SKRIPSI
ROHANDI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK POWDER TERHADAP
JUMLAH DAN IMBANGAN NEUTROFIL-LIMFOSIT PADA AYAM
PETELUR FASE LAYER
SKRIPSI
ROHANDI
NPM. 200110170150
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
i
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIASI
Nama : Rohandi
NPM : 200110170150
penulis, data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan
Penulis,
(Rohandi)
ii
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK POWDER TERHADAP
JUMLAH DAN IMBANGAN NEUTROFIL-LIMFOSIT PADA AYAM
PETELUR FASE LAYER
Oleh:
Rohandi
NPM. 200110170150
Menyetujui:
Mengesahkan:
iii
KATA PENGANTAR
iv
diberikan kesempatan untuk memimpin satu periode kepengurusan BEM Kema
Fapet Unpad 2020.
Akhir kata, semoga semua pihak yang telah membantu penulis
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak sebagai bentuk sumbangan
pemikiran dan informasi di Bidang Peternakan.
Penulis
v
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK POWDER TERHADAP
JUMLAH DAN IMBANGAN NEUTROFIL-LIMFOSIT PADA AYAM
PETELUR FASE LAYER
Rohandi
ABSTRAK
vi
THE EFFECT OF PROBIOTICS POWDER ON THE NUMBER
AND BALANCE OF NEUTROPHILS-LYMPHOCYTES IN
LAYER PHASE HENS
Rohandi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
ABSTRAK ........................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 2
1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................. 2
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................. 2
1.5 Kerangka Pemikiran ................................................................. 3
1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................... 7
II. KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Ayam Petelur ............................................................................ 8
2.2 Probiotik Powder ...................................................................... 10
2.3 Mikroba dalam Probiotik Powder ............................................ 10
2.4 Sel Darah Putih (Leukosit), Neutrofil, dan Limfosit ................ 13
2.4.1 Leukosit ............................................................................. 13
2.4.2 Neutrofil ............................................................................ 14
2.4.3 Limfosit ............................................................................. 15
III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ....................................................................... 16
3.1.1 Ternak Percobaan .............................................................. 16
viii
3.1.2 Kandang Percobaan ........................................................... 16
3.1.3 Ransum Percobaan ............................................................ 16
3.1.4 Alat dan Bahan Penelitian ................................................. 17
3.2 Metode Penelitian ..................................................................... 19
3.2.1 Prosedur Penelitian ............................................................ 19
3.2.2 Peubah yanga Diamati ....................................................... 21
3.2.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik ..................... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Neutrofil ....................... 25
4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Limfosit ........................ 28
4.3 Pengaruh Perlakuan terhadap Imbangan Neutrofil-Limfosit.... 31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 34
5.2 Saran ......................................................................................... 34
RINGKASAN .......................................................................................... 35
LAMPIRAN ............................................................................................. 44
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
x
DAFTAR ILUSTRASI
Nomor Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
xii
1
PENDAHULUAN
peradangan kecil lainnya serta menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi infeksi
di suatu bagian organ tubuh (Hewajuli dan Dharmayanti, 2015), sedangkan limfosit
adalah bagian sel darah putih pada sistem kekebalan yang memiliki peran penting
dan terpadu dalam sistem pertahanan tubuh (Nicholas, 2004).
Jumlah limfosit akan mengalami peningkatan seiring adanya antigen yang
masuk ke dalam tubuh dan mengalami proliferasi sehingga terbentuk antibodi
(Siswanto dan Soma, 2016). Limfosit terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sel-B dan sel-
T. Fungsi sel-B sebagai antibodi adalah protein khusus yang menyerang
mikroorganisme patogen dan fungsi sel-T adalah menyerang dan membunuh
mikroorganisme patogen serta mengatur sistem kekebalan tubuh (Hendro dkk.,
2013). Jumlah normal limfosit pada ayam yaitu 30-70%, sedangkan jumlah normal
neutrofil yaitu 20-40% dari total jumlah leukosit (Heath dan Olusanya, 1985).
Selain itu menurut Dukes (1995) menyatakan bahwa sel darah putih unggas terdiri
atas 25-30% neutrofil, 55-69% limfosit, 10% monosit, 3-8% eosinofil, dan 1-4%
basofil. Tingkat ketahanan tubuh pada unggas terhadap lingkungan dengan kisaran
nilai imbangan neutrofil-limfosit 0,2 – 0,8 dengan nilai normal yaitu 0,5 (Emadi
dan Kermanshahi, 2007). Nilai imbangan neutrofil-limfosit yang semakin tinggi
maka semakin tinggi juga tingkat stresnya (Kusnadi, 2008).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya oleh Asmara dkk.
(2019) disimpulkan bahwa pemberian probiotik berpengaruh sangat nyata terhadap
total leukosit, neutrofil dan limfosit ayam broiler. Sedangkan penelitian Wibowo
(2018) menunjukkan penambahan probiotik dalam ransum dapat meningkatkan
jumlah total leukosit dan limfosit ayam broiler. Penelitian lain dari Agus
Februansyah (2018) menghasilkan bahwa penambahan probiotik Bacillus plus
vitamin dan mineral pada level pemberian 0,1%, 0,5%, dan 1% dapat berdampak
pada peningkatan ketahanan tubuh ayam broiler yang terlihat dari total leukosit dan
diferensial leukosit terutama heterofil, eosinosil, dan limfosit.
Selain itu, beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pemberian
probiotik kepada ternak ayam telah dilakukan diantaranya oleh Gunawan dan
Sundari (2003) Penggunaan Lactobacillus acidophilus sebanyak 2% dan 4% dalam
7
ransum ayam petelur, mampu meningkatkan 5−11% produksi telur serta menekan
konversi ransum. Sedangkan penelitian dari Lutfiana dkk. (2015) menyatakan
bahwa pemberian probiotik 2% dan 3% mampu meningkatkan jumlah hemoglobin
ayam petelur dibandingkan dengan perlakuan 0% dan 1%. Penelitian terbaru yang
dilakukan oleh Kumalasari dkk. (2020), penambahan probiotik kering sebanyak 2%
dari total ransum ayam broiler berpengaruh terhadap peningkatan pertambahan
bobot badan dan giblet, penurunan lemak abdominal, serta probiotik kering
memiliki kecenderungan meningkatkan performa pertumbuhan serta menurunkan
profil lipid darah dan daging ayam broiler.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut, maka dapat ditetapkan
hipotesis bahwa pemberian probiotik powder pada taraf 3% diperkirakan akan
memberikan pengaruh nyata dan menghasilkan jumlah dan imbangan neutrofil-
limfosit yang baik pada ayam petelur fase layer.
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Ayam petelur memiliki 3 fase dalam hidupnya, yaitu fase starter (0-6
minggu), fase grower (6-14 minggu), dan fase layer (18 minggu – afkir) (Banong,
2012). Ayam petelur akan mulai memproduksi telur pada umur kurang lebih 22
minggu. Produksi telur akan terus meningkat dan mencapai puncak produksi pada
umur sekitar 32 sampai dengan 36 minggu. Produktivitas ayam petelur akan
optimal pada tahun pertama, namun ayam petelur dengan produktivitas yang tinggi
akan dapat mempertahankan produksinya hingga 2-3 tahun. Produktivitas ayam
petelur kemudian akan mulai menurun secara perlahan sampai mencapai 55% pada
umur sekitar 82 minggu (Wahju, 2004). Ayam petelur produktif memiliki ciri-ciri
antara lain jengger dan pial besar, lembut, mengilap, berwarna merah, mata
bercahaya, warna paruh dan kaki putih pucat, jarak antar ujung tulang dada dan
tulang pinggul empat jari atau lebih, anus berbentuk lonjong, basah dan warnanya
putih agak kebiruan. Ayam petelur akan berproduksi secara optimal pada suhu
sekitar 21̊C dan kelembaban sekitar 50-60 % (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).
Produktivitas ayam petelur dipengaruhi oleh genetik, umur, penggunaan obat dan
kandungan nutrisi dalam pakan (Wahju, 2004). Upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kecernaan pakan antara lain dengan diberikannya pakan tambahan
berupa probiotik, karena dapat berpengaruh terhadap keseimbangan mikrofloral
pada saluran pencernaan (Wijaya dkk., 2017).
Ayam sangat rentan terserang penyakit, baik itu stres karena cekaman
panas, defisiensi zat makanan maupun cemaran dari mikroorganisme (parasit,
bakteri, virus dan cendawan) yang menganggu sistem imun dan metabolisme tubuh
(Suprijanto dan Atmomarsono, 2005). Maka dari itu, kesehatan ayam petelur
menjadi faktor penting yang harus dijaga agar ayam petelur tetap sehat dan
berproduksi dengan baik. Faktor yang menjadi pengganggu kesehatan ayam petelur
salah satunya yaitu infeksi atau cemaran bakteri. Infeksi penyakit pada unggas
terbagi menjadi dua, yaitu kontagius dan non kontagius. Penyakit kontagius adalah
penyakit yang langsung di transmisi dari individu atau flock kepada individu atau
flock lain. Penyakit infeksi kontagius seperti penyakit karena virus, bakteri, riketsia
10
dan fungi. Sedangkan penyakit infeksi non kontagius seperti aspergilosis (Sujiono
Hadi dan Setiawan, 2002).
2.2 Probiotik Powder
Probiotik merupakan mikroba hidup yang bila diberikan dalam jumlah yang
cukup akan memberikan manfaat kesehatan pada host (Hill dkk., 2014). Probiotik
merupakan mikroorganisme hidup dalam bentuk kultur tunggal atau campuran yang
apabila diberikan ke manusia atau hewan akan berpengaruh baik, karena probiotik
di dalam usu manusia atau hewan akan menekan pertumbuhan bakteri patogen atau
bakteri jahat (Rajab, 2004). Probiotik digunakan sebagai alternatif antibiotik yang
mampu menurunkan stres oksidatif, meningkatkan kesehatan usus, dan
meningkatkan performa ternak. Standar minimum nilai total BAL pada susu
fermentasi minimal 107 CFU/g (SNI, 2009). Keuntungan penggunaan probiotik
pada ternak unggas dapat menghasilkan enzim yang dapat membantu pencernaan
dan dapat menghasilkan zat antibakteri untuk menekan mikroba merugikan. Selain
itu dalam system imun dan metabolisme dihasilkan nutrisi penting seperti vitamin
B dan vitamin K sebagai prekusor antioksidan (Gleeson dkk., 2012).
Huang dkk. (2017) menyatakan bahwa produk probiotik dalam bentuk
kering memiliki beberapa keunggulan dibandingkan produk cair karena dapat
memperpanjang umur simpan. Metode pengeringan yang digunakan untuk
pembuatan probiotik umumnya dengan metode pengeringan beku (freeze drying)
ataupun pengeringan semprot (spray drying) (Haryadi, 2013). Namun metode spray
drying, yaitu merupakan salah satu teknik mikroenkapsulasi yang banyak
digunakan dan direkomendasikan karena mampu menguapkan air dengan cepat
pada suhu yang rendah (Rigon et al., 2016).
2.3 Mikroba dalam Probiotik Powder
Proses pemeraman dan pembentukan aroma khas untuk hasil olahan susu
seperti yoghurt sangat dipengaruhi oleh kandungan mikroba di dalamnya. Upaya
untuk menghasilkan produk yoghurt berkualitas, diantaranya melakukan kombinasi
minimal dua macam atau lebih bakteri yang dipakai sebagai starter (Adriani dkk.,
2010). Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari BAL yang
11
Tingkat kekebalan tubuh dapat dilihat dari variabel darah, berupa leukosit
dan dan diferensial leukosit secara lengkap (Isroli dkk., 2009). Diferensial leukosit
merupakan kesatuan dari sel darah putih yang terdiri atas dua kelompok yaitu
granulosit (heterosinofil, eusinofil dan basophil) dan agranulosit (limfosit dan
monosit) (Cahyaningsih dkk., 2007). Tingkat kenaikan dan penurunan jumlah
leukosit dalam sirkulasi menggambarkan ketanggapan sel darah putih dalam
mencegah hadirnya agen penyakit dan peradangan (Nordenson, 2002). Faktor-
faktor yang memengaruhi jumlah leukosit dan diferensialnya antara lain umur,
faktor genetik dan kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan diantaranya yaitu
adanya infeksi dan pakan. Nutrisi (protein) dari pakan memiliki peran yang sangat
penting dalam proses pembentukan leukosit karena protein merupakan salah satu
komponen darah (Addas dkk., 2010; Etim dkk., 2014).
2.4.2 Neutrofil
Neutrofil merupakan leukosit granulosit, dibentuk di dalam sumsum tulang,
bersifat amuboid dan aktif dalam fagositosis (Jain, 1993). Neutrofil termasuk
bagian respon kekebalan nonspesifik yang bersifat cepat dan paling awal dalam
pertahanan terhadap infeksi mikroorganisme (Hewajuli dan Dharmayanti, 2015).
Jumlah neutrofil secara normal pada unggas menurut Heat dan Olusanya (1985)
yaitu 20%-40% atau (1,6-8) x103/mm3. Masa hidup neutrofil di dalam sirkulasi
dalam keadaan infeksi berat lebih pendek dibandingkan dalam keadaan normal,
yaitu hanya 6-12 jam, selanjutnya neutrofil dengan cepat menuju ke daerah infeksi.
Setelah 24 – 48 jam, fungsi neutrofil diambil alih oleh makrofag (Besung, 2009).
Neutrofil berfungsi sebagai garis pertahanan tubuh terhadap zat asing
terutama bakteri. Bersifat fagosit, yaitu menelan mikroorganisme dan sisa-sisa sel
mati serta dapat masuk ke dalam jaringan yang terinfeksi. Sirkulasi neutrofil dalam
darah yaitu sekitar 10 jam dan dapat hidup selama 1-4 hari pada saat berada dalam
jaringan ekstravaskuler (Kiswari, 2014). Peningkatan jumlah neutrofil disebut
netrofilia, yang dapat terjadi karena respon fisiologik terhadap stres. Keadaan
patologis yang menyebabkan netrofilia diantaranya infeksi akut, radang atau
inflamasi, kerusakan jaringan, gangguan metabolik dan lain-lain. Sedangkan
15
III
(10) Thermometer, digunakan untuk mengukur suhu baik sampel dan kadang.
(11) Spuit/ Syringe, digunakan dalam pengambilan sampel darah ayam petelur.
(12) Tabung EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetyl Acid), digunakan untuk
menyimpan sampel darah yang telah diambil.
(13) Cooling box, digunakan untuk menyimpan tabung EDTA berisi sampel
darah ayam petelur.
(14) Tempat pakan dan minum berbentuk memanjang
(15) Label dan alat tulis, digunakan sebagai penanda sampel darah.
(16) Spatula/batang pengaduk, digunakan untuk mengaduk bahan.
(17) Pipet piston, digunakan untuk menghisap atau mengeluarkan darah/cairan
sampel.
(18) Hematology analyzer, digunakan untuk menganalisis kandungan neutrofil-
limfosit sampel darah.
2. Bahan
(1) Ayam petelur fase layer menjelang afkir dengan umur 90 minggu,
digunakan sebagai objek penelitian.
(2) Ransum, sebagai bahan pakan yang akan dicampur probiotik powder.
(3) Air, digunakan untuk minum ternak.
(4) Susu sapi, digunakan sebagai media fermentasi probiotik yang akan
dijadikan powder.
(5) Kultur probiotik konsorsium (Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus
thermophilus, Lactobacillus acidhophilus, Bifidobacterium bifidum)
sebanyak 5%, digunakan untuk probiotik yang akan dicampurkan dalam
susu sapi.
(6) Penyalut (susu skim dan maltodekstrin), digunakan untuk menyalut susu
sapi pada saat proses pengeringan.
(7) NaCL fisiologis steril, sebagai bahan pengenceran pada perhitungan bakteri.
(8) Plate Count Agar (PCA), sebagai media pertumbuhan bakteri.
(9) Media MRS (De Man Rogosa and Sharpe), sebagai media pendukung
pertumbuhan bakteri.
19
cawan petri diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 37 ̊C selama 24 jam.
Menghitung koloni yang tumbuh menggunakan metode TPC dan menghitung
viabilitas bakteri probiotik berdasarkan rasio jumlah bakteri per gram sesudah
dan sebelum proses enkapsulasi dan dinyatakan dalam persen (%).
5. Tahap Pemeliharaan
Percobaan menggunakan ayam petelur fase layer menjelang afkir pada umur
90 minggu yang dipelihara selama 4 minggu. Ayam petelur diberi 4 perlakuan
dan diulang sebanyak 5 kali sehingga terdapat 2 unit percobaan dengan setiap
cage berisi 1 ekor ayam petelur. Setiap kandang diberi label dengan nomor
perlakuan dan ulangan untuk memudahkan pengamatan dan pengumpulan data.
Pakan campuran probiotik diberikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari serta
minum diberikan secara adlibitum. Tempat pakan dan tempat minum selalu
diperhatikan dan dibersihkan mencegah penyakit.
6. Pengambilan sampel darah
Ayam petelur disiapkan sebanyak 20 ekor, pengambilan sampel darah pada
hari ke-30 di pagi hari. Sampel darah diambil pada bagian vena pectoralis dengan
menggunakan spuit yang ditusukkan dari pembuluh vena bagian sayap (vena
pectoralis externa) sebanyak 3 mL. Sampel darah disimpan ke dalam tabung
EDTA 5 ml yang mengandung antikoagulan. Tabung EDTA yang berisi sampel
darah dimasukan ke dalam cooling box untuk selanjutnya dianalisis di
laboratorium.
7. Tahap Analisis
Darah yang telah ditampung, kemudian dilakukan analisis jumlah dan
imbangan neutrofil-limfosit dengan menggunakan Hematology Analyser.
21
Hipotesis:
H0 : Pengaruh perlakuan P0 = P1 = P2 = P3, Berarti tidak ada
pengaruh terhadap jumlah dan imbangan neutrophil-limfosit pada
ayam petelur fase layer.
H1 : Pengaruh perlakuan P0 ≠ P1 ≠ P2 ≠ P3, atau paling sedikit
terdapat satu perlakuan yang berbeda terhadap jumlah dan
imbangan neutrofil-limfosit pada ayam petelur fase layer.
Keterangan:
db : Derajat bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
G : Galat
P : Perlakuan
p : Banyak perlakuan
U : Banyak ulangan
Kaidah keputusan:
1) Jika Fhitung ≤ Ftabel 0,05 artinya perlakuan tidak berpengaruh nyata (non
significant), terima H0 dan tolak H1.
2) Jika Fhitung > Ftabel 0,05 artinya perlakuan berpengaruh nyata (significant), tolak
H0 dan terima H1.
Selanjutnya data respon penelitian akan dianalisis dengan menggunakan
metode ortogonal polinomial. Suatu derajat polinomial ke-n digunakan untuk
mengetahui hubungan antara peubah respon Y dan peubah prediktor X diujikan
sebagai berikut:
Y = α + β1X + β2X2 + …. + βnXn
23
Dimana:
Ci = koefisien kontras ke-i
Ji = jumlah nilai pengamatan ke-i
t = banyaknya perlakuan jumlah koefisien kontras (TCi) = 0
r = jumlah lokal kontrol/ulangan
24
𝐿2 𝐿2
𝐽𝐾𝐿 =
𝑟(𝑇𝐶𝑖2 ) 𝑟𝐾
K = TCi2
Dua kontras ber-db tunggal dikatakan ortogonal bila jumlah perkalian silang
(JPS) dari koefisien keduanya = 0, sebagai berikut:
L1 = C11J1 + C12J2 + ... + C1tJt
L2 = C21J 1+ C22J2 + ... + C2tJt
JPS = C11J21’ + C12J22 + ... + C1tJ2t = 0
Kemudian suatu grup kontras p berderajat bebas tunggal dimana p >2
dikatakan ortogonal mutual. Jika setiap pasangan dan semua pasangan kontras yang
ada didalam grup ini bersifat ortogonal. Untuk suatu percobaan dengan t perlakuan
jumlah maksimum dari kontras ortogonal mutual ber-db tunggal yang dapat
dibentuk adalah sebanyak t-1 = db = v perlakuan. Jumlah JK dan kontras-kontras
ini = JK perlakuan.
JKL1 + JKL2 + ... + JKLv = JK perlakuan
Menurut kontras ber-db tunggal ini, pengujian dapat dilakukan terhadap
semua tipe perbandingan grup yang direncanakan sebelum percobaan. Grup – grup
ini dapat terdiri dari satu atau lebih kontras ber-db tunggal.
25
IV
3,5 3,2
3 2,8
2,5
1,8
%
1,5
0,5
0
P0 P1 P2 P3
Perlakuan
yaitu berturut-turut 2,8%, 3,2%, dan 3,8%. Dijelaskan juga oleh Lee dan Salminen
(2009) bahwa bakteriosin merupakan bioaktif peptida atau protein yang memiliki
aktifitas antimikroba terutama terhadap bakteri gram positif yang berkaitan dengan
kerusakan makanan maupun bakteri patogen.
Berdasarkan hasil penelitian ini, rataan jumlah limfosit pada ayam petelur
fase layer yang diberi probiotik powder dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7. Rataan Jumlah Limfosit
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
-----------------------------------(%)----------------------------------
1 89 93 94 93
2 96 90 83 93
3 91 94 88 94
4 84 89 92 88
5 94 86 92 93
Rataan 90,8 90,4 89,8 92,2
Keterangan:
P0 = Tanpa pemberian probiotik powder
P1 = Ransum dengan penambahan probiotik powder 2%
P2 = Ransum dengan penambahan probiotik powder 3%
P3 = Ransum dengan penambahan probiotik powder 4%
90
89
88
87
86
85
P0 P1 P2 P3
Perlakuan
sama, yaitu berturut-turut 90,8%, 90,4%, dan 89,8%. Dijelaskan juga oleh Perdigon
dan Alvarez (1992), bahwa probiotik juga memiliki fungsi merangsang sel T untuk
melepaskan limfokin yang penting peranannya dalam proses poliferasi dan
diferensiasi sel B. Menurut Roitt (1972) sel B merupakan sel yang dihasilkan bursa
fabricius dan bertanggung jawab dalam sintesa antibodi.
0,03
0,025
0,02
0,02
0,015
0,01
0,005
0
P0 P1 P2 P3
Perlakuan
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemberian probiotik powder tidak berpengaruh terhadap jumlah dan
imbangan neutrofil-limfosit ayam petelur fase layer.
2. Pemberian probiotik powder pada taraf 2%, 3%, dan 4% tidak memberikan
pengaruh terhadap jumlah dan imbangan neutrofil-limfosit ayam petelur
fase layer.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait pemberian probiotik powder
dalam ransum ayam petelur fase layer untuk mengetahui pengaruh terhadap jumlah
dan imbangan neutrofil-limfosit. Namun, waktu pemberian perlakuan probiotik
powder perlu diperpanjang untuk menghasilkan pengaruh yang lebih optimal.
35
RINGKASAN
DAFTAR PUSTAKA
Addas, P. A., David, I. Edward, A. Zira dan Midak. 2012. Effect of age, sex and
management system on some haematological parameters of intensively and
semi-intensively kept chicken in Mubi. Adam State, Nigeria. Iranian J. of
App. Anim. Sci. 2 (3) : 277-282.
Adriani, Lovita. 2005. Bakteri Probiotik Sebagai Starter dan Implikasi Efeknya
Terhadap Kualitas Yoghurt, Ekosistem Saluran Pencernaan dan Biokimia
Darah Mencit. Disertasi Program Pasca Sarjana. Universitas Padjadjaran,
Bandung.
Adriani, L dan HW. Lengkey. 2010. Probiotic Bacteria as Yoghurt Starter abd its
Implication Effect to the Pathogenic and Non Pathogenic Bacteria in Mice
Gastrointestinal. Lucrari Stiintifice, 53 (12): 262-266.
Asmara, M. P., Purnama E.S., Siswanto, dan Sri Suharyati. 2019. Pengaruh
Suplementasi Probiotik yang Berbeda pada Air Minum Terhadap Total
Leukosit dan Diferensial Leukosit Broiler. Jurnal Riset dan Inovasi
Peternakan Vol 3(2): 22-27.
Awad, W.A., K. Ghareeb, S. Nitch, S. Pasteiner, S.A Raheem, dan J. Bohm. 2008.
Efect of Dietary Inclusion of Probiotic, Prebiotic and Symbiotic on
Intestinal Glucose Absorbtion of Broiler Chickens. International Journal of
Poultry Science 7: 688-691.
Azizah, N., A.N Al-Baarri, dan S. Mulyani. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi
Terhadap Kadar Alkohol, pH, dan Produksi Gas pada Proses Fermentasi
Bioetanol dari Whey dengan Substitusi Kulit Nanas. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan 1(2): 72-77.
Badan Standardisasi Nasional. 2009. Yoghurt (SNI 2981: 2009). BSN, Jakarta.
Februansyah, A. 2018. Total Leukosit dan Diferensial Leukosit Ayam Broiler yang
Diberi Probiotik Bacillus Plus Vitamin dan Mineral. Skripsi Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Semarang.
Gunal, M., G. Yayli, O. Kaya, N. Karahan, and O. Sulak. 2006. The Effect of
Antibiotics Growth Promotor, Probiotic or Organic Acid Suplementation
on Perfomance, Intestinal Microflora and Tissue of Broilers. International
Journal of Poultry Science 5: 149-155.
Haryadi, Nurliana, dan Sugito. 2013. Nilai pH dan Jumlah Bakteri Asam Laktat
Kefir Susu Kambing Setelah Difermentasi dengan Penambahan Gula
dengan Lama Inkubasi yang Berbeda. Jurnal Medika Veterinaria. Vol. 7,
No. 1.
39
Hashemi, S.R. dan H. Davoodi, 2010. Phytogenics as New Class of Feed Additive
in Poultry Industry. Journal of Animal and Veterinary Advances, 9: 2295-
2304.
Hewajuli, D.A. dan Dharmayanti. 2015. Peran Sistem Kekebalan Non-Spesifik dan
Spesifik pada Unggas terhadap Newcastle Disease. Wartazoa. 25 (3): 135-
14.
Hill, C., F. Guarner, G. Reid, GR. Gibson, DJ. Merenstein, dan B. Pot. 2014. The
International Scientific Association for Probiotics and Prebiotics
Consensus Statement on the Scope and Appropriate Use of the Term
Probiotic. Nature Reviews Gastroenterology and Hepatology, 11, 506-514.
Huang S, M.L Vignolles, X.D Chen, Y. Le Loir, G. Jan, and P. Schuck. 2017. Spray
Drying of Probiotics and Other Foodgrade Bacteria: A review. Trends in
Food Science & Technology.
Hutasoit, Berliana. 2010. Respon Sel Darah Putih (Leukosit) Ayam Pedaging
Terhadap Vaksin Gumboro Ibd-Vac® Dengan Aplikasi Yang Berbeda.
Skripsi Fakultas Pertanian Dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.
Ika, R., Nurkhasanah dan, Ika., 2019. Optimasi Komposisi Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus thermophilus pada Yogurt Terfortifikasi Buah Lakum
(Cayratia trifolia (L.) Domin) sebagai Antibakteri terhadap Escherichia
coli. Pharmaceutical Sciences and Research (PSR), 6(2) : 99-106.
Juniawati, Miskiyah dan Ayu K., 2019. Penambahan Enkapsulan Dalam Proses
Pembuatan Yoghurt Powder Probiotik Dengan Metode Spray Drying.
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol. 16. No.2.
Kartasudjana, R dan E. Suprijatna, 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta
Lee, Y.K., dan S. Salminen. 2009. Handbook of Probiotics and Prebiotics. Second
Edition. New Jersey, USA.
Lutfiana, K., T. Kurtini, dan M. Hartono. 2015. Pengaruh Pemberian Probiotik dari
Mikroba Lokal terhadap Gambaran Darah Ayam Petelur. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu. Vol. 3(3): 151-156.
Mashaly, M.M., Hendricks G.L., Kalama M.A., Gehad A.E., Abbas A.O., Patterson
P.H. 2004. Effect of Heat Stress on Production Parameters and Immune
Responses of Commercial Laying Hens. Poult Sci 83: 889-894.
Nisa, F.C., J. Kusnadi, dan R. Chrisnasari. 2008. Viabilitas dan Deteksi Subletal
Bakteri Probiotik pada Susu Kedelai Fermentasi Instan Metode
Pengeringan Beku. Jurnal Teknologi Pertanian 9(1): 40-51.
Perdigon, G. dan S. Alvarez. 1992. Probiotics and the Immune State. IIn Probiotic
the Scientific Basic. Edited by R. Fuller. Chapman & Hall. Pp. 145-180.
Rajab, F.2004. Isolasi dan Seleksi Bakteri Probiotik dari Lingkungan Tambak dan
Hatchery untuk pengendalian Penyakit Vibriosis pada Larva Udang Windu.
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Rohyati, Eni. 2012. Gambaran Mikroskopis Nekrosa Sel dan Deplesi Folikel
Limfoid Bursa Fabricius Ayam Broiler Pasca Pemberian Probiotik B-mix
dan Infeksi Salmonella enteritidis. PARTNER. Vol 19(1): 83-91.
Rona W. P., Osfar S., dan Irfan H.D. 2018. Evaluasi Penambahan Probiotik
(Lactobacillus sp) Cair dan Padat dalam Pakan terhadap Penampilan
Produksi Ayam Petelur. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 28(3): 203-212.
Siswanto, Sulabda I. N., and Soma, I. G. 2016. Titer Antibodi dan Hitung Jenis
Leukosit Ayam Potong Jantan Pasca Vaksinasi Virus Newcastle Disease.
Indonesia Medicus Veterinus, 5(1): 89-95.
Standardisasi Nasional Indonesia (SNI). 2016. SNI 8290.5:2016, Pakan Ayam Ras
Petelur – Bagian 5: Masa Produksi (Layer). Badan Standardisasi Nasional
(BSN). Jakarta.
Sujiono, H., dan Seriawan. 2002. Ayam Kampung Petelur. Penebar Swadaya.
Yogyakarta.
Suryandari, Annisa. 2019. Kontaminasi Aflatoksin pada Pakan terhadap Berat dan
Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Ayam Petelur. Skripsi Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.
43
Vieira, GRAS, M. Soares, N.C.B Ramirez, D.D Schleder, B.C da Silva, J.L.P
Mourino, E.R Andreatta, and F.N Vieira. 2016. Lactic Acid Bacteria Used
as Preservative in Fresh Feed For Marine Shrimp Maturation. Pesq
Agropec Bras 51:1799-1805.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wijaya, Y., Suprijatna, E., dan S. Kismiati. 2017. Penggunaan Limbah Industri
Jamu dan Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus sp.) sebagai Sinbiotik untuk
Aditif Pakan Terhadap Kualitas Interior Telur Ayam Ras Petelur. Jurnal
Peternakan Indonesia. Vol. 19(2): 47-54.
Wibowo, A. S. 2018. Total Leukosit dan Diferensial Leukosit Ayam Broiler yang
Diberi Probiotik Kapang Chrysonilia crassa dalam Ransum. Skripsi
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Semarang.
Wulandari, S., E. Kusumanti, dan Isroli. 2014. Jumlah Leukosit dan Diferensial
Leukosit Ayam Broiler Setelah Penambahan Papain Kasar dan Dalam
Ransum. Animal Agriculture Journal. Vol. 3(4): 517-522.
LAMPIRAN
45
Pembuatan Probiotik
Powder
Pengujian Sampel
46
Susu Segar
Pasteurisasi
T= 90°C, s =15 menit
Pendinginan
T= 40-45°C
Bakteri
Probiotik
Konsorsium
Inokulasi
Inkubasi
T= 40°C, s = 15 jam
Analisa
Probiotik Liquid Viabilitas
Aquades ½ dari
volume total
larutan dan
enkapsulan
Homogenizer
Spray drying
Tinlet 150°C, Toutlet = 60-65°C
= 10,6
➢ JK Galat = JKT − JKP
= 65,8 − 10,6
= 55,2
➢ db Perlakuan = t − 1
=4−1
=3
➢ db Total = tr − 1
= (4 𝑥 5) − 1 = 19
➢ db Galat = t 𝑥 (r − 1)
48
= 4 𝑥 (5 − 1)
= 16
JKP 10,6
➢ KT Perlakuan = db P = = 3,53
3
JKG 55,2
➢ KT Galat = db G = = 3,45
16
KTP 3,53
➢ F Hitung = KTG = 3,45 = 1,023
= 15,6
➢ JK Galat = JKT − JKP
= 243,2 − 15,6
= 227,8
➢ db Perlakuan = t − 1
=4−1
=3
➢ db Total = tr − 1
= (4 𝑥 5) − 1 = 19
50
➢ db Galat = t 𝑥 (r − 1)
= 4 𝑥 (5 − 1)
= 16
JKP 15,6
➢ KT Perlakuan = db P = = 5,2
3
JKG 227,8
➢ KT Galat = db G = = 14,24
16
KTP 5,2
➢ F Hitung = KTG = 14,24 = 0,365
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 0,045 0,011 0,021 0,011
2 0,010 0,033 0,084 0,032
3 0,055 0,011 0,057 0,021
4 0,036 0,056 0,033 0,011
5 0,011 0,070 0,022 0,022
Jumlah 0,157 0,181 0,217 0,097
Rataan 0,031 0,035 0,042 0,020
= 0,001526
➢ JK Galat = JKT − JKP
= 0,009189 − 0,001526
= 0,007662
➢ db Perlakuan = t − 1
=4−1
=3
➢ db Total = tr − 1
= (4 𝑥 5) − 1 = 19
➢ db Galat = t 𝑥 (r − 1)
52
= 4 𝑥 (5 − 1)
= 16
JKP 0,001526
➢ KT Perlakuan = db P = = 0,000509
3
JKG 0,007662
➢ KT Galat = db G = = 0,000479
16
KTP 0,000509
➢ F Hitung = KTG = 0,000479 = 1,062435
Lampiran 6. Data Bobot Ayam Petelur Fase Layer yang Digunakan Selama
Penelitian
Suhu Kelembaban
Minggu
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
I 26 28 28 77 73 68
II 23 26 25 81 75 74
III 25 27 26 81 81 84
IV 26 27 25 86 85 89
Rataan 25 27 26 81 78 79
P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3 P0 P1
U1 U2 U3 U4 U5 U1 U2 U3 U4 U5
P2 P3 P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3
U1 U2 U3 U4 U5 U1 U2 U3 U4 U5
57
BIODATA PENULIS
Rohandi