APOTEK
di Apotek GAMA
Kompetensi 3 :
Pelayanan Kefarmasian
Disusun Oleh :
i
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFINSI APOTEKER (PKPA)
FARMASI KOMUNITAS 1
Kudus,……………………..2023
Menyetujui,
Mengetahui,
Kudus,…………………………2023
Menyetujui,
Dr. Apt. Endang Setyowati, M. Si Apt. Fransisca Dian Puspita Sari, S. Farm
NIDN : SIPA :
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker
iii
DAFTAR PUSATAKA
iv
2.11 Skrining Resep...................................................................................15
2.5 Kalkulasi Dosis...................................................................................16
2.3 Compounding dan Dispensing...........................................................17
2.6 Analisa DRP.......................................................................................18
2.7 Konseling, Informasi dan Edukasi.....................................................19
2.6 Swamedikasi.......................................................................................20
2.8 Pelayanan Informasi Obat (PIO).......................................................21
2.8 Pembuatan Copy Resep.....................................................................22
2.9 Pelayanan OWA (Obat Wajib Apotek)..............................................23
2.10 Pelayanan OTC (Over The Counter).................................................24
2.11 Pelayanan Obat Herbal......................................................................25
BAB III................................................................................................................26
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................26
3.1 Kesimpulan........................................................................................26
3.2 Saran..................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................28
LAMPIRAN........................................................................................................29
v
BAB 1
URAIAN KEGIATAN
a. Dosis maksimum
Berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari. Penyerahan obat dengan dosis
melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan :
Membubuhkan tanda seru dan paraf dokter penulis resep
Diberi garis bawah nama obat tersebut, dan
Banyak obat hendaknya ditulis dengan huruf lengkap.
2
b. Dosis lazim
Merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan
sebagai pedoman umum. Misalnya, obat CTM (4 mg per tablet)
disebutkan dosis lazimnya 6-16mg/ hari dan dosis maksimumnya
40mg/hari. Jika seseorang minum 3 kali sehari 2 tablet, dosis
maksimumnya belum dilampaui, tetapi hal ini dianggap tidak lazim,
karena dengan 3 kali sehari 1 tablet saja sudah dapat dicapai efek terapi
yang optimum.
a. Dosis terapi adalah suatu takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa
dan dapat menyembuhkan penderita.
b. Dosis minimum adalah suatu takaran obat terkecil yang diberikan yang
masih dapat dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada
pasien.
c. Dosis maksimum (DM) adalah suatu takaran obat terbesar yang diberikan
yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan pada
pasien.
d. Dosis letal adalah takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat
menyebabkan kematian pada pasien, dosis letal terbagi menjadi 2 yaitu :
L.D 50 merupakan takaran yang dapat menyebabkan kematian pada
50% hewan percobaan.
L.D 100 merupakan takaran yang dapat menyebabkan kematian pada
100% hewan percobaan.
e. Dosis toksik adalah suatu takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat
menyebabkan keracunan pada pasien.
3
1.3 Dispensing
Dispensing obat menurut PMK RI No. 73 Tahun 2017 dispensing terdiri
dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat. Setelah dilakukan
pengkajian resep maka perlu dilakukan sebagai hal berikut :
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep :
Menghitung kebutuhan obat sesuai dengan resep
Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa, dan keadaan fisik obat.
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi :
Warna putih untuk obat dalam/oral
Warna biru untuk obat luar dan suntik
Menempelkan labek kocok dahulu pada sediaan bentuk suspense atau
emulsi.
d. Memasukan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
yang berbeda untuk menjaga suatu obat dan menghindari penggunaan
yang salah.
4
f. Penyerahan obat kepada passion hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya
tidak stabil.
g. Memastikan bahwa yang menerima obat aalah pasien atau keluarganya.
h. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker (apabila diperlukan).
i. Menyimpan resep pada tempatnya.
j. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan menggunakan
Formulir.
1.4 DRP
Drug Related Problems adalah Drug Related Problem (DRP) atau masalah
terkait obat adalah bagian dari asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) yang
menggambarkan suatu keadaan dimana apoteker menilai adanya ketidaksesuaian
pengobatan sehingga efek terapi tidak tercapai. DRP dapat menyebabkan
penurunan kualitas hidup pasien, peningkatan biaya perawatan dan bahkan
meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas (Jamal et al., 2015).
5
DRP terdiri dari DRP aktual dan DRP potensial.
DRP aktual adalah problem yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi obat
yang sedang diberikan pada penderita.
DRP potensial adalah problem yang diperkirakan akan terjadi yang berkaitan
dengan terapi obat yang sedang digunakan oleh penderita (Seto et al,2004).
DRP terjadi tidak hanya dari dokter tetapi dapat terjadi karena kurangnya
pengetahuan apoteker terkait nama-nama obat, apoteker yang tidak terbiasa
membaca tulisan dokter sehingga resep tidak terbaca dengan benar dan
menyebabkan pemberian obat atau dosis obat tidak tepat.
6
menebus obat yang telah diresepkan oleh dokter.
Penggunaan obat tanpa Permasalahan terjadi jika pasien minum obat tanpa
indikasi indikasi medis yang sah
7
b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,
AIDS, epilepsy)
c. Pasien yang menggunakan Obat dengan intruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tapering down/off)
d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin, dan teofilin)
e. Pasien dengan polifarmasi: pasien menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih
dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu
jenis obat.
f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah
8
1.6 Swamedikasi
Swamedikasi adalah bagian dari upaya masyarakat menjaga kesehatannya
sendiri dengan cara pengobatan sendiri (Rubiyanti, et al., 2021). Lebih dari 60%
anggota masyarakat melakukan swamedikasi dan 80% diantaranya
mengandalkan obat modern. Penggunaan obat yang sesuai dengan aturan dan
kondisi penderita akan mendukung upaya penggunaan obat yang tepat.
Pengobatan sendiri harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami.
Pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria pengobatan sendiri
yang sesuai dengan aturan.
Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan mencakup 4 kriteria antara lain:
a. Tepat golongan obat yaitu menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas
b. Tepat kelas terapi obat, yaitu menggunakan obat yang termasuk dalam kelas
terapi yang sesuai dengan keluhan.
c. Tepat dosis obat yaitu, menggunakan obat dengan dosis sekali dan sehari
sesuai dengan usia dan/atau berat badan pasien
d. Tepat lama penggunaan obat, yaitu apabila berlanjut segera konsultasikan
dengan dokter.
9
Dosis yang tidak tepat dan pilihan terapi yang salah.
a. Topik pertanyaan
10
b. Tanggal dan waktu pelayanan informasi obat diberikan
c. Metode pelayanan informasi obat (lisan, tertulis, lewat telepon)
d. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi, lain seperti riwayat
alergi, apakah pasien sedang hammily/menyusui, data laboratorium)
e. Uraian pertanyaan
f. Jawaban pertanyaan
g. Referensi
h. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon) dan data Apoteker
yang memberikan Pelayanan Informasi Obat).
Copy resep:
11
b. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek selama 3 tahun.
c. Resep atau copy resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
12
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang
disebutkan dalam obat wajib apotek yang bersangkutan.
b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya,kontraindikasi,
efek samping,dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
13
1.11 Pelayanan Obat Herbal
Obat Tradisional menurut peraturan BPOM No. 32 Tahun 2019 adalah
bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat. Obat tradisional dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang dibuat di Indonesia, bahan obat yang
sediaannya masih berupa simplisia sederhana seperti irisan rimpang, daun
dan akar kerinhg. Khasiat dan keamanannya terbukti setelah secara empiris
berdasarkan pengalaman turun temurun.
b. Obat Herbal Terstandar
Obat herbal terstandar merupakan produk yang mengandung bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan
bakunya telah terstandardisasi.
c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah produk yang mengandung bahan atau ramuan bahan
yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik
serta bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi.
14
BAB II
PEMBAHASAN
15
minta identitas pasien meliputi nama pasien, alamat rumah
pasien, dan jika perlu nomor telfon yang bisa di hubungi.
(bersifat wajib untuk resep narkotik dan psikotropik)
Alur pelayanan Resep di Apotek Gama
16
Selain itu, adapun sifat obat meliputi aspek kimia, fisika, derajat
keasaman, dan tingkat toksisitas obat. Apoteker di Apotek Gama
mempertimbangkan semua faktor farmakokinetik ini dalam menentukan dosis
obat untuk mencapai terapi obat yang optimal dan rasional. Pendekatan ini
telah diimplementasikan di Apotek Gama untuk memastikan terapi obat yang
diberikan maksimal, aman, dan rasional.
17
d. Jika setuju, disiapkan obat atau bahan baku yang akan digunakan, jika tidak
setuju resep diarahkan keluar ke apotek yang lain.
e. Siapkan alat yang akan digunakan dan dibersihkan meja untuk meracik
f. Cucilah tangan terlebih dahulu, jika perlu gunakan sarung tangan dan
masker.
g. Untuk sediaan puyer dan kapsul, masukkan obat atau bahan obat untuk
dicampurkan dalam mortar lalu dihaluskan dan diaduk homogen.
h. Untuk sediaan salep. Keluarkan salep atau krim dari kemasan ke dalam
mortar, jika perlu harus diperhatikan sesuai urutan pencampuran. Lalu
dicampurkan dan diaduk homogeny.
i. Masukan dalam wadah yang telah disediakan dan beri etiket putih untuk obat
yang dikonsumsi per oral dan etiket biru untuk penggunaan luar.
j. Kemudian serahkan obat pada pasien beserta informasi obat tentang fungsi
obat, cara penggunaan, cara penyimpanan dan efek samping yang mungkin
ditimbulkan.
18
2.7 Konseling, Informasi dan Edukasi
Pada kondisi tertentu, apoteker melakukan konseling kepada pasien
guna meningkatkan pemahaman, kepatuhan dan membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien. Kegiatan konseling memberikan informasi dan
edukasi obat kepada pasien/keluarga, terutama untuk obat yang akan digunakan
secara mandiri oleh pasien mengenai: indikasi, dosis, waktu dan cara
minum/menggunakan obat, hasil terapi yang diharapkan, cara penyimpanan
obat, efek samping obat jika diperlukan, dan hal-hal lain yang harus
diperhatikan selama penggunaan obat. Konseling juga diberikan pada obat-
obatan dengan
instruksi khusus seperti salep mata, suppositoria/enema dan tetes telinga
guna memastikan pasien mendapatkan dan memahami informasi yang tepat.
Apotek Gama melakukan dua konseling yaitu konseling pada pasien dengan
resep dan konseling pada pasien tanpa resep. Melakukan konseling wajib
memperhatikan pasien dengan kondisi khusus, pasien dengan terapi jangka
panjang atau penyakit kronis, pasien yang menggunakan obat dengan intruksi
khusus, pasien yang mengunkan obat dengan indeks terapi khusus, pasien
dengan polifarmasi, pasien dengan tingkat kepatuhan rendah, pasien yang
memiliki kontraindikasi.
Dalam proses konseling dilakukan penggalian informasi guna
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya sehingga pasien dapat memperoleh
obat dan informasi yang tepat. Selain itu di Apotek Gama telah melakukan
dokumentasi mengenai Konseling, Informasi dan Edukasi kepada pasien guna
untuk dilaporkan kepada Dinas Kesehatan. Prosedur Konseling, Informasi dan
Edukasi (KIE) di Apotek Gama sebagai berikut :
a. KIE (konseling Informasi dan Edukasi)wajib dilakukan oleh Apoteker, berisi
tentang informasi seputar obat dan alat kesehatan.
b. Pasien yang datang dan ingin menanyakan tentang gejala gangguan di tubuh
pasien yang sedang dialami, atau menginginkan informasi indikasi obat, efek
19
samping, interaksi obat, cara kerja obat, dosis obat, cara penggunaan obat ,
cara penyimpanan obat, cara pembuangan obat, dan alat kesehatan, Apoteker
wajib membeikan informasi secara benar kepada pasien yang bersangkutan
dan melindungi pasien dari efek yang tidak diinginkan dari penggunaan yang
salah dari obat dan alat kesehatan.
c. Informasi yang diberikan kepada pasien adalah yang tidak menimbulkan
kekhaatiran pasien, pertentangan antara pemberi informasi yang lain,
timbulnya persepsi buruk kepada asal pemberi obat.
d. Jika apoteker pemberi KIE kurang memahami informasi yang dikehendaki
pasien, gunakan bantuan melalui media buku literature atau media intenet
untuk mendpatkan informasi yang benar. Jika masih belum dapat
memberikan informasi yang tepat dikarenakan alasan tertentu yang bisa
diterima oleh pasien.
e. Apoteker dapat membantu meringankan gejala pasien dengan melalukan
swamedikasi tetapi tidak diperkenankan menegakkan diagnose. Jika gejala
yang dialami pasien masih tidak ada perubahan, disarankan untuk
memeriksakan diri ke dokter.
2.6 Swamedikasi
Swamedikasi adalah suatu pengobatan sendiri yang dilakukan oleh
masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obat-
obatan yang bisa didapat tanpa resep dokter dan diserahkan oleh Apoteker di
apotek. Swamedikasi dilakukan oleh apoteker guna membantu pasien untuk
memilihkan jenis obat atau terapi yang rasional.
Swamedikasi ini berkaitan dengan pelayanan Obat Wajib Apotek
melalui UPDS(Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Apoteker di Apotek Gama
melayani swamedikasi atau pelayanan obat non resep meliputi Obat Wajib
Apotek (OWA) dan Obat Over The Counter (OTC). Obat Wajib Apotek adalah
obat keras tertentu yang dapat diserahkan apoteker kepada pasien tanpa resep
20
dokter sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah. Obat OTC adalah
obat bebas yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Kegiatan UPDS untuk pasien
dengan keluhan tertentu diawali dengan menggali informasi dari keluhan yang
dialami oleh pasien. Pada situasi ini pasien akan berkonsultasi dengan apoteker
untuk membicarakan keluhan yang dialami dan apoteker akan memilihkan obat
yang tepat, aman, dan rasional untuk keluhan tersebut. Jika keadaan pasien tidak
bisa ditangani secara swamedikasi dan membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut
maka pasien akan disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter, namun
jika keluhan dapat ditangani di apotek, maka dilakukan pemilihan obat yang
tepat, aman dan rasional untuk pasien.
21
Alur Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek Gama
memberikan informasi kepada pasien berdasarkan resep/kartu
pengobatan pasien/ kondisi kesehatan pasien baik lisan maupun
tertulis.
informasi yang perlu disampaikan kepada pasien : jumlah, jenis, dan kegunaan
masing-masing obat ; cara pemakaian masing-masing obat, cara menggunakan alat
kesehatan; peringatan atau efek samping obat; tatacara penyimpanan obat atau alat
kesehatan; pentingnya kepatuhan penggunaan obat
a. Salinan resep terdapat ; nama dan alamat apotek; nama dan APA dan nomor
SIA; nama dan umur pasien; nama dokter penulis resep; tanggal penulisan
resep; tanggal dan nomor urut pembuatan; tanda R/ pada salinan resep; tanda
22
“det” atau “ne det” pada salinan resep; tuliskan p.c.c (pro copy conform)
menandakan bahwa salinan resep telah ditulis sesuai denganaslinya.
b. Salinan resep ditulis dan ditandatangani oleh Apoteker pengelola apotel atau
Apoteker pendamping yang telah diberikan kewenangan.
c. Salinan resep harus dirahasiakan
d. Salinan resep hanya dapat diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau
yang merawat pasien, pasien yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau
petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.
23
Semua informasi yang diberikan oleh pasien berkaitan dengan keluhan merekan
telah dipertimbangkan oleh Apoteker.
Obat bebas terbatas yang tersedia di Apotek Gama meliputi obat batuk
flu, obat alergi, obat wasir dan lain sebagainya. Obat bebas terbatas dapat dibeli
tanpa resep dokter namun harus dengan pengawasan apoteker, berkaitan dengan
petunjuk aturan minum dan cara penggunaan dalam bentuk sediaan obat tertentu
seperti sediaan suppositoria, tetes telinga, obat kontrasepsi dan lain sebagainya.
24
pengobatan herbal cina. Sehingga mempermudah dalam pelayanan obat herbal
kepada pasien. Apotek Gama menyediakan berbagai macam obat herbal baik
dari Cina ataupun dari Indonesia untuk bermacam-macam penyakit atau
keluhan sehingga dalam pemilihan obat herbal sangat luas. Alur pelayanan obat
herbal sama dengan pelayanan OWA dan OTC dengan pengawasan Apoteker.
Apoteker di Apotek Gama melaksanakan pelayanan obat herbal dengan
menjelaskan kegunaan obat herbal, kelabihan dan kekurangan obat herbal, serta
efek samping yang mungkin terjadi dalam mengkonsumsi obat herbal.
25
BAB III
1.1 Kesimpulan
a. Apotek Gama telah menerapakan pelayanan farmasi klinis antara lain :
pengkajian resep atau skrining resep, perhitungan dosis, dispensing, PIO
(Pelayanan Informasi Obat), KIE (Konseling,Informasi dan Edukasi), dan
swamedikasi sesuai dengan SOP pelayanan resep.
b. Pelayanan resep di Apotek Gama dalam skrining resep tidak lepas dari
analisa DRP (Drug Related Problem) sehingga mencegah terjadinya
pengobatan yang tidak aman dan tidak rasional.
c. Pelayanan Obat Wajib Apotek telah dilaksanakan di Apotek Gama sangat
baik dengan pengawasan Apoteker yang disertai KIE dan PIO sehingga
pasien mendapatkan obat yang tepat, aman dan rasional.
d. pelayanan Obat OTC di Apotek Gama telah melaksanakan pelayanan yang
baik dengan pengawasan Apoteker yang disertai KIE dan PIO sehingga
tercapai swamedikasi yang tepat, aman dan rasional.
e. Apotek Gama melakukan pelayanan kefarmasian dengan langsung ataupun
dengan pesan WA, dan melayani pengantaran obat atau delivery obat dalam
meningkatkan ketertarikan masyarakat, karena dapat mempermudah
masyarakat yang sesuai dengan keluhan. Sehingga dapat meningkatkan
pendapatan Apotek.
1.2 Saran
a. Untuk instisusi Universitas Muhammadiyah Kudus
Menyediakan buku panduan PKPA sehingga dapat memudahkan
mahasiswa dalam mengisi kegiatan selama PKPA
26
Diharapkan pada studi kasus lebih dipeluas materi terkait kasus yang
terjadi di Apotek, sehingga memudahkan mahasiswa untuk menjalani
PKPA.
Diharapkan adanya persamaan persepsi antara dosen dan preceptor
lahan apotek 1 dengan apotek lainnya, sehingga mahasiswa
mendapatkan kompetensi yang lebih maksimal.
b. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mempelajari materi terkait Apotek sebelum memulai
PKPA dilahan Apotek, sehingga mahasiswa lebih mudah memahami dan
menerapkan mateeri yang diberikan oleh preceptor.
c. Untuk Apotek
Apotek diharapkan untuk memperluas tempat dispensing sediaan sehingga
mempermudah dalam pengerjaan dispensing.
27
DAFTAR PUSTAKA
Adiana, Sylvi., Devi Maulina (2022). Klasifikasi Permasalahan Terkait Obat (Drug
Related Problem):Review. Indonesian Journal of Health Science Vol. 2 No.2,
54-58.
BPOM. 2019. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 32 Tahun 2019
tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional. Jakarta.
BPOM. 2018. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 04 Tahun 2018
tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. Jakarta.
Jamal, I., Amin, F., Jamal, A., & Saeed, A. (2015). Pharmacist’s interventions in
reducing the incidences of drug related problems in any practice setting.
International Current Pharmaceutical Journal, 4(2), 347–352.
https://doi.org/10.3329/icpj.v4i2.21483
28
LAMPIRAN
DISPENSING OBAT
ETIKET PUTIH
29
ETIKET BIRU SOP DISPENSING
30
KEGIATAN PIO, KIE dan LEMBAR PIO
SWAMEDIKASI
31
RUANG PIO, dan COPY RESEP
SWAMEDIKASI
32