyusunan skripsi ini, yaitu kepada:
1 Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS, selaku dosen pembimbing 1, atas segala
bimbingan, motivasi dan pengarahan yang telah diberikan.
2 Dr Eng Safrina Dyah Hardiningtyas, SPi, MSi selaku dosen pembimbing 2,
atas segala bimbingan, motivasi dan pengarahan yang telah diberikan.
3 Prof Dr Ir Joko Santoso, Msi, selaku dosen penguji yang telah menguji,
memberikan arahan, dan saran kepada penulis.
4 Dr Assadatun Abdullah, SPi MSM M Si selaku dosen gugus kendali mutu
yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis.
5 Dr Eng Uju, SPi MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
6 Prof Dr Sugeng Heri Suseno SPi MSi, selaku dosen pembimbing akademik,
atas segala bimbingan, motivasi dan pengarahan yang telah diberikan.
7 Para staf Departemen Teknologi Hasil Perairan, yang telah membantu
administrasi skripsi ini.
8 Ibu, Bapak, dan Putri atas segala doa, kekuatan, dan dukungannya selama
proses penyelesaian skripsi ini.
9 Amelia Gustiningtyas, Swestri Utami, dan Mella Sarah selaku tim
mikroalga, atas segala bantuannya yang telah diberikan.
10 Helda Yesi, Agus Muhammad Sholeh, Ghifari Pandu, Derri Alfianto, Andi
Setyo N, Soni Baskoro, Shihab Mubarak, Khoirudin Rizkon, Rizky Reyhan,
Wildan Zuhair, Khikmatul Khasanah, Ni Made Raditya Shinta, Nur Azizah,
Meta Sundari, dan Nabila Amelinda atas segala bantuan, dukungan, serta
motivasi yang telah diberikan.
11 Teman-teman THP 52 atas segala bantuan, dukungan, serta motivasi yang
telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
selanjutnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2020

Aulia Andhika Radya Susila


3

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vii


DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE 3
Waktu dan Tempat 3
Bahan dan Alat 3
Prosedur Penelitian 4
Kultivasi Spirulina platensis 4
Ekstraksi Pigmen Fikosianin 4
Pemurnian Fikosianin 6
Prosedur Analisis 6
Pengukuran OD dan Perhitungan Biomassa 6
Analisis Kadar Air 7
Perhitungan Konsentrasi Fikosianin dan Allofikosianin 7
Perhitungan Kandungan Klorofil 7
Rendemen Ekstrak Fikosianin 8
Indeks Kemurnian Fikosianin 8
Uji Stabilitas Fikosianin pada pH Berbeda 8
Analisis Profil Protein 8
Rancangan Percobaan dan Analisis Data 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Kultur Biomassa Mikroalga S. platensis 10
Karakteristik Ekstrak Fikosianin 11
Ekstrak Fikosianin Tahap 1 11
Ekstrak Fikosianin Tahap 2 13
Karakteristik Fikosianin Terpilih 16
Konsentrasi Fikosianin 16
Rendemen Fikosianin 16
Indeks Kemurnian Fikosianin 17
Karakteristik Fikosianin setelah Presipitasi 17
Indeks Kemurnian Fikosianin 17
Berat Molekul Fikosianin 18
Stabilitas Fikosianin Terpilih pada pH Berbeda 19
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 29
RIWAYAT HIDUP 41
4

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir prosedur penelitian 5


2 Kultur S. platensis hari ke-14 10
3 Nilai OD kultur S. platensis selama 14 hari. 11
4 Spektrum absorbansi ekstrak kasar biomassa basah S.platensis 12
5 Konsentrasi pigmen fikosianin, allofikosianin, dan total klorofil
ekstrak biomassa basah S.platensis 12
6 Rendemen fikosianin dan indeks kemurnian ekstrak biomassa
basah S.platensis. 13
7 Spektrum absorbansi ekstrak kasar biomassa basah S.platensis tahap 2. 14
8 Konsentrasi pigmen fikosianin, allofikosianin, dan total klorofil
biomassa basah S.platensis 14
9 Rendemen fikosianin dan indeks kemurnian tahap 2 15
10 Indeks kemurnian fikosianin 18
11 Berat molekul fikosianin. M= Marker 245 kDa, U1= 10 menit 19
12 Grafik stabilitas fikosianin pada pH berbeda 19
13 Pengaruh pH terhadap konsentrasi fikosianin dan nilai rasio A620/A350
Fikosianin. 20

DAFTAR LAMPIRAN

1 Komposisi media Walne dan pupuk GA 31


2 Perhitungan konsentrasi, rendemen, indeks murni fikosianin 31
3 Ekstrak fikosianin 32
4 Hasil uji normalitas dan analisis ragam kandungan pigmen fikosianin
ekstraksi tahap 1 33
5 Hasil uji normalitas dan analisis ragam kandungan pigmen alofikosiain
ekstraksi tahap 1 33
6 Hasil uji normalitas, analisis ragam dan uji lanjut Duncan total klorofil
ekstraksi tahap 1 34
7 Hasil uji normalitas dan analisis ragam rendemen dan indeks kemurnian
ekstraksi tahap 1 34
8 Hasil uji normalitas dan analisis ragam kandungan pigmen fikosianin
ekstraksi tahap 2 35
9 Hasil uji normalitas dan analisis ragam kandungan pigmen alofikosianin
ekstraksi tahap 2 36
10 Hasil uji normalitas dan analisis ragam kandungan total klorofil ekstraksi
tahap 2 36
11 Hasil uji normalitas dan analisis ragam rendemen dan indeks kemurnian
ekstraksi tahap 2 36
12 Hasil uji normalitas dan analisis ragam karakteristik fikosianin 37
13 Hasil uji normalitas, analisis ragam dan uji lanjut Duncan stabilitas
fikosianin pada pH berbeda 38
14 Hasil independent samples T-test ekstrak fikosianin terpilih dan freeze thaw 40
15 Hasil indepedent samples T-test indeks kemurnian fikosianin 40
5
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fikosianin merupakan kelompok fikobiliprotein dan merupakan pigmen


biru yang mampu larut dalam air (Avigad. 1997). Fikosianin mengandung
antioksidan kuat yang larut dalam air dan dapat menghambat sel kanker dan juga
sel leukimia K562 (Pirenantyo dan Limantara 2008). Fikosianin biasanya
dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami pada makanan dan juga memiliki
potensi untuk produk kosmetika. Fikosianin dapat ditemukan pada S. platensis
(Astuti et al. 2019) dan cyanobacteria (Prasanna et al. 2010) jenis C-fikosianin, dan
R-fikosianin dari ganggang merah (Wang et al. 2014). Fikosianin dari Spirulina
tersusun atas subunit polipeptida α dan β, dimana subunit α memiliki berat molekul
12-20 kDa dan 15-22 kDa pada subunit β (Silva et al. 2018). Fikosianin termasuk
dalam kelompok protein pemanen cahaya bernama fikobiliprotein. Semua
fikobiliprotein holo-protein multi rantai yang terdiri dari apoprotein dengan
fikobilin yang terikat secara kovalen. Fikobilin adalah rantai terbuka tetrapirol
responsible untuk warna biru intens fikosianin. Komponen protein fikosianin terdiri
dari dua subunit homolog dengan tipe rantai α dan β globin yang dihubungkan
secara kovalen dengan fikobilin oleh hubungan thioter (Eriksen 2008). Fikosianin
merupakan pigmen yang memiliki nilai jual tinggi. Spolaore (2006) melaporkan
harga produk fikobiliprotein adalah US$ 3 hingga US$ 25 per mg untuk pigmen
asli. Harga pigmen dapat mencapai US$ 1500 per mg untuk pigmen yang terikat
dengan antibodi atau molekul berpendar lainnya. Rahmawati et al. (2017)
melaporkan bahwa pigmen fikosianin didapat dari biomassa kering S. platensis
yang diekstrak menggunakan metode maserasi menghasilkan 1400 mg pigmen
fikosianin dalam 10 g spirulina atau sekitar 14%.
Spirulina platensis merupakan alga hijau biru yang kaya protein, mineral,
vitamin serta nutrient lainnya. Alga ini mampu tumbuh pada berbagai tingkat
salinitas, pH basa (8-11), media dengan kandungan senyawa karbonat dan
bikarbonat serta bahan-bahan organik (Nuhu 2013). Reynolds (1990) melaporkan
bahwa nilai maksimum kecepatan proses fotosintesis spirulina berkisar pada suhu
25-40 oC. Spirulina platensis mengandung protein yang terdiri dari asam amino
yaitu metionina, sisteina dan lisina. Alga ini juga kaya akan eicosapentaeonic acid
(EPA), docosahexaeonic acid (DHA), arachidonic acid (AA), dan juga
mengandung vitamin B1, B2, B3, B6, B9, B12, C, D dan E (Susanna et al. 2007).
Spirulina platensis mengandung pigmen-pigmen yang meliputi karotenoid, klorofil
dan fikosianin (Christwardana et al. 2013). Rahmawati et al. (2017) menyatakan
bahwa Spirulina platensis mengandung pigmen fikosianin yang berfungsi untuk
meningkatkan antibodi untuk melawan infeksi akibat virus, bakteri, maupun parasit
yang ada ditubuh. Chen et al. (2014) menyatakan bahwa S. platensis telah
digunakan sebagai makanan atau suplemen makanan untuk manusia, namun dalam
beberapa tahun terakhir Spirulina banyak digunakan sebagai bahan baku kosmetik.
Komponen utama yang digunakan sebagai bahan baku dari Spirulina yaitu
fikosianin.
Ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan antara satu atau beberapa
komponen dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan
2

komponen terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari setiap bahan yang
digunakan (Aziz et al. 2009). Berbagai metode ekstraksi fikosianin meliputi
ekstraksi dengan dengan ultrasonik, freeze thaw, dan maserasi. Hasil penelitian
Moraes et al. (2011) menunjukkan bahwa fikosianin kering yang diekstrak
menggunakan metode freeze thaw 2 siklus (selama 48 jam) menghasilkan rendemen
berkisar 1.8%. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi fikosianin yaitu
jumlah biomassa, pelarut, waktu ekstraksi, suhu, laju pencampuran, dan
perbandingan biomassa dengan pelarut (Taufiqurrahmi et al. 2016).
Ekstraksi fikosianin dapat dilakukan dengan kondisi sampel basah karena
struktur fikosianin yang mengandung protein dapat rusak akibat suhu tinggi pada
proses pengeringan (Budi 2011). Ekstraksi menggunakan biomassa S.platensis
basah dipilih dengan pertimbangan hemat energi dan biaya produksi, karena tidak
diperlukanya tahap pengeringan, sehingga pada penelitian ini menggunakan
biomassa S. platensis basah. Zhang et al. (2014) menyatakan bahwa terdapat
beberapa hambatan saat melakukan ekstraksi fikosianin dari alga, antara lain
adanya dinding sel berlapis serta kontaminan yang dapat mengurangi keefektifan
ekstraksi yang dilakukan, sehingga dibutuhkan metode ekstraksi yang tepat untuk
mengekstrak fikosianin dari S. platensis tanpa banyak merusak fikosianin. Ekstraksi
konvensional pada umumnya membutuhkan waktu ekstraksi yang cukup lama serta
melibatkan suhu tinggi yang dapat merusak pigmen sehingga diperlukan ekstraksi
dengan metode baru, salah satunya menggunakan gelombang ultrasonik.
Ekstraksi ultrasonik (ultrasonic-assisted extraction) merupakan metode
ekstraksi dengan menggunakan gelombang ultrasonik (Chemat et al. 2017).
Gelombang ultrasonik merupakan gelombang suara yang memiliki frekuensi diatas
pendengaran manusia (≥ 20 kHz). Balachandran et al. (2006) menyatakan bahwa
gelombang ultrasonik mampu meningkatkan difusi pelarut dalam suatu zat, dimana
faktor tersebut dipengaruhi oleh gelombang kavitasi yang dihasilkan. Selain itu,
metode ektraksi menggunakan ultrasonik memakan waktu lebih cepat
dibandingkan dengan ekstraksi metode lainnya. Proses ekstraksi dengan
menggunakan ultrasonik dapat memecah dinding sel Spirulina dan mengeluarkan
pigmen fikosianin. Ekstraksi Spirulina dengan menggunakan metode ultrasonik
dapat menghasilkan ekstrak fikosianin sebesar 15.97% pada frekuensi 42 kHz dan
11.24% pada frekuensi 28 kHz (Agustina et al. 2018). Ekstraksi fikosianin dengan
ultrasonik menggunakan biomassa basah belum banyak dilakuakan, oleh karena itu
perlu dikaji pengaruh waktu ekstraksi terhadap karakteristik fikosianin.

Perumusan Masalah

Fikosianin merupakan pigmen alami yang dapat diperoleh dari S. platensis


melalui proses ekstraksi. Metode ekstraksi dapat berpengaruh terhadap kualitas
sampel, salah satu metode ekstraksi yang dapat digunakan adalah ultrasonikasi,
yang digunakan pada penelitian ini. Ekstraksi fikosianin biasanya menggunakan
biomassa kering, yang mana perlu proses pengeringan biomasa dan diduga
berpengaruh terhadap komponen aktifnya. Penelitian ini menggunakan biomassa
basah, namun belum diketahui pengaruhnya terhadap karakteristik fikosianin,
sehingga perlu kajian lebih lanjut. Metode ekstraksi juga berpengaruh terhadap
3

kualitas fikosianin, pada penelitian ini dibandingkan karakteristik fikosianin yang


diekstraksi menggunakan metode berbeda.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh waktu ekstraksi dari


S. platensis biomassa basah menggunakan metode ultrasonik, membandingkan
ekstrak fikosianin yang dihasilkan dari metode ultrasonik dan freeze thaw, serta
mengkarakterisasi fikosianin hasil ekstraksi ultrasonik setelah tahap presipitasi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait dengan


ekstraksi ultrasonik dengan menggunakan biomassa basah dari Spirulina platensis,
serta kestabilan fikosianin pada pH berbeda.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi kultivasi S. platensis. Spirulina


platensis yang telah kultivasi kemudian diekstrak untuk mendapatkan fikosianin.
Fikosianin didapat setelah melakukan proses purifikasi dengan metode
pengendapan menggunakan amonium sulfat pada ekstrak kasar. Fikosianin tersebut
dilakukan karakterisasi fikosianin murni dan indeks kemurnian. Fikosianin
dilakukan uji stabilitas pada pH berbeda. Fikosianin diukur bobot molekul
menggunakan SDS-PAGE.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – November 2019. Tempat


penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi II Hasil Perairan, Laboratorium
Mikrobiologi Hasil Perairan, Laboratorium Membran, Departemen Teknologi
Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laboratorium Terpadu
Fakultas Kedokteran Hewan, dan Laboratorium Kimia Bersama, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini yaitu Spirulina platensis
yang dikultivasi di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan, Departemen
Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
4

Bogor, Bogor, Jawa Barat. Bahan lain yang digunakan yaitu pupuk GA (Premium),
Pupuk walne, plant catalyst (2006), pupuk kimia urea non subsidi, Buffer Sodium
Fosfat (Merck, Germany), NaH2PO4 (Merck, Germany), Na2HPO4 (Merck,
Germany), akuades, NaOH (Merck, Germany), HCl (Merck, Germany), dan
Amonium Fosfat (Merck, Germany).
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi toples kaca 15L,
mikropipet, kertas Whatman 42, aerator (500-AP), gelas ukur, alat gelas, timbangan
digital, pH meter, Lampu UV, ultrasonic cleaner batch 40 kHz dengan daya 200
W (DSA100-SK4.0, China), Molecular weight membrane dialysis cut off 12-14
kDa, dan spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu).

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu kultivasi Spirulina


platensis dan proses pemanenan biomassa, ekstraksi fikosianin dengan
menggunakan ultrasonik dan pengujian karakteristiknya, kemurnian fikosianin, dan
bobot molekul fikosianin menggunakan SDS-PAGE. Diagram alir dapat dilihat
pada Gambar 1.

Kultivasi Spirulina platensis


Kultivasi S. platensis menggunakan media organik mengacu pada penelitian
Afriani et al. (2018). Media organik yang digunakan merupakan campuran 3 pupuk
organik, yaitu pupuk urea, pupuk GA, dan pupuk plant catalyst. Kultivasi dimulai
dengan sterilisasi seluruh perlengkapan menggunakan sinar UV selama 45 menit.
Media pertumbuhan S. platensis dibuat dengan mencampurkan air laut dan air tawar
dengan perbandingan 1:1 (280 L air laut dan 280 L air tawar) dalam wadah yang
telah disediakan. Bibit S. platensis dimasukkan ke dalam air kultur sebanyak 20%
dari total volume kultur 15 L. Aerasi dilakukan secara terus menerus dengan
intensitas cahaya sebesar 3250 lux (40 watt). Sampling dilakukan selama 2 hari
sekali untuk mengukur Optical Density (OD) dari spirulina yang dikultivasi.

Ekstraksi Pigmen Fikosianin


Metode ekstraksi pigmen fikosianin mengacu pada Setyawan dan Satria
(2013) dengan modifikasi perbedaan pelarut yang digunakan. Ekstraksi dilakukan
pada biomassa basah menggunakan ultrasonik dan dilakukan dua tahap. Tahap
pertama, ekstraksi dilakukan selama 20, 30, 40, 50, dan 60 menit. Ekstraksi tahap
dua dilakukan selama 10, 15, dan 30 menit. Biomassa basah S. platensis dilarutkan
dalam buffer sodium fosfat 10 mM dengan perbandingan 1:8 (5 g sampel S.
platensis dan 40 mL buffer sodium fosfat). Sampel kemudian disonikasi pada
frekuensi 42 kHz dengan tiga kali ulangan.
Ekstraksi fikosianin dengan metode freeze thaw mengacu pada Moraes et
al. (2011). Biomassa basah S. platensis yang diekstrak dilarutkan dalam buffer
sodium fosfat 10 mM dengan perbandingan 1:8 (5 g sampel S. platensis dan 40 mL
buffer sodium fosfat). Sampel kemudian dilakukan pembekuan dan pengeringan 2
siklus (1 siklus/hari). Ekstrak fikosianin kemudian disentrifugasi dengan kecepatan
10 000 rpm selama 20 menit suhu 4 °C dan diambil supernatan. Sampel yang sudah
dilakukan proses sentrifugasi kemudian diukur absorbansi pada panjang gelombang
5

Spirulina
platensis

Kultivasi dan
pemanenan Analisis:
Kadar air,
Pengukuran
berat
Biomassa basah biomassa

Ekstraksi fikosianin Ekstraksi fikosianin metode gelombang


metode Freeze-thaw 2 ultrasonik (42 kHz, 4ºC) dengan waktu
siklus (1 siklus/hari) berbeda

Sentrifugasi

Ekstrak fikosianin Ekstrak fikosianin kasar


kasar (Freeze-thaw) (Biomassa basah)

Presipitasi
Analisis: Analisis:
Spektrum UV- Konsetrasi,
Vis, Indeks
Konsentrasi kemurnian,
(fikosianin, Dialisis
bobot
allofikosianin, molekul
dan total dengan
klorofil), Fikosianin SDS-page,
Perhitungan Stabilitas
rendemen pH
fikosianin,
Indeks
Kemurnian
Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian
6

280-700 nm. Spektrum absorbansi yang diperoleh dilakukan perhitungan untuk


mengetahui konsentrasi fikosianin, allofikosianin, total klorofil, rendemen
fikosianin, dan indeks kemurnian.

Pemurnian Fikosianin
Pemurnian fikosianin dilakukan untuk memurnikan fikosiainin hasil
ekstraksi. Pemurnian fikosianin terdiri dari dua metode pemurnian, yaitu presipitasi
menggunakan amonium sulfat dan dialisis menggunakan membran dialisis
berukuran 12-14 kDa cut off. Presipitasi ekstrak fikosianin dan dialisis mengacu
pada Kumar et al. (2014). Ekstrak fikosianin yang telah disentrifugasi kemudian
dipresipitasi. Proses presipitasi dilakukan dengan mengambil ekstrak kasar (natan),
dan ditambahkan buffer sodium fosfat 10 mM serta bubuk amonium sulfat 65%.
Presipitat dilarutkan melalui peristiwa salting-in. Setelah tahap ini pigmen kasar
menjadi lebih murni, hal ini disebabkan kontaminan sudah jauh berkurang
(Mayasari et al. 2018). Setelah dilakukan proses ini, kemudian dilakukan
sentrifugasi selama 20 menit untuk mendapatkan natan. Natan yang telah
didapatkan kemudian ditambah buffer fosfat. Fikosianin yang telah disentrifugasi,
kemudian dilakukan dialisis dengan menggunakan membran dialisis berukuran 12-
14 kDa cut off.
Ekstrak fikosianin yang telah dipresipitasi kemudian didialisis. Sampel
kemudian dimasukkan ke dalam kantong dialisis dan direndam dalam buffer
amonium sulfat 10 mM selama 2x24 jam pada suhu 4 °C. Pergantian buffer sodium
fosfat dilakukan setelah 4 jam sekali. Sampel yang sudah dilakukan proses dialisis
kemudian dianalisis indeks kemurnian, analisis pengaruh pH terhadap stabilitas zat
warna fikosianin, dan bobot molekul fikosianin dengan metode sodium dodescyl
sulfate and polyacrilamide gel (SDS-PAGE).

Prosedur Analisis

Prosedur analisis yang dilakukan meliputi pembuatan kurva perhitungan


biomassa Spirulina, perhitungan konsentrasi fikosianin dan rendemen biomassa S.
platensis, perhitungan allofikosianin dan total klorofil, perhitungan indeks
kemurnian fikosianin, dan analisis profil proein. Data yang didapatkan dalam
penelitian ini kemudian diolah menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).

Pengukuran OD dan Perhitungan Biomassa


Pertumbuhan S. platensis diamati dengan mengukur nilai OD (optical
density) selama 14 hari hingga OD mencapai 0.5 dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 670 nm sebanyak 10 mL. Sampel
diambil menggunakan pipet volumetrik dan diukur nilai OD nya. Data yang
diperoleh dibuat kurva produktivitas biomassa secara keseluruhan.
Spirulina platensis sebanyak 15 L disaring menggunakan nylon mess 500
mess (mampu menyaring partikel dengan ukuran 25 μm). Biomassa kemudian
dilakukan ekstraksi S. platensis basah untuk mendapatkan pigmen fikosianin.
7

Analisis Kadar Air (AOAC 2005)


Biomassa S. platensis basah sebanyak 2 g dilakukan analisis kadar air.
Cawan dikeringkan dengan menggunakan oven bersuhu 105 ºC selama 15 menit.
Cawan kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit hingga berat
konstan. Sampel dimasukkan kedalam cawan dan dioven dengan menggunakan
suhu 102-105 ºC selama 6 jam. Cawan dengan sampel kemudian didinginkan dalam
desikator dan kemudian ditimbang kembali. Persentase kadar air (berat basah) dapat
dihitung dengan rumus:
𝐵-C (g)
Kadar air (%)= × 100%
B-A
Keterangan:
A = berat cawan kosong (g)
B = berat cawan + sampel awal (g)
C = berat cawan + sampel kering (g)

Perhitungan Konsentrasi Fikosianin dan Allofikosianin (Lauceri et al. 2018)


Ekstrak kasar diencerkan 10 kali dengan buffer sodium fosfat lalu diukur
menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 620 nm
(A620measured) dan 652 nm (A652measured). Absorbansi kumulatif (APhs) pada panjang
gelombang 620 (A620Phs) dan panjang gelobang 652 (A652Phs) dihitung dengan rumus
berikut:

A620Phs= 1.012 A620measured – 0.215 A675measured


A652Phs= 1.038 A652measured – 0.256 A675measured

Konsentrasi fikosianin dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

𝐴620 𝑃ℎ𝑠 -0.474 (𝐴652 𝑃ℎ𝑠 )


Konsentrasi fikosianin (mg/mL)=
5.34

Konsentrasi allofikosianin dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

𝐴652 𝑃ℎ𝑠 -0.208 (𝐴620 𝑃ℎ𝑠 )


Konsentrasi allofikosianin (mg/mL) =
5.09

A652measured = Absorbansi pada panjang gelombang 652 nm yang diukur


A620 measured = Absorbansi pada panjang gelombang 620 nm yang diukur

Perhitungan Kandungan Klorofil (Chaiklahan et al. 2012)


Ekstrak kasar diencerkan 10 kali dengan buffer sodium fosfat lalu diukur
menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 620 nm
(A620measured) dan 652 nm (A652measured). Analisis total klorofil dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:

Total Klorofil (mg/L) =(17.3⨯𝐴646 )+(7.18⨯𝐴663 )

A646 measured = Absorbansi pada panjang gelombang 646 nm yang diukur


A663 measured = Absorbansi pada panjang gelombang 663 nm yang diukur
8

Rendemen Ekstrak Fikosianin (Lauceri et al. 2018)


Ekstrak kasar diencerkan 10 kali dengan buffer sodium fosfat lalu diukur
menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 620 nm
(A620measured) dan 652 nm (A652measured). Rendemen ekstrak fikosianin ditentukan
sebagai berikut:
PC x V
Rendemen Fikosianin =
DB
PC = Konsentrasi fikosianin
V = Volume pelarut (mL)
DB = Massa biomassa basah (g)

Indeks Kemurnian Fikosianin (Silveira et al. 2007)


Fikosianin yang didapat kemudian dianalisis dengan mengukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 615 nm,
652 nm dan 280 nm. Analisis kemurnian fikosianin mengunakan persamaan
Silveira et al. (2007) yaitu:

𝐴620 𝑃ℎ𝑠
Indeks murni =
𝐴280 𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒𝑑

𝐴620 𝑃ℎ𝑠 = Absorbansi pada panjang gelombang 620 nm


𝐴280 𝑃ℎ𝑠 = Absorbansi pada panjang gelombang 280 nm

Uji Stabilitas Fikosianin pada pH Berbeda


Pengaruh pH terhadap stabilitas zat warna fikosianin mengacu pada
Chaiklahan et al. (2012). Ekstrak fikosianin yang sudah dimurnikan kemudian
dicampurkan ke dalam beberapa larutan pH. Larutan pH yang digunakan yaitu pH
1.54, 2, 3.91, 5, 5.5, 6, 7, dan 8. Ekstrak yang telah dicampurkan kedalam larutan
pH, kemudian dilakukan analisis absorbansi fikosianin menggunakan
spektrofotometer UV-VIS untuk melihat hasil yang didapat dan mengukur
konsentrasi fikosianin dan nilai rasio A620/A350.

Analisis Profil Protein (Laemmli. 1970)


Profil protein dianalisis berdasarkan berat molekul menggunakan metode
Sodium Dodesyl Sulfate-Polyacrilamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE).
Analisis SDS-PAGE menggunakan 4% stacking gel, 12% separating gel untuk
sampel fikosianin. Sampel fikosianin sebanyak 20 µl ditambahkan buffer sampel
dengan perbandingan 1:1 (v/v), kemudian dipanaskan pada suhu 100°C selama 10
menit sebelum dimasukkan kedalam sumur gel. Sampel fikosianin 20 µL
dimasukkan ke dalam gel poliakrilamid.
Elektroforesis dilakukan pada arus 20 mA dan voltase 60 volt selama 180
menit. Elektroforesis berakhir ketika pewarna sampel mencapai batas 0.5 cm dari
bagian bawah gel. Gel elektroforesis direndam dalam larutan fiksasi (30% etanol
dan 10% asam asetat) selama 2 jam pada suhu ruang dan diagitasi perlahan. Larutan
etanol dan asam asetat kemudian dibuang, dan gel direndam dalam larutan ethanol
30%. Inkubasi gel pada suhu ruang selama 30 menit sambil diagitasi perlahan,
kemudian lakukan perendaman ini sekali lagi. Larutan ethanol dibuang lalu gel
dicuci dengan larutan washing solution selama 20 menit sebanyak tiga kali tanpa
9

diagitasi. Gel kemudian direndam dalam larutan Sensitize selama 1 menit. Larutan
sensitize berfungsi untuk proses pewarnaan agar saat proses pewarnaan pita-pita
protein lebih sensitif dan mudah diwarnai. Gel kemudian direndam dalam 0.1%
AgNO3 yang diencerkan dari stok 20% (w/v). Gel diinkubasi selama 30 menit pada
suhu ruang, kemudian gel dicuci dengan air bebas ion yang dialirkan selama 20
menit. Gel kemudian direndam dengan larutan Developing (Na2CO3 6 g/100 ml)
dengan 2.5% NaCO3 dan 0.02% formaldehid dan gel diinkubasi pada suhu ruang
dan dilakukan digitasi hingga terbentuk pita-pita dalam beberapa menit. Larutan
stop solution kemudian ditambahkan dan diamkan selama 5 menit kemudian bilas
dengan air bebas ion. Pita-pita protein menunjukkan profil berat molekul dan diukur
dengan software Photocapt.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor


perlakuan yang mengacu pada Walpole (1995), yaitu perbedaan waktu ekstraksi
dengan setiap perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Data yang diperoleh
diuji normalitas dan homogenitas sebelum dianalisis dengan sidik ragam atau
Analysis of Varians (ANOVA) pada perlakuan konsentrasi, rendemen, indeks
kemurnian fikosianin, serta stabilitas fikosinain pada pH berbeda dan uji
independent samples T-test pada perlakuan indeks kemurnian (sebelum dan sesudah
purifikasi) serta karakteristik fikosianin perlakuan terbaik dengan ekstrak fikosianin
dengan metode freeze thaw. Perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji Duncan
pada α=0.05 agar menentukan perlakuan mana yang berbeda. Model Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang digunakan sebagai berikut:

Yij = μ + αi + εij
i : 1,2,3 dan j : 1,2,3

Keterangan:
Yij = Nilai dari taraf ke-i (perlakuan perbedaan waktu ekstraksi)
μ = Nilai tengah umum
αi = Pengaruh perlakuan taraf ke-i (perlakuan perbedaan waktu ekstraksi)
εij = Galat pengamatan pada taraf ke-i (perlakuan perbedaan waktu ekstraksi)
dan ulangan ke-j (j=ulangan 1,2,3)
Hipotesis uji perbedaan taraf (perlakuan perbedaan konsentrasi) terhadap
respon (konsentrasi, stabilitas, spektrum absorban) yang diajukan pada penelitian
ini sebagai berikut:
H0 = Perlakuan perbedaan waktu ekstraksi tidak berpengaruh terhadap
konsentrasi, indeks kemurnian, dan stabilitas.
H1 = Perlakuan perbedaan waktu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap
konsentrasi, indeks kemurnian, dan stabilitas.
Jika analisis data menunjukkan adanya pengaruh (p < 0.05) maka dilakukan
uji lanjut menggunakan uji Duncan. Hipotesis uji Duncan terhadap konsentrasi,
indeks kemurnian dan stabilitas adalah sebagai berikut:
H0 = Perlakuan perbedaan waktu ekstraksi tidak berpengaruh terhadap
konsentrasi, indeks kemurnian, dan stabilitas.
10

H1 = Perlakuan perbedaan waktu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap


konsentrasi, indeks kemurnian, dan stabilitas.
Selang kepercayaan yang digunakan adalah 95% untuk menyatakan
perbedaan nyata. Data dianalisis dengan analisis ragam, apabila menunjukkan hasil
yang berbeda nyata (p<0.5) maka dilakukan uji lanjut Duncan dengan rumus
sebagai berikut.
KTS
Rp = r (∑ p;dbs;a)√ )
r
Keterangan:
Rp = nilai kritikal untuk perlakuan yang dibandingkan
p = perlakuan
dbs = derajat bebas
a = taraf nyata
KTS = jumlah kuadrat tengah
r = jumlah ulangan/kelompok

Perlakuan metode ultrasonik terpilih dibandingkan dengan kontrol dan


dianalisis dengan uji T-Test. Bentuk hipotesis yang digunakan adalah sebagai
berikut.
H0 = metode ultrasonik terpilih tidak berpengaruh terhadap karakteristik
fikosianin yang dihasilkan.
H1 = metode ultrasonik terpilih berpengaruh terhadap karakteristik fikosinain
yang dihasilkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kultur Biomassa Mikroalga S. platensis

Kultivasi S. platesis dilakukan dalam toples kaca kapasitas 15 L dan


dilakukan penyinaran dengan intensitas 3250 lux. Hal ini sesuai dengan penelitian
Kumar et al. (2011) intensitas cahaya yang optimal digunakan dalam kultur
S.platensis sebesar 2000-3250 lux. Salinitas yang digunakan pada kultur yaitu 15
ppt, hal ini sesuai dengan pendapat Utomo dan Winarti (2005) menyatakan salinitas
yang optimal pada pertumbuhan S. platensis adalah 15-30 ppt. Suhu yang
digunakan selama kultivasi berkisar 28-30 °C, Suminto (2009) menyatakan bahwa
suhu optimal untuk pertumbuhan S. platensis berkisar 25-35 °C. Proses kultur
diberikan aerator secara terus menerus agar teraduk secara merata serta membantu
proses fotosintesis. Kultur S. platensis dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kultur S. platensis hari ke-14


11

Media yang digunakan pada kultur S. platensis berupa media organik yang
terdiri atas beberapa pupuk yaitu pupuk urea, gibberilic acid (GA), dan plant
catalyst. Amanatin dan Nurhidayati (2013) menyatakan bahwa pupuk urea yang
digunakan berfungsi sebagai sumber nitrogen dan penunjang pertumbuhan sel pada
Spirulina sp.. Urea CO(NH2)2 merupakan pupuk komersil yang ekonomis dan
memiliki kadar nitrogen 46%. Xu et al. (2014) menyatakan bahwa pupuk gibberilic
acid (GA) berfungsi mengatur pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman.
Plant catalyst merupakan pupuk pelengkap cair yang berfungsi sebagai katalisator
untuk mengefektifkan atau mengoptimalkan pemakaian unsur-unsur hara makro,
sehingga tanaman memiliki produktivitas yang tinggi (Guntoro et al. 2017).
Pengukuran OD dilakukan 2 hari sekali untuk mendapatkan kurva
pertumbuhan S. platensis dan kepadatan sel. Nilai OD kultivasi S. platensis selama
14 hari dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Nilai OD kultur S. platensis selama 14 hari.

Nilai OD semakin meningkat dengan bertambahnya waktu kultivasi


(Gambar 3). Nilai OD yang didapatkan setelah 14 hari sebesar 0.535, ini sesuai
dengan Afriani et al. (2018) yang menyatakan S. platensis siap dipanen saat nilai
OD ≥ 0.5 yang menunjukkan akhir dari fase pertumbuhan eksponensial logaritmik
menuju fase stasioner. Biomassa basah S. platensis yang dihasilkan 50.13 g/30 L
(8.06 g kering).

Karakteristik Ekstrak Fikosianin

Ekstrak Fikosianin Tahap 1


Proses ekstraksi fikosianin dari S. platensis menggunakan pelarut buffer
fosfat. Setyantini et al. (2014) menyatakan bahwa pelarut sodium buffer fosfat
mampu menarik fikosianin lebih efisien dibanding pelarut lainnya karena memiliki
tingkat kepolaran yang lebih tinggi, sehingga rendemen fikosianin yang dihasilkan
pada ekstraksi menggunakan buffer fosfat lebih tinggi dibandingkan air dan aseton.
Ekstraksi fikosianin tahap 1 yang diperoleh, dilakukan scanning dengan UV-Vis
spektrofotometer pada rentang panjang gelombang 280-700 nm. Spektrum
absorbansi ekstrak biomassa basah S.platensis dapat dilihat pada Gambar 4.
12

0.7
Absorbansi (-) 0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
280 330 380 430 480 530 580 630 680
Panjang gelombang (nm)

Gambar 4 Spektrum absorbansi ekstrak kasar biomassa basah Spirulina platensis


dengan waktu sonikasi berbeda ( 20 menit, 30 menit, 40
menit, 50 menit, 60 menit).

Gambar 4 menunjukkan bahwa terdapat beberapa puncak absorbansi. Liao


et al. (2011) menyatakan bahwa fikosianin ditunjukkan pada panjang gelombang
620 nm. Puncak yang terdeteksi pada panjang gelombang 380-430 nm dan 671 nm
menunjukkan terdeteksinya kandungan klorofil a (Lauceri et al. 2018).
Pigmen yang terdapat pada ekstrak kasar terdiri atas fikosianin,
allofikosianin dan klorofil. Konsentrasi pigmen yang didapat pada perlakuan 20,
30, 40, 50, dan 60 menit dapat dilihat pada Gambar 5.
800
a
700 a
a a
Konsentrasi (µg/mL)

a
600
500
400
300
d d d d d
200
gh gh h
100 g g
0
20 30 40 50 60
Waktu sonikasi (menit)

Gambar 5 Konsentrasi pigmen fikosianin, allofikosianin, dan total klorofil ekstrak


biomassa basah Spirulina platensis. ( ) fikosianin, ( ) allofikosianin,
( ) total klorofil). Huruf superskrip menunjukkan adanya perbedaan
yang nyata (p<0.05) pada konsentrasi klorofil, serta tidak berbeda nyata
(p>0.05) pada konsentrasi fikosianin dan allofikosianin.

Perlakuan lama ekstraksi tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap


pigmen fikosianin dan pigmen allofikosianin, namun berpengaruh nyata (p<0.05)
terhadap pigmen klorofil. Hasil analisis ragam konsentrasi total klorofil perlakuan
20, 30, 40 dan 50 menit berbeda tetapi tidak nyata, sedangkan perlakuan 20 dan 30
menit berbeda nyata dengan perlakuan 60 menit. Semakin lama proses ekstraksi
maka kandungan klorofil semakin tinggi, hal ini dikarenakan gelombang ultrasonik
13

memecah dinding sel S. platensis hingga kandungan klorofil keluar. Presentase


kandungan pigmen pada ekstrak kasar biomassa S. platensis basah tersebut yaitu
fikosianin (66.303 – 70.645%), allofikosianin (21.522 – 23.343%) dan klorofil
(7.231 – 11.069%). Hasil penelitian yang didapatkan sesuai dengan Farihah et al.
(2014) yang menyatakan bahwa kandungan pigmen tertinggi pada S. platensis yaitu
kandungan fikosianin.
Rendemen fikosianin dan indeks kemurnian pada ekstrak kasar
menunjukkan tinggi rendahnya kandungan fikosianin dan tingkat kemurnian dari
fikosianin. Tingkat rendemen fikosianin dan indeks kemurnian pada setiap
perlakuan berbeda. Rendemen fikosianin dan indeks kemurnian dapat dilihat pada
Gambar 6.
1 1

Indeks kemurnian (-)


Rendemen fikosianin

a a a
0.8 a 0.8
a
0.6 a a 0.6
a
(%)

a a
0.4 0.4

0.2 0.2

0 0
20 30 40 50 60
Waktu sonikasi (menit)
Gambar 6 Rendemen fikosianin dan indeks kemurnian ekstrak biomassa basah
Spirulina platensis. ( ) rendemen fikosainin (%), ( ) indeks
kemurnian.

Rendemen fikosianin dan indeks kemurnian pada Gambar 6 menunjukkan


bahwa perbedaan waktu ekstraksi tidak berbeda nyata (p>0.05) terhadap rendemen
fikosianin dan indeks kemurnian ekstrak kasar fikosianin. Hal ini menunjukkan
bahwa perlakuan 20 menit sonikasi sudah bisa mengekstrak seluruh komponen
intraseluler pada spirulina yang ditandai dengan terekstraksnya komponen klorofil
yang berada pada tilakoid. Christwardana et al. (2013) menyatakan bahwa spirulina
tidak hanya mengandung protein fikosianin namun mengandung karbohidrat, asam
linoleat, karotenoid, dan klorofil. Hasil ekstraksi fikosianin pada tahap 1
menunjukkan bahwa waktu sonikasi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi,
rendemen, dan ndeks kemurnian yang dihasilkan, sehingga dilanjutkan ekstraksi
fikosianin tahap 2.

Ekstrak Fikosianin Tahap 2


Ekstrak fikosianin tahap 2 yang diperoleh dilakukan scanning dengan UV-
Vis spektrofotometer pada rentang panjang gelombang 250-700 nm. Hasil
spektrofotometer didapatkan grafik spektrum absorbansi ekstrak biomassa basah S.
platensis, kandungan pigmen, rendemen dan indeks kemurnian fikosianin dari
biomassa basah S. platensis. Grafik spektrum absorbansi ekstrak biomassa basah S.
platensis dapat dilihat pada Gambar 7.
14

0.5

0.4
Absorbansi (-)

0.3

0.2

0.1

0
280 330 380 430 480 530 580 630 680
Panjang Gelombang (nm)
Gambar 7 Spektrum absorbansi ekstrak kasar biomassa basah Spirulina platensis
tahap 2. ( 10 menit, 15 menit, 20 menit).

Gambar 7 menunjukkan bahwa terdapat puncak absorbansi yaitu 350 nm


dan 620 nm. Semakin lama proses ekstraksi maka tinggi puncak absorbansi tersebut
semakin tinggi. Puncak yang terdeteksi pada panjang gelombang 350 nm menurut
Liao et al. (2011) menunjukkan terdeteksinya kehadiran kromofor di fikosianin.
Fikosianin merupakan biopigmen bagian dari fikobiliprotein yang memiliki serapan
maksimum pada panjang gelombang 610-620 nm. Grafik hasil yang didapatkan
sesuai dengan Sedjati et al. (2012) yaitu adanya kandungan fikosianin pada panjang
gelombang 620 nm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada ekstrak kasar
mengandung fikosianin. Pada tahap ini tidak terdapat puncak absorbansi di area
380-430 nm dan 680 nm, hal ini menunjukkan tidak adanya klorofil yang terekstrak.
Kandungan pigmen yang terdapat pada ekstrak kasar terdiri atas fikosianin,
allofikosianin dan klorofil. Konsentrasi yang didapat pada perlakuan 10, 15, dan 20
menit berbeda. Kandungan pigmen pada ekstrak kasar dapat dilihat pada Gambar
8.

1400 a
Konsentrasi (ug/ml)

1200
1000 ab
800 b
600
400
200 d g de gh e h
0
10 15 20
Waktu Sonikasi (Menit)

Gambar 8 Konsentrasi pigmen fikosianin, allofikosianin, dan total klorofil


biomassa basah Spirulina platensis. ( ) fikosianin, ( ) allofikosianin,
( ) total klorofil. Huruf superskrip menunjukkan adanya perbedaan
yang nyata (p<0.05) pada konsentrasi fikosianin, allofikosianin, dan
total klorofil.

Hasil analisis ragam (Lampiran 8, 9, dan 10) menunjukkan bahwa perlakuan


lama ekstraksi berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap pigmen fikosianin,
allofikosianin, dan total klorofil. Kandungan pigmen yang terekstrak pada pigmen
15

fikosianin sebesar 98.191 – 98.422%, pigmen allofikosianin sebesar 1.223 –


1.430%, dan total klorofil sebesar 0.355 – 0.378%. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Farihah et al. (2014) yang menyatakan bahwa kandungan pigmen
tertinggi pada S. platensis yaitu kandungan fikosianin. Grafik tersebut
menunjukkan bahwa kandungan pigmen klorofil hampir tidak terdeteksi. Spirulina
memiliki membran tilakoid, yang di permukannya terdapat struktur granula berupa
fikobilisom yang terdiri dari fikobiliprotein. Fikobiliprotein berfungsi untuk
menyerap cahaya dan diduga dapat melindungi pigmen fotosintesis lainnya dari
oksidasi pada cahaya berintensitas tinggi. Cahaya yang diserap oleh fikosianin akan
ditransfer kepada allofikosianin kemudian diteruskan menuju pusat reaksi yaitu
klorofil-a di membran tilakoid. Klorofil-a merupakan pigmen fotosintesis mikroalga
Spirulina sp. yang terletak pada membran tilakoid yang tersebar di dalam
kromoplasma, oleh sebab itu klorofil tidak dapat terekstrak dengan sempurna pada
waktu yang singkat (Diharmi 2001).
Rendemen fikosianin dan indeks kemurnian pada ekstrak biomassa basah
S.platensis menunjukkan tinggi rendahnya kandungan fikosianin dan tingkat
kemurnian dari fikosianin. Tingkat rendemen fikosianin dan indeks kemurnian pada
setiap perlakuan berbeda. Rendemen fikosianin dan indeks kemurnian dapat dilihat
pada Gambar 9.

20 1.6
Rendemen Fikosianin (%)

18 c 1.4
16 a b

Indeks Kemurnian
1.2
14
12 1
10 0.8
8 a 0.6
6 ab b 0.4
4
2 0.2
0 0
10 15 20
Waktu Sonikasi (Menit)

Gambar 9 Rendemen fikosianin dan indeks kemurnian tahap 2. ( ) rendemen


fikosainin, ( ) indeks kemurnian.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan waktu sonikasi


berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap rendemen fikosianin dan indeks kemurian
ekstraksi tahap 2. Hasil yang didapat lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian
Hadiyanto et al. (2016), ekstraksi fikosianin kering menggunakan gelombang
ultrasonik selama 40 menit menghasilkan rendemen sebesar 4.3% dengan
menggunakan sonikator 42 kHz (ChromTech). Indeks murni fikosianin merupakan
perbandingan nilai absorbansi pada panjang gelombang 620 nm dengan 280 nm
(Chaiklahan et al. 2012). Semakin lama waktu sonikasi maka rendemen fikosianin
yang dihasilkan akan semakin rendah, namun semakin tinggi indeks kemurnian
fikosianin. Berdasarkan hasil tersebut, indeks kemurnian yang dihasilkan dari
ekstraksi selama 10, 15, dan 20 menit lebih tinggi dari ekstraksi tahap 1.
16

Karakteristik Fikosianin Terpilih

Fikosianin perlakuan terpilih (ekstraksi dengan menggunakan ultrasonik


selama 10 menit) dibandingkan karakteristiknya dengan kontrol (ekstraksi dengan
menggunakan freeze thaw). Karakterisitik tersebut meliputi konsentrasi fikosianin,
rendemen fikosianin dan indeks kemurnian fikosianin. Hasil karakteristik
fikosianin perlakuan terpilih dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik fikosianin perlakuan terpilih


Ekstraksi Ultrasonik Ekstraksi Freeze thaw
Parameter 10 menit
Konsentrasi fikosianin (µg/mL) 1065.54±182.76a 56.56±0.63b
Rendemen fikosianin (%) 10.65±1.82a 0.56±0.01b
Indeks kemurian 1.12±0.04a 1.06±0.01a
Keterangan: Huruf superskrip pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata (p<0.05) pada parameter konsentrasi fikosianin dan rendemen
fikosianin, serta tidak berbeda nyata (p>0.05) pada parameter Indeks
kemurnian.
Nilai konsentrasi dan rendemen fikosianin perlakuan ultrasonik selama 10
menit berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap konsetrasi dan rendemen fikosianin
perlakuan freeze thaw. Sholihah et al. (2017) menyatakan bahwa metode ultrasonik
dilakukan dengan memecah dinding sel dari bahan yang digunakan dengan
menggunakan gelombang ultrasonik sehingga kandungan yang ada didalamnya
dapat keluar dengan mudah.

Konsentrasi Fikosianin
Konsentrasi fikosianin yang diekstraksi dengan menggunakan metode
ultrasonik menghasilkan tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dari ekstraksi dengan
menggunakan metode freeze thaw yaitu sebesar 1065.54±182.76 (µg/mL).
Balachandran et al. (2006) menyatakan bahwa proses ekstraksi dengan
menggunakan metode ultrasonik dapat memecah dinding sel Spirulina dan
mengeluarkan pigmen fikosianin. Gelombang ultrasonik mampu meningkatkan
difusi pelarut dalam suatu zat, dimana faktor tersebut dipengaruhi oleh gelombang
kavitasi yang dihasilkan. Pancaran gelombang kavitasi mampu meningkatkan
efektivitas perpindahan massa ke titik pusat dalam waktu yang singkat. Kavitasi
menurut Chu et al. (2007) merupakan pembentukan, pertumbuhan, dan hancurnya
gelembung mikro dalam cairan yang akan menyebabkan hancurnya dinding sel.
Dinding sel yang mengalami kerusakan dapat meningkatkan proses ekstraksi
karena tingginya konsentrasi fikosianin antara larutan dan sel (Hadiyanto et al.
2015).

Rendemen Fikosianin
Rendemen fikosianin yang diekstraksi dengan menggunakan metode
ultrasonik menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dari ekstraksi dengan
menggunakan metode freeze thaw yaitu sebesar 10.65±1.82%. Gutte et al. (2015)
menyatakan bahwa gelombang ultrasonik dapat meningkatkan efisiensi rendemen
ekstraksi yang lebih tinggi dibandingkan metode lainnya. Hasil rendemen yang
17

didapat lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Sivasankari et al. (2014)


menggunakan sampel biomassa kering dengan metode homogenisasi dan freeze
thaw selama 24 jam menghasilkan rendemen sebesar 4% dan maserasi 6.4%.
Struktur dinding sel Spirulina sp. terdiri dari beberapa lapisan yaitu mukopolimer,
komponen pektin dan bagian luar terdapat lapisan lendir yang terbuat dari
polisakarida dan tidak mengandung bahan selulosa (Venkarataman 1983). Struktur
Spirulina sp. tipis seperti pada bakeri gram negatif dengan kandungan lipid sebesar
11% sampai 22% (Ariyanti 1998). Metode freeze thaw merupakan metode
perusakan sel dengan pembentukan kristal es pada sel yang menyebabkan protein
keluar dari membran sel (Mayasari et al. 2018). Metode freeze thaw diduga belum
mampu merusak dinding sel biomassa Spirulina sp. basah secara maksimal,
sehingga menghasilkan rendemen yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode
ultrasonik.

Indeks Kemurnian Fikosianin


Nilai indeks kemurnian perlakuan ultrasonik selama 10 menit tidak berbeda
nyata (p>0.05) terhadap indeks kemurnian perlakuan freeze thaw. Metode ekstraksi
dengan metode freeze thaw merupakan prosedur efektif untuk memecah sel dari
spesies cyanobacteria, sehingga menghasilkan ekstrak fikobiliprotein yang tidak
terkontaminasi oleh klorofil α (Lauceri et al. 2018). Metode freeze thaw dilakukan
secara berulang, proses tersebut dapat menyebabkan pembentukan es pada
membran sel yang membantu dalam menghancurkan membran sel (Islam et al.
2017). Suhu tinggi dari proses ekstraksi dapat merusak membran dengan
mendenaturasikan protein membran dan menghasilkan pelepasan organel
intraseluler. Indeks kemurnian yang dihasilkan dari kedua metode tersebut
tergolong dalam kategori food grade. Eriksen (2008) menyatakan bahwa jika indeks
murni fikosianin lebih besar dari 0.7 maka tergolong food grade, jika indeks murni
sebesar 3.9 tergolong reactive grade, dan jika lebih besar dari 4.0 maka tergolong
analytical grade.

Karakteristik Fikosianin setelah Presipitasi

Indeks Kemurnian Fikosianin


Fikosianin yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan presipitasi untuk
memurnikan fikosianin. Fikosianin sebelum dan sesudah proses presipitasi
memiliki tingkat kemurnian berbeda. Indeks kemurnian fikosianin sebelum dan
sesudah dilakukan pemurnian dapat dilihat pada Gambar 10.
Indeks kemurnian fikosianin sebelum pemurnian berpengaruh nyata
(p<0.05) terhadap indeks kemurnian fikosianin setelah pemurnian. Proses
pemurnian dilakukan dengan menggunakan amonium sulfat. Scopes (1982)
menyatakan bahwa amonium sulfat digunakan karena memiliki daya larut tinggi
didalam air dan relatif tidak mahal.
18

2 a
1.8
1.6
Indeks Kemunian (-)

1.4 b
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
sebelum sesudah
Perlakuan

Gambar 10 Indeks kemurnian fikosianin. sebelum ( ) dan sesudah ( ) pemurnian.


Huruf yang berbeda pada grafik menunjukkan pengaruh berbeda nyata
pada setiap perlakuan presipitasi.

Penambahan amonium sulfat akan menyebabkan molekul air berikatan


dengan ion-ion garam, semakin banyak garam semakin banyak pula ion-ion garam
berikatan dengan molekul air sehingga menyebabkan penarikan selubung air yang
mengelilingi permukaan protein. Protein akan saling berinteraksi, beragregasi, dan
kemudian mengendap (salting-out) (Mayasari et al. 2018). Proses selanjutya
dilakukan dialisis dimana pada proses ini terjadi perpindahan garam atau molekul
yang memiliki berat molekul yang lebih rendah. Proses dialisis dapat terjadi
karena konsentrasi garam lebih tinggi di dalam membran dialisis daripada di luar
membran sehingga menyebabkan larutan penyangga atau air masuk ke dalam
dialisat. Hal ini terjadi pada awal proses dialisis, selanjutnya garam akan keluar
melalui membran hingga tercapai kesetimbangan. Membran yang digunakan dapat
mempengaruhi kecepatan dialisis suatu larutan (Bintang 2010). Indeks kemurnian
yang dihasilkan dari ekstraksi 10 menit setelah purifikasi sebesar 1.804. Hal ini
menunjukkan bahwa fikosianin yang dihasilkan tergolong dalam kategori food
grade.

Berat Molekul Fikosianin


Fikosianin murni selanjutnya dilakukan analisis berat molekul fikosianin
menggunakan prinsip Sodium Dodesyl Sulphate Polyacrilamide Gel
Electrophoresis (SDS-PAGE). Westermeier (2005) menyatakan bahwa SDS-
PAGE merupakan suatu teknik elektroforesis gel yang digunakan untuk
memisahkan protein berdasarkan kemampuannya untuk bergerak dalam arus listrik.
Rath et al. (2013) menyatakan bahwa SDS-PAGE banyak digunakan karena relatif
sederhana, terjangkau dan cepat. Hasil pengukuran berat molekul fikosianin dapat
dilihat pada Gambar 13.
19

kDa
245
180
140
100
75
60

45

35

25
20

15
10
5

M U1

Gambar 11 Berat molekul fikosianin. M= Marker 245 kDa, U1= 10 menit

Hasil pengukuran berat molekul protein fikosianin menggunakan SDS-


PAGE pada Gambar 11 ditemukan adanya dua pita terpisah yaitu α dan β pada
bobot molekul 12 kDa dan 13.8 kDa. Bernard et al. (1992) melaporkan bahwa protein
yang berikatan dengan fikosianin tersusun atas dua macam polipeptida yang berbeda
berdasarkan berat molekulnya, yaitu subunit α (BM:12 – 19 kDa) dan β (BM:14 – 21
kDa) sehingga terbentuk dua pita saat dielektroforesis. Jiang et al. (2017) menjelaskan
bahwa berat molekul subunit α dan β berkisar 10 – 19 kDa dan 14 – 21 kDa. Pigmen
terdiri dari dua subunit yang sama dari α dan β, tetapi dapat bervariasi diantara spesies
yang berbeda (Chiong et al. 2016). Monomer fikosianin terdiri dari subunit α dan β
polipeptida (~20kDa), keduanya hanya mengandung kromofor phycocyanobilin
yang terikat secara kovalen dengan sistein pada posisi 84 (α) serta 84 dan 155 (β).

Stabilitas Fikosianin Terpilih pada pH Berbeda


Pengujian stabilitas fikosianin dilakukan pada kondisi larutan pH yang
berbeda. Larutan pH yang digunakan yaitu pH 1.54. 2, 3.91, 5, 5.5, 6, 7, dan 8.
Spektrum absorbansi fikosianin pada pH berbeda dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Grafik stabilitas fikosianin pada pH berbeda


20

Gambar 12 menunjukkan bahwa fikosianin pada pH 5, 5.5, dan 6 memiliki


spektrum absorbansi yang sama pada puncak absorbansi di panjang gelombang 620
nm. Puncak absorbansi 620 nm menunjukkan sedikit penurunan pada pH 3.91, 7,
dan 8, sedangkan spektrum absorbansi fikosianin pada pH 1.54 dan pH 2 berubah.
Puncak absorbansi 620 nm pada pH tersebut mengalami penurunan secara drastis
menjadi 650 nm, serta puncak spektrum pada area 280-350 nm mengalami
peningkatan. Duangsee et al. (2009) menyatakan bahwa kondisi pH sangat
mempengaruhi intensitas warna, dimana semakin rendah pH semakin kecil serapan
yang dihasilkan. Nilai pH mempengaruhi kestabilan ikatan biliprotein dalam
larutan. Struktur molekul fikosianin akan mengembang pada pH rendah (asam),
karena protein yang terdenaturasi, menggumpal, dan mengendap sehingga struktur
fikosianin rusak. kondisi tersebut menyebabkan intensitas warna dan pembacaan
absorbansi dengan spektrofotometri menurun.
Nilai A620/A350 menurut Kupka dan Scheer (2008) menampakkan indikator
struktur (αβ) fikosianin. Rasio absorbansi nyata fikosianin (A620) dengan absorbansi
mendekati sinar UV (A350) menunjukkan indikator struktur konformasi fikosianin.
Fikosianin dalam larutan dapat berbentuk monomer, trimer dan heksamer
tergantung pada kondisi pH. Nilai rasio A620/A350 dapat mengindikasikan bentuk
oligomer fikosianin. Nilai rasio A620/A350 dan A620 fikosianin pada pH berbeda
dapat dilihat pada Gambar 13.

10 a a a 0.1
b
Rasio A620/A350

8 0.08
b
6 a 0.06

A620
c
ab
b
4 0.04
c c
d d c
2 0.02
d d
0 0
pH 1.54 pH 2 pH 3.91 pH 5 pH 5.5 pH 6 pH 7 pH 8
Larutan pH

Gambar 13 Pengaruh pH terhadap nilai A620 dan nilai rasio A620/A350 fikosianin.
( rasio A620/A350, A620).

Hasil analisis ragam (Lampiran 13) menunjukkan bahwa rasio A620/A350 dan
A620 berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap larutan pH yang berbeda. Rasio A620/A350
dan A620 optimal pada pH 5-6. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Chaiklahan
et al. (2012) bahwa larutan fikosianin sangat stabil pada kisaran pH 5.5-6 dengan
stabilitas rendah pada pH 5. Nilai pH dan konsentrasi fikosianin menurut Bhaskar
et al. (2005) adalah faktor utama yang mengendalikan agregasi dan disosiasi
fikosianin untuk membentuk monomer, trimers, heksamer, dan oligomer lainnya
dalam larutan. Bentuk heksamerik dapat mendominasi di larutan fikosianin pada
pH 5.5-6, dan menghasilkan stabilitas yang lebih tinggi. Semakin banyak protein
yang mengendap maka nilai absorbansi dari fikosianin akan rendah dan sebaliknya.
Degradasi fikosianin menurut Jespersen et al. (2005) bergantung pada kesatuan
bagian dari protein, yang dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti cahaya, suhu,
21

pH dan konsentrasi protein. Duangsee et al. (2009) menyatakan bahwa parameter


warna dan kejernihan fikosiain sangat larut pada pH 7, tetapi tidak larut dalam
larutan asam. Struktur kimia fikosianin akan terbuka pada pH ≤ 4.5 karena rusaknya
ikatan hidrogen yang ada. Fikosianin tidak akan larut lagi pada larutan dengan pH
kurang dari 3.
Hasil pada pH 3.91, 7, dan 8 menunjukkan sedikit penurunan dan diduga
terjadi perubahan bentuk oligomerik fikosianin pada pH tersebut. Nilai pH dapat
mempengaruhi nilai fikosianin, struktur heksamerik fikosianin berdisosiasi menjadi
trimer pada nilai pH yang lebih tinggi (Chaiklahan et al. 2012). Bentuk heksamerik,
trimerik, dan monomerik fikosianin dalam rasio A620/A350 sebesar 5.2, 4.8 dan 2.8
(Hardiningtyas et al. 2018). Nilai rasio A620/A350 terjadi penurunan yang sangat
pesat pada pH 1.54 dan pH 2 hingga nilai rasio A 620/A350 menjadi 1, yang diduga
fikosianin mengalami denaturasi. Kupka dan Scheer (2008) menyatakan bahwa
nilai rasio A620/A350 kurang dari angka 1 mengindikasikan bahwa ada perubahan
struktur tertenary pada fikosianin sehingga menyebabkan denaturasi fikosianin. Hal
ini menunjukkan bahwa fikosianin terdenaturasi pada pH 1.54 dan 2 atau selama
proses metabolisme.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perlakuan ekstraksi fikosianin dengan ultrasonik selama 10 menit


merupakan perlakuan terpilih karena memiliki konsentrasi, rendemen, dan indeks
kemurnian tertinggi. Metode ultrasonik lebih efektif untuk mengekstraksi
fikosianin biomassa basah dibanding dengan metode freeze thaw. Proses purifikasi
dapat meningkatkan nilai indeks kemurnian. Karakteristik pigmen fikosianin
setelah presipitasi memiliki berat molekul yaitu (α = 12 kDa, β = 13.8 kDa).
Stabilitas fikosianin pada pH yang berbeda menunjukkan bahwa fikosianin stabil
pada perlakuan pH 5-6.

Saran

Pengujian aktivitas biologis dari fikosianin sebelum dan sesudah presipitasi


belum dilakukan sehingga perlu dilakukan uji aktivitas biologis fikosianin.
Perlakuan lainnya yang dapat dilakukan yaitu pengujian pengaruh perbedaan
bentuk oligomer hasil ekstrak fikosianin. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui cara meningkatkan kemurnian fikosianin.
22

DAFTAR PUSTAKA

Afriani S, Uju, Setyaningsih I. 2018. Komposisi kimia Spirulina platensis yang


dikultivasi dalam fotobioreaktor dengan fotoperiode berbeda. Jurnal
Pegolahan Hasil Perikanan. 21(3): 471- 479.
Agustina S, Aidha NN, Oktarina E. 2018. Ekstraksi antioksidan Spirulina sp.
dengan menggunakan metode ultrasonikasi dan aplikasinya untuk krim
kosmetik. Jurnal Kimia dan Kemasan. 40(2): 105- 116.
Amanatin DR, Nurhidayati T. 2013. Pengaruh kombinasi konsentrasi media ekstrak
tauge (MET) dengan pupuk urea terhadap kadar protein Spirulina sp..
Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(2): 2337-3520.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Methods of
Analysis of AOAC International 18th edition. Washington DC (US): The
Association of Official Analytical Chemist, inc.
Astianti F, Dewiyanti I, Mellisa S. 2016. Pengaruh media kultur yang berbeda
terhadap laju pertumbuhan dan biomassa Spirulina sp.. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1(3): 441-447.
Astuti WM, Dewi EN, Kurniasih. 2019. Pengaruh perbedaan jenis pelarut dan suhu
pemanasan selama ekstraksi terhadap stabilitas mikrokapsul fikosianin
dari Spirulina platensis. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan. 1(1): 7-14.
Avigad V. 1997. Spirulina platensisi (Arthrospira): Physicology, Cell-biology and
Biotechnology. Beershebal (Israel): Taylor&Francis.
Aziz T, Ratih CKN, Fresca A. 2009. Pengaruh pelarut dan etanol, volume pelarut,
dan waktu ekstraksi terhadap hasil ekstraksi minyak kopi. Jurnal Teknik
Kimia. 1(16): 1-8.
Bernard C, Thomas JC, Mazel D, Mousseau A, Castets AM, Marsca NTD. 1992.
Characterization of genes encoding phycoerithrin in the red alga Rhodella
violacea: Evidence for a splitting of the rpeB gene by an intron.
Proceedings of the Nathiona Academy of Sciences of the United States of
America. 89: 9564 – 9558.
Balachandran S, Kentish SE, Mawson R, Ashokkumar M. 2006. Ultrasonic
enhancement of the supercritical extraction from ginger. Ultrasonics
Sonochemistry. 13: 471-479.
Bhaskar SU, Gopalaswamy G, Raghu RA. 2005. Simple method for efficient
extraction and purification of Fikosianin from Spirulina platensis Geitler.
Indian Journal of Experimental Biology. 43(3): 277-279.
Bintang M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta (ID): Erlangga.
Budi AC. 2011. Karakteristik pigmen fikosianin dari Spirulina fusiformis yang
dikeringkan dan diamobilisasi [tesis]. Biologi (ID): Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
23

Chaiklahan R, Chirasuwan N, Bunnag B. 2012. Stability of phycocyanin extracted


from Spirulina sp.: Influence of temperature, pH, and preservatives.
Process Biochemistry. 47(4): 659-664.
Chakdar H, Saha S, Pabbi S. 2014. Chromatographic and spectroscopic
characterization of phycocyanin and its subunits purified from Anabaena
variabilis CCC421. Applied Biochemistry and Microbiology. 50(1) : 62-
68.
Chemat F, Rombaut N, Sicaire AG, Meullemiestre A, Tixier ASF, Vian MA. 2017.
Ultrasound assisted extraction of food and natural products: Mechanisms,
techniques, combinations, protocols and applications. A review.
Ultrasonics Sonochemistry. 34: 540-560.
Chen HW, Yang TS, Chen MJ, Chang YC, Wang EIC, Ho CL, Lai YJ, Yu CC,
Chou JC, Chao LKP, Liao PC. 2014. Purification and immunodulating
activity of C-phycocyanin from Spirulina platensis cultured using power
plant flue gas. Process Biochemistry. 49: 1337-1344.
Chiong T, Acquah C, Lau SY, Khor EH, Danquah MK. 2016. Microalgal based
protein by products: extraction, purification, and applications. Protein
Byproducts. 12: 213-234.
Chriswardana M, Nur MA, Hadiyanto. 2013. Spirulina platensis: Potensinya
sebagai bahan pangan fungsional. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 2: 1-
4.
Chu LB, Xing XH, Yu AF, Zhou YN, Sun XL. 2007. Enhanced ozonation of
simulated dyestuff wastewater by microbubbles. Chemosphere. 68: 1854-
1860.
Devita I, Isnaini, Diansyah G. 2018. Kultivasi mikroalga Chaetoceros sp. dan
Spirulina sp. untuk potensi biodiesel. MASPARI Journal. 10(2): 123-130.
Diharmi A. 2001. Pengaruh pencahayaan terhadap kandungan pigmen bioaktif
mikrolaga Spirulina platensis strain Lokal (INK). [tesis]. Bogor: Program
Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Duangsee R. Phoopat N, Ningsanond S. 2009. Phycocyanin extraction from
Spirulina platensis and extract stability under various pH and temperatur.
Asian Journal Food Agro-Industry. 2(4): 819-826.
Dumay J, Moracais M. 2016. Protein and pigments. Seaweed in Healts and Disease
Preservation. 9: 275-318.
Eriksen NT. 2008. Production of phycocyanin-a pigment with applications in
biology, biotechnology, foods, and medicine. Applied Microbiology and
Biotechnology. 80(1): 1-4.
Farihah S, Yulianto B, Yudiati E. 2014. Penentuan kandungan pigmen
fikobiliprotein ekstrak Spirulina platensis dengan Teknik ekstraksi
berbeda dan uji toksisitas metode BSLT. Journal of Marine Research.
3(2): 140-146.
24

Guntoro W, Djarwatiningsih, Guniarti. 2017. Peranan plant catalyst dan pupuk


kompos terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (Brassica juncea).
Journal Ilmu-Ilmu Pertanian. 15(2): 226-236.
Gutte KB, Sahoo AK, Ranveer RC. 2015. Effect of ultrasonic treatment on
extraction and fatty acid profile of flaxseed oil. Oliseeds & Fats Crops and
Lipids. 22(6) : 1-7.
Hadiyanto, Suttrisnorhadi, Sutanto H, Suzery M. 2016. Phycocyanin extraction
from microalgae Spirulina platensis assisted by ultrasound irradiation:
effect of time and temperature. Journal Science and Technology. 38(4):
391-398.
Hardiningtyas SD, Wakabayashi R, Kitaoka M, Tahara Y, Minamihata K, Goto M,
Kamiya N. 2018. Mechanistic investigation of transcutaneous protein
delivery using solid-in-oil nanodispersion: A case study with phycocyanin.
European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics. 127: 44-50.
Hariyati R. 2008. Pertumbuhan dan biomassa Spirulina sp. dalam skala
laboratorium. BIOMA. 10(1): 19-22.
Isnansetyo A, Kurniastuty. 1995. Teknik kultur fitoplankton dan zooplankton:
pakan alami untuk pembenihan organisme laut. Edisi I. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Jespersen L, Stremdahl LD, Olsen K, Skibsted LH. 2005. Heat and light stability of
three natural blue colorant for use in confectionery and beverages.
European Food Research and Technology. 220(3-4): 261-266.
Jiang L, Wang Y, Yin Q, Liu G, Liu H, Huang Y, Li B. 2017. Phycocyanin: a
potential drug for cancer treatment. Journal of Cancer. 8(17): 3416-3429.
Kumar M, Kulshreshtha J, Singh G. 2011. Growth and biopigment accumulation of
cyanobacterium Spirulina platensis at different light intensities and
temperature. Brazilian Journal of Microbiology 42: 1128-1135.
Kupka M, Scheer H. 2008. Unfolding of C-phyocyanin followed by loss of non-
covalent chromophore-protein interactions. Biochimica et Biophysica
Acta. 94-103.
Laemmli UK. 1970. Cleavage of structural proteins during the assembly of the head
of bacteriophage. Nature. 227.
Lauceri R, Bresciani M, Lami A, Morabito G. 2018. Chlorophyll a interference in
phycocyanin and allophycocyanin spectrophotometric quantification.
Journal of Limnology. 227.
Liao X, Zhang B, Wang X, Yan H, Zhang X. 2011. Purification of C-phycocyanin
from Spirulina platensis by single-step ion-exchange chromatography.
Chromatographia. 73: 291-296.
Lowry OH. 1951. The Lowry protein assay. Journal of Biology and Chemistry. 193:
265-275.
MacColl R. 2004. Allophycocyanin and energy transfer. Biochimica et Biophysica
Acta. 73-81.
25

Mayasari NR, Karseno, Setyawati R. 2018. Identifikasi pigmen fikobiliprotein pada


kappaphycus alvarezi dalam pelarut buffer fosfat dengan metode freeze
thaw cycle. Jurnal Mitra Kesehatan. 1(2): 1-10.
Moraes CC, Sala L, Cerveira GP, Kalil SJ. 2011. C-phycocyanin extraction from
Spirulina platensis wet biomassa. Brazilian Journal of Chemical
Engineering. 28(1): 45-49.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi seyawa aktif.
Jurnal Kesehatan. 7(1): 361-367.
Nuhu AA. 2013. Spirulina (Arthrospira): an important source of nutritional and
medicinal compounds. Journal Marine Biology. 1-8.
Pirenantyo P, Limantara L. 2008. Pigmen Spirulina sebagai senyawa antikanker.
Indonesian Journal of Cancer. 4: 155-163.
Permatasari L. 2017. Ekstraksi dan karakterisasi biopigmen fikosianin mikroalga
Spirulina platensis menggunakan metode gelombang ultrasonik. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Prasanna R, Sood A, Jaiswal P, Nayak S, Gupta V, Chaudhary V, Joshi M, Natarjan
C. 2010. Rediscovering cyanobacteria as valuable sources of bioactive
compounds. Applied Biochemistry Microbiology. 46(2): 119-134.
Rachmania RA, Wahyudi P, Wardani AM, Insani DR. 2017. Profil berat molekul
enzim protease buah nanas (Ananans comus L.Merr) dan pepaya (Carica
papaya L.) menggunakan metode SDS-PAGE. Jurnal Penelitian Kimia.
13(1): 52-65.
Rahmawati SI, Hidayatulloh S, Suprayatmi M. 2017. Ekstraksi fikosianin dari
Spirulina platensis sebagai biopigmen dan antioksidan. Jurnal Pertanian.
8(1): 36-45.
Rath A, Cunninghan F, Deber CM. 2013. Acrylamide concentration determines the
direction and magnitude of helical membrane protein gel shifts.
Proceeding of the National Academy Science. 110(39): 15668-15673.
Reynolds CS. 1990. The Ecology of Fresh Water Phytoplankton. New York (US):
Cambridge University Press.
Robi NH. 2014. Pemanfaatan ekstrak tauge hijau sebagai pupuk untuk
meningkatkan populasi Spirulina sp. [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas
Airlangga.
Romay CH, Gonzales R, Ledon N, Ramirez D, Rimbau V. 2003. C-phycocyanin: a
biliprotein with antioxidant, anti-inflammatort, and neuroprotective
effects. Current Protein and Pepttide Science. 4: 207-216.
Scopes, R.K. 1982. Protein Purification Principles and Practice. New York (US):
Springer Verlag.
Sedjati S, Yudiati E, Suryono. 2012. Profil pigmen polar dan non polar mikroalga
laut Spirulina sp. dan potensinya sebagai pewarna alami. Ilmu Kelautan.
17(3): 176 – 181.
26

Setyawan PE, Satria Y. 2013. Optimalisasi ekstraksi dan uji stabilitas Phycocyanin
dari mikroalga Spirulina platensis. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri.
2(2): 61 – 67.
Setyantini WH, Sukenda, Harris E, Bambang N. 2014. Teknik produksi, ekstraksi
dan karakterisasi fikosianin Spirulina platensis sebagai bahan
imunostimulan. Journal Oseanologi dan Limnologi Indonesia. 40(2): 119-
131.
Sholihah M, Ahmad U, Budiastra IW. 2017. Aplikasi gelombang ultrasonik untuk
meningkatkan rendemen ekstraksi dan efektivitas antioksi dan kulit
manggis. Jurnal Keteknikan Pertanian. 5(2): 161-168.
Silveira ST, Burkert JFM, Costa JAV, Burkert CAV, Kalil SJ. 2007. Optimization
of phycocyanin extraction from Spirulina platensis using factorial design.
Bioresource Technology. 98: 1629–1634.
Silva EF, Figuera FDS, Lettnin AP, Dias MC, Filguera DDMVB, Kalil S, Trindade
GS, Votto PDS. 2018. C-phycocyanin: Cellular targets, mechanisms of
action and multi drug resistance in cancer. Pharmacological Reports. 70:
75-80.
Spolaore P, Joanis-Carson C, Duran E, Isambert A. 2006. Commercial application
of microalgae. Journal of Bioscience and Bioenginering. 101(2): 87-96.
Suhito IR. 2017. Ekstraksi, purifikasi, dan karakterisasi alkalin protease dari limbah
buah naga merah [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Surabaya.
Suminto. 2009. Penggunaan jenis media kultur teknis terhadap produksi dan
kandungan nutrisi sel Spirulina platensis. Jurnal Saintek Perikanan. 4(2):
53-61.
Susanna D, Zakianis, Hermawati E, Adi HK. 2007. Pemanfaatan Spirulina platensis
sebagai suplemen protein sel tunggal (PST) mencit (Mus musculus).
Makara Kesehatan. 11(1): 44-49.
Taufiqurrahmi N, Religia P, Mulyani G, Suryana D, Ichsan, Tanjung FA, Arifin Y.
2017. Phycocyanin extraction in Spirulina produced using agricultural
waste. Material Science and Engineering. 206: 1-6.
Utomo NBP, Winarti. 2005. Pertumbuhan Spirulina platensis yang dikultur dengan
pupuk inorganic (Urea, TSP dan ZA). Jurnal Akuakultur Indonesia. 4(1):
41-48.
Venkarataman LV. 1983. A monograph on Spirulina platensis biotechnology and
application. Central Food Technology Research Institute Myosure
5700130. India.
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama.
Wang L, Qu Y, Fu X, Zhao M, Wang S, Sun L. 2014. Isolation, purification, and
properties of an R-Phycocyanin from the phycobilisomes of marine red
macroalga Polysiphonia urceolata. PLoS ONE. 9(2): 1-11.
27

Westermeier R. 2005. Electrophoresis in Practice: A Guide to Methods and


Applications of DNA and Protein Separations. Weinheim (DE): WILEY-
VCH Verlag GmbH & Co. KGaA.
Xu H, Liu Q, Yao T, Fu X. 2014. Shedding light on integrative GA signaling.
Current Opinion in Plant Biology. 21: 89-95
Zhang P, Frankel LK, Bricker TM. 2014. Integration of Apo-a-Phycocyanin into
Phycobilisomes and Its Association with FNRLin the Absence of
thePhycocyanina-Subunit Lyase (CpcF) inSynechocystissp. PCC 6803.
PLoS ONE. 9(8): 1-10.
28
29

LAMPIRAN
30
31

Lampiran 1 Komposisi media Walne dan pupuk GA


Komposisi media Walne
Bahan Jumlah (g/L)
NH4NO3 100
NaH2PO4 20
H3BO3 33.6
MnCl2 0.36
FeCl3 1.3
EDTA 45
Trace element 1 ml untuk 1 L Walne
Vitamin B12 1 μL

Trace element media Walne


Bahan Jumlah (g/L)
ZnCl2 2.1
CoCl2 2.0
(NH4)6MO7O24 0.9
CuSO4 2.0
Keterangan: Media dibuat dalam bentuk cair. Pemakaian 1 mL dalam 1 L kultur.

Komposisi media organik pupuk GA


Bahan Jumlah (%)
C-organik` 10.4
N 1.86
P2O5 1.07
K2O 1.59
Bahan Jumlah (ppm)
Zn 100
B 200
Cu 200
Mn 200
Mo 120
Co 90
Keterangan: Media dibuat dalam bentuk cair. Pemakaian 1 mL dalam 1 L kultur.

Lampiran 2 Perhitungan konsentrasi, rendemen, indeks murni fikosianin

Tahap 1 =
Perlakuan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
20 56.22102022 64.6847573 56.52152434
30 31.63076404 65.71240449 72.92834831
40 68.74802547 69.01134831 62.41735431
50 56.23982397 64.58313708 64.32608015
60 54.38783745 59.69214457 66.06098352

Tahap 2 =
Perlakuan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
10 1194.771056 936.3042996 639.3585768
15 1366.783865 786.6822921 652.7657678
20 1311.458337 539.9735281 622.5848839
32

Tahap 1 =
Perlakuan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
20 0.05622102 0.064684757 0.056521524
30 0.031630764 0.065712404 0.072928348
40 0.068748025 0.069011348 0.062417354
50 0.056239824 0.064583137 0.064326080
60 0.054387837 0.059692145 0.066060984

Tahap 2 =
Perlakuan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
10 1.194771056 0.9363043 0.639358577
15 1.366783865 0.786682292 0.652765768
20 1.311458337 0.539973528 0.622584884

Tahap 1 =
Perlakuan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
20 0.685154976 0.764991896 0.811983471
30 0.657608696 0.730711044 0.767988253
40 0.710413695 0.775038521 0.703313253
50 0.707482993 0.639240506 0.67071525
60 0.61255116 0.607594937 0.530555556

Tahap 2 =
Perlakuan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
10 1.087765957 1.145907473 1.333333333
15 1.190231362 1.153846154 1.411764706
20 1.253521127 1.304347826 1.318471338

Presipitasi =
Perlakuan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
10 1.830708661 2.005102041 1.777777778
15 1.231884058 0.129411765 1.198347107
20 1.074074074 1 1.690909091

Lampiran 3 Ekstrak Fikosianin


Tahap 1 =
33

Lampiran 4 Hasil uji normalitas dan analisis ragam kandungan pigmen fikosianin
ekstraksi tahap 1
Uji Normal kandungan pigmen fikosianin ekstraksi tahap 1
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
waktu
Statistik db p Statistik db p
20_menit 0.374 3 . 0.777 3 0.060
30_menit 0.324 3 . 0.876 3 0.314
fikosianin 40_menit 0.373 3 . 0.780 3 0.067
50_menit 0.376 3 . 0.773 3 0.052
60_menit 0.191 3 . 0.997 3 0.900
Keterangan: nilai p > α (α = 0.05) menunjukkan data uji berdistribusi normal.

Analisis ragam kandungan pigmen fikosianin ekstraksi tahap 1


Jumlah db Kuadrat rata-rata Fhitung p
kuadrat
Perlakuan 166.743 4 41.686 0.359 0.832
Galat 1160.378 10 116.038
Total 1327.121 14
Keterangan: nilai p < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata.

Lampiran 5 Hasil uji normalitas dan analisis ragam kandungan pigmen alofikosiain
ekstraksi tahap 1
Uji Normal kandungan pigmen allofikosianin ekstraksi tahap 1
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
waktu
Statistik db p Statistik db p
20_menit 0.216 3 . 0.989 3 0.796
30_menit 0.328 3 . 0.870 3 0.296
allofikosianin 40_menit 0.355 3 . 0.819 3 0.161
50_menit 0.269 3 . 0.950 3 0.569
60_menit 0.279 3 . 0.938 3 0.521
Keterangan: nilai p > α (α = 0.05) menunjukkan data uji berdistribusi normal.

Analisis ragam kandungan pigmen allofikosianin ekstraksi tahap 1


Jumlah Kuadrat db Kuadrat tengah Fhitung p
Perlakuan 0.675 4 0.169 0.193 0.937
Galat 8.762 10 0.876
Total 9.437 14
Keterangan: nilai p < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata.
34

Lampiran 6 Hasil uji normalitas, analisis ragam dan uji lanjut Duncan total Klorofil
ekstraksi tahap 1
Uji Normal kandungan total klorofil ekstraksi tahap 1
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
waktu
Statistik db p Statistik db p
20 menit 0.318 3 . 0.886 3 0.343
30 menit 0.246 3 . 0.970 3 0.669
A1 40 menit 0.287 3 . 0.930 3 0.488
50 menit 0.343 3 . 0.843 3 0.222
60 menit 0.370 3 . 0.787 3 0.084
Keterangan: nilai p > α (α = 0.05) menunjukkan data uji berdistribusi normal.

Analisis ragam kandungan total klorofil eksraksi tahap 1


Jumlah Kuadrat db Kuadrat tengah Fhitung p
Perlakuan 30.003 4 7.501 3.687 0.043
Galat 20.342 10 2.034
Total 50.345 14
Keterangan: nilai p < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata.

Uji lanjut Duncan kandungan total klorofil ekstraksi tahap 1


Rata-rata
Waktu N
1 2
20 menit 3 6.1605
30 menit 3 6.2314
40 menit 3 7.3968 7.3968
50 menit 3 7.9768 7.9768
60 menit 3 10.0252
p 0.176 0.056
Keterangan: Rerataan kelompok dalam taraf nyata homogen yang ditampilkan.

Lampiran 7 Hasil uji normalitas dan analisis ragam rendemen dan indeks kemurnian
ekstraksi tahap 1
Uji Normal rendemen ekstraksi tahap 1
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Waktu
Statistik db p Statistik db p
20_menit 0.374 3 . 0.777 3 0.060
Indeks 30_menit 0.324 3 . 0.876 3 0.314
Kemurnian 40_menit 0.373 3 . 0.780 3 0.067
1 50_menit 0.376 3 . 0.773 3 0.052
60_menit 0.191 3 . 0.997 3 0.900
Keterangan: nilai p > α (α = 0.05) menunjukkan data uji berdistribusi normal.
35

Analisis ragam rendemen ekstraksi tahap 1


Jumlah Kuadrat db Kuadrat tengah Fhitung p
Perlakuan 0.000 4 0.000 0.359 0.832
Galat 0.001 10 0.000
Total 0.001 14
Keterangan: nilai p < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata.

Uji Normal indeks kemurnian ekstraksi tahap 1


Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Waktu
Statistik db p Statistik db p
20_menit 0.178 3 . 0.999 3 0.953
30_menit 0.268 3 . 0.950 3 0.571
Indeks_Kemurnian1 40_menit 0.352 3 . 0.826 3 0.178
50_menit 0.242 3 . 0.973 3 0.685
60_menit 0.332 3 . 0.863 3 0.275
Keterangan: nilai p > α (α = 0.05) menunjukkan data uji berdistribusi normal.

Analisis ragam indeks kemurnian ekstraksi tahap 1


Jumlah Kuadrat db Kuadrat tengah Fhitung p
Perlakuan 10.893 4 2.723 0.205 0.930
Galat 132.731 10 13.273
Total 143.624 14
Keterangan: nilai p < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata.

Lampiran 8 Hasil uji normalitas dan analisis ragam kandungan pigmen fikosianin
ekstraksi tahap 2
Uji Normal kandungan pigmen fikosianin ekstraksi tahap 2
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistik Db p Statistik db p
fikosianin 0.212 6 0.200 0.921 6 0.512
Keterangan: nilai p > α (α = 0.05) menunjukkan data uji berdistribusi normal.

Analisis ragam kandungan pigmen fikosianin ekstraksi tahap 2


Jumlah Kuadrat db Kuadrat tengah Fhitung p
Perlakuan 248840.211 2 124420.105 8.153 0.061
Galat 45781.668 3 15260.556
Total 294621.878 5
Keterangan: nilai p < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata.
36

Lampiran 9 Hasil uji normalitas dan analisis ragam kandungan pigmen


alofikosianin ekstraksi tahap 2
Uji Normal kandungan pigmen alofikosianin ekstraksi tahap 2
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistik db p Statistik db p
allofikosianin 0.241 6 0.200 0.913 6 0.458
Keterangan: nilai p > α (α = 0.05) menunjukkan data uji berdistribusi normal.

Analisis ragam kandungan pigmen fikosianin ekstraksi tahap 2


Jumlah Kuadrat db Kuadrat tengah Fhitung p
Perlakuan 73.015 2 36.507 10.522 0.044
Galat 10.409 3 3.470
Total 83.423 5
Keterangan: nilai p < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata.

Lampiran 10 Hasil uji normalitas dan analisis ragam kandungan total klorofil
ekstraksi tahap 2
Uji Normal kandungan total klorofil ekstraksi tahap 2
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistik db p Statistik db p
totall_klorofil 0.223 6 0.200 0.925 6 0.538
Keterangan: nilai p > α (α = 0.05) menunjukkan data uji berdistribusi normal.

Analisis ragam kandungan total klorofil ekstraksi tahap 2


Jumlah Kuadrat db Kuadrat tengah Fhitung p
Perlakuan 4.273 2 2.137 10.035 0.047
Galat 0.639 3 0.213
Total 4.912 5
Keterangan: nilai p < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata.

Lampiran 11 Hasil uji normalitas dan analisis ragam rendemen dan indeks
kemurnian ekstraksi tahap 2
Uji Normal rendemen ekstraksi tahap 2
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistik db p Statistik db p
Rendemen fikosianin 0.212 6 0.200 0.921 6 0.512
Keterangan: nilai p > α (α = 0.05) menunjukkan data uji berdistribusi normal.
37

Analisis ragam rendemen ekstraksi tahap 2


Jumlah
db Kuadrat tengah Fhitung p
Kuadrat
Perlakuan 24.884 2 12.442 8.153 0.061
Galat 4.578 3 1.526
Total 29.462 5
Keterangan: nilai p < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata.

Uji Normal indeks kemurnian ekstraksi tahap 2


Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistik db p Statistik db p
Indeks kemurian 0.167 6 0.200 0.969 6 0.886
Keterangan: nilai p > α (α = 0.05) menunjukkan data uji berdistribusi normal.

Analisis ragam indeks kemurnian ekstraksi tahap 2


Jumlah Kuadrat db Kuadrat tengah Fhitung p
Perlakuan 0.028 2 0.014 11.155 0.041
Galat 0.004 3 0.001
Total 0.031 5
Keterangan: nilai p < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata.

Lampiran 12 Hasil uji normalitas dan analisis ragam Karakteristik Fikosianin


Uji Normal indeks kemurnian ekstraksi sesudah presipitasi
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Waktu
Statistik db p Statistik db p
10_menit 0.310 3 . 0.898 3 0.380
Indeks_Kemurnian 15_menit 0.186 3 . 0.998 3 0.921
20_menit 0.334 3 . 0.860 3 0.266
Keterangan: nilai p > α (α = 0.05) menunjukkan data uji berdistribusi normal.

Analisis ragam indeks kemurnian ekstraksi tahap 2


Jumlah Kuadrat db Kuadrat tengah Fhitung p
Perlakuan 0.404 2 0.202 0.532 0.613
Galat 2.276 6 0.379
Total 2.680 8
Keterangan: nilai p < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata.
38

Lampiran 13 Hasil uji normalitas, analisis ragam dan uji lanjut Duncan stabilitas
fikosianin pada pH berbeda
Uji Normal nilai rasio A620/A350
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Waktu
Statistik db p Statistik db p
pH_1.54 0.319 3 . 0.885 3 0.338
pH_2 0.368 3 . 0.790 3 0.090
pH_3.91 0.358 3 . 0.812 3 0.144
pH_5 0.349 3 . 0.832 3 0.193
Rasio A620/A350
pH_5.5 0.302 3 . 0.910 3 0.419
pH_6 0.178 3 . 1.000 3 0.959
pH_7 0.224 3 . 0.985 3 0.763
pH_8 0.336 3 . 0.856 3 0.256
Keterangan: nilai p > α (α = 0.05) menunjukkan data uji berdistribusi normal.

Analisis ragam nilai rasio A620/A350


Jumlah Kuadrat db Kuadrat tengah Fhitung p
Perlakuan 7.866 7 1.124 48.418 0.000
Galat 0.371 16 0.023
Total 8.237 23
Keterangan: nilai p < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata.

Analisis Uji lanjut Duncan rasio A620/A350


Rata-rata
waktu N
1 2 3 4
pH_1.54 3 0.6045
pH_2 3 0.6520
pH_8 3 1.3744
pH_3.91 3 1.4174
pH_7 3 1.5281
pH_5.5 3 1.8857
pH_5 3 2.0526 2.0526
pH_6 3 2.2926
Sig. 0.708 0.259 0.198 0.072
Keterangan: Rerataan kelompok dalam taraf nyata homogen yang ditampilkan.
39

Uji Normal konsentrasi fikosianin


Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
waktu
Statistik db p Statistic db p
pH_1.54 0.274 3 . 0.944 3 0.544
pH_2 0.333 3 . 0.861 3 0.271
pH_3.91 0.229 3 . 0.982 3 0.740
Konsentrasi pH_5 0.371 3 . 0.784 3 0.076
Fikosianin pH_5.5 0.336 3 . 0.856 3 0.257
pH_6 0.178 3 . 0.999 3 0.951
pH_7 0.193 3 . 0.997 3 0.889
pH_8 0.349 3 . 0.832 3 0.193
Keterangan: nilai p > α (α = 0.05) menunjukkan data uji berdistribusi normal.

Analisis ragam konsentrasi fikosianin


Jumlah Kuadrat db Kuadrat tengah Fhitung p
Perlakuan 0.056 7 0.008 76.032 0.000
Galat 0.002 16 0.000
Total 0.057 23
Keterangan: nilai p < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata.

Analisis Uji lanjut Duncan Konsentrasi fikosianin


Rata-rata
waktu N
1 2 3 4
pH_1.54 3 0.0152
pH_2 3 0.0154
pH_8 3 0.0744
pH_7 3 0.1034
pH_3.91 3 0.1090
pH_5.5 3 0.1348
pH_6 3 0.1361
pH_5 3 0.1401
Sig. 0.981 1.000 0.511 0.557
Keterangan: Rerataan kelompok dalam taraf nyata homogen yang ditampilkan.
40

Lampiran 14 Hasil independent samples T-test ekstrak fikosianin terpilih dan freeze
thaw

Perbedaan Perbedaan
T db p (2 arah)
rerata Std. Error
Konsentrasi
5.403 4 0.006 866.91695 160.46240
fikosianin
Rendemen
5.403 4 0.006 8.66917 1.60462
fikosianin
Indeks
1.795 4 0.131 0.07441 0.02992
kemurnian
Keterangan: nilai p (2 arah) < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berbeda nyata

Lampiran 15 Hasil indepedent samples T-test indeks kemurnian fikosianin

Perbedaan Perbedaan
T db p (2 arah)
rerata Std. Error
Indeks
-17.155 2 0.003 -0.68447 0.03990
Kemurian
Keterangan: nilai p (2 arah) < α (α = 0.05) menunjukkan perlakuan berbeda nyata
41

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Aulia Andhika Radya Susila lahir pada tanggal 28
November 1997 di Pekalongan, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak pertama
dari dua bersaudara dengan nama orang tua Djoko Soesilo Antoro dan Cherie
Amina. Penulis memulai jenjang Pendidikan formal di SD Tugu Ibu 1 Depok pada
tahun 2003, SMPN 7 Depok pada tahun 2009 dan SMAS PGRI Plus Cibinong pada
tahu 2012. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur SBMPTN pada tahun 2015.
Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis pernah aktif berorganisasi
sebagai staff Komisi 4 Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan IPB pada tahun ajaran 2016/2017 dan Badan Pengawas
Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan (HIMASILKAN) pada tahun
ajaran 2017/2018. Penulis juga pernah mengikuti beberapa kepanitian yaitu
menjadi staff Divisi Logstran SEAMAFSCC pada tahun 2016, staf Divisi Acara
PEMIRA pada tahun 2016, Kepala Divisi Humas fieldtrip Jawa-Bali THP 52 pada
tahun 2017, dan Kepala Divisi Keamanan Pekan Olahraga Perikanan (PORIKAN)
pada tahun 2018. Penulis juga melaksanakan Praktik Lapang pada bulan Agustus-
September 2018 dengan judul Penyusunan dan Penerapan Sistem Hazard Critical
Control Point (HACCP) pada Proses Pembekuan Ikan Kerapu di PT Alam Jaya,
Surabaya, Jawa Timur.
`Kegiatan diluar akademik penulis aktif mengikuti perlombaan basket,
prestasi yang didapatkan yaitu Juara 3 PPKU Cup pada tahun 2016, Juara 3 Pekan
Olahraga Perikanan (PORIKAN) pada tahun 2017, dan Juara 2 Pekan Olahraga
Perikanan (PORIKAN) pada tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai