Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

(PKPA)
KLINIK HERBAL
Di Klinik Pratama Hortus Medicus
UPF Yankestrad RSUP Dr. Sardjito

Disusun oleh:

Allicia Putri Andaruqmi (42023200025)


Aulia Wahyu Yuliasari (42023200021)

Nadia Farhah (42023200011)

Nova Ari Prasetyo (42023200012)

Nur Ikromah Maulidia


(42023200016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2024
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)


KLINIK HERBAL
di KLINIK HORTUS MEDICUS TAWANGMANGU RSUP DR SARDJITO
Tawangmangu, 07 Februari 2024

Menyetujui

Dosen Pembimbing Preceptor

apt. Eko Retnowati, M.Si, M. Farm aApt. Tyas Friska Dewi, S.Farm.
NIDN : 0614069401 NIB : 198905202015032004

Mengesahkan

Dosen Penanggung Jawab

apt. Riana Putri Rahmawati, M.Farm


NIDN : 0614069401
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker

apt. Riana Putri Rahmawati, M.Farm


NIDN : 0614069401

i
KATA PENGANTAR

Alhamdhulillah puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang


senantiasa memberi rahmat dan karuniaNya sehinggan dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Undaan
yang berlangsung pada bulan November 2023 dapat diselesaikan.

Pelaksanaan PKPA merupakan salah satu persyaratan bagi mahasiswa


Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Kudus untuk mengikuti ujian dan memperoleh gelar Apoteker. Diharapkan
calon Apoteker memperoleh tambahan pengetahuan dan wawasan mengenai
pelayanan kefarmasian di Puskesmas yang merupakan salah satu tempat
pengabdian profesi Apoteker.

Dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA, banyak didapatkan bantuan


dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, pengetahuan, sarana, informasi serta
dukungan moril. Oleh karena itu disampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada :

1. Bapak Dr. Edy Soesanto, SKp., M.Kes, selaku rektor Universitas


Muhammadiyah Kudus
2. Ibu apt. Riana Putri Rahmawati, M.Farm selaku Ketua Prodi Profesi
Apoteker Universitas Muhammadiyah Kudus.
3. Ibu apt. Eko Retnowati, M.Si, M. Farm selaku dosen pembimbing lahan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Universitas Muhammadiyah
Kudus.
4. Ibu apt. Tyas Friska Dewi, S.Farm, selaku pembimbing Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Klinik Herbal Hortus Medicus Tawangmangu
RSUP Dr. Sardjito, yang telah bersedia memberikan ilmu kepada kami
selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker di Klinik Herbal.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu demi satu yang telah
membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA ini.

ii
Semoga laporan PKPA ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi bagi
berbagai pihak demi meningkatkan pengetahuan dalam pelayanan kefarmasian di
Klinik Herbal.

Tawangmangu, 07 Februari 2024

Penulis

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL.........................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I URAIAN KEGIATAN......................................................................1
1.1 Definisi Klinik Herbal/Saintifikasi Jamu.......................................1
1.2 Standar Pelayanan Kesehatan Tradisional.....................................1
1.3 Tatacara Pendirian Dan Syarat Klinik Yankestrad........................3
1.4 Definisi Apoteker, Tugas, Fungsi, Wewenang dan
Tanggung jawab Apoteker.............................................................5
1.5 Kompetensi Apoteker....................................................................6
1.6 Struktur Organisasi........................................................................7
BAB II URAIAN KEGIATAN......................................................................9
2.1 Tanaman obat tradisional yang digunakan dalam saintifikasi
obat tradisional (jamu/herbal)........................................................9
2.2 Penyakit-penyakit yang diterapi dengan obat tradisonal
sesuai evidence base......................................................................19
2.3 Mengaplikasikan Promosi Kesehatan Obat Tradisional...............25
BAB III URAIAN KEGIATAN.....................................................................28
3.1.Penerimaan Resep Herbal.............................................................28
3.2.Skrining Resep Herbal..................................................................29
3.3.Kalkulasi Dosis Herbal.................................................................29
3.4.Penyiapan / Peracikan Obat Herbal..............................................30
3.5.Pembuatan Etiket..........................................................................30
3.6.Penyerahan Obat Herbal dan Pemberian Indormasi
Obat (PIO) Herbal..........................................................................31
3.7.Konseling, Informasi, dan Edukasi (KIE)....................................31
BAB IV PENGELOLAAN DAN ADMINISTRASI
OBAT TRADISIONAL....................................................................34
4.1 Perencanaa......................................................................................34

iv
4.2 Pengadaan.......................................................................................34
4.3 Penerimaan......................................................................................36
4.4 Penyimpanan...................................................................................36
4.5 Pengendalian Ketersedian Simplisia dan kapsul ekstrak................37
4.6 Pemusnahan....................................................................................38
4.7 Administrasi pelaporan...................................................................39
4. 8 Perpajakan......................................................................................39
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN...........................................................40
5.1. Kesimpulan....................................................................................40
5.2. Saran..............................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................41

v
BAB I
Tugas, Peran, Fungsi Klinik Herbal dan Apoteker menurut Undang-Undang

1.1 Definisi Klinik Herbal/Saintifikasi Jamu


[1.2]
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,
baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat (Menkes RI,
2017). Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan
pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik. Sedangkan Klinik
Saintifikasi Jamu merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang
didirikan untuk memberikan perawatan dan pengobatan herbal kepada
pasien. Saintifikasi jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui
penelitian berbasis pelayanan kesehatan (Menkes RI, 2010).
1.2[1.3] Standar Pelayanan Kesehatan Tradisional
Pelayanan Kesehatan Tradisional merupakan pengobatan dan/atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampiraln turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
di masyarakat. Pelayanan Kesehatan Tradisional dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Pelayanan kesehatan tradisional empiris, yaitu penerapan kesehatan
tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris.
2. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer, yaitu penerapan
kesehatan tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis dan
biokultural dalam penjelasannya serta manfaat dan keamanannya
terbukti secara ilmiah.
3. Pelayanan tradisional integrasi, yaitu suatu bentuk pelayanan
kesehatan yang mengkombinasikan pelayanan kesehatan konvensional
dengan pelayanan kesehatan tradisional komplementer, baik bersifat
sebagai pelengkap maupun pengganti dalam keadaan tertentu.
Standar penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional integrasi di
fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan dengan cara :
1. Menggunakan pelayanan kesehatan tradisional komplementer yang
memenuhi kriteria tertentu
2. Terintegrasi paling sedikit dengan satu pelayanan kesehatan
konvensional yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan
3. Aman, bermanfaat, bermutu dan sesuai dengan satandar
4. Berfungsi sebagai pelengkap pelayanan kesehatan konvensional
Unit Pelaksana Fungsional Pelayanan Kesehatan Tradisional (UPF
Yankestrad) Tawangmangu merupakan transformasi Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TO2T) menjadi bagian RSUP Dr.Sardjito dengan branding Hortus
Medicus. Kini, UPF menjalankan peran baru sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan dengan keunggulan di bidang tanaman obat dan obat tradisional.
Pelayanan kesehatan tradisional di Tawangmangu ditujukan untuk
memperkuat pelayanan medis yang telah paripurna diselenggarakan oleh
RSUP Dr. Sardjito. UPF Yankestrad Tawangmangu melaksanakan
pelayanan kesehatan tradisional dan non tradisional, beriringan dengan
upaya kesehatan preventif dan promotif melalui wisata kebugaran
(wellness tourism). Pemenuhan kebutuhan bahan baku jamu yang
berkualitas dan berkesinambungan untuk mendukung pelayanan kesehatan
tradisional, dilakukan dengan budidaya dan pengolahan pascapanen
tanaman obat yang terstandar.
Pelayanan Kesehatan Tradisional di Klinik Hortus Medicus Tawangmangu
termasuk dalam pelayanan kesehatan tradisional terintegrasi yaitu suatu
bentuk pelayanan kesehatan yang mengkombinasikan pelayanan kesehatan
konvensional dengan pelayanan kesehatan tradisional komplementer, baik
bersifat sebagai pelengkap maupun pengganti dalam keadaan tertentu.
Penyelenggaraan kesehatan tradisional di Klinik Hortus Medicus

2
Tawangmangu dilakukan dengan cara mengkombinasikan obat-obatan
tradisional dengan obat konvensional serta sudah terintegrasi dengan
fasilitas pelayanan kesehatan konvensional yaitu RSUP Dr. Sardjito.
Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi harus dilakukan dengan
tatalaksana :
a. Pendekatan holistik dengan menelaah dimensi fisik, mental, spiritual,
sosial, dan budaya dari pasien
b. Mengutamakan hubungan dan komunikasi efektif antara tenaga
kesehatan dan pasien
c. Diberikan secara rasional
d. Diselenggarakan atas persetujuan pasien (informed consent)
e. Mengutamakan pendekatan alamiah
f. Meningkatkan kemampuan penyembuhan sendiri
g. Pemberian terapi bersifat individual
1.3[1.4] Tatacara Pendirian Dan Syarat Klinik Yankestrad
Setiap penyelenggaraan klinik wajib memiliki izin mendirikan dan izin
operasional. Tatacara dan syarat pendirian Klinik Pratama Hortus Medicus
Tawangmangu sama dengan pendirian klinik pratama pada umumya. Izin
mendirikan klinik dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten/kota sedangkan
izin operasional dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atau
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
Persyaratan yang harus disiapkan untuk izin mendirikan klinik yaitu :
a. Identitas lengkap pemohon
b. Fotokopi pendirian badan hukum atau badan usaha, kecuali untuk
kepemilikan perorangan
c. Fotokopi yang sah sertifikat tanah, bukti kepemilikan lain yang
disahkan oleh notaris atau bukti surat kintrak minimal untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun
d. Dokumen SPPL untuk klinik rawat jalan atau dokumen UKL-UPL
untuk klinik rawat inap sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan

3
e. Profil klinik yang akan didirikan meliputi pengorganisasian, lokasi,
bangunan, prasarana, ketenagaan, peralatan, kefarnasian, laboratorium
serta pelayanan yang diberikan
f. Persyaratan lainnya sesuai dengan peraturan daerah setempat
Izin operasional klinik didapatkan dengan memenuhi persyaratan teknis
dan administrasi. Persyaratan teknis meliputi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, ketenagaan, peralatan, kefarmasian dan
laboratorium. Sedangkan persyaratan administrasi yang harus disiapkan
yaitu izin mendirikan dan rekomendasi dari dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Persyaratan bangunan klinik yaitu harus permanen dan tidak bergabung
fisik bangunannya dengan tempat tinggal perorangan. Bangunan klinik
harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan keselamatan dan kesehatan
bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang lanjut
usia. Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas :
a. Ruang pendaftaran/ruang tunggu
b. Ruang konsultasi
c. Ruang administrasu
d. Ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang melaksanakan
pelayanan farmasi
e. Ruang tindakan
f. Ruang/pojok ASI
g. Kamar mandi/wc
h. Ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan
Prasarana klinik meliputi:
a. Instalasi sanitasi
b. Instalasi listrik
c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
d. Ambulans, khusus untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap
e. Sistem gas medis

4
f. Sistem tata udara
g. Sistem pencahayaan
h. Prasarana lainnya sesuai kebutuhan
1.4[1.5] Definisi Apoteker, Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggungjawab
Apoteker
1. Definisi apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah apoteker (Permenkes RI, 2014).
Keberadaan apoteker di apotek tidak hanya terkait dengan
permasalahan obat, namun apoteker dituntut untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat menjalankan
profesi secara professional dan berinteraksi langsung dengan pasien,
termasuk untuk pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien
yang membutuhkan. Apoteker harus memahami dan menyadari
kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error),
mengidentifikasi, mencegah, mengatasi masalah farmakoekonomi, dan
farmasi sosial.Hal ini bila dikaitkan dengan standar pelayanan
kefarmasian di apotek menjadikan peranan apoteker di apotek
sangatlah penting.
2. Tugas dan Tanggungjawab apoteker
Menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Praktek
Kefarmasian menyatakan bahwa praktik kefarmasian meliputi
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas
resep dokter, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Peran dan tanggung jawab apoteker dalam saintifikasi jamu meliputi :
a. Pembuatan/penyediaan simplisia dan penyimpanan.
b. Pelayanan resep mencakup:
1. Skrining resep

5
2. Penyiapan obat
3. Peracikan
4. Pemberian etiket
5. Pemberian kemasan obat
6. Penyerahan obat
7. Informasi obat
8. Konseling.
c. Monitoring Penggunaan Obat.
d. Promosi dan edukasi, penyuluhan pelayanan residensial
e. Pencatatan dan pelaporannya.
Peran dan tanggung jawab apoteker dalam upaya penyelenggaraan praktik
kefarmasian tersebut dalam rangka promotif preventif, kuratif dan
rehabilitatif baik bagi perorangan, kelompok dan atau masyarakat. Hal ini
sesuai dengan paradigma pelayanan kefarmasian yang sekarang
berkembang yaitu pelayanan kefarmasian yang berazaskan pada konsep
pharmaceutical care, yaitu bergesernya orientasi seorang apoteker dari
product atau drug oriented menjadi patient oriented. Konsep pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care) merupakan pelayanan yang dibutuhkan
dan diterima pasien untuk menjamin keamanan dan penggunaan obat
termasuk obat tradisional yang rasional, baik sebelum, selama, maupun
sesudah penggunaan obat termasuk obat tradisional (Suharmiati, 2011).
1.5[1.6] Kompetensi Apoteker
Apoteker saintifikasi jamu diperlukan suatu tambahan pengetahuan
tentang kompetensi meliputi:
1. Pengenalan tanaman obat.
2. Formula jamu yang terstandar.
3. Pengelolaan jamu di apotek (pengendalian mutu sediaan jamu,
pengadaan, penyimpanan dan pengamanan jamu).
4. Fitoterapi.
5. Adverse reaction.
6. Toksikologi.

6
7. Dosis dan monitoring evalusi bahan aktif jamu.
8. MESOT (Monitoring Efek Samping OT).
9. Manajemen pencatatan dan pelaporan.
10. Post market surveilance.
11. Komunikasi dan konseling (Suharmiati, 2011).
1.6[1.7] Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan salah satu hal terpenting dalam pengelolaan
sebuah klinik agar dapat berjalan dengan baik. Struktur organisasi adalah
susunan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk terciptanya
tujuan yang diharapkan. Adapun struktur organisasi klinik pratama Hortus
Medicus Tawangmangu sebagai berikut,

7
8
BAB II
Tanaman Obat dan Penggunaannya dalam Saintifikasic Jamu Sesuai
Evidance Base dan Promosi Kesehatan

2.1 2.1 Tanaman obat tradisional yang digunakan dalam saintifikasi obat
tradisional (jamu/herbal)

Saintifikasi obat tradisional / jamu adalah pembuktian ilmiah jamu


melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan (permenkes RI, 2010).
Saintifikasi jamu menggunakan pendekatan penelitian berbasis pelayanan
yang merupakan suatu upaya terobosan (beakthrough) dalam rangka
mempercepat pebelitian jamu di sisi hilir (sisi pelayanan). Sebagaimana kita
ketahui, penelitian terkait jamu (tanaman obat Indonesia) sudah banyak sekali
dikerjakan di sisi hulu, yakni penelitian terkait budidaya dan pre-klinik, baik
in-vitro maupun in-vivo (uji hewan), sementara uji klinik pada manusia
terkait khasiat dan keamanan masih sangat terbatas (Badan Litbang
Kesehatan, 2011). Hal ini terbukti dengan kenyataan bahwa baru terdapat 21
fitofarmaka yang sudah mendapatkan ijin edar dari Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (Badan POM). Saintifikasi jamu menyediakan bukti ilmiah
tentang manfaat dan keamanan jamu, khususnya terkait dengan penggunaan
jamu untuk komunitas. Sudah disadari banyak pihak, bahwa jamu secara
turun temurun sudah digunakan untuk memelihara kesehatan dan mengobati
penyakit, namun belum didukung bukti ilmiah yang terstruktur terkait khasiat
dan keamanannya. Juga sudah diuraikan di depan bahwa pengobatan
tradisional termasuk jamu. Dengan demikian, penelitian dan pengembangan
jamu berbeda dengan penelitian dan pengembangan obat modern. Obat
modern dikembangkan melalui pencarian dan identifikasi senyawa kimia baru
yang belum pernah digunakan pada manusia.
Ramuan obat tradisional yang dipakai, serta indikasi dari tiap tanaman
maupun ramuan, baik untuk tujuan pemeliharaan kesehatan maupun pengobatan
penyakit.
Tujuan pengaturan saintifikasi jamu adalah
a. Memberikan landasan ilmiah (eviden based) penggunaan jamu secara
empiris melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan.
b. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga
kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya preventif,
promotif, rehabilitative dan paliatif melalui penggunaan jamu.
c. Meningkatkan kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien dengan
penggunaan jamu.
d. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata yang
teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan
sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan.
Saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan hanya
dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang telah mendapatkan
izin atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk
saintifikasi jamu dapat diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta
(Permenkes RI, 2010).
1. Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan produk yang mengandung bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan harian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik
dan uji klinik serta bahan baku dan produk jadinya telah distandadisasi
(BPOM RI 32,2019).
Adapun beberapa contoh fitofarmaka sebagai berikut :
a. Stimuno
Dari tanaman meniran (Phyllanthus Niruri) yang berkhasiat
meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah sakit dan mempercepat
penyembuhan.
b. Tensigard
Dengan komposisi ekstrak seledri (Apium Graveolens) 75 % dan kumis
kucing (Orthosiphon Stamineus) 25 % berkhasiat sebagai anti hipertensi
dan menurunkan kolesterol.
c. X-gra
Terbuat dari ekstrak jamur ling zhi (Ganoderma Lucidum), ekstrak
Eurycomae Radix, ekstrak Ginseng, ekstrak lada hitam (Retrofracti
Fructus) dan Royal Jelly berkasiat meningkatkan stamina, memperbaiki
kualitas sperma dan mengatasi masalah ejakulasi dini.
d. Inclain
Terbuat dari Lagerstromia Speciosa dan Cinnomomum burmanii
berkhasiat menurunkan kadar glucose darah.
e. Rheumaneer
Mengandung kunyit (Curcumae Domestica Rhizoma), ekstrak jahe
(Zingiberis Rhizoma), ekstrak temulawak (Curcumae Xanthorrhiza),
Ekstrak temu kunci (Panduratae Rhizoma) dan Ekstrak cabe jawa
(Retrofracti Fructus) berkhasiat sebagai obat nyeri sendi arthtralgia
ringan sampai sedang, melancarkan peredaran darah, menghangatkan dan
menyegarkan badan.

10
f. Diabetadex
Mengandung folium (Lagerstroemia Speciosa) dan cortex
(Cinnamomum), berkhasiat menurunkan kadar glucose darah.
Obat Herbal dapat dikatakan sebagai fitofarmaka apabila obat herbal
tersebut telah memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Aman
2. Klaim khasiat secara ilmiah, melalui uji pra-klinik dan klinik
3. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
4. Telah dilakukan standardisasi bahanbakuyang digunakan dalam produk
jadi.
Hal yang perlu diperhatikan adalah setelah lolos uji fitofarmaka, produsen
dapat mengklaim produknya sebagai obat. Namun demikian, klaim tidak boleh
menyimpang dari materi uji klinis sebelumnya. Misalnya, ketika uji klinis hanya
sebagai antikanker, produsen dilarang mengklaim produknya sebagai antikanker
dan antidiabetes.
Adapun obat fitofarmaka yang saat ini beredar di masyarakat yang berbentuk
kemasan memiliki logo jari-jari daun yang membentuk bintang dalam lingkaran
seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar logo
2. Tahapan pengembangan dan pengujian fitofarmaka, (Permenkes,1992)
a. Tahap seleksi calon fitofarmaka
b. Tahap biological screening calon fitofarmaka
c. Tahap penelitian farmakodinamik calon fitofarmaka
1. Pra klinik, in vivo dan in vitro
2. Toksisitas ubkronis
3. Toksisitas akut
4. Toksisitas khas/khusus
d. Tahap Pengujian toksisitas lanjut (multiple doses) calon fitofarmak
e. Tahap pengembangan sediaan (formulasi) bahan calon fitofarmaka
1. Mengetahui bentuk sediaan yang memenuhi syarat mutu, keamanan,
dan estetika untuk pemakaian pada manusia.
2. Tata laksana teknologi farmasi dalam rangka uji klinis.
3. Teknologi farmasi tahap awal.
4. Pembakuan (standarisasi) simplesia, ekekstrak, sedian obat alam.

11
5. Parameter standar mutu bahan baku obat alam, ekekstrak, sediaan obat
alam
f. Tahap uji klinis pada manusia yang sehat dan atau yang sakit ada 4 fase
yaitu:
1. fase 1 : dilakukan pada sukarelawan
2. fase 2 : dilakukan pada kelompok pasien terbatas
3. fase 3 : dilakukan pada pasien dengan jumlah yang lebih besar dari
fase 2.
4. fase 4 : post marketing survailence, untuk melihat kemungkinan efek
samping yang tidak terkendali saat uji pra klinik maupun saat uji
klinik fase 1-3.

3. Saintifikasi Jamu (diberikan kalimat penghubung. A, b,c d itu apanya


saintifikasi jamu?_)
a. Memberikan landasan ilmiah (evidence based) penggunaan
jamu secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan
kesehatan.
b. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan
tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya
preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif melalui penggunaan
jamu.
c. Meningkatkan kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien
dengan penggunaan jamu.
d. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat
nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas
baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan
kesehatan.

Klinik Herbal UPF Yankestrad Tawangmangu memiliki 11 ramuan jamu


saintifik yang terdiri dari : diberikan sumber
1. Asam urat
Komposisi ramuan yang digunakan untuk mengatasi asam urat untuk
penggunaan 1 hari, terdiri dari bahan kering :
Herba tempuyung 6 gram
Kayu secang 15 gram
Daun kepel 9 gram
Rimpang temulawak 9 gram
Rimpang kunyit 9 gram
Herba meniran 9 gram
Peringatan Penggunaan :
- Ramuan jamu asam urat tidak boleh diminum ketika pada keadaan
yang sangat nyeri. Dapat diberikan jika kondisi sudah stabil yaitu

12
pasien merasakan nyeri ringan(asam urat masih lebih dari normal).
Jika kadar asam urat lebih dari 10mg% sebaiknya konsumsi jamu asam
urat dengan pengobatan medis yang terlebih dahulu berkonsultasi
dengan dokter.
- Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui tidak dianjurkan.
- Selama minum jamu asam urat ini kemungkinan ada efek yang tidak
diinginkan yang timbul seperti rasa pahit, atau banyak buang air kecil.
- Jika sudah lebih dari satu bulan kadar asam urat tidak mengalami
penurunan atau timbul keluhan nyeri yang sangat segera berkonsultasi
dengan dokter.

2. Tekanan darah tinggi


Komposisi ramuan yang digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi
untuk penggunaan 1 hari, terdiri dari bahan kering :
Herba seledri 15 gram
Herba pegagan 9 gram
Daun kumis kucing 9 gram
Rimpang temulawak 9 gram
Rimpang kunyit 9 gram
Herba meniran 9 gram
Peringatan Penggunaan :
- Ramuan jamu tekanan darah tinggi bias menyebabkan sering buang air
kecil
- Hati-hati mengkonsumsi jamu bersamaan dengan obat yang bersifat
diuretic (memperbanyak buang air kecil).
- Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui tidak dianjurkan
- Hati-hati mengkonsumsi jamu bila memiliki gangguan fungsi ginjal
yang berat.
3. Wasir
Komposisi ramuan wasir untuk menggunakan 1 hari, terdiri dari bahan
kering
Daun ungu 15 gram
Daun duduk 12 gram
Daun iler 9 gram
Rimpang temulawak 3 gram
Rimpang kunyit 3 gram
Herba meniran 3 gram
Peringatan penggunaan :
- Penggunaan ramuan ini secara berlebihan atau tidak sesuai dengan
takaran dapat menimbulkan rasa mual, mulas dan diare.

13
- Bila setelah satu minggu pemakaian tidak ada perubahan atau semakin
parah, dapat konsultasi ke dokter.
4. Radang sendi
Komposisi ramuan jamu untuk peradangan sendi untuk penggunaan 1 hari,
terdiri dari bahan kering :
Biji adas 3 gram
Daun kumis kucing 5 gram
Herba rumput bolong 5 gram
Rimpang temulawak 15 gram
Rimpang kunyit 15 gram
Herba meniran 7 gram
Peringatan Penggunaan :
Bila setelah dua minggu pemakaian tidak ada perubahan gejala atau
semakin parah, dapat dikonsultasikan ke dokter.
5. Kolestrol tinggi
Komposisi ramuan kolestrol tinggi untuk penggunaan 1 hari, terdiri dari
bahan kering :
Daun jati cina 1 gram
Daun jati belanda 6 gram
Herba tempuyung 6 gram
The hijau 5 gram
Rimpang temulawak 5 gram
Rimpang kunyit 4 gram
Herba meniran 3 gram
Peringatan penggunaan :
- Ramuan ini dapat menurunkan kadar kolesterol melalui penghambatan
penyerapan kolesterol makanan di usus, sehingga apabila digunakan
sesuai anjuran dapat memperlancar buang air besar.
- Penggunaan ramuan ini secara berlebihan atau tidak sesuai dengan
takaran dapat menimbulkan rasa mual, mulas dan diare.
- Ramuan diminum setengah jam sebelum makan.
- Bila setelah satu minggu pemakaian tidak ada perubahan atau semakin
parah, dapat konsultasi ke dokter.
6. Gangguan fungsi hati
Komposisi ramuan jamu gangguan fungsi hati untuk penggunaan satu hari,
terdiri dari bahan kering :
Daun jombang 12 gram
Rimpang temulawak 28 gram
Rimpang kunyit 6 gram
Peringatan Penggunaan :

14
- Ramuan kamu gangguan fungsi hati bias menyebabkan sering buang
air kecil, hati-hati bila mengkonsumsi jamu bersamaan dengan obat
yang bersifat diuretic (memperbanyak buang air kecil)
- Jombang menurunkan efektifitas antibiotic jenis kuinolon, hati-hati
bila mengkonsumsi jamu bersamaan dengan obat yang bersifat diuretic
(memperbanyak buang air kecil).
- Penggunaan ibu hamil dan menyusui tidak dianjurkan.
- Hati-hati mengkonsumsi jamu bila memiliki gangguan fungsi ginjal
yang berat.
- Penggunaan ramuan yang melebihi takaran dapat menyebabkana
timbulnya efek yang tidak diinginkan seperti meningkatnya asam
lambung.
- Hentikan minum ramuan jamu bila terdapat tanda-tanda alergi ruam
kulit dan kencing berlebihan.
7. Maag / gangguan lambung
Komposisi ramuan jamu gangguan maag untuk penggunaan satu hari,
terdiri dari bahan kering :
Rimpang jahe 15 gram
Herba sembung 15 gram
Jinten hitam 2 gram
Rimpang kunyit 15 gram
Peringatan Penggunaan :
- Bila setelah satu minggu pemakaian tidak ada perubahan atau semakin
parah, dapat berkonsultasi ke dokter.
8. Batu saluran kencing
Komposisi ramuan jamu gangguan batu saluran kencing untuk
penggunaan satu hari, terdiri dari bahan kering :
Daun kumis kucing 6 gram
Daun keji beling 4 gram
Daun tempuyung 10 gram
Rimpang alang-alang 5 gram
Herba meniran 5 gram
Rimpang kunyit 4 gram
Rimpang temulawak 3 gram
Peringatan Penggunaan :
- Ramuan ini bekerja dengan menghambat terjadinya pembentukan batu
serta meningkatkan pengeluaran urin sehingga apabila digunakan
sesuai anjuran dapat memperlancar buang air kecil.

15
- Penggunaan ramuan ini secara berlebihan atau tidak sesuai dengan
takaran dapat menyebabkan buang air kecil berlebihan sehingga tubuh
dapat kekurangan cairan.
- Ramuan jamu diminum setengah jam setelah makan.
- Jika selama satu minggu pemakaian keluhan semakin parah, dapat
berkonsultasi ke dokter.
9. Gangguan kencing manis
Komposisi ramuan jamu untuk mengobati kencing manis/ diabetes
mellitus (DM) untuk penggunaan satu hari, terdiri dari bahan kering :
Daun salam 5 gram
Herba sambiloto 5 gram
Kulit kayu manis 7 gram
Rimpang temulawak 10 gram
Peringatan Penggunaan :
- Ramuan jamu bekerja dengan cara menghambat pembentukan glukosa
(gula) di hati, menghambat penyerapan gula dalam usus.
Meningkatkan sekresi (pengeluaran) insulin dalam pancreas dan
meningkatkan penggunaan gula oleh membrane sel sehingga lebih
cepat untuk penderita hiperglikemia/DM tipe2.
- Penggunaan ramuan ini secara berlebihan atau tidak sesuai dengan
takaram dapat menimbulkan rasa mual, mulas, begah, lemas dan
penurunan kadar gula darah yang berlebihan.
- Apabila gejala dan kadar gula darah tetap atau meningkat setelah 1
minggu minum jamu, segeralah konsultasi ke dokter.
- Apabila ada penyakit maag, riwayat alergi atau obat gula lain yang
diminum, konsultasikan kepada dokter anda sebelum memulai minum
jamu ini.
10. Kebugaran
Komposisi ramuan jamu untuk mengobati kebugaran untuk penggunaan
satu hari, terdiri dari bahan kering :
Rimpang temulawak 5 gram
Rimpang kunyit 4 gram
Herba meniran 3 gram
Peringatan Penggunaan :
- Formula jamu ini hanya bersifat membantu dalam meningkatkan
kebugaran, aktifitas fisisk seperti berolahraga tetap diperlukan.
- Ramuan ini bekerja melalui peningkatan kebugaran kardiovaskuler
(jantung dan pembuluh darah) dan tidak berpengaruh terhadap
komposisi tubuh, kekuatan otot maupun kelenturan otot.
- Penggunaan ramuan ini dapat meningatkan nafsu makan.

16
- Ramuan jamu diminum setengah jam setelah makan.
- Bila terjadi mual, muntah atau tidak nyaman setelah minum jamu
segera konsultasi ke dokter.
11. Obesitas
Komposisi ramuan jamu untuk mengobati obesitas untuk penggunaan satu
hari, terdiri dari bahan kering :
Daun jati belanda 10 gram
Daun kemuning 10 gram
Akar kelembak 4 gram
Daun tempuyung 10 gram
Peringatan penggunaan :
- Ramuan ini bekerja melalui penghambatan penyerapan lemak di usus,
sehingga apabila digunakan sesuai anjuran dapat memperlancar buang
air besar.
- Penggunaan ramuan ini secara berlebihan atau tidak sesuai dengan
takaran dapat menimbulkan rasa mual, mulas, dan diare.
- Ramuan jamu diminum setengah jam sebelum makan.
- Bila setelah satu minggu pemakaian tidak ada perubahan atau semakin
parah, dapat berkonsultasi ke dokter.

Klinik herbal Hortus Medicus Tawangmangu memiliki ramuan berbentuk kapsul


sebagai berikut :

Antitusiv kapsul Hipertensi kapsul


- Rimpang Temu lawak - Herba seledri
- Daun sembung - Herba pegagan
- Daun kumis kucing

Alergi kapsul ISPA


- Rimpang jahe emprit - Daun sembung
- Lengkuas - Kemukus
- Sere - Timi

Vitamin Mata kapsul Muscle relaxant kapsul


- Rimpang temu lawak - Kamilen
- Kayu secang - Timi
- Krangean - Herba pegagan

Diabetes kapsul Jantung kapsul


- Daun salam - Digitalis

17
- Herba sambiloto - Sirih
- Kayu manis
- Rimpang temu lawak

Pelangsing kapsul Asam urat kapsul


- Daun jati belanda - Kayu secang
- Daun kemuning - Daun kepel
- Tempuyung

Osteoarthritis Stamina kapsul


- Rumput bolong - Cabe jawa
- Daun kumis kucing - Jahe emprit
- Daun sendok - Pasak bumi
- Alang-alang

Kolesterol kapsul Afrodisiaka


- Daun jati cina - Purwoceng
- Daun jati belanda - Pasak bumi
- Herba tempuyung - Krangean

Gastritis Kembung (masuk angina)


- Kapulaga - Daun sembung
- Sembung - Rimpang jahe emprit
- Biji adas

Nefroditiasis Hemoroid atau wasir


- Daun tempuyung - Daun ungu
- Daun kumis kucing - Daun duduj
- Kejibeling - Daun iler

Hepatoprotektor Pelancar ASI


- Rimpang temu lawak Daun katuk
- Daun jombang Daun bangun-bangun

Rhinitis alergi Asma bronkial


- Daun sembung - Daun sembung
- Biji cabe jawa - Kencur
- Kemukus
- Daun sembung
- Jahe emprit

18
Hobat kapsul Pencahar kapsul
- Biji jintan hitam - Daun jati cina

ARV / keputihan Diuretic


- Daun sirih Keji beling
- Manjaan Tempuyung
- Kunyit Kumis kuciing
- Kamilen

Cancer kapsul Cephalgya kapsul


- Rumput mutiara - Herba seledri
- Kunir putih - Timi
- Pala

Anxiety Infertile
Pala herba pegagan - Kunir putih
Valerian - Kamilen
- Jinten hitam

Imunodulator Roborantia
- Ekinase - Temu hitam
- Meniran - Temu lawak
- Temu lawak

2.2 Penyakit-penyakit yang diterapi dengan obat tradisonal sesuai evidence base
Pada saat ini di Indonesia sesuai dengan Permenkes RI No.
760/Menkes/Per/IX/1992 tanggal 4 September 1992 pengembangan obat
tradisional dalam hal uji aktivitasnya diarahkan kedalam beberapa uji
bioaktivitas sehingga sesuai evidence base/ bahan fitofarmaka dan dapat di
gunakan sebagai obat modern. Tanaman tersebut diantaranya adalah:
a. Rimpang jahe juga bersifat atau memiliki efek antioksidan dan antikanker.
Rimpang jahe mengandung minyak asiri yang bermanfaat untuk
mengobati sakit kepala, rematik, sakit perut, pusing, kolera, penawar racun
ular, masuk angin, keseleo, dan bengkak. Selain itu, rimpang jahe
berkhasiat sebagai karminatif, yakni untuk peluruh mengeluarkan angin,
rimpang jahe berkhasiat sebagai stomakik, yakni menambah nafsu makan
dan menguatkan lambung. Juga sebagai stimulan atau sebagai perangsang
dan sebagai diaforetik, yakni sebagai peluruh keringat. Rimpang jahe

19
memiliki efek herbal dan dapat untuk mengobati batuk, sakit kepala dan
salesma (inluensa), mulas, gatal (obat luar), luka (obat luar), sakit kepala
(obat luar) dan membangkitkan nafsu makan.
b. Rimpang kencur (aromatic ginger, sand ginger) digunakan sebagai obat
batuk, peluruh dahak atau pembersih tenggorokan, menghilangkan lendir
yang menyumbat hidung dan menghangatkan badan. Berkhasiat juga
untuk menghilangkan gas dari perut dan menangkal radikal bebas.
c. Rimpang kunyit berkhasiat untuk batuk kering dan sariawan, kembung dan
susah kencing, kurap, batu empedu, dan sari Kunyit (curcuma longa)
termasuk tanaman fitofarmaka. Bagian yang digunakan untuk herbal
adalah rimpangnya. Kandungan rimpang kunyit adalah minyak atsiri,
kurkumin, dimetoksin kurkumin, arabinosa, fluktosa, glukosa, pati, tanin,
magnesium besi, kalsium, natrium, dan kalium. erdasarkan kandungan
tersebut rimpang kunyit memiliki efek herbal atau khasiat untuk menjaga
stamina, hepatoprotektor, diuretik, antioksidan antiradang,
immunomodulator, dan Juga, bersifat antiinflamasi, anti-
hiperkolesterolmenia, antiproliferatif, dan antitumor. Rimpang kunyit juga
digunakan untuk menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing,
akit perut, memperbanyak ASI, stimulan, mengobati keseleo, memar,
rematik, meredakan batuk, dan antikejang.
d. Rimpang temulawak (curcuma- xanthorrhiza) termasuk fitofarmaka
Artinya, keamanan akan terjamin karena sudah teruji klinis. Rimpang
temulawak memiliki kandungan antimikroba, antibakteri, agen
antioksidan, karsinogen, antiproliferasi (penghambatan siklus sel). Juga,
terdapat kandungan antiplasmodial, yakni dapat menekan serangan malaria
Temulawak berkhasiat untuk menjaga kesegaran badan, mengobati
gangguan pencernaan dan manambah nafsu makan, mengobati diare, dan
sebagainya.
e. Kayu manis (cinnamomum burmannii) memiliki kandungan minyak asiri,
safrole, eugenol, kalsium oksalat, sinamaldehide, damar, tanin, dan zat
penyamak. Kan- dungan kayu manis menjadikan kayu manis dapat untuk
mengobati untuk penyakit kanker, kolesterol, diare, maag,sakit kepala,
perut kembung, asam urat,dan kencing manis. Adapun efek herbal dalam
kayu manis adalah stomatik karminatif, diaforetik, analgesik, antiseptik,
dan sebagainyayang berkhasiat antimikroba, anticacing, antidiare,
mengobati demam, dan influenza. Kandungan kimia adalah salazinic acid,
protocetraric acid, asam usnic,dan sodium,dimanfaatkan untuk membuat
krim, pasta gigi, deodorant, dan produk tabir surya. Kayu angin
bermanfaat sebagai makanan suplemen yang dapat menurunkan berat
badan), berkhasiat untuk mengobati masuk angin, disentri, sariawan,
peluruh air seni, batuk, pegal-pegal, mencret, dan disentri.
f. Kayu secang memiliki kandungan asam galat, tanin, resin, resorsin,
brasilin, brasilein, d-alfa-phellandrene, oscimene, alkaloid, falvonoid,

20
saponin, fenil propana, terpenoid, dan minyak asiri. Kayu secang
berkhasiat menghangatkan badan, sebagai antioksidan, sitotoksin
(penghancur sel yang terinfeksi virus atau tumor), antitumor, antimikroba,
antiviral, dan immunostimulant. Efek antioksidan dan kandungan yang
kaya akan flafanoid merupakan suatu faktor yang berpengaruh dalam
memberikan aktivitasnya sebagai antiosteoporosis. Kayu secang dapat
digunakan untuk mengobati diare.selain itu, berkhasiat untuk melancarkan
peredaran darah, melarutkan penggumpalan darah, mengurangi
pembengkakan, meredakan nyeri, dan menghentikan perdarahan. Kayu
secang juga berkhasiat untuk menghambat pembentukan asam urat yang
berlebih di dalam tubuh. Kayu secang yang diseduh dapat digunakan
untuk mengobati batuk dan radang, mengatasi rematik dan pembengkakan.
Senyawa aktif lain, seperti sappanchalcone dan caesalpin P. juga terbukti
memiliki khasiat antiin iflamasi, antidiabetes, dan terapi gout secara in
vitro.
g. Daun meniran (phyllanthus niruri) merupakan salah satu bahan jamu yang
disebut fitofar maka Indonesia yang mempunyai daun majemuk berseling,
berbentuk bulat telur, berwarna hijau, tepi rata, pangkal membulat, ujung
tumpul di bawah ibu tulang daun terdapat bulatan kecil-kecil,
menggantung. Jamu herbal yang dikategorikan sebagai fitofarmaka, karena
sudah melampaui persyaratan aman, klaim khasiat berdasarkan uji klinik
(diterapkan pada manusia), telah dilakukan standarisasi terhadap bahan
baku yang digunakan, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Kandungan daun meniran terdapat methanol dan sesquiterpene, daun itu
berkhasiat untuk mengobati penyakit diare, busung air, infeksi saluran
pencernaan, pelancar air seni, pereda demam, dan penyakit yang
disebabkan karena gangguan fungsi hati. Juga, bermanfaat untuk
mengobati penyakit kuning, kencing nanah (gonorrhoea), diabetes, luka
kulit, radang usus, dan penambah nafsu makan.
h. Daun pegagan atau (centelia asiatica) mempunyai efek herbal tonikum,
astringent, immuno modulator, anti radang, diuretik, dan antiinfeksi. Di
samping itu, daun pegagan juga kaya akan antioksidan sebagai penangkal
radikal bebas, Senyawa radikal bebas merupakan pencetus penyakit
degeneratif, seperti kanker, kencing manis, gangguan jantung, stroke, dan
parkinson. Selain itu, senyawa tersebut juga merangsang produksi enzim
antioksidan alami dalam tubuh. Kandungan asiatikosida dapat
meningkatkan daya ingat, konsentrasi, dan kewaspadaan, meng obati
radang tenggorokan, menyembuhkan tuberkulosis, mengatasi
cacingan,menjaga daya tahan tubuh, mengatasi flu dan batuk.
i. Daun meniran (phyllanthus niruri) merupakan salah satu bahan jamu yang
disebut itofar maka Indonesia yang mempunyai daun majemuk berseling,
berbentuk bulat telur, berwarna hijau, tepi rata, pangkal membulat, ujung
tumpul di bawah ibu tulang daun terdapat bulatan kecil-kecil,

21
menggantung. Jamu herbal yang dikategorikan sebagai fitofarmaka, karena
sudah melampaui persyaratan aman, klaim khasiat berdasarkan uji klinik
(diterapkan pada manusia), telah dilakukan standarisasi terhadap bahan
baku yang digunakan, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Kandungan daun meniran terdapat methanol dan sesquiterpene. Daun itu
berkhasiat untuk mengobati penyakit diare, busung air, infeksi saluran
pencernaan, pelancar air seni, pereda demam, dan penyakit yang
disebabkan karena gangguan fungsi hati. Juga, bermanfaat untuk
mengobati penyakit kuning, kencing nanah (gonorrhoea), diabetes.
j. Daun pegagan atau centelia asiatica mempunyai efek herbal tonikum,
astringent, immuno modulator, anti- radang, diuretik, dan antiinfeksi. Di
samping itu, daun pegagan juga kaya akan antioksidan sebagai penangkal
radikal bebas, Senyawa radikal bebas merupakan pencetus penyakit
degeneratif, seperti kanker, kencing manis, gangguan jantung, stroke, dan
parkinson. Selain itu, senyawa tersebut juga merangsang produksi enzim
antioksidan alami dalam tubuh. Kandungan asiatikosida dapat
meningkatkan daya ingat, konsentrasi, dan kewaspadaan, meng obati
radang tenggorokan, menyembuhkan tuberkulosis, mengatasi
cacingan,menjaga daya tahan tubuh, mengatasi flu dan batuk.
k. Jinten atau coleus amboinicus memiliki efek herbal antibakteri,
haemoptosis, karminatif, laktagoga, dan anti piretik. Kandungan dalam
jinten adalah alpha tujene, bergamotene, crategolic, acig, euschapic,
cumene, oleanolic, minyak esensial. Jinten dimanfaatkan karena berkhasiat
untuk menyembuhkan susah buang air seni (anyang anyagen) karena
gangguan inveksi saluran kemih. Selain itu, jinten juga mengandung
phythosterin-B yang berkhasiat untuk mengobati asma, batuk, perut
kembung, sakit kepala, sariawan, demam, luka.
Disamping empiris juga menggunakan literasi ilmiah obat tradisional yang
sudah diketahui kandungan obat dan khasiatnya untuk mengobati berbagai
macam penyakit pasien yang berkunjung untuk mendapatkan pelayanan
pengobatan.
Adapun tanaman yang digunakan untuk pengobatan tradisiobal di Klinik
herbal UPF Yankestrad Tawangmangu sebagai berikut:
Nama bagian tanaman Kandungan kimia Manfaat
Herba Seledri Flavonoid Asam urat, penurun
(Apium graveolens L.) tekanan darah
Herba Pegagan Asiatikosida Insomnia, mengurangi
(Centella asiatica herba) stress
Daun kumis kucing Sinensetin Infeksi saluran kencing,
(Orthosiphonis Staminei anti bakteri, gusi
Folii Extractum bengkak
Spissum)
Daun Salam Flavonoid, kuersetin Menurunkan kolesterol,

22
(Syzygii Polyanthi peradangan lambung
Folium)
Herba Sambiloto Andrografolid Mengatasi flu, mencegah
(Andrographidis diabetes, antiinfeksi
Paniculatae Herba)
Kayu manis Trans-sinamil, kuersitrin Gangguan lambung dan
(Cinnamomum verum usus, mengobati kolik
J.S.Presl)
Daun jati cina Antrakuinon Peluruh kentut, mual,
(Senna alexandrina kolik
Mill)
Daun jati belanda Flavonoid, tilirosida Menurunkan kolesterol,
(Guazumae Ulmifoliae antidiare, pelangsing
Folium
Daun tempuyung Flavonoid, luteolin Penghancur batu ginjal,
(Sonchi Arvensidis Folii asam urat, hipertensi
Extractum Spissum)
Herba rumput bolong Alkaloid Demam, nyeri sendi, air
(Equisetum debile seni kurang lancar, luka
Roxb.ex.Vauch) pada patah tulang
Akar alang-alang Rimpang alang Kencing darah,
(Imperata cylindrical mengandung melancarkan air seni,
(L) Raeuschel) Triterpenoid, saponin, menghentikan
tannin. pendarahan, muntah
Daunnya mengandung darah,
pilifenol.
Akar alang-alang
mengandung asam
vanilat.
Daun sendok Flavonoid dan polifenol Memelihara
(Plantago major L.) abnormalitas saluran
kemih, mengobati diare
dan disentri, gangguan
haid, membersihkan
paru-paru
Buah cabe jawa Minyak Atsiri, piperin Penambah nafsu makan
(Piperis Retrofracti
Fructus)
Krangean (Litsea Litebamine, sitral Analgetik, asma, diare,
cubeba) antioksidan
Kapulaga Minyak atsiri Gangguan pencernaan,
(Amomi Compacti muntah-muntah
Fructus)
Daun sembung Kuersetin Pilek, reumatik,
(Blumeae Balsamiferae kembung, diare.
Folium)

23
Rimpang jahe Minyak atsiri Penghangat, stimulant
(Zingiberis Officinalis)
Bunga adas Minyak atsiri Anti spasmodik,
(Foeniculi Vulgaris meluruhkan dahak
Fructus)
Keji beling Flavonoid, rutin Obat diabetes,
(Sericocalycis Crispi Menyembuhkan luka,
Folium) melawan radikal bebas
Daun ungu Alkaloid non toksik, Antihemoroid,
(Graptophyllum pictum) glikosid steroid, saponin, antiinflamasi, antipiretik.
lender, tannin galat,
antosianin, leukoantosi-
anin dan flavonoid.
Daun duduk Antiinflamasi dan Friedelin, epi-friedelinol,
(Desmodium triquetrum) penyembuh luka stigmasterol
Daun iler (Coleus Antimikroba, anti asam rosmarinat
scutellarioides inflamasi, mempercepat
Linn.Benth) penyembuhan luka
Rimpang temulawak Minyak atsiri, kurkumin Menambah nafsu makan,
(Curcumae sembelit, radang sendi
Xanthorrhizae Rhizoma)
Daun jombang Sesquiterpene termasuk Penderita tekanan darah
(Taraxacum officinale senyawa pahit tinggi, tukak lambung,
Weber ex Wiggers) kudesmanolid asma, gangguan
tetrahidroridentin B dan tenggorokan, batuk.
taraksakolid β-D- Sakit kepala (pusing),
glukopiranosid gangguan pencernaan.
Kunyit Kurkumin, Kencing manis, rematik,
(Curcuma domestica desmetoksikurkumin kurang darah,
Val.) mengurangi rasa kejang,
perut nyeri
Herba meniran Kuersetin Menurunkan kadar gula
(Phyllanthi Niruri darah, diuretic
Herba)
Rimpang lengkuas Minyak atsiri Anti jamur, antioksidan
(Alpinnia galanga)
Timi Minyak atsiri Obat batuk, saluran
(Thymus vulgaris L.) pernafasan
Jintan hitam (Nigella Timokuinon Antiinflamasi,
sativa) antioksidan
Herba rumput mutiara Ursolic acid Anti kanker
(Oldenlandia
corymbosa)
Rimpang kunir putih Minyak atsiri Anti kanker
(Curcuma zedoaria
Rocs)

24
Teh Fenol, asam galat Anti bakteri, anti
(Camelliae Sinensidis inflamasi, anti jerawat
Folium)
Daun sirih Minyak atsiri Keputihan, bau mulut
(Piper Betle)
Kamilen (Matricaria α-bisabolol, seskuiterpen Anti diabetes,
chamomilla) antioksidan,
antiinflamasi, anti stres
Keji beling Flavonoid, rutin Obat diabetes,
(Sericocalycis Crispi Menyembuhkan luka,
Folium) melawan radikal bebas
Biji Pala Minyak atsiri Anti inflamasi, Diabetes,
(Myristicae Fragransis arthritis
Semen)
Valerian (Valeriana Alkaloid Sedatif, obat vertigo
officinalis)
Ekinase (Echinacea) Flavonoid Antioksidan, anti
diabetes
Digitalis (Digitalis Glikoksida Obat jantung
purpurea)
Daun sere (Cymbopogon Minyak atsiri perut kembung, masuk
nardus (L. Rendle) angina
Temu hitam (Curcuma Flavonoid Antiinflamasi, anti
aeruginosa Roxb.) kanker, anti diabetes
Kayu secang Flavonoid, polifenol Radang dan anti nyeri
(Caesalpinia sappan L)
2.3 Mengaplikasikan Promosi Kesehatan Obat Tradisional
Program promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat agar dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.Tujuan dari promosi kesehatan
adalah agar masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan,
mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (Kemenkes RI, 2011).
Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan
kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), meliputi :
1) Promosi kesehatan pada tingkat promotif Sasaran promosi kesehatan
pada tingkat pelayanan promotif adalah pada kelompok orang sehat,
dengan tujuan agar mereka mampu meningkatkan kesehatannya.
2) Promosi kesehatan pada tingkat preventif Sasaran promosi kesehatan
pada tingkat ini selain pada orang yang sehat juga bagi kelompok
yang beresiko. Tujuan utama dari promosi kesehatan pada tingkat ini

25
adalah untuk mencegah kelompok-kelompok tersebut agar tidak jatuh
sakit (primary prevention).
3) Promosi kesehatan pada tingkat kuratif Sasaran promosi kesehatan
pada tingkat ini adalah para penderita penyakit. Tujuan dari promosi
kesehatan pada tingkat ini agar kelompok ini mampu mencegah
penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah (secondary prevention).
4) Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif Sasaran pokok pada
promosi kesehatan tingkat ini adalah pada kelompok penderita atau
pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuan utama promosi
kesehatan pada tingkat ini adalah mengurangi kecacatan seminimal
mungkin. Dengan kata lain, promosi kesehatan pada tahap ini adalah
pemulihan dan mencegah kecacatan akibat dari suatu penyakit
(tertiary prevention)

Promosi kesehatan yang dilakukan di klinik Herbal UPF Yankestrad


Tawangmangu yaitu dengan memberikan edukasi cara merebus jamu
dengan benar dan cara menyimpan jamu dengan benar. Promosi kesehatan
dilakukan pada hari jumat pukul 09.00 pagi. Materi yang disampaikan
adalah cara merebus jamu dengan benar sebagai berikut :
a. Alat yang digunakan untuk merebus jamu :

Stainless steel kuali tanah liat panci enamel

Panci kaca panci keramik

b. Alat yang tidak boleh digunakan

26
Panci besi panci aluminium
c. Cara merebus jamu dengan benar
1. Didihkan air sebanyak 5 gelas belimbing (kurang lebih 1 liter).
2. Setelah mendidih, kecilkan api, lalul masukkan 1 kantong
ramuan rebusan, rebus selama 15 menit.
3. Setelah 15 menit, matikan api, diamkan hingga tidak terlalu
panas.
4. Setelah menghangat, saring seluruh rebusan, lalu bagi menjadi
3 gelas dengan volume sama diminum 3 kali sehari setelah
makan.
5. Hasil rebusan dapat disimpan dengan suhu ruang, lemari
pendingin, atau termos tahan panas selama tidak lebih dari 12
jam.
6. Jika ingin menghangatkan kembali ramuan, tidak dianjurkan
sampai mendidih (hanya sampai hangat saja).
d. Cara menyimpan jamu dengan benar
1. Simpan di tempat kering dan terhindar dari cahaya matahari
langsung.
2. Tidak menyimpan di atas lantai langsung dan jauhkan dari
sumber air.
e. Perhatian khusus dalam merebus jamu
1. Silica gel yang terdapat dalam kemasan tidakk untuk
diminum/direbus.
2. Jangan buang silica gel hingga seluruh ramuan habis
dikonsumsi.
3. Ramuan jamu yang akan direbus tidak perlu dicuci.
4. Bila sedang mengkonsumsi obat atau jamu lain, konsultasikan
terlebih dahulu dengan dokter pemeriksa atau apoteker griya
jamu.

27
BAB III

Pengaplikasian Pelayanan Obat Tradisional di Klinik Herbal

3.1. Penerimaan Resep Herbal


Standar pelayanan medik herbal dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan medik pengobatan komplementer-alternatif, khususnya
pelayanan medik herbal di fasilitas pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu (Menkes RI, 2008). Agar dapat
menyelanggarakan pelayanan medik herbal, fasilitas pelayanan kesehatan
yang bersangkutan harus memiliki sarana, prasarana, dan peralatan yang
aman, akurat, handal, serta memenuhipersyaratan desain disamping
memiliki prosedur tetap penggunaan peralatandengan memperhatikan
keamanan dan melakukan kendali mutu

Resep yang dituliskan oleh dokter di Klinik Pratama Hortus Medicus


berbeda dengan penulisan resep pada pengobatan konvensional pada
umumnya yaitu berisi diagnosa penyakit. Resep tersebut kemudian
diberikan kepada apoteker. Apoteker akan melakukan perhitungan total
sediaan jamu serta harga. Kemudian struk akan diserahkan kembali
kepada pasien untuk dibawa menuju bagian administrasi. Setelah pasien
selesai melakukan tahap administrasi, struk diserahkan kembali menuju
apotek kemudian apoteker dibantu oleh TTK meracik dan menyiapkan
jamu yang telah sesuai dengan diagnosa yang tertera di resep dengan
melakukan interpretasi pada diagnosa dokter yang diberikan atau dapat
berkonsultasi dengan dokter pemberi resep. Selanjutnya jamu akan
diserahkan kepada pasien disertai dengan Konseling, Informasi dan
Edukasi (KIE) tentang cara penggunaan jamu tersebut. Pasien yang
menerima jamu akan di monitoring serta dilakukan evaluasi terkait
penggunaan jamu untuk pengobatannya. Klinik Pratama Hortus Medicus
juga memberi pelayanan Telemedicine bagi pasien yang beralamat diluar
kota sehingga tidak memungkinkan melakukan pengobatan langsung di
klinik.

3.2. Skrining Resep Herbal


Skrining resep merupakan kegiatan pemeriksaan resep yang
dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian setelah resep
diterima. Dalam skrining resep terdapat tiga aspek yaitu kajian kesesuaian
administratif, kajian kesesuaian farmasetik dan kajian kesesuaian klinis
(Permenkes, 2016). Klinik jamu melakukan standar pelayanan
konvensional yang terapinya menggunakan jamu. Begitu pula dengan
skrining resep dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi kelengkapan dalam penulisan resep sehingga mencegah
terjadinya medication error. Sama halnya dengan pengobatan
konvensional, dalam skrining resep herbal terdapat tiga aspek yaitu kajian
kesesuaian administratif, kajian kesesuaian farmasetik dan kajian
kesesuaian klinis.
Proses skrining resep di Klinik Pratama Hortus Medicus tidak jauh
berbeda dengan skrining resep obat konvensional pada umumnya yaitu
kesesuaian administratif, farmasetik dan kajian sesuai klinis. Seluruh
proses skrining telah dilakukan secara komputerisasi oleh apoteker
bersamaan dengan proses penghitungan harga seluruh sediaan pada resep.
Namun, bila terdapat ketidaksesuaian pada aspek klinis, apoteker akan
menghubungi dokter penulis resep untuk dilakukan konsultasi.
3.3. Kalkulasi Dosis Herbal
Obat dalam dosis yang tepat sangat berguna untuk menyembuhkan
penyakit, tapi dalam dosis tidak tepat, dosis kurang obat tidak efektif dan
bila berlebih dapat merugikan kesehatan bahkan membahayakan jiwa
(Suprapti, 2016). Dosis obat merupakan banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada pasien baik untuk obat dalam
maupun obat luar. Dosis obat diberikan untuk menghasilkan efek yang
diinginkan, tergantung beberapa faktor meliputi: umur, berat badan, jenis

29
kelamin, dan kondisi penyakit pasien. Beberapa faktor penentuan dosis
tersebut juga berlaku pada penentuan dosis jamu saintifikasi.
Dosis jamu baik sediaan simplisia maupun kapsul ektrak yang
digunakan di Klinik Pratama Hortus Medicus terdiri dari 2 dosis, yaitu
dosis 1 dan dosis 2. Faktor penentuan seorang pasien memperoleh dosis 1
atau 2diberikan berdasarkan umur, berat badan, jenis kelamin, tingkat
keparahan penyakit pasien, dan bila dirasa pengobatan belum
memperoleh hasil makan pasien akan ditingkatkan dosisnya menjadi dosis
2respon pengobatan sebelumnya. Perlu diketahui bahwa tidak seluruh
tanaman aman untuk anak seperti ramuan kanker dan hormon. Selain itu,
terdapat beberapa ramuan yang tidak dianjurkan untuk penggunaan
jangka panjang seperti ramuan pelangsing dan pelancar ASI. Untuk
pengobatan infeksi dan penyakit yang memerlukan penanganan cepat,
lebih dianjurkan penggunaan obat konvensional yaitu antibiotik.
3.4. Penyiapan / Peracikan Obat Herbal
Ada beberapa resep atau formula saintifikasi jamu yang telah
diterapkan di Klinik Saintifikasi JamuPratama Hortus Medicus. Setiap
formula saintifikasi jamu pada klinik ini telah sebagian besar
ditambahkan kunyit, meniran, dan temulawak yang disebut AAI.
Penambahan ini terkait dengan fungsi jamu yang tidak hanya mengobati
gejala dari penyakitnya saja namun jamu juga meredakan rasa nyeri yang
timbul, memperbaiki daya tahan tubuh, dan melindungi fungsi hati
(hepatoprotektor). Hal ini dikarenakan filosofi dari pengobatan
menggunakan jamu yaitu pendekatan secara holistik.
Penyiapan/peracikan jamu dilaksanakan setelah kajian administratif,
farmasetik dan klinik telah memenuhi syarat penyediaan obat racikan.
Untuk penyiapan obat racikan jamu dengan memperhatikan obat yang
akan diracik, jumlah obat dan permintaan sediaan obat racikan jamu.
Kemudian dilakukan pemberian etiket dan dimasukkan kedalam wadah
plastik. Kemudian dilakukan penyerahan obat dan Pelayanan Informasi
Obat (PIO) serta KIE. Mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker

30
(PKPA) ikut melaksanakan kegiatan peracikan jamu mulai dari
menyiapkan racikan jamu, mengambil racikan jamu hingga pengemasan
di bawah pengawasan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang bertugas.
3.5. Pembuatan Etiket
Pembuatan etiket harus jelas dan dapat dibaca pasien, Kemasan
obat yang diserahkan obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam
kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat
diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap
kesesuaian obat .Dalam melakukan penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker atau TTK disertai pemberian informasi obat dan konseling
kepada pasien.
Sediaan jamu di Klinik Pratama Hortus Medicus terdiri dari 2
jenis yaitu rebusan simplisia dan kapsul ekstrak. Pemberian etiket jamu
rebusan di lakukan secara manual dan langsung tercantum pada kemasan.
Sedangkan etiket kapsul ekstrak sudah terkomputerisasi dan ditempelkan
langsung pada klip plastik. Beberapa hal yang tercantum pada etiket
tersebut adalah nama klinik jamu beserta logo, alamat, nama pasien,
aturan pakai dan keterangan meliputi informasi aturan minum dan cara
perebusan simplisia yang benar, cara penyimpanan, dan nomor hotline
yang dapat dihubungi bila pasien mengalami kesulitan atau ingin
melakukan telemedicine. Selain pemberian etiket, klinik juga melayani
permintaan copy resep khususnya bila diperlukan permintaan klaim
asuransi oleh pasien.
[3.6.] Penyerahan Obat Herbal dan Pemberian Indformasi Obat (PIO)
Herbal
Penyerahan obat sediaan jamu di Klinik Pratama Hortus Medicus
disertai dengan pelayanan informasi obat herbal yang akurat dan obyektif
disertai dengan pemberian edukasi jamu oleh apoteker. Hal ini merupakan
salah satu bentuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan karena dapat
menunjang pengelolaan sediaan jamu secara rasional yang efektif, aman,
dan bermutu. Apoteker telah memberikan informasi yang benar, jelas dan
mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Sebelum

31
menyerahkan sediaan jamu, apoteker akan meneliti kembali obat yang
sudah dikemas sebelum diserahkan kepada pasien mengenai nama pasien,
jumlah obat, aturan pakai obat, kemasan dan petunjuk lain yang tertulis
pada resep.
3.6.[3.7.] Konseling, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Pelayanan KIE merupakan suatu pelayanan yang diberikan kepada
paien saat penyerahan obat. Menurut Rahajeng, dkk (2017) tujuan dari
KIE yang diberikan apoteker untuk pasien agar dapat mengkonsumsi obat
secara teratur dan benar. Tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat,
sehingga efek yang diharapkan pasien dapat tercapai sesuai dengan
harapan pasien (Permenkes,2014).
Pelayanan KIE di instalasi farmasi Klinik Pratama Hortus Medicus
oleh apoteker diawali dengan menentukan kriteria pasien yang perlu
diberi konseling seperti pasien dengan kondisi khusus, pasien dengan
terapi jangka panjang atau penyakit kronis, dan dengan pasien kepatuhan
rendah. Kemudian menilai pemahaman pasien tentang penggunaan jamu
melalui Three Prime Question, yaitu :
1) Apa yang telah dijelaskan oleh dokter tentang resep jamu
anda?
2) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian
jamu?
3) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang
diharapkan setelah mendapatkan terapi jamu tersebut?

Dilanjutkan dengan menggali informasi lebih lanjut dan memberikan


penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan
jamu. Selain itu, apoteker juga memberikan edukasi terkait indikasi
setiap sediaan yang diterima oleh pasien terutama sediaan kapsul ekstrak,
rentang waktu tiap penggunaan obat, ala tapa saja yang boleh digunakan
untuk merebus dan cara perebusan jamu rebusan simplisia yang baik,
benar, dan mudah dimengerti terutama oleh pasien yang baru pertama
kali menjalani pengobatan jamu.

32
Berikut cara perebusan jamu simplisia yang baik dan benar :

1) Didihkan air sebanyak 5 gelas belimbing (± 1 liter air).


2) Setelah mendidih, kecilkan api, lalu masukkan 1 kantong
ramuan rebusan, rebus selama 15 menit.
3) Setelah 15 menit, matikan api. Diamkan hingga tidak terlalu
panas.
4) Setelah menghangat, saring seluruh rebusan, lalu dibagi menjadi
3 gelas dengan volume sama diminum 3 kali sehari setelah
makan
5) Hasil rebusan dapat disimpan dalam suhu ruang, lemari
pendingin, atau termos tahan panas selama tidak lebih dari 12
jam
6) Jika ingin menghangatkan kembali ramuan, tidak dianjurkan
sampai mendidih (hanya sampai hangat saja)

33
BAB IV
PENGELOLAAN DAN ADMINISTRASI OBAT TRADISIONAL
4.1 Perencanaa
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,
dan harga yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk periode
pengadaan yang akan datang. Perencanaan dipengaruhi berbagai hal seperti
beban epidemiologi penyakit, keefektifan obat terhadap suatu penyakit dan
dipertimbangkan pula harga obat (Budiono et al. 1999).
Dalam pengelolaan obat yang baik, perencanaan sebaiknya dilakukan
dengan berdasarkan data yang diperoleh dari tahap akhir pengelolaan, yaitu
penggunaan obat periode yang lalu. Gambaran penggunaan obat dapat
diperoleh berdasarkan data riil konsumsi obat (metode konsumsi) atau
berdasarkan data riil pola penyakit (metode morbiditas) dan gabungan dari
kedua metode tersebut (Quick et al. 1997)
Pemilihan simplisia di UPF Yankestrad hortus medicus Tawangmangu
Berdasarkan data empiris. Dengan mengetahui mekanisme kerja dari senyawa
yang terkandung dalam simplisia tanaman, ada kaitanya saling sinergis, sesuai
keterangan empiris, dan sudah digunakan selama kurang lebih 20tahun. Selain
itu ketersediaan tanaman simplisia di alam yang memadai, toksisitas yang
seminimal mungkin, bau atau aroma yang khas, rasa dan tampilan yang tidak
membuat pasien khawatir untuk mengkonsumsi simplisia.

Perencanan pengadaan simplisia dan produk capsul ekstrak merupakan


proses kegiatan seleksi simplisia dan capsul ekstrak untuk menentukan jenis
dan jumlah sediaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan jamu pasien dalam
kegiatan pelayanan Kesehatan tradisional. Tujuan dari perencaan adalah untuk
mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah simplisia dan produk kapsul ekstrak
yang mendekati kebutuhan, meningkatkan penggunaan simplisia dan kapsul
ekstrak secara rasional dan meningkatkan efisiensi penggunaan simplisia dan
produk kapsul ekstrak. Perencanaan di UPF Yankestrad hortus medicus
Tawangmangu berdasarkan metode konsumsi pada tahun sebelumnya, dan
tidak boleh keluar dari formularium yang telah ditetapkan.

4.2 Pengadaan
Pengadaan adalah suatu proses untuk mendapatkan barang atau obat yang
dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kesehatan. Termasuk dalam
pengadaan adalah pengambilan keputusan dan tindakan untuk menentukan
jumlah obat yang
spesifik, harga yang harus dibayar, kualitas obat yang diterima, pengiriman
barang tepat waktu, proses berjalan lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga
berlebihan. Pemborosan waktu, tenaga dan dana akan meningkatkan biaya
obat dan akan menurunkan kualitas pelayanan kesehatan. Pengadaan
merupakan faktor terbesar menyebabkan pemborosan maka perlu dilakukan
efisiensi dan penghematan biaya. Agar proses pengadaan dapat berjalan lancar
dan teratur diperlukan struktur komponen berupa personil yang terlatih dan
menguasai permasalahan pengadaan, metode dan prosedur yang jelas, sistem
informasi yang baik, serta didukung dengan dana dan fasilitas yang memadai
(Budiono et al. 1999).

Pengadaan yang dilakukan di Klinik Pratama Hortus Medicus meliputi


pengadaan kebutuhan simplisia, dan kapsul ekstrak, dan obat konvensional.
adalah keiatan yang memenuhi kebutuhan simplisia dan kapsul ekstrak sesuai
dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada
pusat yaitu RS. DR. SARDJITO dan pasca panen, sesuai dengan ketentuan
kebijakan pemerintahan daerah setempat. Tujuanya adalah untuk memenuhi
kebutuhan simplisia dan kapsul ekstrak sehigga tercapainya ketersediaan
simplisia dan kapsul ekstrak bagi masyarakat. Pengadaan di UPF Yankestrad
hortus medicus Tawangmangutersebut berdidasarkan pada pola pengobatan,
penyakit, efektivitas, harga dan keamanan.

Perencanaan pengadaan simplisia, kapsul ekstrak dan obat konvensional


dilakukan setiap sebulan sekali. Pengadaan simplisia ditujukan ke

35
Laboratorium Pasca Panen UPF Yankestrad, pengadaan kapsul ekstrak
ditujukkan ke Pusat Ekstraksi Daerah, sedangkan pengadaan obat kimia
terpusat dengan pengadaan RSUP Dr. Sardjitoterbagi menjadi dua, yaitu
eksternal dan internal. Pengadaan eksternal berasal dari pedagang, petan,
sedangkan pengadaan internal berasal dari etalase UPF Yankestrad hortus
medicus Tawangmangu. Pengadaan dari pasca panen yaitu 1minggu 2x
dengan surat jalan, dan ke RS DR. SARDJITO melakukan pengadaan
perbulan dan per tahun tergantung kebutuhan. Dikarenakan pengadaan
terpusat di RS DR.SARDJITO ada keuntungan dan kelemahan, diantaranya
adalah tidak menghitung stok, adapun kelemahan yaitu bagian pengadaan
tidak bisa memilih barang yang kualitasnya sesuai dengan yang diharapkan.

4.3 Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi yang dilakukan di Klinik Pratama Hortus
Medicus meliputi penerimaan simplisia, dan kapsul ekstrak dan obat
konvensional. Sebelum dilakukan penerimaan, petugas akan memeriksa
apakah barang yang dating sudah sesuai dengan permintaan. Untuk sediaan
simplisia, ekstrak, dan kapsul ekstrak, dilakukan pengecekan organoleptis
bahan terlebih dahulu, untuk memastikan kualitas barang. adalah suatu
kegatan dalam menerima simplisia dan kapsul ekstrak dari pusat ataupun
pasca panen/rekanan hasil pengadaan di UPF Yankestrad hortus medicus
Tawangmangu secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuan dari penerimaan adalah agar simplisia yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan dan memenuhi persyaratan
Penerimaan di UPF Yankestrad hortus medicus Tawangmangu harus
memperhatikanInformasi lain yang harus diperhatikan adalah identitas bahan
(nama, jumlah, tanggal expired, dan nomor batch). Dokumen penyerta barang
dating juga harus diperiksa kesesuaiannya dengan kebijakan yang berlaku.
Dokumen tersebut meliputi CoA (Certificate of Analysis) dan LHU (Lembar
Hasil Uji). Nama simplisia, Jumlah Simplisia, Expired date, Nomor batch,

36
kemudian dibuatkan berita acara penerimaan dan mengisi di kartu stok.Setelah
barang diterima, dilakukan pengelolaan kartu stok.
4.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan, memelihara dan
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga
ketersediaan dan memudahkan pencarian serta pengawasan. Kegiatan dalam
penyimpanan meliputi penyiapan sarana penyimpanan, pengaturan tata ruang,
penyusunan obat dan pengamatan mutu obat (Kemenkes RI & JICA 2010).
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan obat dengan cara
menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman,
mengatur obat agar mudah ditemukan kembali pada saat diperlukan, mengatur
kondisi ruang dan penyimpanan agar obat tidak mudah rusak/ hilang, serta
melakukan pencatatan dan pelaporan obat. Selain persyaratan fisik,
penyimpanan obat juga memerlukan prasyarat yang lebih spesifik serta
pengaturan yang rapi. Hal ini dikarenakan obat memerlukan perlakuan
tersendiri seperti: suhu tertentu, memerlukan pengamanan yang ketat, zat yang
eksplosif dan pencahayaan tertentu. Obat luar harus disimpan terpisah dari
obat dalam. Obat diatur sesuai sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO
(First Expired First Out), serta obat yang hampir kedaluwarsa diberi tanda
agar bisa selalu dimonitor (Quick et al. 1997).

Penyimpanan simplisia dan kapsul ekstrak merupakan suatu kegiatan


pengaturan penempatan terhadap simplisia dan kapsul ekstrak yang diterima
agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuan
penyimpanan adalah agar mutu simplisa dan kapsul ekstrak yang tersedia di
UPF Yankestrad hortus medicus Tawangmangu dapat dipertahankan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.

37
Penyimpanan resep adalah kegiatan mengarsipkan seluruh resep pasien
dalam satu periode waktu tertentu di ruang gudang simpan. Tujuan
penyimpanan resep adalah untuk mengetahui Riwayat pemberian jamu ke
pasien dari peresepan sebelumnya. Penyimpanan simplisia di UPF Yankestrad
hortus medicus Tawangmangu berdasarkan FIFO (First In First Out) dan
berdasarkan jenis tanaman simplisia (Akar. Kulit Kayu, Batang, Daun, Bunga,
Buah, Biji, Rimpang, Herba). Sedangkan untuk penyimpanan kapsul ekstrak
berdasarkan FIFO dan jenis sediaan kapsul ekstrak. Ruang penyimpanan juga
harus sesuai dengan ketentuan tidak boleh terkena sinar matahari langsun, dan
ruang penyimpanan harus kering untuk menghindari kerusakan.

4.5 Pengendalian Ketersedian Simplisia dan kapsul ekstrak

Pengendalian ketersediaan simplisia dan kapsul ekstrak merupakan


kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tdiak terjadi
kelebihan dan kekurangan/ kekosongan jamu di UPF Yankestrad hortus
medicus Tawangmangu. Tujuannya agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan obat di pelayanan Kesehatan dasar dengan cara pengendalian
ketersediaan.

Pengendalian keterseduan simplisia di di UPF Yankestrad hortus medicus


Tawangmangu di lakukan dengan mengadakan Stok Opname setiap bulan
(Awal Bulan). di UPF Yankestrad hortus medicus Tawangmangu. pengawasan
obat tradisional kadaluarsa atau rusak hanya dapat diamati secara orgnoleptis
seperti perubahan warna, perubahan aroma , dan perubahan bentuk ekstrak
herbal.

4.6 Pemusnahan

Pemusnahan resep adalah kegiatan pemusnahan resep yang sudah


tersimpan sekurang-kurangnya 5 tahun. Tujuan pemusnahan adalah untuk
menyediakan ruang dan daya tamping Gudang simpan. Penanganan simplisia

38
dan produk kapsul ekstrak rusak/kadaluwarsa adalah pencatatan dan
pemusnahan simplisia jamu yang sudah tidak dapat digunakan karena mutu,
khasiat dan kemanannya yang sudah berkurang. Tujuannya melindungi
pasien dari efek samping penggunaan simplisia dan kapsul ekstrak yang
kadaluwarsa/rusak.

Pemusnahan di di UPF Yankestrad hortus medicus Tawangmangu terdiri


dari pada yaitu, Pemusnahan resep dan pemusnahan obat. Pemusnahan Resep
dilakukan dengan cara dibakar (penyimpanan resep 5 tahun),. Pemusnahan
obat kimia dilakukan sesuai pertaturan perundang-undangan, dengan terlebih
dahulu dibuat Berita Acara Pemusnahan. Sedangkan untuk sediaan simplisia
dan kapsul ekstrak yang mengalami kerusakan atau kadaluarsa, setelah dibuat
Berita Acara Pemusnahan, simplisia dan kapsul ekstrak tersebut akan
diserahkan ke Instalasi Penunjang, Penelitian, dan Penyediaan Produk untuk
diolah kembali menjadi pupuk. Pemusnahan Simplisia dan kapsul ekstrak di
UPF Yankestrad hortus medicus Tawangmangu tidak memusnahkan karena
jika ada barang expired UPF hanya mengumpulkan barang dan membuat
berita acara rekaan yang kemudian dilaporkan di pusat RS DR. SARDJITO
dan dinas kesehatan setempat, kemudian barang expired akan di olah kembali
menjadi pupuk oleh instalasi penunjang.

4.7 Administrasi pelaporan

Administrasi pelaporan di UPF Yankestrad hortus medicus Tawangmangu


terbagi menjadi 3 yaitu, laporan harian, laporan bulanan dan laporan tahunan.
Laporan melalui aplikasi Simetris yang terpusat di RS DR. SARDJITO yang
meliputi laporan efek samping, monitoring, jumlah permintaan, laporan
pemakaian simplisia dan kapsul ekstrak, laporan kapsul rusak dan expired
date. Selain itu laporan sipnap per bulan, simplisia 1minggu 2x, ekstrak
1minggu 1x, kapsul 1minggu 1x.

39
4. 8 Perpajakan

Perpajakan di UPF Yankestrad hortus medicus Tawangmangu terpusat di


RS DR. SARDJITO Yogyakarta.

40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a. Peran dan tanggungjawab apoteker dalam saintifikasi jamu meliputi
pembuatan/penyediaan simplisia dan penyimpanan.; pelayanan resep;
monitoring penggunaan obat; promosi dan edukasi; penyuluhan
pelayanan residensial; pencatatan dan pelaporan.
b. Mahasiswa telah melakukan promosi kesehatan dengan menyampaikan
poster yang bertemakan panduan penggunaan jamu yang baik dan benar
kepada pasien, dan mahasiswa telah mengetahui jenis-jenis Jamu
Saintifikasi dengan jumlah 11 formula/ramuan jamu.
c. Pelayanan informasi obat di Klinik Pratama Hortus Medicus (pasien
datang di klinik herbal) atau melalui whatapp atau video call tentang cara
penggunaan obat dengan baik, mengetahui manfaat pengobatan agar dapat
meningkatkan kepatuhan pasien, mewaspadai efek samping obat yang
mungkin terjadi selama penggunaan obat dan tujuan pengobatan yang
optimal.
d. Alur pelayanan di Klinik Pratama Hortus Medicus yaitu pertama
melakukan pendaftaran (langsung dating ke klinik), konsultasi, skrinning
keluhan pada catatan medis, rekomendasi terapi, terapi tindakan maupun
herbal, KIE.
e. Berdasarkan kegiatan praktik Profesi Apoteker yang dilaksanakan di UPF
Yankestrad Hortus Medicus dapat disimpulkan bahwa pelayanan
kesehatan tradisional dilakukan dengan secara empiris sesuai kaidah
pengobatan tradisonal. Sistem pengadaan, penyimpanan dan pengawasan
menggunakan metode yang terstruktur.

5.2. Saran
Memperbaiki penataan Etalase , sehingga tidak terjadi tercampurnya jenis
ntanaman 1 dengan tanaman yang lain dan mempermudah dalam mencari
tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM, 2019, Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI Nomor 4 tahun
2019 Tentang Persyaratan Keamanan Dan Mutu Obat Tradisional Dengan
Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Kepala Badan Pengawasan Obat Dan
Makanan,BPOM, Jakarta
Depkes RI. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Departemen Kesehatan RI
Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2014 Tentang Klinik. Jakarta. Departemen Kesehatan RI
Depkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 2017 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI
Depkes RI. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Komplementer. Jakarta. Departemen Kesehatan RI
Suharmiati, Lestari Handayani dkk. 2012. Kajian Hukum Peran “Apoteker”
Dalam Saintifikasi Jamu. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 15 No.
1 Januari 2012: 20-25.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 0584/Menkes/SK/VI/ 1995 tentang Sentra
Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1076/Menkes/SK/VII/200tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional
Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo.Hk.01.07/Menkes/187/2017
Tentang Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia Kementerian
Kesehatan republik Indonesia, 2017 Tentang Farmakope herbal
Indonesia edisi II tahun 2017
Kemenkes RI. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan : Panduan
bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. 2011.
Kementerian Kesehatan RI, 2013 Judul Vademekum Tanaman Obat Untuk
Saintifikasi Jamu tahun 2013.

41
Marta, R. Wahyu Asa P. Rahajeng, Bangunawati. 2017. Evaluasi Pelayanan KIE
Oleh Apoteker Terhadap Tingkat Pemahaman Pasien Rawat Jalan Tentang
Obat. Naskah Publikasi Skripsi. Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

Menteri Kesehatan RI, 2007, Standar Pelayanan Medik HERBAL, Depkes RI,
Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka


Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 003/Menkes/Per/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam
Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan.Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010.Jakarta : Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. 2010.
Permenkes, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor72
Tahun 2016 TentangStandar Pelayanan kefarmasian di Rumah sakit.Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat. 2014.

42

Anda mungkin juga menyukai