DI APOTEK SARANANI
(KENDARI) (31 MEI – 26 JUNI 2021)
DISUSUN OLEH :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui Oleh:
Dr. rer. nat. apt. Adryan Fristiohady L., M.Sc., apt. Isnaliati, S.Farm.
NIP. 19841230 201404 1 001 NIP.-
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Saranani dan dapat menyelesaikan laporan tepat pada
waktunya.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Program Studi
Pendidikan Profesi Apoteker Universitas Halu Oleo, selain itu juga memberikan
kesempatan kepada pembaca untuk memahami peran dan tugas Apoteker di sarana
pelayanan obat khususnya di Apotek Saranani. Laporan ini selesai tidak lepas dari
dukungan, bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun, S.Si., M.Si., M.Sc., selaku Rektor
Universitas Halu Oleo.
2. Bapak Dr. Ruslin, M.Si., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Halu
Oleo
3. Ibu apt. Nuralifah, S.Farm., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Halu Oleo
4. Bapak apt. Sabaruddin, S.Farm., M.Si., Selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.
5. Bapak apt. Dr. rer. nat. Adryan Fristiohady L., M.Sc., selaku pembimbing
akademis yang telah memberikan bimbingan, saran, bantuan dan dukungan
selama mengikuti Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
6. apt. Isnaliati, S.Farm., selaku preseptor yang telah memberikan bimbingan dan
arahan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
7. Seluruh pegawai dan staf Apotek Saranani atas bantuan dan dukungannya
selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
8. Seluruh dosen dan staf Fakultas Farmasi yang telah mengajar, mendidik, dan
membantu selama masa perkuliahan dan penyusunan laporan akhir.
9. Ayah, Ibu dan keluarga, terimakasih atas kasih sayang, doa dan semangat
iii
selama menyelesaikan perkuliahan dan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) ini.
10. Teman-teman angkatan V tahun ajaran 2020/2021 Program Studi Pendidikan
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo, serta pihak-pihak
lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama
menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dapan memberikan manfaat bagi
semua pihak. Penulis juga menyadari bahwa laporan ini memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap kritik, saran dan masukan dari
semua pihak agar dapat menjadi perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga Allah SWT yang Maha Agung berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) ini dapat memberi manfaatnya bagi Farmasi Universitas
Halu Oleo, masyarakat dan Indonesia.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
untuk mengetahui produk yang dijual dan teknis pelayanan kefarmasian serta
dapat merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menganalisis hasil
kinerja operasional. Apoteker Pengelola Apotek yang disebut APA mempunyai
tanggung jawab untuk menyeimbangkan dua fungsi tersebut demi terpeliharanya
martabat dan tradisi luhur profesi farmasi.
Para calon Apoteker perlu memahami tugas dan tanggung jawab seorang
Apoteker di apotek melalui pengalaman bekerja apotek. Selain mengamati
langsung keadaan farmasi komunitas/apotek dan membandingkan teori-tepori
mengenai farmasi komunitas dengan kenyataan yang ada di apotek, calon
apoteker juga perlu mengalami kerja praktek di apotek agar dapat menemukan
pengalaman yang dibutuhkan untuk mengelelola perbekalan farmasi komunitas
dan menjalalankan perannya sebagai apoteker yang disebut dengan PKPA
(Praktek Kerja Profesi Apoteker).
Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan media yang sangat penting bagi
mahasiswa profesi apoteker untuk menerapkan ilmu serta untuk
mengembangkannya dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Metode serta
mekanisme pelaksanaan praktek kerja profesi apoteker di apotek yang sistematis
akan sangat membantu mahasiswa profesi apoteker dalam memahami, peran,
fungsi, serta tanggung jawab apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan.
2
farmasi yang profesional
e) Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
apotek
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek diharapkan mampu
memahami dan mempunyai keterampilan dalam hal:
a) Pelayanan obat dengan resep atau tanpa resep
b) Optimalisasi penggunaan obat
c) Pengelolaan obat
d) Menerapkan peraturan perundang-undangan dan kode etik apoteker yang
terkait dengan apotek
e) Pengelolaan alat-alat kesehatan sederhana
f) Pengelolaan obat herbal
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2017 tentang
Apotek. Apotek menyelenggarakan fungsi:
1. Pengelola sediaan farmasi, alat keshatan, dan bahan medis habis pakai; dan
2. Pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunikasi
5
Tenaga Kefarmasian Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek yang telah disesuaikan dan diubah menjadi PeraturanMenteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 tentangApotek
11. Keputusan Menteri Kesehatan No. 397b/Menkes/SK/VII/1991 Tentang
Larangan Peredaran Obat Tradisional yang Tidak Terdaftar.
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
13. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 73 Tahun 2016
tentangStandar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
15. Undang-undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2017 tentang
Perubahan Penggolongan Psikotropika
17. Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2017 tentang
Perubahan Penggolongan Narkotika
D. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, dalam
melakukan pelayanan kefarmasian seorang apoteker harus menjalankan peran
yaitu:
1. Pemberi layanan (Care-giver), apoteker sebagai pemberi pelayanan harus
berinteraksi dengan pasien. Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya
pada sistem pelayanan kesehatan secara berkesinambungan.
2. Pengambil keputusan (Decision maker), apoteker harus mempunyai
kemampuan dalam mengambil keputusan dengan menggunakan seluruh
sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
3. Komunikator (Communicator), apoteker harus mampu berkomunikasi dengan
pasien maupun profesi kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien.
Oleh karena itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
6
4. Pemimpin (Leader), apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk
menjadi pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian
mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan
mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.
5. Pengelola (Manager), apoteker harus mampu mengelola sumber daya
manusia, fisik, anggaran dan informasi secara efektif. Apoteker harus
mengikuti kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi
tentang obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan obat.
6. Pembelajar seumur hidup (Life-Long Learner), apoteker harus terus
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan profesi melalui
pendidikan berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD)
7. Guru (Teacher), apoteker dituntut dapat menjadi pendidik/akademisi/edukator bagi
pasien, masyarakat, maupun tenaga kesehatan lainnya terkait ilmu farmasi dan
kesehatan, baik menjadi guru, dosen, ataupun sebagai seorang farmasis/apoteker yg
menyampaikan informasi kepada pasien masyarakat dan tenaga kesehatan lain yang
membutuhkan informasi.
8. Peneliti (Research), apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah
dalam mengumpulkan informasi sediaan farmasi dan pelayanan kefarmasian
dan memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan pelayanan
kefarmasian.
9. Pengusaha (Entrepreneur), apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha
dalam mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan
masyarakat. misalnya dengan mendirikan perusahaan obat, kosmetik,
makanan, minuman, alat kesehatan, baik skala kecil maupun skala besar,
mendirikan apotek, serta bisnis tanaman obat dan lainnya.
Apoteker Pemegang Surat Izin Apotek (APSIA) mempunyai wewenang
dan tanggung jawab diantaranya:
1. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan.
2. Menentukan sistem atau peraturan yang akan digunakan.
3. Mengawasi pelaksanaan SOP dan program kerja.
4. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang diperoleh.
7
BAB III
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKPA
8
C. Lokasi, Sarana dan Prasarana
1. Lokasi
Apotek Saranani bertempat di Jalan Saranani No. 106, Kelurahan Korumba,
Kecamatan Mandonga, Kota Kendari. Apotek Saranani merupakan apotek yang terletak
di pusat kota yang sangat strategis yang berdekatan dengan MTQ, Mesjid Agung, dan
Pusat Perbelanjaan Mall Mandonga, McDonald’s, Bioskop serta daerah perkantoran. Juga
berada di jalur lalu lintas yang padat dan banyak dilalui angkutan umum maupun pribadi.
9
bebas terbatas, kosmetika, multivitamin, obat tradisional, suplemen makanan, alat
kesehatan, berbagai produk penunjang kesehatan serta minuman, dan toilet.
D. Struktur Organisasi
Apotek Saranani dipimpin oleh seorang yang disebut PSA (Pemilik Sarana
Apotek) dan seorang Apoteker Penanggungjawab. Selain itu terdapat pula TTK
yang bekerja sebagai administrasi apotek dan perpajakan. Tanggung jawab penuh
atas Apotek Saranani dipegang oleh APSIA yang telah memiliki Surat Izin
Praktek Apoteker (SIPA), dibantu oleh 3 orang TTK dan tenaga administrasi.
Berikut struktur organisasi Apotek Saranani;
10
Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing adalah
sebagai berikut:
1. Apoteker Pemegang Surat Izin Apotek (APSIA)
Berdasarkan PMK No. 9 tahun 2017, Apoteker pemegang SIA dalam
menyelenggarakan Apotek dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis
Kefarmasian dan/atau tenaga administrasi. APSIA bertanggung jawab penuh
terhadap semua kegiatan yang terjadi di apotek, baik di bidang teknis kefarmasian
(seperti kegiatan pelayanan kefarmasian) maupun non-teknis kefarmasian (bidang
administrasi dan bidang ketenagakerjaan). APSIA tidak hanya sebagai manager
pelayanan di Apotek tetapi juga bertanggung jawab secara langsung kepada
manajerial bisnis Apotek. Salah satu tugasnya yaitu saat pengadaan obat/bahan obat di
apotek, surat pesanan harus ditandatangani oleh APSIA.
Berdasarkan PMK No. 922 tahun 1993, untuk menjadi Apoteker Pengelola
Apotek atau yang sekarang disebut sebagai APSIA harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
b. Telah mengucapkan Sumpah/Janji sebagai Apoteker.
c. Memiliki Surat izin Kerja dari Menteri.
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk
melaksanakan tugasnya, sebagai Apoteker.
e. Tidak bekerja di suatu Perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker
Pengelola Apotek di Apotek lain.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Tenaga
Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK mempunyai wewenang untuk
melakukan Pekerjaan Kefarmasian dibawah bimbingan dan pengawasan Apoteker yang
telah memiliki STRA sesuai dengan pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya
(Peraturan Pemerintah No. 51, 2009).
11
BAB IV
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN
12
B. Pembahasan
Perkembangan apotek tidak terlepas dari adanya persaingan yang
semakin keras dan global. Ketatnya persaingan tersebut ditandai dengan
banyaknya apotek baru bermunculan baik domestik maupun asing di
Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan strategi manajemen yang baik agar
apotek tetap eksis dan berkembang. Selain memiliki fungsi sosial sebagai
tempat pengabdian dan perkembangan jasa pelayanan pendistribusian dan
informasi obat perbekalan kesehatan, apotek juga memiliki fungsi ekonomi
yang mengharuskan suatu apotek memperoleh laba untuk meningkatkan
mutu pelayanan dan menjaga kelangsungan usahanya. Dengan kata lain,
seorang APA dalam menjalankan profesi apoteknya juga harus dapat
mengelola apotek sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis seperti halnya
seorang pengusaha.
Apotek Saranani dalam hal ini merupakan sarana pelayanan
kesehatan yang didirikan oleh apt. Shienny Kuncoro, S.Si sebagai pemilik
sarana apotek yang selanjutnya disebut PSA dan dikelola oleh apt. Isnaliati
S.Farm sebagai apoteker penanggungjawab (APJ). Terdapat beberapa faktor
yang berperan terhadap keberhasilan suatu apotek seperti lokasi,
manajemen persediaan termasuk perencanaan dan pengadaan, dan peran
dalam menjalankan fungsi profesional berupa pharmaceutical care kepada
pasien dari apoteker itu sendiri.
Apotek Saranani bertempat di Jalan Saranani No. 106 Kota Kendari.
Sebelumnya, penentuan lokasi apotek merupakan pertimbangan utama yang
paling menentukan bagi kelangsungan hidup apotek. Untuk dapat hidup
berkesinambungan, suatu apotek harus mudah dijangkau oleh masyarakat
dan setidaknya memiliki langganan tetap. Oleh karena itu pemilihan lokasi
harus benar-benar diperhitungkan sebelum mendirikan apotek. Dengan kata
lain, lokasi apotek harus strategis sehingga menjadi pilihan konsumen dan
ini menguntungkan seperti Apotek Saranani. Apotek Saranani merupakan
apotek yang terletak di pusat kota yang sangat strategis yang berdekatan
13
dengan MTQ, Mesjid Agung, dan Pusat Perbelanjaan Mall Mandonga,
McDonald’s, Bioskop serta daerah perkantoran. Juga berada di jalur lalu lintas
yang padat dan banyak dilalui angkutan umum maupun pribadi sehingga
menjadi pilihan bagi konsumen atau pasien.
Secara umum, letak ruang Apotek Saranani sudah sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, yaitu apotek harus memiliki ruang tunggu, ruang racikan,
keranjang sampah dan tempat mendisplai informasi. Selain itu, di Apotek
Saranani juga terdapat tempat kasir, kamar mandi, tempat istrahat
karyawan, tempat apoteker dan halaman parkir yang luas sehingga
pelanggan dapat memarkir kendaraannya dengan mudah dan tidak dipungut
biaya. Apotek memiliki satu papan nama apotek yang diletakkan disisi jalan
yang dilengkapi lampu pada malam hari sehingga nama apotek dapat
terlihat oleh pengunjung dari arah kanan ataupun arah kiri.
Sumber daya manusia yang ada di Apotek Saranani mempunyai satu
apoteker, tiga orang tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker) dan satu
orang administrasi. Apotek Saranani buka selama 17 jam setiap harinya,
dari hari Senin-Minggu. Sumber daya manusia di apotek dibagi menjadi
dua shift jam kerja, yaitu shift I pada jam 08.00-15.00 dan shift II pada jam
15.00-22.00. Apoteker di apotek saranani mempunyai jam praktek yaitu
dari jam 17.00-22.00.
Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah pemberian informasi
Obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan (Permenkes, 2016).
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa praktek kerja apoteker
yaitu melakukan praktek pelayanan informasi obat (PIO) kepada pasien,
memberikan swamedikasi sesuai dengan keluhan yang diberikan oleh
pasien, melakukan kegiatan manajerial seperti mempelajari alur pengadaan
perbekalan farmasi di apotek, pemesanan obat ke PBF baik secara manual
maupun online, cara penerimaan barang datang dari PBF dan
penyimpanannya di gudang obat, melakukan stok opname, dan mempelajari
14
pelaporan psikotropik-narkotik di apotek, serta mempelajari perpajakan di
apotek.
Mahasiswa apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan
terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses
pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait
Obat (drug related problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial
(socio- pharmacoeconomy). Sehingga untuk menghindari hal tersebut,
mahasiswa apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan
dibawah bimbingan apoteker di Apotek Saranani. Apoteker juga harus
mampu berkomunikasi dengan tenaga kefarmasian lainnya di apotek dalam
menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan Obat yang rasional.
Untuk melaksanakan semua kegiatan itu, diperlukan Standar Pelayanan
Kefarmasian.
Selain ketersediaan sarana dan prasarana serta tenaga kerja yang
profesional, ketersediaan perbekalan farmasi di apotek merupakan faktor
penting lain untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien.
Ketersediaan perbekalan farmasi dapat dicapai dengan pengelolaan, yang
meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian obat
yang baik. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang dilakukan di Apotek Saranani meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan narkotik- psikotropika. Selain itu dilakukan juga
peracikan, pengubahan bentuk, dan penyerahan obat dengan pemberian
informasi mengenai khasiat, cara penggunaan obat, lama pemakaian obat
dan efek samping obat. Selain menyediakan sediaan farmasi, Apotek
Saranani juga menyediakan berbagai produk suplemen kesehatan yang juga
memerlukan pengelolaan. Pengelolaan apotek dilakukan oleh Apoteker
Pemegang Surat Izin Apotek (APSIA) dibantu oleh beberapa staff lainnya.
Untuk pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi kegiatan administrasi
dan perpajakan yang dilakukan oleh staff apotek.
Pengelolaan persediaan di Apotek Saranani diawali dengan proses
15
perencanaan. Perencaan bertujuan untuk menentukan jenis, jumlah dan
waktu pemesanan sehingga mencegah terjadinya kekosongan, kekurangan
atau kelebihan persediaan farmasi. Hal-hal ini yang diperhatikan dalam
melakukan perencanaan persediaan farmasi di Apotek Saranani meliputi
persediaan barang atau stok, harga obat, pola komsumsi masyarakat, pola
penyakit, dan pola penulisan resep oleh dokter yang masuk ke apotek. Data-
data historis tersebut dapat ditujuk berdasarkan data penjualan setiap
produk pada bulan sebelumnya.
Persediaan farmasi yang sudah atau akan habis diperiksa tiap
minggunya dan dicatat dalam buku defekta untuk kemudian diproses dan
segera dilakukan pengadaan. Pengadaan barang di apotek mengikuti sistem
yang telah ditetapkan PBF atau Pedagang Besar Farmasi. Apoteker akan
memeriksa penjualan selama kurun waktu pengadaan, kemudian membuat
SP permintaan barang apotek berdasarkan penjualan dan selanjutnya
menghubungi pihak PBF melalui pesan online atau via messanger atau via
aplikasi belanja online khusus PBF tersebut. Khusus untuk pengadaan obat
golongan psikotropika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan
khusus psikotropika. Setelah dilakukan pemesanan barang, persediaan
farmasi akan dikirim ke apotek yang bersangkutan disertai dengan faktur.
Barang yang datang diperiksa terlebih dahulu untuk menjamin kesesuaian
antara barang yang dikirimkan dengan yang dipesan. Pengecekan dilakukan
terhadap barang yang datang meliputi kesesuaian barang yang tertulis SP
atau bukti pemesanan. Pengecekan yang dilakukan meliputi jenis barang,
merek, ukuran sediaan, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, jumlah barang,
kondisi fisik barang, nomor bets, dan tanggal kadaluwarsa. Jika ada
persediaan farmasi yang tidak sesuai dengan faktur, terdapat kecacatan fisik
barang atau barang mendekati tanggal kadaluwarsa, dilakukan retur atau
pengembalian untuk digantikan dengan barang yang sesuai. Jika sudah
sesuai, faktur ditandatangani oleh petugas apotek yang menerima barang
dan diberi stempel. Kemudian, sediaan farmasi tersebut akan dicatat pada
kartu stok serta disimpan dalam masing-masing kotak penyimpanan obat
16
yang telah disediakan.
Manajemen pendistribusian barang dilaksanakan dengan pencatatan
pada kartu stok untuk setiap pemasukan dan pengeluaran barang. Obat
didistribusikan pada pasien yang datang dengan pembelian langsung atau
melalui permintaan resep, Apotek Saranani juga mendistribusikan obat ke
klinik-klinik yang datang dengan meminta menggunakan surat permintaan.
Obat yang didistribusikan dicatat dengan menggunakan kartu stok. Setiap
data mengenai keluar masuknya obat idealnya harus dicatat pada kartu stok,
namun karena tingkat kesibukan yang tinggi, sesekali pencatatan tersebut
terlupakan. Hal ini menyebabkan data yang tercantum pada kartu stok tidak
sesuai dengan jumlah barang secara fisik sehingga mempersulit pengawasan
terhadap ketersediaan barang. Akibat dari hal tersebut, pengecekan barang
saat stock opname hanya berdasarkan keseuaian data dari komputer dengan
jumlah fisik barang. Data ini seringkali tidak sesuai, kemungkinan
disebabkan oleh kesalahan input data, kesalahan pengambilan barang,
ataupun adanya kehilangan barang. Pencatatan pada kartu stok bermanfaat
untuk mengoreksi kesesuaian antara pencatatan pada sistem komputer
dengan jumlah barang secara fisik, serta sebagai fungsi pengawasan
terhadap ketersediaan barang. Kartu stok yang dicatat dengan baik dapat
dijadikan media penelusuran bila terjadi ketidaksesuaian data stok barang.
Penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Saranani dibedakan
menjadi dua, yaitu penyimpanan barang digudang dan dietalase penjualan.
Pada dasarnya penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Saranani
berdasarkan kelompok farmakologis, bentuk sediaan dan kekuatan sediaan.
Sistem penyimpanan barang dilakukan berdasarkan sistem FEFO (First
Expired First Out) atau FIFO (First In First Out) untuk mencegah barang
kadaluwarsa sebelum terjual. Pencatatan yang di Apotek Saranani ada dua
sistem. Sistem komputerisasi untuk barang yang masuk dengan menginput
nama barang, jumlah, tanggal kadaluarsa obat serta nomor bets. Serta sistem
pencatatan di buku defekta berisi nama barang yang habis atau hampir habis
selama pelayanan yang harus segera dipesan agar dapat tersedia secepatnya
17
sebelum stok barang tersebut habis.
Pencatatan bertujuan untuk mempermudah pengawasan terhadap
persediaan obat dan kebutuhan masing-masing obat, serta mengawaasi arus
barang agar penyalurannya mengikuti aturan FIFO dan FEFO sehingga
mengurangi resiko obat-obat kadaluwarsa. Pencatatan yang di Apotek
Saranani ada dua sistem, yaitu sistem komputerisasi dan sistem pencatatan
dibuku defekta. Sistem komputerisasi untuk barang yang masuk dengan
cara menginput nama barang, jumlah, tanggal kadaluwarsa obat serta nomor
bets. Sedangkan sistem pencatatan dibuku defekta berisi nama barang yang
habis atau hampir hampir selama pelayanan yang harus secepatnya dipesan
agar dapat tersedia sebelum stok barang tersebut habis. Pelaporan di Apotek
Saranani dibuat langsung oleh apoteker. Pelaporan untuk obat Narkotika dan
Psikotropika dilakukan setiap awal bulan yaitu sebelum tanggal 10. Laporan
data penggunaan obat narkotika dan psikotropika di input melalui online
SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Pelaporan
administrasi di Apotek Saranani dibuat dalam pelaporan internal.
Pelaporan Internal merupakan pelaporan yang berhubungan dengan
keuangan. Untuk perpajakan di Apotek Saranani, berdasarkan
pengelompokannya ada beberapa pajak yang harus di bayarkan oleh pihak
apotek meliputi seperti pajak daerah. Pajak daerah adalah pajak yang
wewenang pemungutannya berada pada pemerintah daerah baik tingkat
propinsi maupun kabupaten. Pajak daerah ditentukan oleh masing-masing
daerah, dan macam pajak yang harus dibayar adalah: 1). Pajak Bumi dan
Bangunan, Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan atas tanah dan
bangunan yang muncul karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan
sosial ekonomi bagi seseorang atau badan yang memiliki suatu hak atasnya,
atau memperoleh manfaat dari padanya. 2). Pajak Izin Usaha/ Usaha Kecil
dan Menengah (UKM), Pajak UKM merupakan pajak yang dibebankan
kepada pelaku usaha jenis bisnis yang dijalankan dengan skala kecil dan
menengah. 3). Pajak reklame adalah pajak yang dikenakan terhadap
pemasangan papan nama apotek di luar atau di dalam lingkungan apotek.
18
Pajak tergantung lokasi dan besar papan nama apotek. Jika nama apotek
ditulis atau disertakan di dalam papan nama suatu perusahaan tertentu, pajak
reklame akan ditanggung oleh perusahaan tersebut.
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek tidak hanya berupa
pengelolaan persediaan farmasi. Pekerjaan kefarmasian lainnya yang
dilakukan oleh Apotek Saranani adalah pelayanan atas resep dokter.
Pelayanan resep dokter dilakukan enam langkah yaitu penerimaan,
perjanjian pembayaran, penyiapan dan peracikan, pemeriksaan akhir,
penyerahan obat dan pemberian informasi. Bagian penerimaan resep akan
memeriksa kelengkapan resep dan menerjemahkan obat-obat yang
diresepkan. Resep kemudian diberi harga oleh kasir dan dibayar oleh
pasien. Selanjutnya, dilakukan penyiapan obat sesuai resep. Metode
peracikan yang dilakukan sangat berpengaruh terhadap ketepatan dosis dan
efek farmakologis yang akan dihasilkan oleh obat yang diberikan pada
pasien. Penggunaan alat penggerus pada peracikan puyer atau kapsul yang
tidak tepat dapat mengurangi jumlah serbuk obat yang diracik. Apabila
presentase obat yang hilang karena beterbangan saat diracik atau tertinggal
pada alat penggerus tinggi, ketepatan dosis dari sediaan racikan tersebut
dapat berkurang sehingga akan menurunkan efektivitas obat. Kesalahan
tersebut dapat diminimalisir dengan pemilihan alat penggerus yang sesuai.
Jika sediaan puyer atau kapsul yang diracik dalam jumlah yang sedikit dan
memiliki kandungan zat aktif yang kecil, sebaiknya digunakan mortir
berukuran kecil, namun untuk sediaan puyer atau kapsul yang diracik dalam
jumlah besar dan memiliki kandungan zat aktif besar, dapat digunakan
blender untuk mempermudah proses peracikan. Seorang apoteker maupun
asisten apoteker memiliki tugas untuk memeriksa ulang kesesuaian setiap
obat yang telah diracik beserta jumlah, etiket, dan label dengan resep yang
tertulis sebelum obat diserahkan kepada pasien.
Seringkali pada resep tertulis perintah dari dokter untuk membuat
sediaan racikan dari obat-obat yang berupa sediaan salut terutama salut
enterik yang ditujukan untuk lepas pada usus dikarenakan rusak apabila
19
terkena cairan lambung. Hal tersebut kurang tepat karena akan menyia-
nyiakan fungsi dari proses penyalutan. Obat antibiotik juga seringkali
diresepkan untuk digerus bersamaan dengan obat-obat yang hanya kadang
jika diperlukan seperti analgetik, antipiretik, antiinflamasi, antiemetik dan
lain-lain. Solusi yang seharusnya dilakukan yaitu menghubungi dokter
penulis resep untuk merekomendasikan penggantian bentuk sediaan obat
dalam resep menjadi sediaan konvensional dan merekomendasikan untuk
kasus antibiotik agar dipisahkan dengan obat yang lain.
Obat yang telah disiapkan kemudian diberi etiket. Sebelum obat
diserahkan kepada pasien, dilakukan pemeriksaan akhir untuk menjamin
kesesuaian obat yang telah disiapkan dengan resep. Pada saat penyerahan
obat kepada pasien, apoteker maupun asisten apoteker di Apotek Saranani
telah melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) dengan baik, yaitu
dengan memberikan informasi yang jelas mengenai nama obat,
indikasi/kegunaan obat, dosis dan aturan pakai obat, lama pemakaian, serta
efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh obat yang digunakan. PIO
dilakukan untuk mengurangi penyalahgunaan dan salah penggunaan obat,
meningkatkan kepatuhan pasien, dan meningkatkan keberhasilan terapi.
Apotek Saranani juga memberikan pelayanan pembelian obat tanpa
resep dokter sebagai pelayanan pengobatan swamedikasi melalui UPDS
(Upaya Pengobatan Diri Sendiri) sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1176/MENKES/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib
Apotek No. 3. Pengobatan sendiri adalah suatu perawatan sendiri adalah
suatu perawatan sendiri oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum
diderita, dengan menggunakan obat-obatan yang dijual bebas dipasaran,
obat bebas terbatas, atau obat obat keras yang bisa didapat tanpa resep
dokter dan diserahkan oleh Apoteker di apotek (Obat Wajib Apotek). Obat
Wajib Apotek meliputi sediaan kontrasepsi oral, obat saluran pencernaan,
obat saluran pernapasan, obat mulut dan tenggorokan, antiparasit, obat yang
mempengaruhi sistem neuromuskular, antiinflamasi dan antimikroba
topikal dan antiinfeksi (obat TBC).
20
Pelayanan Kefarmasian di Apotek Saranani selalu mengutamakan
kecepatan dan keramahan karyawan. Pelayanan yang ramah dan cepat
merupakan salah satu faktor penting untuk kemajuan suatu apotek.
Karyawan apotek sebaiknya menginformasikan kepada pasien tentang
pelayanan resep yang agak lama jika terdapat racikan pada resep. Hal
tersebut memungkinkan pasien untuk memutuskan akan menunggu atau
meninggalkan obat tersebut untuk mengambilnya setelah obat selesai
disiapkan.
Apotek Saranani tidak menyiapkan desain swalayan farmasi untuk
obat Over Trade Counter (OTC) disebabkan ruang apotek yang tidak
memadai untuk diselanggarakan desain tersebut. Swalayan farmasi
mempunyai keuntungan yaitu meningkatkan kenyamanan pasien, pasien
dapat memilih dan mengambil sendiri pasien karena pasien dapat dengan
leluasa melihat dan menentukan obatnya sendiri. Produk yang dijual di
swalayan farmasi dapat berupa perbekalan farmasi maupun non farmasi.
Perbekalan farmasi yang disediakan antara lain obat-obat saluran
pencernaan (obat maag, obat mual, obat diare, dan laksan yang dapat dijual
bebas), penekan sistem saraf pusat (analgetik dan antipiretik yang dapat
dijual bebas), obat topikal (betadine, kasa, dan sediaan semi solid untuk
antijamur dan untuk pegal-pegal), obat batuk-pilek (antitusif dan
ekspektoran), serta suplemen. Barang non farmasi yang dijual di Apotek
Saranani misalnya kosmetika, produk kebersihan, makanan, minuman, serta
kebutuhan bayi. Swalayan farmasi juga memiliki nilai positif untuk apotek
yaitu meningkatkan pendapatan apotek diluar pelayanan obat ethical.
Namun, swalayan farmasi juga memiliki sisi negatif yaitu memerlukan
ruang yang cukup luas dan sangat rentan terhadap pencurian.
Program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek
Saranani yang dilaksanakan selama 4 minggu telah banyak memberikan
gambaran kepada calon apoteker tentang tugas dan fungsi seorang Apoteker
di Apotek. Apoteker di apotek tidak hanya berperan sebagai
penanggungjawab tenaga teknis kefarmasian, melainkan juga berperan
21
dalam pengelolaan apotek. Seorang apotekr di apotek memiliki perananan
sebagai tenaga kesehatan yang harus mendukuung peningkatan kualitas
hidup pasien dan juga sebagai pelaksana manajerial di apotek yang
bertanggungjawab dalam menjamin kelangsungan hidup bisnis apotek.
Calon apoteker juga mendapatkan informasi mengenai kegiatan yang
dilakukan di apotek, baik kegiatan pelayanan kefarmasian maupun non
teknis kefarmasian dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan dan
menjamin kelangsungsan hidup apotek sebagi suatu bisnis.
22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di
Apotek Saranani, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa calon apoteker yang telah melaksanakan PKPA di Apotek
Saranani lebih memahami mengenai peran, fungsi, posisi dan tanggung
jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek yaitu memiliki
kemampuan leadership manajemen persediaan, personalia, keuangan,
administrasi dalam mengelola sumber daya apotek.
2. Mahasiswa calon apoteker yang telah melaksanakan PKPA di Apotek
Saranani lebih banyak memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek yang
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pencatatan,
pelaporan dan pemusnahan obat.
3. Mahasiswa calon apoteker yang telah melaksanakan PKPA di Apotek
Saranani memiliki kesempatan untuk melihat dan mempelajari strategi dan
kegiatan- kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan
praktek farmasi komunitas di apotek yang meliputi pembuatan copy
resep,etiket,kuitansi, meracikobat,melihat kelengkapan resep, memberikan
label dan memberikan KIE secara langsung kepada pasien.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil Praktek Kerja Profesi Apotek
(PKPA) di Apotek Saranani antara lain sebagai berikut:
1. Mahasiswa calon apoteker hendaknya membekali diri dengan ilmu
pengetahuan praktis yang berhubungan dengan pelayanan kefarmasian dan
perbekalan kesehatan, undang-undang kefarmasian serta manajemen apotek
sebelum melaksanakan PKPA, sehingga calon apoteker dapat secara
langsung mengaplikasikan ilmu tersebut secara efektif dan efisien.
23
2. Mahasiswa calon apoteker hendaknya memahami mengenai pentingnya
pengecekan ulang pada saat sebelum peracikan dan penyerahan obat pada
pasien agar meminimalkan terjadinya kesalahan dalam penyerahan obat pada
pasien.
3. Mahasiswa calon apoteker dapat menjalin kerjasama yang baik antar tenaga
kesehatan di apotek agar dapat melaksanakan kegiatan pelayanan
kefarmasian dengan baik.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M.. 2001. Manajemen Farmasi, cetakan ke-4, Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
25
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009.Undang-Undang RI No. 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Freddy, Rangkuti. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI, 2014, Buku Saku Informasi Obat, Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan: Jakarta.
26
LAMPIRAN
27
Lampiran 3. Pelayanan Resep maupun Swamedikasi
28
Lampiran 4. Rak dan lemari penyimpanan obat
Rak Obat
29
Lampiran 5. Kartu Stok
30
Lampiran 7. Etiket Obat
31
Lampiran 9. Surat Pesanan Obat
Surat Pesanan Obat Bebas dan Bebas Terbatas
32
Surat Pesanan Obat Mengandung Prekursor
33
Surat Pesanan Obat Psikotropika
34
Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu (OOT)
35
Lampiran 10. Penerimaan Barang Datang dari PBF
36
Lampiran 11. Gudang Penyimpanan Stok Obat
37
Lampiran 12. Alur Pengelolaan Obat Bebas, Bebas Terbatas dan Obat Keras
38
Lampiran 13. Alur Pengelolaan Obat Prekursor
Penyimpanan pada
lemari obat/etalase
(alfabetis, FIFO, FEFO)
39
Lampiran 14. Alur Pengelolaan Obat-obat Tertentu
Penyimpanan pada
lemari obat/etalase
(alfabetis, FIFO, FEFO)
40
Lampiran 15. Alur Pengelolaan Psikotropik
Pembentukan panitia
SP dikirimkan ke PBF pemusnahan :
Petugas Balai POM,
Kepala Dinkes Kota
Pelaporan
(sipnap.binfar.depkes.go.id)
41
Lampiran 16. Alur Pengelolaan Narkotik
Pembentukan panitia
SP dikirimkan ke PBF Kimia pemusnahan :
Farma Trade and Distribution Petugas Balai POM,
Kepala Dinkes Kota
Pelaporan
(sipnap.binfar.depkes.go.id)
42
Lampiran 17. Alur Perizinan Apotek
Apoteker
tembusan
Mengajukam izin Form APT-1
Menteri Kesehatan
Kadinkes
Kab/Kota
12 hari kerja
43