SKRIPSI
Oleh:
2
3
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah
ASLI hasil karya sendiri bersama dosen pembimbing dan BEBAS PLAGIASI.
Sebagai bukti bebas plagiasi, ikut saya lampirkan hasil pemeriksaan indeks
kemiripannya (similiarity index).
Jika dikemudian hari terbukti merupakan plagiasi dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima SANKSI yang berlaku di Universitas Syiah Kuala.
3
KATA PENGANTAR
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan juga salam
senantiasa tercurah kepada junjungan kita semua Nabi Muhammad SAW yang
pihak-pihak yang mendukung baik secara moril dan juga materil. Oleh karena itu
dan Ibunda Juli Melia yang senantiasa selalu memberikan dukungan fisik maupun
mental kepada penulis dan memotivasi penulis untuk tidak menyerah dalam tiap
tahapan tersusunnya skripsi ini. Ucapan terimakasih kepada bapak Prof. Dr. drh.
memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi ini dan bapak Dr.
4
Rasa terima kasih yang sangat dalam juga penulis sampaikan kepada ibu
Prof. Dr. drh. Ummu Balqis, M.Si selaku dosen wali penulis dan penguji III
penulis yang telah membantu penulis sejak masa perkuliahan hingga penulis dapat
menyusun skripsi ini. Kepada bapak Dr. drh. Hafizuddin, M.Si selaku penguji I
skripsi ini. Kepada bapak drh. Syafruddin, MP selaku penguji II yang telah
penulis ikuti.
bahwa skripsi yang penulis buat ini masih jauh dari sempurna hal ini karena
terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan adanya saran dan masukan bahkan kritik membangun dari
berbagai pihak. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
5
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR LAMPIRAN ix
ABSTRAK x
ABSTRACT xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
TINJAUAN KEPUSTAKAAN 6
METODOLOGI PENELITIAN 14
6
Ekstraksi Sampel Feses 17
Analisis Hormon Kortisol 18
Analisis Data 19
PENUTUP 25
Kesimpulan 25
Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 30
BIODATA 40
7
DAFTAR TABEL
Halaman
8
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
6. Hasil Turnitin 39
7. Biodata 40
9
PENGARUH TRANSPLANTASI OVARIUM PADA KELINCI LOKAL
BUNTING SEMU TERHADAP PENINGKATAN
HORMON KORTISOL
ABSTRAK
Implantasi atau proses memindahkan organ tubuh dari satu makhluk hidup ke makhluk
hidup yang lain dapat menginisiasi terjadinya stres. Penelitian ini bertujuan mengetahui
peningkatan konsentrasi hormon kortisol pada kelinci lokal bunting semu yang mendapat
transplantasi ovarium sapi aceh dengan durasi yang berbeda. Dalam penelitian ini digunakan
sembilan ekor kelinci betina lokal berumur 2-3 tahun, bobot badan 1,5-2,9 kg yang dibagi dalam
tiga kelompok perlakuan (n=3) yakni kelompok transplantasi ovarium sapi di dalam uterus kelinci
lokal bunting selama 3 hari (K1), 5 hari (K2), dan 7 hari (K3). Sampel feses untuk pemeriksaan
konsentrasi kortisol diambil pada waktu sebelum dan setelah transplantasi. Konsentrasi metabolit
hormon kortisol diukur dari sampel feses menggunakan teknik enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukkan rataan konsentrasi hormon kortisol pada kelinci H-3
sebelum transplantasi ovarium sapi aceh adalah 125,12±74,68 ng/g. Konsentrasi kortisol sesudah
transplantasi pada kelompok K1; K2; dan K3 masing-masing adalah 433,94±207,44;
176,74±83,00; 343,28±178,42 ng/g (P>0,05). Dapat disimpulkan transplantasi ovarium sapi aceh
pada kelinci lokal bunting semu cenderung meningkatkan hormon kortisol namun durasi ovarium
di dalam uterus tidak memengaruhi konsentrasi kortisol.
10
11
EFFECT OF OVARIAN TRANSPLANTATION IN LOCAL
PSEUDOPREGNANT RABBIT ON THE ENHANCEMENT OF
CORTISOL CONCENTRATION
ABSTRACT
Implantation or the process of moving organs from one living thing to another can initiate
stress. This study aims to determine the increase in the concentration of the hormone cortisol in
pseudopregnant local rabbits who received an ovary transplant from Aceh cattle with different
durations. In this study, nine local female rabbits aged 2-3 years old, 1,5-2,9 kg body weight were
used which were divided into three treatment groups (n=3), namely the cow ovary transplant group
in the uterus of pseudopregnant local rabbits for 3 days. (K1), 5 days (K2), and 7 days (K3).
Samples for examination of cortisol concentrations were taken before and after transplantation.
The concentration of cortisol hormone metabolites was measured from samples using an enzyme-
linked immunosorbent assay (ELISA) technique. The results showed that the average cortisol
concentration in H-3 rabbits before ovarian transplantation in Aceh cattle was 125,12±74,68 ng/g.
Cortisol concentrations after transplantation in the K1 group; K2; and K3 were 433,94±207,44;
176,74±83,00; 343,28±178,42 ng/g (P>0,05). It can be concluded that the ovary transplantation of
Aceh cattle in pseudo pregnant local rabbits tends to increase the hormone cortisol but the duration
of the ovaries in the uterus does not affect the cortisol concentration.
12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sapi aceh termasuk dalam salah satu rumpun sapi lokal asli (plasma
saat ini mulai mengalami ancaman baik dari aspek jumlah maupun kemurniannya.
Hal ini disebabkan masuknya breed sapi luar yang tidak terkontrol (Ikhsanuddin et
al., 2018).
(Adam et al., 2017), aplikasi inseminasi buatan (IB) sapi aceh menggunakan bibit
sapi unggul (Tarmizi, 2018), superovulasi dengan PMSG dan hCG (Siregar et al.,
2012; Amiruddin et al, 2013), dan transfer embrio (Siregar et al., 2012).
embrio dengan kualitas baik sehingga layak untuk ditransfer pada resipien.
Embrio berasal dari ovum yang telah mengalami fertilisasi sebagai hasil dari
proses perkawinan baik secara alami ataupun IB. Namun, saat koleksi embrio
13
umumnya mengalami kendala dalam perolehan kualitas embrio yang baik.
Menurut Feng et al. (2015) dan Mohammed (2012), salah satu upaya untuk
Folikel dalam teknologi IVF dapat berasal dari limbah ovarium yang
dari RPH dapat dijadikan sumber folikel yang siap untuk dibuahi. Namun
demikian, ovarium tidak dapat bertahan lama jika disimpan walaupun dalam suhu
kualitas folikel di dalamnya. Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa salah satu
dengan atau tanpa vitrifikasi korteks ovarium atau keseluruhan ovarium (Cushman
et al., 2002).
adalah kelinci. Kelinci bunting semu adalah hewan model yang biasa digunakan
sebagai sumber oosit (Sumarmin, 2010). Hal ini dimungkinkan karena kelenjar
yang terdapat pada endometrium kelinci secara aktif menghasilkan sekret sejak
awal kehamilan dan disekresikan ke dalam lumen uterus sebagai cadangan nutrisi
untuk embrio pra-implantasi (Colby, 1986). Sumber energi ini dapat dimanfaatkan
14
Tranplantasi merupakan proses memindahkan organ tubuh dari satu
makhluk hidup ke makhluk hidup lain dengan tujuan tertentu melalui tindakan
operasi. Salah satu efek dari transplantasi maupun operasi lainnya adalah inisiasi
stres (Peric et al., 2018) yang kemungkinan dapat menyebabkan sistem kekebalan
host menolak organ yang ditransplantasikan. Hal ini dapat memengaruhi tingkat
penggunaan kelinci untuk transplantasi organ adalah stres yang dihasilkan akibat
perlakuan. Meskipun kelinci sering dipakai untuk hewan model, namun kelinci
termasuk hewan yang sangat sensitif terhadap stress (Mapara et al., 2012). Jang et
al. (2017) melaporkan peningkatan kortisol setelah pembedahan pada kelinci yang
granulosa. Sampai saat ini laporan mengenai kadar hormon stres pasca
transplantasi ovarium sapi aceh pada kelinci bunting semu belum pernah
dilaporkan.
15
Rumusan Masalah
kortisol?
Tujuan Penelitian
hormon kortisol.
Hipotesis
1. Transplantasi ovarium sapi aceh pada uterus kelinci lokal bunting semu
16
Manfaat Penelitian
17
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
tanah yang luas untuk pembiakan berskala besar. Bobot lokal kelinci adalah 2-4
kg, panjang badan 40-50 cm, dan ekor sekitar 5-8 cm.Kelinci memiliki fertilitas
yang tinggi dimana dapat berkembang biak 5-6 kali dalam setahun dan dapat
Ovulasi dalam kelinci akan terjadi bila dirangsang berdasarkan luar. Stimulasi
Super Ovulasi
sistem reproduksi sekunder, saluran telur, rahim, leher rahim, vagina dan vulva
(Toelihere, 1987). Ovulasi dapat diartikan sebagai pelepasan oosit dari folikel de
Graf (Toelihere, 1987; Knobil dan Jimmy, 1988). Overovulasi adalah upaya untuk
18
yang dikombinasikan dengan hormon perangsang ovulasi dan agen penghambat
ovulasi untuk tumbuh menjadi folikel de Graf yang siap untuk ovulasi di luar
termasuk kondisi hewan, usia, kondisi ovarium, spesies hewan, usia hormonal,
pembentukan folikel dan kadar estrogen. PMSG memiliki efek yang sama seperti
FSH dan hCG memiliki efek yang sama seperti LH (Hogan et al., 1986). Hormon
(Hunter, 1995). PMSG memiliki fungsi yang sama dengan FSH. Artinya,
Koleksi Oosit
Oosit untuk IVF umumnya diperoleh dari oviduk langsung setelah ovulasi,
yang diperoleh dari folikel pada permukaan ovarium. Sumber oosit untuk IVF
dapat berasal dari ovarium hewan yang sudah dipotong, yang biasanya dikoleksi
dari Rumah Potong Hewan, tetapi dapat juga berasal dari hewan hidup
Bunting Semu
ditandai dengan gejala klinis yang menyerupai gejala akhir kehamilan atau awal
19
postpartum, dan hewan mengalami keadaan klinis kebuntingan, tetapi pada
glandula mamae, dengan atau tanpa produksi ASI. Pada tahap ini, perilaku hewan
bawah pengaruh hormon-hormon ini, rahim dan glandula mamae mulai tumbuh
Transplantasi
Kortisol
Sebagian besar aksi kortisol bergantung pada pengikatannya pada reseptor sitosol,
dan hanya sebagian kecil kortisol bebas dan tidak terikat yang diekspresikan
20
Kortisol meninggalkan mitokondria dan bergerak dari sel ke ruang
ekstraseluler dan masuk ke aliran darah. Kortisol yang tidak terikat, karena berat
molekulnya yang rendah dan lipofilisitasnya, dapat memasuki sel melalui difusi
pasif, sehingga kita dapat mengukur kortisol bebas dalam banyak cairan tubuh.
Waktu pengambilan sampel sangat penting karena kadar kortisol darah umumnya
naik di pagi hari (puncak pada jam 8 pagi) dan sedikit turun pada malam hari dan
Ada banyak jenis dan variasi stresor, termasuk lingkungan ekstrem, trauma,
sebagai respons terhadap stres. Setiap kelenjar adrenal terdiri dari area sentral
yang disebut medula dan area luar korteks (Lee et al., 2015; Yaribeygi et al.,
21
mengarah pada kondisi yang mendesak dengan merangsang pernapasan dan detak
glukosa agar membuat lebih banyak bahan bakar yang tersedia untuk respirasi sel.
Hormon ini memiliki efek jangka pendek karena impuls saraf dikirim melalui
sampel darah yang konsisten dengan pengalaman perendaman stres karena waktu
Aldosteron juga mengatur sekresi aktif kalium dalam sel-sel utama dari
luminal sel dari tubulus pengumpul yang meningkatkan tekanan darah dan
22
Allostasis dan Beban Allostasis
Lee et al. (2015) menjelaskan bahwa istilah stres pada awalnya diadopsi
dari teknik (ukuran kekuatan internal yang disebabkan oleh deformasi tubuh),
tetapi sekarang disebut sebagai "ancaman atau ancaman yang diharapkan terhadap
tubuh". organisme”. Peristiwa stres dapat dipahami sebagai setiap stimulus yang
dijelaskan dengan terjadinya peningkatan denyut jantung atau tekanan darah dan
patofisiologi yang sehat (Neary dan Nieman, 2010; Lee et al., 2015). Konsep
'beban alostatik' menunjukkan perubahan, 'titik setel baru' dari homeostasis, yang
dihasilkan dari efek kumulatif dari respon alostatik yang kronis, berlebihan, atau
jawab atas satu peristiwa stres akut, yang dapat disebut sebagai 'respons allostatis'.
Selain itu, diabetes (resistensi insulin) akibat stres kronis berulang dapat dipahami
sebagai 'kelebihan allostatis', di mana kadar glukosa puasa awal telah ditetapkan
Stres adalah rangsangan apa pun yang memicu allostasis adaptif atau
23
saraf otonom (tekanan darah, katekolamin), hormon metabolik (kortisol, insulin),
dan sitokin pro dan antiinflamasi. Jika rangsangan stres berlebihan dan berulang,
pemulihan ke tingkat homeostatis awal mungkin tidak lengkap (Lee et al., 2015).
bagaimana dan mengapa aksi kortisol dapat dikaitkan dengan patofisiologi stres
yang berlebihan. Stres psikologis dan fisik meningkatkan kadar kortisol yang
tubuh (Neary dan Nieman, 2010). Kortisol yang bersirkulasi dipertahankan pada
tingkat yang lebih tinggi untuk waktu yang lama ketika rangsangan stres berulang
secara kronis (Neary dan Nieman, 2010; Lee et al., 2015; Yaribeygi et al., 2017).
dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi di luar kisaran normal fisiologis
bahkan ketika rangsangan stres hilang yang disebabkan oleh mekanisme umpan
24
Enzyme immunoassay (ELISA) adalah teknik biokimia untuk mendeteksi
antibodi yang spesifik untuk antigen tertentu. Ada tiga jenis ELISA yaitu ELISA
langsung, ELISA tidak langsung dan ELISA roti (Nugroho dan Dwi, 2016).
antigen pengikat untuk menganalisis interaksi yang terjadi antara antibodi dan
antigen yang teradsorpsi secara pasif pada permukaan fase padat. Enzim bereaksi
dengan membaca nilai absorbansi dengan ELISA reader. Tampilan kurva kalibrasi
diambil, plot antara nilai absorbansi dan konsentrasi standar digunakan untuk
hormon dalam konsentrasi yg rendah (1-10 ng/mL), bisa menguji sampel pada
jumlah poly secara cepat, memakai antiserum sedikit, memperoleh data secara
Hidayat, 2014).
25
MATERIAL DAN METODE PENELITIAN
Banda Aceh. Penelitian dilakukan pada bulan November 2021 sampai dengan
Maret 2022.
ml, satu set alat bedah mayor, kain duk steril, tissue, mortar, spatula, saringan,
sentrifus, tabung sentrifus, timbangan digital, oven, tabung film, cool box,
washer, ELISA reader, vortex mixer, kit ELISA kortisol komersial, dan kit
dan Holland), zoletil R50 sebagai anastesi umum, benang vicril 3-0, benang silk
3-0, NaCl fisiologis, alkohol 70%, gentamicin sulfate 0,1%, aquabidestillata steril
bahan yang digunakan dalam pemeriksaan elisa berupa sampel feses, methanol
26
80%, assay buffer, Goat-anti-rabbit IgG, streptavidin-peroxidase, H2O2,
Metode Penelitian
semu, berumur 2-3 tahun dan bobot badan 1,5-2,9 kg. Sebelum diberikan
untuk mengondisikan semua hewan dalam status sehat secara klinis. Pakan
diberikan dalam bentuk pelet dua kali sehari dan air minum diberikan secara ad
libitum.
analisis varian satu arah yang terdiri atas 3 kelompok perlakuan yaitu K1 =
kelinci selama 5 hari dan K3 = ovarium berada di uterus kelinci selama 7 hari.
hari sebelum transplantasi (H-3) sampai ovarium diangkat dari uterus (Gambar 1).
Pilihan ini didasarkan atas laporan Syafruddin et al. (2021) bahwa metode induksi
dengan PMSG dan hCG lebih baik dibandingkan dengan metode pemberian hCG,
GnRH, atau kopulasi tiruan. Kelinci diinjeksi dengan 100 IU PMSG secara
intramuskulus dan diikuti tiga hari kemudian dengan injeksi 75 IU hCG secara
27
intravena (K3) sesuai petunjuk Schlegel et al. (1988). Transplantasi ovarium
dilakukan pada hari ke- 8 (hari ke- 0 adalah hari ketika injeksi hCG).
Prosedur Pembedahan
posisi dorsal recumbency dan dicukur rambut di sekitar daerah linea alba serta
bagian yang akan dibedah diusap dengan alkohol 70% dan iodin tinkture 3%
secara sirkuler (Techakumphu et al., 1987; Forcada dan Lopez, 2000 yang disitasi
28
abdominis, dan peritoneum). Selanjutnya corpus uteridikeluarkan dari rongga
abdomen kemudian corpus uteri di incisi sepanjang 1 cm. Melalui celah insisi,
dimasukkan korteks ovarium (potongan ovarium) dan didorong sampai 1/3 bagian
akhir dari kornua uteri. Transplantasi korteks ovarium dilakukan dua kali yaitu
untuk setiap kornua uteri kelinci. Setelah selesai ditransplantasikan, incisi pada
tunika mukosa (endometrium) yang melapisi uterus bagian dalam dijahit dengan
suturesetelah itu uterus dibilas dengan NaCl fisiologis dan dimasukkan kembali
pola jahitan simple interupted sutureuntuk menutup luka. Pemilihan benang yang
digunakan berupa jenis benang absorbable untuk menjahit uterus, peritoneum dan
digunakan untuk menjahit area kulit. Sesudah penutupan luka selesai, di atas
siuman. Kelinci resipien dirawatsecara intensif dan agar tidak terjadi infeksi
dioleskan gentamicin setiap pagi dan sore hari (Sumarmin, 2010). Lama ovarium
berada di dalam uterus kelinci adalah 3 hari (K1), 5 hari (K2), dan 7 hari (K3).
29
Sampel feses diekstraksi dengan metode described seperti yang dijelaskan
Gholib et al. (2020). Pertama sampel dithawing pada suhu 50° C sekitar 1-2 jam.
dimasukkan ke dalam tube yang berisi 4,5 ml methanol 80%. Selanjutnya sampel
10 menit. Setelah itu, sampel disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10
metabolit kortisol.
“in house assa yaitu Cortisol Metabolit ELISA kit” yang dikembangkan oleh
hormon kortisol pada sampel feses dan urin. Metode yang digunakan ialah field
friendly extraction seperti yang dijelaskan oleh Nugraha et al. (2017) dan Gholib
dilakukan seperti yang dijelaskan oleh Gholib et al. (2017) dan Gholib et at.
30
dan diinkubasi selama satu malam (±18 jam) pada suhu 4-8° C. Selanjutnya plat
menit pada kamar gelap dan suhu ruang 18-25° C. Plat dicuci kembali, dan
kemudian ditambahkan larutan substrat yang terdiri atas 1.2 mM H2O2, 0,4 mM
diinkubasi selama 45 menit pada kamar gelap dan suhu ruang. Kemudian reaksi
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan uji ragam (one
31
HASIL DAN PEMBAHASAN
lokal bunting semu 3 hari (H-3) sebelum transplantasi ovarium sapi aceh adalah
125,12±74,68 ng/g, dengan kadar terendah adalah 1,81 ng/g dan tertinggi 263,97
ng/g (Tabel.1). Besarnya rentang perbedaan antara kadar terendah dan tertinggi
mengindikasikan bahwa 88,89% kelinci lokal bunting semu mengalami stres. Hal
ini mungkin disebabkan oleh masa aklimatisasi yang kurang lama maupun stres
perlakuan dari kelinci lokal bunting semu setelah transplantasi menunjukkan tidak
ada perbedaan yang nyata dari konsentrasi hormon kortisol (P>0,05). Kadar
pada Tabel 2. Meskipun secara statistik tidak menunjukan perbedaan yang nyata
bahwa keberadaan ovarium sapi aceh selama 5 hari yang ditransplantasikan dalam
32
uterus kelinci lokal bunting semu memiliki tingkat stres yang lebih rendah
1 174,64
2 135,83
3 128,23
4 1,81
5 44,83
6 263,97
7 124,10
8 102,79
9 149,89
Rataan 125,12
SD 74,68
efek pada jaringan tubuh yang berbeda. Efek glukoneogenik dari hormon kortisol
bersirkulasi dalam protein dan plasma, dan sejumlah kecil bersirkulasi dalam
bentuk bebas dan aktif secara biologis (Perry dan Medback, 2013). Dalam
33
keadaan normal, hormon stres dilepaskan dalam jumlah kecil, tetapi dalam
menghadapi stres, kadar hormon ini meningkat secara dramatis (Anthony dan
Frank, 2018).
Kortisol (ng/g)
Ulangan K1 K2 K3
Keterangan: tidak ada perbedaan yang nyata antar kelompok kelinci bunting semu
34
menekan sistem imun terutama sistem imun adaptif berupa limfosit (Guyton,
kortikosteron.
respon imun (Nedic et al., 2017). Stress reproduksi dipengaruhi oleh pakan,
2021). Guyton (2007) menyatakan bahwa beberapa jenis stres yang dapat
bawah kulit.
Diehl et al. (2017), diperlukan imunosupresi yang tepat untuk berhasil melakukan
panjang setelah transplantasi dapat dipastikan dengan dua cara berbeda yaitu
35
pendekatan gabungan menggunakan konvensional agen seperti Cyclosporine
36
PENUTUP
Kesimpulan
ovarium sapi aceh pada kelinci lokal bunting semu cenderung meningkatkan
konsentrasi kortisol.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menekan kadar stres yang terjadi
pada kelinci lokal bunting semu pasca transplantasi ovarium sapi aceh.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
steroid metabolite levels in crested macaques. Jurnal Kedokteran
Hewan, 11(2): 78-85.
Gholib, G., Heistermann, M., Agil, M., Supriatna, I., Purwantara, B., Nugraha, T.
P. dan Engelhardt, A. (2018). Comparison of fecal preservation and
extraction methods for steroid hormone metabolite analysis in wild crested
macaques. Primates, 59(3): 281-292.
Gholib, G., Pampang, F. H., Lubis, T. M., Adam, M., Jalaluddin, M., Razali, R.
dan Karmil, T. F. (2020). Non-Invasive Measurement of Cortisol
Metabolite in Feces of Toraya Buffalo by Using Enzyme Immunoassay
Technique. In E3S Web of Conferences, (Vol. 151, p. 01061). EDP
Sciences.
Guyton, A.C. dan Hall, J.E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC,
Jakarta.
Hafez E.S.E. (1993). Reproduction in Farm Animals:Semen Evaluation. Lea and
Febiger,Philadelphia. Hal. 405-423.
Hafizuddin, H., Siregar, T. N., Akmal, M., Melia, J. dan Armansyah, T. (2012).
Perbandingan intensitas berahi sapi aceh yang disinkronisasi dengan
prostaglandin F2 alfa dan berahi alami. Jurnal Kedokteran Hewan-
Indonesian, 6(2): 81-83.
Hogan, B., Contantini, F. dan Lacy, E. (1986). Manipulating the mouse embryo:a
laboratory manual. Cold Spring Harbor Laboratory, New York.
Hunter, R. H. F. (1995). Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina
Domestik. ITB, Bandung.
Ikhsanuddin, V. M., Nurgiartiningsih, A., Kuswati dan Mukhtar. (2018).
Penampilan produksi sapi aceh umur satu hari, umur sapih, dan umur satu
tahun. Jurnal Ilmu Teknologi Peternakan Tropis. 5(3): 67-72.
Jang, J., Hur, H. G., Sadowsky, M. J., Byappanahalli, M. N., Yan, T. dan Ishii, S.
(2017). Environmental Escherichia coli: ecology and public health
implications-a review. Journal of Applied Microbiology, 123(3): 570-581.
Knobil, E. dan Jimmy, D. N. (1988) The Physiology of Reproduction. Raven
Press, New York.
Lee, D. Y., Kim, E. dan Choi, M. H. (2015). Technical and Clinical Aspects of
Cortisol as a Biochemical Marker of Chronic Stress. Biochemistry and
Molecular Biology Reports, 48(4) : 209-216.
Mapara, M., Thomas B. S. dan Bhat K. M. (2012). Rabbit as an animal model
forexperimental research. Dental Research Journal (Isfahan). 9(1):111-
118.
Mapletoft, R. J., Steward, K. B. dan Adams, G, P. (2002). Recent advances in the
superovulation in cattle. Reproduction Nutrition Development, 42: 601-
611.
Melia, J., Lefiana, D. dan Siregar, T. N. (2013). Proses regresi corpus luteum sapi
aceh yang disinkronisasi estrus menggunakan prostaglandin f2 alfa (pgf
2α). Jurnal Medika Veterinaria, 7(1): 57-60.
Mohammed, A. A. (2012). Anesthesia induction and reproductive performance in
relation to diazepam and xylazine injection in mice. Egypt. Journal Basic
Applied Physiology, 11: 1-11.
39
Neary, N., dan Nieman, L. (2010). Adrenal insufficiency-etiology, diagnosis and
treatment. Current opinion in endocrinology, diabetes, and obesity, 17(3):
217.
Nedic, S., Pantelic, M., Vranješ-ðuric, S., Nedic, D., Jovanovic, I., Cebulj-kadunc,
N., Kobal, S., Snoj, T. dan Kirovski, D. (2017). Cortisol concentrations in
hair, blood and milk of Holstein and Busha cattle. Slovenian Veterinary
Research, 54(4): 163-72.
Nugraha, T. P., Heistermann, M., Agil, M., Purwantara, B., Supriatna, I., Gholib,
G., dan Weingrill, T. (2017). Validation of a field-friendly extraction and
storage method to monitor fecal steroid metabolites in wild
orangutans. Primates, 58(2): 285-294.
Nugroho, E. D. dan Dwi, A. R. (2016). Penuntun Praktikum Bioteknologi.
Deepublish, Yogyakarta.
Peric, Z., Botti, S., Stringer, J., Krawczyk, J., van der Werf, S., van Biezen, A. dan
Basak, G. W. (2018). Variability of nutritional practices in peritransplant
period after allogeneic hematopoietic stem cell transplantation: a survey by
the Complications and Quality of Life Working Party of the EBMT. Bone
Marrow Transplantation, 53(8): 1030-1037.
Perry, L. dan Medback, S. (2013). The Immunoassay Handbook : theory and
applications of ligand binding, elisa and related techniques 4 th edition
chapter 93: 695. Elsevier Ltd.
Purnama, D. (2003). Teknologi kawin suntik (inseminasi buatan) pada ternak
kelinci. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti, Hal 46-52.
Raynardia, Y. L., Adyatama, A., A'yun, Z. Q., Rosita, G. dan Prawesti, L. N.
(2021). Peran kortisol dalam kasus kawin berulang pada sapi perah
peranakan friesian holstein (PFH). Jurnal Peternakan Sriwijaya, 10(2): 39-
49.
Schlegel, W., Kruger, S., Daniels, D., Fischer, B., Schneider, H. P. G. dan Beier,
H. M. (1988). Studies on prostaglandin metabolism in corpora lutea of
rabbits during pregnancy and pseudopregnancy. Journal of Reproduction
and Fertility, 83: 365-370.
Siregar, T. N., Eldora, M. K., Melia, J., Panjaitan, B., Yusmadi dan Barus, R. A.
(2012). The presence of a dominant follicle in initiation of superovulation
decrease superovulatory response in aceh cattle. Jurnal Kedokteran
Hewan, 6(2): 67-71.
Siregar, T. N., Hamdan, H., Riady, G., Panjaitan, B., Aliza, D., Pratiwi, E. F.,
Darianto, T. dan Husnurrizal. (2015). Efficacy of two synchronization
methods in indonesian aceh cattle. IntJournal of Veterinary Science, 4: 87-
91.
Sumarmin, R. (2010). Transplantasi ovarium domba intrauterin pada kelinci lokal.
Jurnal Saintek, 2(1): 40-45.
Sumarmin, R., Winarto, A., Yusuf, T. L. dan Boediono, A. (2008). Viabilitas oosit
domba pascatransplantasi ovarium domba dalam uterus kelinci
pseudopregnant. Majalah Ilmiah Peternakan, 11(1): 25-30.
40
Syafruddin, S., Wahyuni, S., Gholib, G. dan Siregar, T. N. (2022). Comparison of
four methods of inducing pseudopregnancy in rabbits. Medycyna
Weterynaryjna-Veterinary Medicine-Science and Practice, 78(2): 85-90.
Tarmizi, N. B. (2018). Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) pada sapi aceh
menggunakan semen beku sapi bali, simental, dan limosin di kecamatan
mesjid raya kabupaten aceh besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Veteriner, 2(3): 318-328.
Toelihere, M. R. (1987). Present Status and Prospect for Embryo Transfer in
Animal Production in Indonesia. Di dalam : Technical Meeting on Embryo
Transfer and Animal Production, National Academy Press, Washington
DC.
Von-Borrel, E. H. (2001). The biology of stress and its application to livestock
housing and transportation assesment. Journal Animal Science. 79: E260-
E267.
Walker, J. M dan Ralph, R. (2008). Handbook of Molecular Biomethods. Second
edition. Humana Press, Hal: 657-677.
Wennberg, L., Czech, K. A., Larsson, L. C., Mirza, B., Bennet, W., Song, Z. dan
Widner, H. (2001). Effects of immunosuppressive treatment on host
responses against intracerebral porcine neural tissue xenografts in
rats. Transplantation, 71(12): 1797-1806.
Whirledge, S. dan Cidlowski, J. A. (2010). Glucocorticoids, stress, and
fertility. Minerva Endocrinologica, 35(2): 109.
Yaribeygi, H., Panahi, Y., Sahraei, H., Johnston, T. P. dan Sahebkar, A. (2017).
The impact of stress on body function: A review. EXCLI Journal.
Yuan, H. J., Han, X., He, N., Wang, G. L., Gong, S., Lin, J. dan Tan, J. H. (2016).
Glucocorticoids impair oocyte developmental potential by triggering
apoptosis of ovarian cells via activating the Fas system. Scientific
Reports, 6(1): 1-12.
Yuan, P., Huang, Y., Cheng, B., Zhang, J. dan Xin, X. (2010). Induction of a local
pseudopregnancy in for the treatment of endometriosis. Medical
Hypotheses, 7(4): 56-58.
41
LAMPIRAN
42
Lampiran 2. Dokumentasi kegiatan penelitian
43
Proses pembedahan (transplantasi ovarium sapi aceh) pada uterus kelinci lokal
bunting semu
Proses ektraksi sampel feses kelinci lokal bunting semu yang mendapat
transplantasi ovarium sapi aceh
44
Proses pengenceran ekstrak sampel feses
45
Lampiran 3. Data deskriptif kelompok kontrol
1 174,64
2 135,83
3 128,23
4 1,81
5 44,83
6 263,97
7 124,10
8 102,79
9 149,89
Rataan 125,12
SD 74,68
46
Lampiran 4. Analisis statistik antar kelompok perlakuan sebelum dan sesudah
transplantasi ovarium sapi aceh.
Kortisol (ng/g)
Ulangan K1 K2 K3
47
48
49
Lampiran 5. Surat etik penelitian
50
Lampiran 6. Hasil Turnitin
51
BIODATA
I. DATA MAHASISWA
1. Nama : Angghian Siti Safur
2. Alamat : Jl. Cot Sibati Blok B.22 Komplek Unsyiah,
Blangkrueng.
3. NomorTelepon/HP : 085261426405
4. Email : anggisafur08@gmail.com
5. JenisKelamin : Perempuan
6. Tempat/TanggalLahir : Banda Aceh/ 08 Oktober 2000
7. Agama : Islam
8. NamaAyah : Sudarmansyah
9. Nama Ibu : Juli Melia
10. AlamatTetapOrangTua : Jl. Cot Sibati Blok B.22 Komplek Unsyiah,
Blangkrueng.
II.RIWAYATPENDIDIKAN
TahunMasu Tahun
No. Tingkatan NamaSekolah
k Lulus
SD Negeri 50 Banda
1. SD/MI 2006 2012
Aceh
52
Tahun dan Lama
No. Nama Kegiatan Tempat Pelaksanaan
Waktu Kegiatan
Seminar Nasional Ada
Apa Dengan Kuda
1. FKH USK 2018 (1hari)
(AADK) 3 oleh UKM
Himpharsia FKH USK
Fieldtrip Ada Apa Dengan
Kuda (AADK) 3 oleh Stable Kuda,
2. 2018 (1hari)
UKM Himpharsia FKH Kutamalaka
USK
Seminar Nasional
“Aktualisasi Peran
3. Pemuda Dalam Upaya FKIP USK 2018 (1hari)
Penyelamatan Gajah
Sumatera”
Seminar Muslimah
Dengan Tema “Generasi
Milenial Pecinta Al
4. FKH USK 2018 (1hari)
Qur’an” Dalam Rangka
Acara Islamic Veterinary
Fair 5 oleh LDF An-Nahl
Seminar “Membangun
Ekonomi Indonesia
Melalui Sistem Perbankan Gedung AAC Dayan
5. 2018 (1hari)
dan Menggali Ekonomi Dawood USK
Berbasis Syariah” oleh
LPS
Kuliah Umum “Studying
The Genetic,
Reproductive Biology
6. FKH USK 2019 (1hari)
And Stress In Wild
Indonesia Macaques : A
Non-Invasive Approach”
Kuliah Umum oleh
Komisaris Jenderal Polisi
Drs. Suhardi Alius, M.H.
Kepala Badan Nasional
Penanggulangan
Gedung Aac Dayan
7. Terorisme (BNPT) 2019 (1hari)
Dawood USK
Dengan Tema “Resonansi
Kebangsaan dan Bahaya
Serta Pencegahan Paham
Radikalisme dan
Terorisme”
8. Musyawarah Nasional FKH USK 2020 (1hari)
IMAKAHI XXII dengan
53
tema “Peran Donter
Hewan dalam Upaya
Konservasi Satwa Liar di
Indonesia”
Seminar Internasional 3rd
9. Banda Aceh 2021 (2hari)
ICVAES 2021
IV.PENGALAMANORGANISASI/PANITIA/ACARA
Tahun dan
Posisi Dalam
No. Nama Organisasi Lama Waktu
Organisasi
Keterlibatan
BEM Fakultas Kedokteran Anggota (Divisi
1. 2018-2019
Hewan USK Pubdok)
2019-
2. UKM SOV FKH USK Anggota (Divisi Seni) November
2021
V. RIWAYATPENULISANKARYAILMIAHDANPUBLIKASI(BUKAN
JUDULSKRIPSI)
1.
Semuadatayang sayaisikandantercantumdalambiodatainiadalahbenar
dandapatdipertanggungjawabkan secarahukum.Demikianbiodatainisayabuat
54
dengansebenarnyasebagaikelengkapanpenulisan skripsisaya.
55