Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN STUDI KASUS

COVER
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
DR. RASIDIN KOTA PADANG
PERIODE Mei 2023 – Juni 2023

FLOUR ALBUS PADA IBU HAMIL

Disusun Oleh :
Ayu Trianingsih (22021038)
Della Desrianti (22021055)
Elvi Yendri (22021053)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
YAYASAN PERGURUAN TINGGI ILMU KESEHATAN PADANG
PADANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN STUDI KASUS


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
Di RSUD dr. Rasidin Kota Padang

PERIODE Mei – Juni 2023

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan praktek kerja profesi


apoteker pada Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi STIFARM
Padang

Disetujui Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. apt. Vivi Sofia, M.Si apt. Deswati, M.Farm


Mengetahui :

Ketua Program Pendidikan Profesi Apoteker Kepala Instalasi Farmasi RSUD dr.
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang Rasidin Kota Padang

Dr. apt. Rina Wahyuni, M.Farm apt. Dewi Srinita Santi, S.Si

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus
di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Kota Padang.
Laporan ini merupakan salah satu persyaratan yang diwajibkan bagi
mahasiswa Apoteker dalam menyelesaikan Pendidikan Profesi di Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi Padang. Laporan ini ditulis berdasarkan teori dan hasil
pengamatan selama melakukan PKPA di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Rasidin Kota Padang.
Selama melaksanakan PKPA ini, penulis mendapatkan banyak
bimbingan, arahan, bantuan, masukan serta dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu apt. Dewi Srinita Sinta, S.Si selaku Ketua Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Kota Padang.
2. Ibu apt. Deswati, M.Farm Selaku Pembimbing 2 atau Preseptor selama
PKPA di RSUD dr. Rasidin Kota Padang yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan Laporan Studi Kasus ini.
3. Ibu Dr. apt. Vivi Sofia, M.Si Selaku Pembimbing I di Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi (STIFARM) Padang yang telah membimbing penulis dalam
melaksanakan kegiatan PKPA.
4. Ibu Dr. apt. Rina Wahyuni selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Apoteker Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang.
5. Bapak Prof. DR. rer. Nat. Apt. H Auzal Halim selaku ketua SekolahTinggi
Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang.
6. Seluruh Staff di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin
Kota Padang.
7. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan baik materil
maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus

ii
ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa/i Program Studi Profesi Apoteker Angkatan 2
Tahun 2023/2024 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT selalu membalas segala kebaikan dan


melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis, Aamiin Ya Rabbal’alammin. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan Laporan Studi Kasus ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran agar laporan ini menjadi lebih baik dan semoga Laporan Studi
Kasus ini dapat bermanfaat.

Padang, Juni 2023

iii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iv
I. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 1
1.1 Definisi Flour Albus ................................................................................................. 1
1.1.1 Prevalensi ........................................................................................................... 1
1.1.2 Etiologi ............................................................................................................... 2
1.1.3 Faktor Resiko ..................................................................................................... 3
1.1.4 Patofisiologi ....................................................................................................... 3
1.1.5 Manifestasi Klinis .............................................................................................. 4
1.1.6 Penatalaksanaan ................................................................................................. 5
1.1.7 Terminologi medis ............................................................................................. 7
II. PROFIL KASUS .......................................................................................................... 8
2.1 Identitas Pasien ......................................................................................................... 8
2.2 Subyektif ................................................................................................................... 8
2.3 Obyektif .................................................................................................................... 8
2.3.1 Pemeriksaan Umum ........................................................................................... 8
2.3.2 Monitoring Vital Sign/Tanda Vital .................................................................... 9
2.3.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ....................................................................... 9
2.3.4 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 9
2.3.5 Penatalaksanaan ............................................................................................... 10
2.3.6 Terapi Pulang ................................................................................................... 11
2.3.7 Follow Up Pasien ............................................................................................. 12
III. ANALISIS KASUS ................................................................................................... 21
3.1 DRUG RELATED PROBLEM .............................................................................. 21
IV. PEMBAHASAN ........................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 31

iv
I. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Flour Albus


Keputihan atau flour albus merupakan pengeluaran cairan pervagina yang
bukan darah, keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan
rasa gatal di dalam vagina dan disekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering
menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur, atau juga parasit.
Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan pada saluran kencing,
sehingga dapat menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil
(Afifah, I., & Sopiany, 2017).
Flour albus/keputihan merupakan tanda dan gejala yang ditandai dengan
keluarnya cairan dari alat kelamin wanita yang tidak berupa darah di luar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat.
Penyebab keputihan dapat secara normal (fisiologis) maupun (patologis) yang
dipengaruhi oleh hormone tertentu. Cairannya berwarna putih, tidak berbau,
dan jika dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan ada kelainan.
Hal ini dapat tampak pada perempuan yang terangsang pada waktu senggama
atau saat masa subur (ovulasi).
Sedangkan Keputihan/Flour albus yang tidak normal (patologis) biasa
disebabkan oleh infeksi/peradangan yang terjadi karena mencuci vagina
dengan air yang tidak bersih, pemeriksaan dalam yang tidak benar, pemakaian
pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis, dan adanya
benda asing dalam vagina.Selain karena infeksi, keputihan dapat juga
disebabkan oleh masalah hormonal, celana yang tidak menyerap keringat, dan
penyakit menular seksual. Cairannya berwarna putih/hijau/kuning, berbau,
sangat gatal dan disertai nyeri perut bagian bawah.
1.1.1 Prevalensi
Banyak wanita Indonesia yang tidak tahu tentang keputihan (Fluor
Albus), sehingga mereka menganggap sebagai hal yang umum dan kurang
penting. Padahal keputihan (Fluor Albus) yang tidak segera ditangani akan
mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar kandungan, keputihan juga

1
merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang dapat berakhir dengan
kematian.
Sesuai data WHO Keputihan (Fluor Albus) menyerang sekitar 50%
populasi wanita didunia dan beresiko tinggi terhadap wanita yang berusia
reproduksi atau wanita usia subur. Lebih dari 75% wanita di Indonesia
mengalami keputihan (Fluor Albus), paling tidak satu kali dalam hidupnya.
Hal ini berkaitan dengan cuaca, yang mempermudah berkembangnya
infeksi jamur dan bakteri patogen (Marlina (Universitas Indonesia Timur),
2017).
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2019) di Indonesia salah satu keluhan yang sering dijumpai dalam klinik
dan kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah keputihan/fluor albus, 16%
penderita keputihan adalah ibu hamil. Salah satu keluhan yang dijumpai
pada ibu hamil adalah keputihan sebanyak 16%, yang tergolong candida
53%, trichomonas 3,1% dan yang tergolong oleh bakteri40,1%. Candida
merupakan kelompok yang paling umum ditemukan pada penderita
keputihan (Oktarani, 2021).
1.1.2 Etiologi
Sistem reproduksi pada ibu hamil rentan terkena infeksi, karena daya
tahan ibu hamil yang menurun dan meningkatnya kebutuhan metabolisme
ibu hamil. Hal ini cenderung akan mengakibatkan gangguan keputihan yang
disebabkan oleh jamur dan Bacterial vaginosis (BV). Word Health
Organization (WHO) juga menyebutkan bahwa yang menjadi masalah
kesehatan reproduksi pada wanita hamil adalah keputihan sebesar 31,6%
yang disebabkan oleh jamur Candida albicans (Prianti dkk, 2021).
Terjadinya keputihan (fluor albus) pada ibu hamil karena bertambahnya
hormon selama masa kehamilan. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan
peningkatan kadar air dalam mukus serviks dan meningkatkan produksi
glikogen oleh sel-sel epitel mukosa superfisial pada dinding vagina,
sehingga sekret vagina bertambah banyak, kemudian mengalir keluar dan
disebut sebagai keputihan (Oktarani, 2021).

2
1.1.3 Faktor Resiko
Keputihan pada ibu hamil dapat mengakibatkan risiko tinggi pada
ketuban pecah dini, sehingga bayi lahir prematur atau bayi lahir dengan
berat lahir rendah dan janinnya berisiko mengalami infeksi. Keputihan pada
persalinan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, infeksi korio
amnionitis sampai sepsis (Oktarani, 2021).
a. Dampak dari keputihan pada ibu hamil bila tidak diatasi adalah:
1) merasa tidak nyaman
2) kanker rahim
3) kehamilan ektopik
b. Dampak keputihan pada janin adalah :
1) Kebutaan pada bayi
2) Kematian Janin
3) Berat badan bayi lahir rendah
4) Infeksi asendrem
c. Dampak keputihan pada Persalinan adalah :
1) Ketuban pecah dini
2) Persalinan kurang bulan (prematuritas)
3) Infeksi intrapartum

1.1.4 Patofisiologi
Pada keadaan normal, cairan/sekret yang keluar dari vagina Wanita
dewasa sebelum menopause terdiri dari sel epitel vagina (terutama yang
paling luar/superfisial yang terkelupas dan dilepaskan ke dalam rongga
vagina), beberapa sel darah putih (leukosit), cairan transudasi dari dinding
vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang
lebih atas dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung berbagai
organisme terutama Lactobasilus doderlain (batang gram positif, flora
vagina terbanyak), beberapa jenis bakteri lain kokus seperti streptokokus,
dan Eschericia coli.

3
Peranan basil doderlein dianggap menekan pertumbuhan
mikroorganisme patologis karena basil Doderlein mempunyai kemampuan
mangubah glikogen dari epitel vagina yang terlepas menjadi asam laktat,
sehingga vagina tetap dalam keadaan asam dengan pH 3,0-4,5 pada wanita
dalam masa reproduksi, suasana asam inilah yang mencegah tumbuhnya
mikroorganisme patologis.

Gambar 1 Estrogen dan Biologi Vagina


Bila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana flora vagina yang
disebabkan oleh beberapa faktor maka terjadi penurunan fungsi basil
Doderlain dengan berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi proteksi
basil Doderlain berkurang maka terjadi aktivitas dari mikroorganisme
patologis yang selama ini ditekan oleh flora normal vagina. Progresifitas
mikroorganisme patologis secara klinis akan memberikan suatu reaksi
inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja membantu
fungsi dari basil Doderlain sehingga terjadi pengeluaran lekosit PMN maka
terjadilah flour albus.

1.1.5 Manifestasi Klinis


Flour albus (leukorea) adalah nama gejala yang diberikan kepada
cairan yang dikeluarkan alat-alat genital yang tidak berupa darah. Leukorea
merupakan gejala yang sering ditemukan pada penderita ginekologik.

4
Gejala klinis pada leukorea terbagi menjadi 4, yaitu :
1. vaginosis bacterial cairan vagina yang keruh, encer, putih abu-abu
hingga kuning dengan bau busuk atau amis. Bau semakin
bertambah setelah hubungan seksual.
2. Trikomoniasis merupakan cairan vagina biasanya sangat banyak,
kuning kehijauan, berbusa dan bau amis.
3. Kandidiasis adalah cairan vagina menggumpal putih kental, gatal
sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak
didaerah genital. Tidak ada komplikasi yang serius. Berkembang
baik pada Ph rendah.
4. Kalmidiasis biasanya tidak bergejala, cairan berwarna kuning
seperti nanah, sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang
abnormal (Sari, 2018).
1.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keputihan sebaiknya dilakukan sedini mungkin untuk
menghindari komplikasi sekaligus untuk menyingkirkan adanya penyebab
lain seperti kanker leher rahim yang memiliki gejala keputihan berupa sekret
encer, bewarna merah muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta
berbau busuk.
a. Non farmakologi
1. Pola hidup sehat meliputi diet seimbang, waktu istirahat yang
cukup, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok, mengendalikan
stress, dan menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang.
2. Jika sudah memiliki pasangan, setialah terhadap satu
pasangannya.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah genitalia agar tidak lembab
dan tetap kering, misalnya dengan menggunakan celana dengan
bahan yang menyerap keringat dan tidak ketat. Biasakan
mengganti pembalut pada waktunya untuk mencegah
perkembangbiakan bakteri.

5
4. Memperhatikan pakaian diantaranya dengan mengganti celana
dalam yang dipakai bila sudah terasa lembab dengan yang kering
dan bersih, menggunakan pakaian dalam dari bahan katun
karena katun menyerap kelembaban dan menjaga agar sirkulasi
udara tetap terjaga.
5. Membasuh vagina dengan cara yang benar yaitu dari depan ke
belakang tiap kali selesai buang air kecil ataupun buang air
besar.
6. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan
karena dapat mengganggu keseimbangan flora normal vagina.
Jika perlu, sebelum menggunakan cairan pembersih vagina,
sebaiknya dikonsultasikan ke dokter.
7. Hindari penggunaan bedak talkum, tisu, atau sabun dengan
pewangi pada daerah genitalia (vagina) karena dapat
mengakibatkan iritasi.
8. Jangan membiasakan meminjam barang-barang yang
mempermudah penularan misalnya peminjaman alat mandi. Bila
menggunakan kamar mandi umum terutama kloset duduk harus
hati-hati, hindari duduk di atas kloset atau dengan mengelapnya
terlebih dahulu.
9. Jangan mengkonsumsi jamu-jamuan untuk mengatasi
keputihan, konsultasikan ke dokter terlebih dahulu.
b. Farmakologi
Penatalaksanaan keputihan dilakukan tergantung pada
penyebabnya. Umumnya obat-obatan untuk mengatasi penyebab
dan mengurangi keluhan. Misalnya diberikan obat golongan
flukonazol untuk mengatasi infeksi jamur dan golongan
metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan
obat yang diberikan dapat berupa sediaan oral (berupa pil, tablet,
kapsul), sediaan topikal seperti krim yang dioleskan, dan uvula yang
dimasukkan ke dalam liang vagina. Pada penderita yang sudah

6
memiliki pasangan, sebaiknya pasangannya juga diberi pengobatan,
serta diberi anjuran untuk tidak berhubungan seksual selama dalam
pengobatan.
1.1.7 Terminologi medis
1. Flour Albus keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar
kebiasaaan, baik berbau ataupun tidak, disertai rasa gatal setempat.
2. ovulasi adalah proses Ketika sel telur yang sudah matang dikeluarkan
dari ovarium atau indung telur ke tuba falopi untuk dibuahi.
3. Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru dan mempertahankan keturunan agar tidak punah.
4. Chorioamnionitis adalah istilah medis yang digunakan untuk menyebut
infeksi pada air ketuban dan plasenta selama masa kehamilan.
5. Air ketuban adalah cairan pelindung bagi janin yang berada di dalam
kantung Rahim atau selaput ketuban selama masa kehamilan.

7
II. PROFIL KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. T
No MR : 10xxxxxxx
Umur : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal masuk : 22 Mei 2023
Ruangan : Kebidanan
Diagnosa : G1P0A0H0 gravid 36-37 minggu + Kontraksi +
Flour Albus
2.2 Subyektif
1. Keluhan Utama : Keputihan dan gatal
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Flour albus
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
4. Riwayat pengobatan : Tidak ada
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
6. Riwayat Pekerjaan dan social : Ibu Rumah Tangga
7. Alergi Obat : Tidak ada

2.3 Obyektif
2.3.1 Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Tampak Sedang
2. Kesadaran : Komposmentis
3. Tinggi Badan : 160 Cm
4. Berat Badan : 44 Kg

8
2.3.2 Monitoring Vital Sign/Tanda Vital
Tanggal
Parameter
22/5/23 23/5/23 24/05/23 25/05/23 26/05/23 27/5/23 28/5/23 29/05/23

TD (mmHg) 89/65 88/64 99/57 94/58 95/55 113/72 107/72 98/78


Nadi (x/menit) 100 80 98 99 93 69 102 78
Suhu (°C) 36,5 36,7 36,5 36,4 36,6 36,6 36,5 36,8
Nafas
18 20 20 20 20 19 20 20
(x/menit)

2.3.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Tanggal 22/5/2023 26/5/2023 28/5/2023 Unit Rujukan

HEMATOLOGI
Hb 12,2 9,7 13,2 g/dL 12-14
HCT 35 28 39 % 37-43
Leukosit 7,900 24.000 19.600 /mm3 5.000-10.000
Trombosit 247.000 264.000 341.000 /mm3 150.000-400.000
aPTT 25,0 detik 29,20-39,40
PT 8,3 detik 10,0-13,60
KIMIA KLINIK
Ca 8,3 Mg/dL 8,1-10,4
K 3,7 mmol/L 3,5-5,1
Na 139 mmol/L 136-145
Cl 102 mmol/L 97-111
GDS 92 Mg/dL <200
Albumin 3,6 g/dL 3,8-5,0

2.3.4 Pemeriksaan Penunjang : -

9
2.3.5 Penatalaksanaan

Tanggal
No Nama Obat Dosis Rute
22 23 24 25 26 27 28 29
1. Ceftriaxone 2x1gr iv. √ √ √pagi AFF √ √ √ AFF
2. Dexametasone 3x2 amp iv. √ √pagi AFF
3. Dexametasone 2x2 amp iv. - √sore √ √ √pagi AFF
Isoxsuprine
4. 3x1 tab po. √ √ √ √ √pagi AFF
(Hystolan)
5. Asam Folat 1x1 tab Po. - √ √ √ √pagi AFF
6. Kalsium Laktatx 1x500mg Po - √ √ √ √pagi AFF
Nystatin
7. (Candistatin) 1x1 pv. √ √ √ √ √pagi AFF
Supp
8. Paracetamol 3x500mg po. - √ √ √ √pagi AFF
9. Analtram 3x1 tab po. - - - - √sore √ √ √
10. Antasida 3x1 tab po. - - - - √ √ √ √
11 Vip Albumin 3x1cap po. - - - - √ √ √ √
Asam
12. 1x1 iv. - - - - √ AFF
traneksamat
13. Vit. K 1x1 iv. - - - - √ AFF
14. Vit. C 1x1 iv. - - - - √ AFF
Metronidazole
15. 1x1 iv. - - - - - √ AFF
infus
Ketoprofen
16. 1x1 rektal - - - - √ AFF
(Pronalges) supp
Misoprostol
17. 1x200 µg rektal - - - - √ AFF
(Gastrul)
18. Asifit 3x1cap po. - - - - √ √ √ √
19. Cefixime 2x200mg po. - - - - - - - √

10
Simetichone - - - - - - √ -
20. 2x1 tab po
(Dysflatyl)
Bisacodyl - - - - - - √ -
21. 1x1 supp rektal
(Dulcolax)

2.3.6 Terapi Pulang


Nama Obat Dosis
Cefixime tab 2 x 200mg
Parasetamol tab 3 x 500mg
Antasida tab 3x1 tab
Metronidazole tab 2 x 500mg
Vip albumin 2x1

11
2.3.7 Follow Up Pasien

22 Mei 2023
Pasien masuk ke kebidanan dari poli KB pada pukul 13:40 WIB.
S
Gerak anak ada, perut tegang berkurang, ada keputihan dan gatal.
Tanda-tanda vital:
TD : 89/65 mmHg, Nadi : 100 x/menit, T: 36,5°C, Nafas: 18x/menit
DJJ :165 x/menit
Pemeriksaaan Labor:

Diagnosa :
G1P0A0 + Gr. 36 minggu + Kontraksi +Fluor Albus
Terapi :
Ceftriaxone 2x1gr iv
Dexametason inj 3x2 amp iv
Isoxsuprin 3x1 po
Nystatin 1x1 suppose pervagina
Tidak ada interaksi obat
A Tidak ada indikasi tanpa terapi
Tidak ada terapi tanpa indikasi

12
P Pemantauan efek terapi obat
23 Mei 2023
S Gerak anak ada, nyeri ari-ari tidak ada, ada keputihan dan demam.
Tanda-tanda vital:
TD : 88/64 mmHg, Nadi : 80 x/menit, T: 36,7°C, Nafas: 20 x/menit
DJJ : 138 x/menit
Pemeriksaaan Labor:

Diagnosa :
G1P0A0 + Gr. 36 minggu + Kontraksi +Fluor Albus
Terapi :
Ceftriaxone 2x1gr iv
Dexametason inj 3x2 amp iv
Isoxsuprin 3x1 po
Nystatin 1x1 suppose pervagina
Asam folat 1x1 po
Kalsium laktat 1x1 po
Parasetamol 3x500mg po
A Tidak ada interaksi obat

13
Tidak ada indikasi tanpa terapi
Tidak ada terapi tanpa indikasi
P Pemantauan efek terapi obat
24 Mei 2023
S Gerak anak ada, nyeri ari-ari tidak ada, ada keputihan, demam berkurang
Tanda-tanda vital:
TD : 99/57 mmHg, Nadi : 98 x/menit, T: 36,5°C, Nafas: 20 x/menit
Pemeriksaaan Labor:

Diagnosa :
G1P0A0 + Gr. 36 minggu + Kontraksi +Fluor Albus
Terapi :
Ceftriaxone 2x1gr iv
Dexametason inj 2x2 amp iv
Isoxsuprin 3x1 po
Nystatin 1x1 suppose pervagina
Asam folat 1x1 po
Kalsium laktat 1x1 po

14
Parasetamol 3x500mg po
Tidak ada interaksi obat
A Tidak ada indikasi tanpa terapi
Tidak ada terapi tanpa indikasi
P Pemantauan efek terapi obat
25 Mei 2023
Gerak anak ada, nyeri pinggang menjalar ke ari-ari, keputihan mulai
S
berkurang, demam (-)
Tanda-tanda vital:
TD : 94/58 mmHg, Nadi : 99 x/menit, T: 36,4°C, Nafas: 20 x/menit
DJJ : 136 x/menit
Pemeriksaaan Labor:

Diagnosa :
G1P0A0 + Gr. 36 minggu + Kontraksi +Fluor Albus
Terapi :
Dexametason inj 2x2 amp iv
Isoxsuprin 3x1 po
Nystatin 1x1 suppose pervagina

15
Asam folat 1x1 po
Kalsium laktat 1x1 po
Parasetamol 3x500mg po
Tidak ada interaksi obat
A Tidak ada indikasi tanpa terapi
Tidak ada terapi tanpa indikasi
P Pemantauan efek terapi obat

26 Mei 2023
Paisen SC jam 7 pagi
S Pasien nyeri bekas operasi, demam, mual dan muntah tidak ada, bagian
pinggul masih berat.
Tanda-tanda vital:
TD : 95/55 mmHg, Nadi : 93 x/menit, T: 36,6°C, Nafas: 20 x/menit
Pemeriksaaan Labor:

Diagnosa : Post partus Hari-1

16
Terapi :
Ceftriaxone inj 2x1 gr Antasida 3x1 tab
Dexametason inj 2x2 amp iv Vip albumin 3x1 cap
Isoxsuprin 3x1 po Asam tanexamat inj 1x1 iv.
Nystatin 1x1 suppose pervagina Vit. K 1x1 iv
Asam folat 1x1 po Vit. C 1x1 iv
Kalsium laktat 1x1 po Ketoprofen 1x1 supp rektal
Parasetamol 3x500mg po Misoprostol 1x2 tab rektal
Analtram 3x1 tab Asifit 3x1 cap po

Terdapat interaksi Ketoprofen dan Vit K, ketoprofen meningkat dan


vitamin K1 (phytonadion) menurunkan antikoagulan. Efek interaksi
tidak jelas. Askorbit acid + Antasida, Askorbit acid menaikkan kadar
A
aluminium hidroksida dengan peningkatan absorpsi G1 (Minor).
Tidak ada indikasi tanpa terapi
Tidak ada terapi tanpa indikasi
P Pengaturan waktu penggunaan obat

27 Mei 2023
Paisen mengatakan masih ada nyeri bekas operasi, demam tidak ada,
S
mual dan muntah tidak ada, BAB (-)
Tanda-tanda vital:
TD : 113/72 mmHg, Nadi : 69 x/menit, T: 36,6°C, Nafas: 19 x/menit
Pemeriksaaan Labor:

17
Diagnosa : Post partus Hari-2
Terapi :
Ceftriaxone inj 2x1 gr
Analtram 3x1 tab
Antasida 3x1 tab
Vip albumin 3x1 cap
Metronidazole infus 1x1 iv.
Asifit 3x1 cap po
• Terdapat interaksi obat antara metronidazole dan asetaminofen, efek
acetaminophen meningkat (minor)
A
• Tidak ada indikasi tanpa terapi
• Tidak ada terapi tanpa indikasi
P Pemantauan efek terapi obat, pengaturan waktu minum obat

28 Mei 2023
Nyeri pasca operasi berkurang, demam tidak ada, pusing (-), kembung
S
(+), BAB (-)

Tanda-tanda vital:
TD : 107/72 mmHg, Nadi : 102 x/menit, T: 36,5°C, Nafas: 20 x/menit
O

18
Pemeriksaaan Labor:

Diagnosa : Post partus Hari-3


Terapi :
Ceftriaxone inj 2x 1 gr iv
Analtram 3x1 tab
Antasida 3x1 tab
Vip albumin 3x1 cap
Asifit 3x1 cap po
Simethicone (Disflatyl) 2x1 tab
Dulcolax supp 1x1 rektal
• Tidak ada interaksi obat
A • Tidak ada indikasi tanpa terapi
• Tidak ada terapi tanpa indikasi
P Pemantauan efek terapi obat, pengaturan waktu minum obat

29 Mei 2023
S Nyeri pasca operasi berkurang, kembung (-), BAB (+)

19
Tanda-tanda vital:
TD : 98/78 mmHg, Nadi : 102 x/menit, T: 36,5°C, Nafas: 20 x/menit
Pemeriksaaan Labor:

Diagnosa : Post partus Hari-4


Terapi :
Ceftriaxone inj 2x 1 gr iv
Analtram 3x1 tab
Antasida 3x1 tab
Vip albumin 3x1 cap
Asifit 3x1 cap po
• Tidak ada interaksi obat
A • Tidak ada indikasi tanpa terapi
• Tidak ada terapi tanpa indikasi
P Pemantauan efek terapi obat, pengaturan waktu minum obat

20
Nama Pasien : Ny. T

III. ANALISIS KASUS No. MR : 10xxxxxxx


Ruangan : Bangsal Kebidanan

3.1 DRUG RELATED PROBLEM


No Jenis Masalah Penilaian Keberadaan DRP Keterangan
1 Hubungan antara Obat tanpa indikasi 1. Terdapat masalah
Tidak terdapat masalah dalam terapi obat pasien.
terapi obat dengan Pengobatan tidak 2. Butuh informasi
Semua obat yang diberikan sudah sesuai untuk
masalah medis teridentifikasi tambahan
mengobati gejala atau keluhan pasien. Pasien
Indikasi tanpa terapi 3. Tidak ada masalah
mendapatkan terapi : Ceftriaxone, Dexamethasone,
Isoxsuprine (Hystolan), Asam folat, Kalsium laktak,
Nystatin (candistatin) supp, Paracetamol, Analtram,
Antasida, Vip albumin, Asam traneksamat, Vit K, Vit
C, Metronidazole infus, Ketoprofen (pronalges) supp,
Misoprostol (Gastrul), Asifit, Cefixime, Simetichone
(disflatyl), Bisacodyl (Dulcolax).

21
2 Kesesuaian pemilihan Keberhasilan obat yang 1. Terdapat masalah
obat dipilih 2. Butuh informasi
Keamanan obat yang dipilih tambahan
Kesesuaian obat pasien 3. Tidak ada masalah

3 Regimen Obat Kesesuaian dosis pada resep 1. Terdapat masalah Regimen dosis obat sudah sesuai dengan pedoman.
dan frekuensi penggunan obat 2. Butuh informasi Frekuensi penggunaan obat sudah tepat:
dengan rentang terapi biasa tambahan Ceftriaxone iv (2x1 gram), Dexametashone iv
atau modifikasi untuk pasien 3. Tidak ada masalah (3x2 amp), Dexametashone iv (2x2 amp),
tertentu Isoxsuprine (hystolan) po (3x1 tab), Asam Folat
Pemilihan rute administrasi PO (1x1 tab), Kalsium Laktat PO (1x500 mg),
dan bentuk sediaan Nystatin (Candistatin) supp PV (1x1),
mempertimbangkan efficacy, Paracetamol PO (3x500 mg), Analtram PO (3x1
safety, kenyamanan, tab), Antasida PO (3x1 tab), Vip Albumin PO (3x1
keterbatas dan biaya pasien cap), Asam Traneksamat iv (1x1), Vit. K iv (1x1),
Vit. C iv (1x1), Metronidazole infus (1x1)

22
Dosis yang dipilih dapat Metformin PO (2 x 500 mg), Captropil PO (1 x 25
memaksimalkan efek terapi mg), Asam traneksamat injeksi (500 mg/5 ml 3 x
dan kepatuhan pasien, 1).
meminimalkan efek samping,
interaksi obat dan regimen
dosis.
Kesesuaian durasi terapi
4 Duplikasi terapi Duplikasi terapi 1. Terdapat masalah Tidak terdapat duplikasi terapi dalam pengobatan
2. Butuh informasi pasien
tambahan
3. Tidak ada masalah
5 Alergi atau intoleransi Apakah pasien memiliki 1. Terdapat masalah Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat yang
obat alergi terhadap obat yang 2. Butuh informasi diberikan
diberikan tambahan
Apakah digunakan suatu 3. Tidak ada masalah
metode sebagai peringatan
terhadap alergi/intoleransi
6 Efek samping obat Apakah ada gejala dan 1. Terdapat masalah Tidak terdapat efek samping obat
masalah kesehatan yang 2. Butuh informasi

23
diakibatkan oleh obat dan tambahan
kemungkinan masalah yang 3. Tidak ada masalah
timbul
7 Interaksi obat Apakah ada reaksi antara obat 1. Terdapat masalah Terdapat interaksi obat:
yang digunakan secara 2. Butuh informasi 1. Ketoprofen + Vitamin K
signifikan? tambahan ketoprofen meningkat dan vitamin K1
Apakah ada pengobatan yang 3. Tidak ada masalah (phytonadion) menurunkan antikoagulan. Efek
kontrasindikasi dengan pasien interaksi tidak jelas. (Medscape)
baik penyakit sekarang atau 2. Askorbit acid + Antacid
riwayat penyakit terdahulu. Askorbit acid menaikkan kadar aluminium
Apakah ada interaksi antara hidroksida dengan peningkatan absorpsi G1
obat dan makanan yang (Minor).
signifikan? 3. Metronidazole + Analtram
Efek acetaminofen meningkat (minor)
8 Kebiasaan Apa kebiasaan yang menjadi 1. Terdapat masalah Tidak ada masalah dalam kebiasaan penggunaan
penggunaan obat masalah dalam penggunaan 2. Butuh informasi obat pasien
obat terhadap pasien? tambahan
Apakah ada pengaruh 3. Tidak ada masalah
terhadap gejala pasien bila

24
pengobatan berkurang atau
dihentikan
9 Kegagalan untuk Apakah pasien pernah gagal 1. Terdapat masalah Tidak terdapat kegagalan terapi dalam penggobatan
menerima terapi menerima pengobatan selama 2. Butuh informasi pasien
sistem error atau nocomliance tambahan
Apakah ada faktor yang 3. Tidak ada masalah
memengaruhi tercapainya
efek terapetik
10 Pengaruh ekonomi Apakah pengobatan 1. Terdapat masalah Tidak ada pengaruh ekonomi dalam pengobatan
didasarkan pada medication 2. Butuh informasi pasien
efective tambahan
Apakah biaya terapi pasien 3. Tidak ada masalah
menggambarkan kesulitan
finansial pasien

25
11 Pengetahuan pasien Pemahaman pasien tentang 1. Terdapat masalah Keluarga pasien mengetahui dan memahami tujuan
terhadap obat tujuan pengobatannya 2. Butuh informasi serta penggunaan obat pasien
tambahan
3. Tidak ada masalah

26
IV. PEMBAHASAN

Seorang pasien Ny. T berumur 16 tahun datang ke poli kebidanan dengan


keluhan ada keputihan dan gatal. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya. Pasien tidak mual, muntah, dan tidak mengalami kelemahan anggota
gerak, bicara tidak pelo, tidak nyeri dada, tidak sesak, tidak demam dan keluhan
lain tidak ada.
Berdasarkan hasil Pemeriksaan fisik dan vital Ny. T pada tanggal 22 Mei
2023, keadaan umum tampak sedang, kesadaran komposmentis, tekanan darah
89/65 mmHg, Nadi 100x/menit, Suhu 36,50C, Nafas 18x/menit, pasien melakukan
Pemeriksaan laboratorium dimana didapatkan nilai hasil Hemoglobin 12,2 g/dL
dengan nilai normal 12-14 g/dL untuk perempuan, nilai Hematokrit 35% dengan
nilai normal 37-43%. Nilai untuk leukosit 7,900/mm3 dengan nilai normal 5.000-
10.000/mm3. Nilai trombosit 247.000/mm3 dengan nilai normal 150.000-
400.000/mm3. Nilai Appt 25,0 detik dengan nilai normal 29,20-39,40 detik, nilai
PT 8,3 detik dengan nilai normal 10,0-13,60 detik. Dan didapatkan juga nilai hasil
Pemeriksaan kimia klinik kalsium sebesar 8,3 Mg/dL dengan nilai normal 8,1-10,4,
nilai Kalium 3,7 mmol/L dengan nilai normal 3,5-5,1, nilai Natrium 139 mmol/L
dengan nilai normal 136-145, nilai untuk klorida 102 mmol/L dengan nilai normal
97-111, untuk nilai Gula Darah Sewaktu sebesar 92 Mg/dL dengan nilai normal
<200, dan nilai untuk Albumin sebesar 3,6 g/dL dengan nilai normal 3,8-5,0.
Diagnosa pada pasien adalah G1P0A0H0 + Gr 36 minggu + Kontraksi + Flour
Albus. Dengan terapi Ceftriaxone iv (2x1 gram), Dexametashone iv (3x2 amp),
Dexametashone iv (2x2 amp), Isoxsuprine (hystolan) po (3x1 tab), Asam Folat PO
(1x1 tab), Kalsium Laktat PO (1x500 mg), Nystatin (Candistatin) supp PV (1x1),
Paracetamol PO (3x500 mg), Analtram PO (3x1 tab), Antasida PO (3x1 tab), Vip
Albumin PO (3x1 cap), Asam Traneksamat iv (1x1), Vit. K iv (1x1), Vit. C iv (1x1),
Metronidazole infus (1x1), Metformin PO (2 x 500 mg), Captropil PO (1 x 25 mg),
Asam traneksamat injeksi (500 mg/5 ml 3 x 1).
Tanggal 22 Mei 2023 hari rawatan ke 1 di Kebidanan pasien masuk RS
dengan keluhan ada keputihan, gatal dan kontraksi. Pasien mendapatkan terapi

27
ceftriaxone dimana ceftriaxone merupakan antibiotik golongan cefalosporin
kategori B untuk Ibu hamil. Dexametasone injeksi 3x2 amp diberikan dalam masa
kehamilan di bawah 37 minggu hanya atas alasan tertentu/ kasus tertentu.
Pemakaian dexamethasone pada kehamilan, terutama dilakukan pada kasus dimana
terjadi ancaman kelahiran premature (kelahiran kurang dari 37 minggu) dengan
tujuan untuk mematangkan paru yang belum matang pada bayi premature (sehingga
mengurangi kematian akibat gangguan nafas pada bayi premature) (Mekar SL,
Sheffield JS, McIntire DD, n.d.). isoxsuprine juga memiliki efek relaksasi pada otot
rahim (tokolitik) diberikan kepada pasien untuk mengurangi kontrakasi dengan
dosis 3x1 PO (MIMS Indonesia (2022). Nystatin 1x1 supp Pervagina sediaan
topical dan termasuk kategori C untuk ibu hamil, nystatin diberikan untuk
mengatasi infeksi jamur pada vagina. Tidak terdapat interaksi pada terapi obat yang
diberikan.
Tanggal 23 Mei 2023 pasien mengeluhkan keputihan dengan diagnosa
G1P0A0P0 gravid 36 minggu + kontraksi + flour albus diberikan terapi ceftriaxone,
Dexametasone injeksi 3x2 amp, isoxsuprine 3x1 PO, Nystatin 1x1 supp Pervagina,
ditambahkan pemberian asam folat 1x1 PO untuk menghindari berbagai gangguan
kehamilan. Kalsium laktat 1x1 PO, asupan kalsium selama kehamilan diberikan
untuk memenuhi kebutuhan kalsium ibu hamil. paracetamol 3x 500mg PO
digunakan sebagai antipiretik dan termasuk kategori B untuk ibu hamil. Tidak
terdapat interaksi pada terapi obat yang diberikan.
Tanggal 24 Mei 2023 pasien mengeluhkan ada keputihan dan demam sudah
berkurang. Terapi yang diberikan ceftriaxone injeksi 2x1, Dexametasone injeksi
2x2 amp iv, isoxsuprine 3x1 PO, Nystatin 1x1 supp Pervagina, asam folat 1x1 PO,
kalsium laktat 1x1 PO, paracetamol 3x500mg PO. Tidak terdapat interaksi pada
terapi obat yang diberikan.
Tanggal 25 Mei 2023 pasien mengeluhkan nyeri pinggang menjalar ke ari-
ari, keputihan mulai berkurang, demam sudah tidak ada. Terapi yang diberikan
Dexametasone injeksi 2x2 amp iv, isoxsuprine 3x1 PO, Nystatin 1x1 supp
Pervagina, asam folat 1x1 PO, kalsium laktat 1x1 PO, paracetamol 3x500mg PO.
Tidak terdapat interaksi pada terapi obat yang diberikan. Pemberian ceftriaxone

28
diberhentikan karena belum jadi dilakukan Tindakan operasi (sc). Tidak terdapat
interaksi pada terapi obat yang diberikan.
Tanggal 26 Mei 2023 pasien SC pada jam 07.00 Wib pasien mengeluhkan
nyeri bekas operasi, demam dan bagian pinggul terasa berat. dengan Diagnosa Post
Partus I. Hasil Pemeriksaan Laboratorium didapatkan nilai Hb 9,7 mg/dL, Leukosit
24.000 terapi yang diberikan ceftriaxone injeksi 2x1, Dexametasone injeksi 2x2
amp iv, isoxsuprine 3x1 PO, Nystatin 1x1 supp Pervagina, asam folat 1x1 PO,
kalsium laktat 1x1 PO, paracetamol 3x500mg PO, ditambahka analtram 3x1 tablet
berfungsi untuk menangani nyeri sedang sampai berat, seperti nyeri pascaoperasi,
antasida 3x1 tablet digunakan untuk mengurangi gejala yang berhubungan dengan
kelebihan asam lambung, vip albumin 3x1 kapsul berfungsi untuk meningkatkan
daya tahan tubuh serta meningkatkan kadar albumin dan hemoglobin (Hb), asam
traneksamat injeksi 1x1 iv digunakan untuk membantu menghentikan perdarahan,
vit K 1x1 iv diperlukan tubuh dalam proses pembekuan darah, vit C 1x1 iv sebagai
antioksidan dapat membantu mengurangi risiko penyakit, ketoprofen 1x1 supp
Ketoprofen digunakan untuk mengatasi nyeri pasca operasi, misoprostol 1x2 tablet
rektal untuk mengatasi tukak lambung atau ulkus duodenum akibat penggunaan
obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Penggunaan misoprostol pada pasien T
dapat digunakan untuk induksi persalinan dan Mencegah Perdarahan Post Partum.
asifit 3x1 PO sebagai suplemen mengandung serbuk daun katuk, vitamin B1, B2,
B6, dan B12 untuk membantu melancarkan asi. Terdapat interaksi Ketoprofen dan
Vit K, ketoprofen meningkat dan vitamin K1 (phytonadion) menurunkan anti
koagulan. Efek interaksi tidak jelas. Askorbit acid + Antasida, Askorbit acid
menaikkan kadar aluminium hidroksida dengan peningkatan absorpsi G1 (Minor).
Tanggal 27 Mei 2023 pasien mengeluhkan masih ada nyeri bekas operasi,
demam sudah tidak ada, mual dan muntah tidak ada dengan diagnosa post partus
Hari ke-2 dan mendapatkan terapi ceftriaxone injeksi 2x1, analtram 3x1 tablet,
antasida 3x1 tablet, vip albumin 3x1 kapsul, asifit 3x1 PO, dan ditambahkan
Metronidazole infus 1x1 iv untuk mengobati infeksi bakteri anaerob dan untuk
pencegahan infeksi pascaoperasi. Terdapat interaksi Metronidazole dan analtram.
Tanggal 28 Mei 2023 pasien mengatakan nyeri pasca operasi berkurang,

29
demam tidak ada, tidak ada pusing, kembung. Dengan diagnosa post partus Hari-3
dengan terapi ceftriaxone injeksi 2x1, analtram 3x1 tablet, antasida 3x1 tablet, vip
albumin 3x1 kapsul, asifit 3x1 PO, dan ditambahkan Simetichone (Disflatyl) 2x1
tab untuk mengatasi gejala akibat produksi gas berlebih pada saluran pencernaan,
seperti perut kembung dan terasa tidak nyaman. Dan Dulcolax supp 1x1 rektal
sebagai pencahar yang menginduksi gerakan usus dan melunakkan feses sehingga
membantu melancarkan proses Buang Air Besar (BAB). Tidak terdapat interaksi
pada terapi obat yang diberikan.
Tanggal 29 Mei 2023 pasien mengatakan nyeri pasca operasi telah
berkurang, dengan diagnosa post partus hari ke 4, terapi yang diberikan ceftriaxone
injeksi 2x1, analtram 3x1 tablet, antasida 3x1 tablet, vip albumin 3x1 kapsul, asifit
3x1 PO. Tidak terdapat interaksi pada terapi obat yang diberikan.
Pada tanggal 29 Mei 2023 Ny. T telah diperbolehkan pulang dan
mendapatkan terapi obat pulang Cefixime tab 2x200 mg, Paracetamol tab
3x500mg, Antasida tab 3x1 tab, Metronidazole tab 2x500mg, dan Vip albumin 2x1
cap.

30
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, I., & Sopiany, H. M. (2017). MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DENGAN
FLOUR ALBUS PATOLIGIS. Karya Tulis Ilmiah, 87(1,2), 149–200.
Marlina (Universitas Indonesia Timur). (2017). Karakteristik Wanita Usia Subur
Dengan Kejadian Flour Albus Di Puskesmas Beru Maumere Tahun 2016.
Jurnal Ilmiah Media Bidan, 2(01), 1–10.
Mekar SL, Sheffield JS, McIntire DD, L. K. (April 2001). (n.d.). Deksametason
antenatal dan penurunan berat lahir.
Oktarani, O. (2021). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Fluor Albus Di
Pmb Bidan Hj. Hotnida Sari Siregar Di Gunung Tua Tahun 2021.
https://repository.unar.ac.id/jspui/handle/123456789/888
Prianti dkk. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian FLOUR
ALBUS PADA IBU HAMIL FACTORS ASSOCIATED WITH
LEUCORRHOEA IN PREGNANT WOMEN. JMSWH Journal of Midwifery
Science and Women’s Health, 1(2), 64–69.
Sari, N. (2018). Flour Albus. In Um-Surabaya.ac.id: Vol. III (Issue 2, pp. 9–30).

31

Anda mungkin juga menyukai