Disusun oleh :
Nama : Sriwulandari T. Ladjidji (201320014)
Disusun oleh :
Nama : Sriwulandari T. Ladjidji (201320014)
PRAKATA
ii
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
1. Allah Subahanahu Wata’ala, yang selalu bersama penulis, kapan pun dan
dalam keadaan apapun memudahkan penulis dalam menyusun laporan ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Suhardi M. Anwar, Drs., MM, CiQAR selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Palopo.
4. Ibu apt. Ervianingsih, S.Farm., M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Famasi
Universitas Muhammadiyah Palopo.
5. Ibu apt. Aswinar, S.Si selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUD Sawerigading
Kota Palopo.
6. Ibu apt. Anugerah Umar, S.Si., M.Si selaku Dosen Pembimbing PKL DI
Rumah Sakit.
7. Ibu apt. Auliah, S.Farm selaku Kepala Gudang Instalasi Farmasi RSUD
Sawerigading.
iii
8. Ibu apt. Khadijah, S.Si selaku Kepala Unit ICU/OK Instalasi Farmasi RSUD
Sawerigading.
9. Bapak apt. Asri S.Farm selaku Kepala Unit Rawat Jalan Instalasi Farmasi
RSUD Sawerigading.
10. Ibu apt. Nurlaela Nasir S.Si selaku Kepala Unit Rawat Inap Instalasi Farmasi
RSUD Sawerigading.
11. Seluruh pegawai RSUD terkhusus yang ada di Instalasi Farmasi RSUD
Sawerigading atas pengajaran serta pengalaman yang telah diberikan.
13. Kedua orang tua penulis serta keluarga besar penulis, terima kasih atas do’a,
kesabaran, serta materil selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini dalam masa studi penulis.
15. Kepada diriku sendiri, terima kasih untuk tidak menyerah dan tetap berjuang.
I just wanna to try as hard as I can, and pray, because I believe that ALLAH
is always with me and will always help me whenever and wherever I am.
Alhamdulillah
Terima kasih
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................ii
PRAKATA ............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan PKL............................................................................................2
1.3 Manfaat PKL..........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Pengertian Rumah Sakit.........................................................................3
2.2 Klasifikasi Rumah Sakit ........................................................................3
2.3 Gambaran Umum RSUD Sawerigading Kota Palopo ...........................4
2.4 Instalasi Farmasi RSUD Sawerigading Kota Palopo ............................8
2.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit ................................12
2.6 Pelayanan Farmasi Klinik ...................................................................15
2.7 CSSD Instalasi Farmasi RSUD Sawerigading Kota Palopo ...............16
BAB 3 HASIL PKL..............................................................................................19
3.1 Hasil Kegiatan PKL yang Dicapai.......................................................19
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................22
4.1 Instalasi Farmasi Menurut Permenkes N0 72 Tahun 2016..................22
4.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Sawerigading Kota
Palopo.........................................................................................................23
4.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi di Gudang.............................................23
4.4 Depo Instalasi Farmasi RSUD Sawerigading Kota Palopo .................32
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................48
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................48
5.2 Saran ....................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................50
LAMPIRAN........................................................................................................viii
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi RSUD Sawerigading Kota Palopo.......................7
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Sawerigading Kota
Palopo.......................................................................................................................8
Gambar 4.1 Alur Pembekalan Farmasi di Gudang Instalasi Farmasi RSUD
Sawerigading Kota Palopo.....................................................................................30
Gambar 4.2 Alur Pelayanan Resep di Depo Farmasi Rawat Jalan .......................42
Gambar 4.3 Alur Pelayanan Resep di Depo Farmasi Rawat Inap ........................46
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 3.1 Hasil Kegiatan PKL yang Dicapai ..........................................................19
BAB I
vii
Pendahuluan
1. 1 Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan yang bertanggung
jawab kepada pasien yang mencakup sediaan farmasi dalam hal ini obat
dengan tujuan mencapai hasil yang diinginkan guna meningkatkan mutu
hidup pasien. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit sangat berperan penting
utamanya dalam hal menjamin mutu, manfaat, keamanan, serta khasiat
sediaan farmasi. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus dilakukan oleh
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). IFRS merupakan suatu unit dalam
lingkup rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan semua
kegiatan kefarmasian untuk keperluan rumah sakit dan pasien termasuk
penyimpanan obat (Achyar et al., 2023).
viii
tersebut dan perkembangan konsep Pelayanan Kefarmasian, perlu ditetapkan
suatu Standar Pelayanan Kefarmasian dengan Peraturan Menteri Kesehatan,
sekaligus meninjau kembali Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (Permenkes, 2016).
ix
BAB II
Tinjauan Pustaka
x
tempat tidur dan fasilitas pelayanan, dan afiliasi pendidikan (Permenkes RI
No. 340, 2010; dalam Kartikasari, 2019).
xi
B. Sejarah RSUD Sawerigading Kota Palopo
RSUD Sawerigading Kota Palopo sebelumnya adalah Rumah Sakit
milik Pemerintah Kabupaten Luwu yang dibangun pada masa pemerintahan
Belanda pada tahun 1920. Merupakan salah satu bangunan bersejarah yang
ada pada pusat Pemerintahan Kerajaan Luwu, dalam perjalanan telah
mengalami dua kali renovasi yakni renovasi pertama dilaksanakan pada
tahun 1981 – 1982, di masa pemerintahan Bupati Luwu Drs. Abdullah Suara
dan peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Sulawesi Selatan Andi Oddang.
Renovasi kedua pada tahun 2001-2002 di masa pemerintahan Bupati
Dr.H.Kamrul Kasim,SH.MH. Banyak bagian bangunan banyak tidak layak
digunakan untuk sebuah Rumah Sakit sehingga memungkinkan sulit untuk
dipertahankan keasliannya sebagai bangunan bersejarah.
Rumah Sakit yang sebelumnya memiliki status Rumah Sakit Tipe
D,dan tahun 1994 ditingkatkan statusnya menjadi Rumah Sakit kelas C,
berdasarkan SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 396/
Menkes/KS/IV/1994 (sebagai kantor). Kemudian berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Luwu Nomor : 9 tahun 2002 RSUD Sawerigading Kota
Palopo yang sebelumnya sebagai kantor berubah menjadi Badan Pengelola.
Ketika Kota Administrasi Palopo sebagai Ibukota Kabupaten Luwu
mengalami perubahan status menjadi kota Otonom berdasarkan Undang –
undang No. 11 tahun 2002, maka RSUD Sawerigading Kota Palopo ini pun
beralih induk dari Pemerintah Kabupaten Luwu ke Pemerintah Kota Palopo.
Perubahan nama dari Badan Pengelola Rumah Sakit menjadi Rumah Sakit
yakni dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2008
tentang Pedoman Penyusunan Organisasi Pemerintah Daerah, sehingga
ditindak lanjuti oleh Pemerintah Daerah Kota Palopo untuk Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja RSUD Sawerigading Kota Palopo sesuai nomor
01 tahun 2009 dan saat ini RSUD Sawerigading Kota Palopo sudah menjadi
Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan.
Sebagai unit pelayanan publik yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) penuh sesuai
xii
dengan Surat Keputusan Walikota Palopo tanggal 9 April 2012 nomor :
397/IV/2012 tentang Penetapan RSUD Sawerigading Kota Palopo sebagai
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) dengan status
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) penuh, meskipun penerapan
pelaksanaannya baru dimulai sejak 1 Januari 2015 dalam pengelolaan
(manajemen) dituntut untuk profesional dengan konsep bisnis yang sehat
dan bukan semata-mata untuk mencari keuntungan.
Konsekuensi bagi RSUD Sawerigading Kota Palopo yang menerapkan
PPK-BLUD penuh adalah mampu mengelola pendapatan fungsional rumah
sakit (pendapatan BLUD-RSUD) untuk membiayai seluruh kegiatan
operasional yang berhubungan langsung dengan pemberian pelayanan
kepada masyarakat/pasien. Untuk itu setiap potensi yang berpeluang
menjadi sumber pendapatan harus dikelola dengan optimal. Pengembangan-
pengembangan setiap jenis layanan baru sesuai dengan inti bisnis rumah
sakit perlu dilakukan terus menerus sepanjang tahun dengan inovasi-inovasi
terkini sesuai tujuan, visi dan misi yang telah ditetapkan.
RSUD Sawerigading Kota Palopo berusaha melakukan pembenahan di
segala aspek dengan melakukan inovasi dan proaktif dalam memberikan
pelayanan kesehatan, berusaha membangun image oriented bahwa pasien
yang berkunjung ke Rumah Sakit lebih dikarenakan tawaran jasa pelayanan
dan fasilitas yang dapat mengakomodasikan kebutuhan konsumen.
Pengembangan serta penambahan berbagai fasilitas pelayanan yang
terus kami lakukan selama ini menunjukkan kepedulian kami terhadap
kebutuhan para pelanggan setia yang telah memilih RSUD Sawerigading
Kota Palopo sebagai mitra dalam memberikan layanan kesehatan.
Penambahan fasilitas di tahun 2012 -2015 ini meliputi USG 3 Dimensi,
USG 4 Dimensi, ECG, serta Laparascopy dan CT-SCAN.
Selain penambahan peralatan kesehatan RSUD Sawerigading Kota
Palopo juga melakukan renovasi serta perluasan berbagai fasilitas seperti
renovasi ICU, penambahan ruang perawatan, penambahan kapasitas tempat
xiii
tidur, dan lain lain. Penambahan serta perluasan fasilitas ini diharapkan
dapat menunjang proses pelayanan sesuai dengan kemajuan teknologi yang
kami miliki.
C. Visi dan Misi RSUD Sawerigading Kota Palopo
1. Visi
" Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit Rujukan
Terpercaya Dengan Layanan Paripurna Tahun 2026 "
2. Misi
b) Menyelenggarakan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis yang
baik.
xiv
Gambar 2.1 Struktur Organisasi RSUD Sawerigading Kota Palopo
E. Akreditasi RSUD Sawerigading Kota Palopo
RSUD Sawerigading Kota Palopo merupakan Rumah Sakit dengan
akreditasi paripurna bintang 5. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 14 tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi Pemerintah
Daerah, sehingga ditindak lanjuti oleh Pemerintah Daerah Kota Palopo
untuk Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja RSUD Sawerigading Kota
Palopo sesuai nomor 01 tahun 2009 dan saat ini RSUD Sawerigading Kota
Palopo sudah menjadi Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan.
2.4 Intalasi Framasi RSUD Sawerigading Kota Palopo
A. Struktur IFRS
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Sawerigading Kota Palopo
B. Tugas IFRS
Adapun Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit antara lain, sebagai berikut
(Permenkes, 2016) :
xv
1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional
serta sesuai prosedur dan etik profesi.
C. Fungsi IFRS
Adapun fungsi Instalasi farmasi rumah sakit adalah, sebagai berikut
(Permenkes, 2016) :
xvii
b) Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.
xviii
l) Melaksanakan penyuluhan kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
xix
ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional
yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan
pendistribusian.
xx
1. Tujuan Pelayanan Kefarmasian
xxi
4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
xxii
Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu
siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan
Kefarmasian (Permenkes, 2016).
c. rekonsiliasi Obat;
e. konseling;
f. visite;
xxiii
2.7 CSSD Instalasi Farmasi RSUD Sawerigading Kota Palopo
Pelayanan CSSD (Central Sterile Supply Department) adalah instalasi
yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan proses mulai dari pencucian,
pengepakan, dan sterilisasi peralatan bedah dan peralatan lain yang dibutuhkan
oleh rumah sakit. CSSD memiliki tugas pokok untuk menjamin tersedianya
alat dan bahan steril untuk kegiatan pelayanan pasien di rumah sakit. Instalasi
ini memiliki fasilitas untuk menerima, mendesinfeksi, membersihkan,
mengemas, mensteril, menyimpan, dan mendistribusikan alat-alat steril.
Sistem, mekanisme, dan prosedur CSSD di RSUD Rumah sakit Sawerigading
Kota Palopo:
a. Alat kotor diantar oleh user dalam wadah tertutup, masuk ke ruagan
penerimaan alat kotor, (ruang kotor)
b. Alat dicatat oleh user dibuku penerimaan alat kotor dan timbang terima
alat kotor
c. Formulir permintaan proses sterilisasi ditanda tangani oleh user dan
petugas CSSD yang menerima alat tulis nomor form dan jam serta tanggal
d. Lakukan perendaman diruang dekontaminasi dengan memakai ensimetik
dan DTT selama 15-20 menit
e. Sikat alat kemudian sepul menggunakan air mengalir, alat yang
berlubang/berongga harus semprot menggunakan sparay gun air
f. Keringkan alat menggunakan drying cabinet atau spray gun udara
g. Alat bersih dimasukan ke ruang bersih melalui loket yang telah tersedia
h. Linen bersih masuk ke ruang bersih melalui pintu keruang bersih
i. Lakukan pengemasan alat/linen dan masukkan indikator internal
j. Letakkan indikator eksternal untuk pengemasan menggunakan wraping
paper
k. Letakkan label indikator pada ala/linen yang sudah dikemas
l. Tulis nama set alat pada alat yang sudah dikemas
m. Tulis nama petugas yang melakukan pengemasan
n. Masukkan alat kemesin stiem untuk alat yang tahan dengan suhu 121°c-
135°C
xxiv
o. Masukkan alat kemesin plasma/sterilcool untuk alat yang tidak tahan
panas
p. Setelah alat steril lakukan kondensasi selama 15 menit dalam mesin baru
dikeluarkan
q. Lakukan pendinginan alat steril diatas trolly selama 15 menit
r. Susun alat pada rak alat steril diruang steril.
xxv
BAB III
HASIL PKL
3.1 Hasil Kegiatan PKL yang Dicapai
No Tempat Hasil Dokumentasi
1 Rawat Inap a. Dapat mengetahui letak
obat maupun alkes serta
tempat obat High alert,
LASA, maupun golongan
narkotika dan psikotropik,
serta penyimpanan obat di
kulkas.
b. Dapat mengetahui cara
membaca dan melayani
obat dengan melalui E-
Resep, menuliskan identitas
pasien, menyediakan obat,
mengisi kartu stok, menulis
etiket, menulis copy resep,
serta mengemas obat
dengan baik.
c. Dapat mengetahui cara
meracik obat dalam bentuk
kapsul maupun puyer.
d. Dapat mengantarkan obat
maupun BMHP ke tiap poli.
xxvi
2 Rawat Jalan a. Dapat mengetahui letak
obat maupun alkes serta
tempat obat High alert,
LASA, maupun golongan
narkotika dan psikotropik,
serta penyimpanan obat di
kulkas.
b. Dapat mengetahui cara
verifikasi awal (telaah) E-
resep yang baik dan benar.
xxvii
3 ICU/OK a. Dapat mengetahui letak
obat maupun alkes serta
tempat obat High alert,
LASA, maupun golongan
narkotika dan psikotropik,
serta penyimpanan obat di
kulkas. Serta pelayanan
resep di OK
b. Dapat mengetahui cara
verifikasi awal (telaah) E-
resep yang baik dan benar.
c. Dapat mengetahui cara
membuat etiket
d. Dapat mengetahui cara
menyiapkan obat mulai dari
melihat resep, mengambil
obat non racikan, jika
racikan dibuat dalam bentuk
kapsul atau puyer, serta
menyediakan alkes menulis
kartu stok, mengemas obat,
serta memberikan etiket
pada kemasan obat yang
telah disediakan, serta
menulis copy resep.
e. Dapat mengetahui cara
meracik obat kapsul
f. Dapat mengetahui
ketersediaan obat di troly
ICU, menyiapkan, obat dan
mencatat stok yang ada.
xxviii
3 Gudang a. Dapat mengetahui letak
obat, alkes, maupun BMHP
serta tempat obat High
alert, LASA, maupun
golongan narkotika dan
psikotropik, serta
penyimpanan obat di
ruangan B3.
b. Dapat mengetahui cara
perhitungan pengadaan
obat, alkes, serta BMHP.
c. Dapat mengampra obat,
alkes, dan BMHP di setiap
depo maupun poli
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Instalasi Farmasi Menurut Permenkes No 72 Tahun 2016
Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai
sasaran dan tujuan Instalasi Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan
ketentuan klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh
Menteri.
Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf Instalasi Farmasi harus ada
dan sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun
sesuai kebijakan dan prosedur di Instalasi Farmasi.
xxix
a. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)
a) Apoteker
b) Tenaga Administrasi
c) Pekarya/Pembantu pelaksana
1) Pemilihan
xxxi
2) Perencanaan kebutuhan
xxxii
b) Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan antara lain data penggunaan obat pasien
periode sebelumnya (data konsumsi), sisa stock, data morbiditas dan
usulan kebutuhan obat dari unit pelayanan.
c) Analisa terhadap usulan kebutuhan
1. Spesifikasi item obat
Jika spesifikasi item obat yang diusulkan berbeda dengan data
penggunaan sebelumnya, dilakukan konfirmasi ke pengusul
2. Kuantitas kebutuhan
Jika kuantitas obat yang disusulkan jauh berbeda dengan
penggunaan periode sebelumnya, harus di konfirmasi ke pengusul
d) Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat menggunakan
analisisi yang sesuai
e) Revisi rencana kebutuhan obat (jika diperlukan)
f) IFRS menyiapkan draft usulan kebutuhan oabt ke manajemen rumah
sakit untuk mendapatkan presetujuan.
3) Pengadaan
5) Penyimpanan
xxxiv
untuk Bahan Berbahaya Beracun (B3). Adapun obat golongan narkotika
dan psikotropika disimpan pada tempat yang berbeda, yaitu dilemari
khusus dengan sistem 2 pintu, dan dalam keadaan terkunci. Untuk
sediaan obat High-alert merupakan obat yang memiliki kewaspadaan
yang tinggi atau obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
(ROTD). Kelompok Obat high-alert diantaranya:
a) Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa
dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
c) Obat-Obat sitostatika.
6) Pendistribusian
7) Pengendalian
xxxv
Pengendalian sediaan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD
Sawerigading dengan cara komputerasisa sehingga memudahkan untuk
mengetahui apabila ada kesalahan maupun kekeliruan dari salah satu
sistem tersebut dalam menyetok barang. Dilakukannya pengendalian
sediaan farmasi di Instalasi Farmasi bertujuan untuk menghindari
terjadinya kekurangan, kelebihan, maupun kekosongan, kerusakan,
kadaluarsa, serta kehilangan.
xxxvi
diperkenakan letak penyimpanan obat, alat kesehatan, maupun BMHP,
serta ruangan-ruangan penyimpanan seperti ruangan obat-obatan, alat
medis, maupun ruang B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Pengenalan
penyimpanan obat high alert, narkotioka dan psikotropika, maupun
LASA, serta obat-obatan yang terdapat di lemari pendingin yaitu pada
suhu 2-8°C. Tidak hanya itu, kegiatan yang dilakukan selama di gudang
IFRS yaitu diperkenalkan mengenai standar opersional prosedur (SOP)
obat-obatan, alat medis, maupun BMHP untuk disalurkan ke setiap
depo, mengetahui sistem pengadaan barang dengan menggunakan
rumus konsumsi. Selain itu, tugas yang diberikan yaitu melayani
pengampraan obat-obatan, alat medis, maupun BMHP yang dilakukan
setiap hari selasa ke poli maupun ke setiap depo. Ada 3 depo yang
terdapat di Instlasi Rumah Sakit RSUD
Perencanaan
Pengadaan
Penerimaan
Pemusnahan
xl
Operasi pada keadaan prabedah tanpa adanya luka atau operasi
yang melibatkan luka steril, dilakukan dengan memperhatikan
prosedur aseptic dan antiseptik.
b) Operasi Bersih Terkontaminasi
Operasi yang melibatkan pembedahan pada saluran napas,
saluran kemih, atau pemasangan drain. Kemungkinan terjadinya
infeksi pada jenis operasi ini sebesar 5 - 15%.
c) Operasi Terkontaminasi
1. Operasi yang dilakukan dengan catatan :
2. Daerah dengan luka yang telah terjadi 6-10 jam dengan atau
tanpa benda asing.
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi namun kontaminasi jelas karena
saluran napas, saluran cerna atau kemih dibuka.
4. Tindakan darurat yang mengabaikan prosedur aseptik dan
antiseptik. Kemungkinan terjadinya infeksi pada jenis operasi
ini sebesar 16 - 25%.
d) Operasi Kotor
1. Operasi yang melibatkan daerah dengan luka
2. terbuka yang telah terjadi lebih dari 10 jam
3. Luka dengan tanda-tanda klinis infeksi
4. Luka perforasi organ visera
5. Kemungkinan terjadinya infeksi pada jenis operasi ini sebesar
40 – 70%.
5) Pengelolaan Perbekalan Sediaan Depo Farmasi ICU/OK
Depo ICU dan OK di RSUD Sawerigading Kota Palopo
memiliki tenaga kefarmasian yang terdiri dari Apoteker, Tenaga
Vokasi Farmasi, dan admin. Pada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di depo farmasi
ICU/OK dimulai dari pencatatan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang jumlahnya habis atau hampir habis
dibuku defecta. Setelah itu, permintaan tersebut diberikan kepada
xli
petugas gudang melalui aplikasi agar permintaan tersebut terpenuhi.
Kemudian petugas gudang menerima form yang berasal dari depo
farmasi ICU/OK dan akan menyiapkan kebutuhan tersebut lalu
diantarkan ke depo farmasi ICU/OK.
Setelah sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai tiba di depo farmasi ICU/OK, dilakukan pencocokan antara
bukti pengiriman barang dan bukti fisik yang diterima. Lalu, stok di
kartu stok diisi dan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai disimpan secara alfabet, menggunakan sistem First
Expired First Out (FEFO), dikelompokkan berdasarkan bentuk
sediaan, penyimpanan obat Hight Alert disimpan secara terpisah
dengan diberi penandaan label Hight Alert dan disimpan dalam lemari
khusus, penyimpanan obat golongan narkotika dan psikotropika harus
dipisah didalam lemari khusus, obat dengan persyaratan suhu dingin
disimpan didalam kulkas, obat generic dikelompokkan jadi satu rak
tersendiri, dan alat kesehatan dikelompokkan tersendiri. Selain itu,
penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang
penampilan dan penamaannya mirip (Look Alike Sound Alike/LASA)
diberikan jarak dalam penempatannya dan diberi penandaan khusus.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai di depo farmasi ICU/OK Rumah Sakit Sawerigading
Palopo sesuai dengan persyaratan kefarmasian Peraturan Menteri
Kesehatan No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Rumah Sakit. Persyaratan kefarmasiaan yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, Cahaya, kelembapan,
penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP.
6) Pelayanan Farmasi Klinik Depo ICU/OK
a) Alur Pelayanan Depo ICU:
Fornt Line/Skrining I
1. Resep diterima oleh FL.1, Lakukan Identifikasi Pasien
xlii
2. Memeriksa kelengkapan resep antara lain Nama pasien, No.
jaminan, Ruangan, No. RM, dll. Lakukan konfirmasi secara
verbal kepada pasien/pembawa resep.
3. Untuk resep cito diberi tanda
4. Lakukan pengkajian resep (Administrasi)
Skrining II:
1. Memeriksa resep sesuai ketersediaan obat (untuk pasien BPJS,
jenis obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit atau Daftar
Obat Tambahan untuk peserta BPJS)
2. Lakukan telaah farmasetik dan klinik
3. Melakukan konfirmasi ke dokter penulis resep bila ada masalah
berkaitan dengan obat.
xliii
1. Memastikan kecocokan antara obat, resep dan etiket
2. Memastikan semua obat yang disiapkan memliki nama obat, aturan
pakai dan tanggal kadaluarsa.
b) Alur Pelayanan Depo Farmasi OK:
1. Menyiapkan permintaan perbekalan farmasi sesuai dengan
orderan paket operasi di aplikasi
2. Mengisi kartu stok tiap kali terjadi mutasi perbekalan farmasi
3. Menyerahkan paket operasi kepada perawat
4. Setelah operasi selesai petugas farmasi memeriksa kesesuaian
pengambilan obat dan alat kesehatan yang terpakai selama
operasi.
xliv
b. Duplikasi pengobatan
c. Alergi dan reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
B. Depo Farmasi Rawat Jalan
Depo Farmasi Rawat Jalan di RSUD Sawerigading Kota Palopo
merupakan unit farmasi yang menyediakan obat maupun alkes untuk
pasien rawat jalan. Depo Farmasi Rawat Jalan bertujuan untuk melayani
pasien rawat jalan yakni pasien yang berobat di poli dan tidak dirawat inap
pada rumah sakit tersebut.
1) Pengelolaan sediaan
a) Pengampraan
Pengelolaan sediaan di Depo Farmasi Rawat Jalan memiliki alur
mulai dari pengampraan melalui aplikasi Simgos. Pengampraan
dilakukan dengan melihat jumlah atau stok obat ataupun alkes yang
dibutuhkan di Depo Farmasi Rawat Jalan kemudian akan masuk
pengampraan di Gudang, lalu akan di distribusikan ke Depo Rawat
Jalan.
c) Penerimaan
Penerimaan obat maupun alkes kemudian diterima oleh petugas
ampra dan dilakukan pengecekan dan mencocokan antara bukti
pengiriman dengan barang fisik yang diterima. Obat dan alkes yang
diterima kemudian dicatat dalam kartu stok sesuai dengan tanggal
penerimaan barang, agar dapat diketahui jumlah atau barang yang
masuk di Depo tersebut.
b) Penyimpanan
xlv
Depo Rawat Jalan terdapat juga obat-obatan khusus program HIV
dan TB. Untuk penyimpanan alkes disimpan ditempat berbeda.
xlvi
independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang
dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar
Rumah Sakit (Pemenkes RI, 2016). Adapun PIO yang dilakukan
sesuai dengan Permenkes No 72 Tahun 2016. Pada bagian ini
Apoteker akan menanyakan mengenai adminitrasi mulai dari
kesesuaian identitas pasien seperti menanyakan nama, alamat
pasien, dan kesesuaian poli. Juga sudah benar, maka Apoteker
akan menjelaskan mengenai obat, mulai dari nama obat, aturan
pakai, yang kemudian pasien akan bertanda tangan pada bagian
penyerahan resep disertai dengan nomor telepon pasien.
c) Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau
saran terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien
dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan
maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan
atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau
keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker
(Permenkes RI, 2016). Untuk konseling, menurut Permenkes No
72 Tahun 2016 sarana dan prasaran untuk pelayanan farmasi
klinik meiliki ruang atau tempat konseling sedangkan di Depo
Rawat Jalan tidak meiliki ruang khusus tersendiri untuk konseling
pada pasien.
d) Dispensing
Dispensing terdiri atas dua bagian yaitu dispensing sediaan
steril dan dispensing sediaan non steril. Dispending sediaan steril
maupun dispensing sediaan non steril harus memiliki ruang
dispensing untuk sediaan, menurut Permenkes No 72 Tahun 2016
xlvii
dispensing sediaan steril hanya dilakukan oleh Rumah Sakit yang
mempunyai sarana untuk melakukan produksi sediaan steril.
Adapun kegiatan dispensing sediaan steril meliputi pencampuran
obat suntik, penyiapan nutrisi parenteral, serta penanganan
sediaan sitostatik. Adapun dispensing yang ada Di Depo Rawat
Jalan meliputi sediaan-sediaan berupa kapsul dan puyer.
Dispensing yang ada di Depo Rawat Jalan meliputi
dispensing sediaan non steril, sehingga dalam hal ini ruangan
untuk dispensing terdapat satu ruangan saja yang disatukan dalam
satu ruangan untuk pelayanan farmasi klinik pada Depo tersebut.
Penyerahan Penyiapan
obat (PIO &
Konseling
Pada bagian awal resep diorder dari poli dan pasien akan
membawa SEP, dan resep masuk, yang selanjutnya, masuk ke tahap
verifikasi awal kemudian di bagain skrining e-resep (telaah e-resep).
Pada bagain ini, resep ditelaah dengan memerhatikan 3 proses telaah
resep tersebut, mulai dari telaah administrasi sesuai dengan
Permenkes No 72 Tahun 2016 berupa identitas pasien seperti nama,
umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien; nomor
ijin, alamat dan paraf dokter; tanggal Resep; dan ruangan/unit asal
Resep. Persyaratan farmasetik meliputi nama Obat, bentuk dan
kekuatan sediaan; dosis dan Jumlah Obat; stabilitas; dan aturan dan
xlix
cara penggunaan. Persyaratan klinis meliput ketepatan indikasi, dosis
dan waktu penggunaan Obat; duplikasi pengobatan; alergi dan
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD); kontraindikasi; dan
interaksi obat. Kemudian jika ada masalah terkait telah tersebut
dihubungi dokter sebelum masuk ke proses selanjutnya, namun jka
tidak ada masalah resep tersebut diverifikasi kembali lalu di print,
dilekatkan SEP yang di bawah oleh pasien, yang kemudian diberikan
ke bagaian pembauatan etiket.
Pembuatan etiket dibuat dengan cara diketik dan print dari
komputer. Pembuatan atau pengetikan etiket dilihat dengan
mencantumkan nama pasien, tanggal resep, tanggal lahir jika ada,
nama obat terlampir dengan kekuatan sediaan, bentuk sediaan,
kemudian aturan pakai, serta keterangan waktu (pagi,siang, atau
malam) tambahan keterangan lain seperti 30 menit bila nyeri ulu hati
seperti obat maag, jika antibiotik dihabiskan, dan jika obat nyeri, bila
nyeri. Serta tambahan tanggal kadaluwarsa di bagian bawah.
1) Pengelolaan Sediaan
Pengelolaan sediaan di Depo Farmasi Rawat Inap memiliki alur
mulai dari pengampraan melalui aplikasi Simgos, lalu penyimpanan di
Depo, serta mengisi stok yang masuk di kartu stok. Sediaan diampra
li
dari Gudang IFRS setelah proses pengampraan selesai, pihak gudang
akan mengantarkan pesanan ke Depo Rawat Inap, yang kemudian obat
maupun alkes yang masuk akan disimpan berdasarkan tempat
penyimpanannya mulai dari obat yang disimpan pada suhu dingin
berkisar 2-8°C dikulkas, obat-obatan narkotika dan psikotropik, obat
High alert, maupun obat-obatan generik maupun paten, maupun injeksi,
2) Pelayanan Farmasi
lii
Adapun ruang dispensing yang ada Di Depo Farmasi Rawat Inap sudah
tersedia.
Pada pekan keempat, yaitu pekan terakhir masa PKL di Instalasi
Farmasi RSUD Sawerigading. Pada Depo Farmasi Rawat Inap
mahasiswa dibagi waktu tugas dengan 2 waktu shift yaitu pagi dan
siang. Di Depo Rawat Inap mahasiswa dapat mengetahui letak obat-
obatan seperti obat injeksi, kapsul, tablet, yang generik maupun yang
paten. Selain itu, dapat mengetahui letak obat lemari High-alert, LASA,
obat yang disimpan pada suhu dingin 2-8°C seperti injeksi,
suppositoria, maupun insulin.
E-Resep
Penerimaan E-Resep
Skrining E-Resep
Pemberian Harga
Persetujuan Harga
Ya
Pembayaran
Penyiapan Obat
Copy Resep
Verifikasi Obat
Pasien
yang keluar di kartu stok. Adapun jika obat racikan, diambil dan dicatat
di kartu stok jumlah yang keluar lalu diracik meliputi obat dalam
bentuk kapsul ataupun puyer. Selanjutnya, dilakukan pengemasan
dengan memasukkan obat tersebut kedalam sak obat, lalu diberi etiket,
jika obat tidak tesedia dibuatkan copy resep. Setelah obat maupun alkes
sudah disediakan, masuk ke tahap verifikasi akhir oleh Apoteker,
meliputi kesesuaian, mulai dari prinsip 7 benar sebelum pemberian obat
meliputi benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara pemberian,
benar waktu pemberian, benar informasi, serta benar dokumentasi.
Setelah semua sudah diverifikasi, maka tahap selanjutnya yaitu
penyerahan obat, jika pasien ada di ruangan maka Apoteker langsung
memberikan obat tersebut dengan Pelayanan Informasi Obat (PIO),
sedangkan jika pasien tidak ada diruangan maka akan didistribusikan
langsung ke ruang perawat, setelah ampai diruang perawat obat maupun
alkes akan dilakukan serah terima serta pengecekkan kembali.
liv
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Farmasi RSUD
Sawerigading dapat disimpulkan :
1. Peran, fungsi, dan tanggung jawab Farmasis dalam praktik kefarmasian di
Instalasi Farmasi RSUD Sawerigading Kota Palopo memberikan
gambaran kepada mahasiswa, serta mengacu pada Permenkes No 72
Tahun 2016.
lv
langsung berinteraksi dengan pasien. Adapun pengelolaan dan pelayanaan
farmasi klinik pada Depo Farmasi Rawat Jalan, Depo Farmasi Rawat Inap,
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu sebagai berikut:
lvi
DAFTAR PUSTAKA
Achyar, L., Ririn, & Aztriana. (2023). Article Review : Profile Of Drug Storage
At Pharmaceutical Installation Of RSUD Andi Djemma Masamba, North
Luwu District. Makassar Pharmaceutical Science Journal, 1(3), 171–182.
Kartikasari, D. (2019). Administrasi Rumah Sakit.
http://fik.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/10/3.-ADMINISTRASI-
RUMAH-SAKIT.pdf
Kemenkes RI, 2012. Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
Kemenkes RI, 2019. Pedoman Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat dan
Pengendalian Persediaan Obat di Rumah Sakit. Jakarta. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Permenkes. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor72
Tahun 2016 TentangStandar Pelayanan kefarmasian di Rumah sakit.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Ruly, 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Farmasi Rumah Sakit Dan Klinik.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Septiari, B. B. 2017. Infeksi Nosokomial. II. Yogyakarta: Nuha Medik
World Health Organization. Definisi Rumah Sakit: WHO. 1947.Available from:
www.who.int. [22 Desember 2017].
lvii
LAMPIRAN
A. Gambar RSUD Sawerigading Kota Palopo