Anda di halaman 1dari 29

Farmakoterapi Pada Gout dan

Hiperurisemia
Pendahuluan
• Artritis gout terjadi akibat peningkatan kadar asam
urat serum atau hiperurisemia yang berlangsung
kronik sehingga terjadi deposisi kristal MSU di
persendian.
• Perjalanan alamiah gout terdiri dari tiga fase, yaitu:
• a) hiperurisemia tanpa gejala klinis,
• b) artritis gout akut diselingi interval tanpa gejala
klinis (fase interkritikal), dan
• c) artritis gout kronis.
• Hiperurisemia tanpa gejala klinis ditandai
dengan kadar asam urat serum > 6.8 mg/dL,
yang berarti telah melewati batas
solubilitasnya di serum.
• Periode ini dapat berlangsung cukup lama dan
sebagian dapat berubah menjadi artritis gout.
• Asam urat serum dinilai dengan metode urikase  <4 mg/dL
(<0.24 mmol/L)
• Idealnya dilakukan saat pasien tidak sedang menerima terapi
penurun asam urat dan sudah > 4 minggu sejak timbul episode
simptomatik (atau selama fase interkritikal)
• 6−8 mg/dL (<0.36− <0.48 mmol/L)
• 8−<10 mg/dL (0.48− <0.60 mmol/L)
• ≥10 mg/dL (≥0.60 mmol/L)
• MSU negatif
• Hiperurisemia tanpa gejala klinis ditandai dengan kadar asam
urat serum > 6.8 mg/dl.
TATALAKSANA HIPERURISEMIA DAN GOUT

• Hiperurisemia tanpa gejala klinis


•  modifikasi gaya hidup dan Pemberian
obat penurun asam urat tidak dianjurkan
secara rutin dengan pertimbangan risiko dan
efektifitas obat penurun asam urat
TATALAKSANA HIPERURISEMIA DAN GOUT

• Gout Akut
• Jika onsetnya <12 jam adalah kolkisin dengan dosis awal
1 mg diikuti 1 jam kemudian 0.5 mg.
• Terapi pilihan lain diantaranya OAINS, kortikosteroid oral
dan/atau bila dibutuhkan aspirasi sendi diikuti injeksi
kortikosteroid.
• Kolkisin dan OAINS tidak boleh diberikan pada pasien
yang mengalami gangguan fungsi ginjal berat dan juga
tidak boleh diberikan pada pasien yang mendapat terapi
penghambat P-glikoprotein dan/atau CYP3A4 seperti
siklosporin atau klaritromisin.
• Gout Akut
• Serangan gout akut dapat disebabkan oleh  Obat-obat yang
meningkatkan kadar asam urat serum, seperti: antihipertensi
golongan thiazide dan loop diuretic, heparin intravena, siklosporin.
• Jika pasien menderita dislipidemia  pertimbangkan untuk
memulai terapi statin atau fenoibrat.
• Obat penurun asam urat seperti alopurinol tidak disarankan
memulai terapinya pada saat serangan gout akut namun, pada
pasien yang sudah dalam terapi rutin obat penurun asam urat,
terapi tetap dilanjutkan.
• Indikasi memulai terapi penurun asam urat pada pasien gout
adalah pasien dengan serangan gout ≥2 kali serangan, pasien
serangan gout pertama kali dengan kadar asam urat serum ≥ 8 atau
usia <40 tahun.
TATALAKSANA HIPERURISEMIA DAN GOUT

• Fase Interkritikal dan Gout Kronis


• Terapi penurun kadar asam urat dibagi dua
kelompok, yaitu: kelompok inhibitor xantin
oksidase (alopurinol dan febuxostat) dan
kelompok urikosurik (probenecid).
TATALAKSANA HIPERURISEMIA DAN GOUT

• Fase Interkritikal dan Gout Kronis


• PILIHAN PERTAMA  Alopurinol
• Dosis AWAL  100 mg/hari dan dapat dinaikan
secara bertahap sampai dosis maksimal 900 mg/hari
(jika fungsi ginjal baik).
• Apabila dosis yang diberikan melebihi 300 mg/hari,
maka pemberian obat harus terbagi.
• Jika terjadi toksisitas akibat alopurinol  salah satu
pilihan adalah terapi urikosurik dengan probenecid
1−2 gr/hari
TATALAKSANA HIPERURISEMIA DAN GOUT
• Fase Interkritikal dan Gout Kronis
• Probenecid  BISA UNTUK pasien dengan gg fungsi ginjal
normal
• Kontraindikasi  pada pasien dengan urolitiasis atau ekskresi
asam urat urin ≥800 mg/24jam.
• ALTERNATIF  febuxostat (inhibitor xantin oksidase non purin)
dengan dosis 80−120 mg/hari.
• Kombinasi inhibitor xantin oksidase dengan obat urikosurik atau
peglotikase dapat diberikan pada pasien gout kronis dengan tofi
yang banyak dan/atau kualitas hidup buruk yang tidak dapat
mencapai target kadar asam urat serum dengan pemberian
dosis maksimal obat penurun asam urat tunggal.
• Perlu pemantauan kadar asam urat dilakukan
secara berkala  sebagai upaya untuk
membantu larutnya kristal monosodium urat
(MSU) sampai terjadi total disolusi kristal dan
resolusi gout. Kadar asam urat serum <3
mg/dL tidak direkomendasikan untuk jangka
panjang.
Rekomendasi Pengelolaan Gout Pada Pasien
Gangguan Fungsi Ginjal
• probenecid dan alopurinol  harus
memperhatikan bersihan kreatinin.
• Pasien dengan gangguan fungsi ginjal berat dan
mengalami serangan gout akut  kortikosteroid
oral dan injeksi intraartikuler
• Jika masih nyeri  analgesik golongan opioid
• Alopurinol dan metabolitnya mempunyai waktu
paruh yang panjang  dosis alopurinol
disesuaikan dengan bersihan kreatinin
Rekomendasi Pengelolaan Gout Pada Pasien
Gangguan Fungsi Ginjal
• Febuxostat  pada gg fungsi ginjal dan tidak membutuhkan
penyesuaian dosis apabila bersihan kreatinin >30 ml/menit.
• Pasien dgn gangguan fungsi ginjal yang memiliki bersihan
kreatinin >60 ml/min/1.73m2  tidak memerlukan
penyesuaian dosis KOLKISIN
• pasien yang memiliki bersihan kreatinin 30─60
ml/min/1.73m2  dosis kolkisin 0,5 mg
• pasien dengan bersihan kreatinin 10─30 ml/min/1.73m2 
dosis kolkisin dibatasi 0.5 mg setiap 2─3 hari
• pasien dengan bersihan kreatinin <10 ml/min/1.73m 2 
KONTRAINDIKASI KOLKISIN.
Rekomendasi Perubahan Gaya Hidup

• Pasien yang overweight harus melakukan modiikasi pola


makan untuk memiliki berat badan ideal.
• Hindari makanan tinggi purin seperti daging merah dan
tinggi protein, kaldu, hati, ginjal, kerang dan ekstrak ragi.
Demikian pula dengan minuman tinggi purin seperti
alkohol dalam bentuk bir dan fortified wines.
• Pasien harus terhidrasi dengan baik dengan minum air >2
liter per hari.
• Latihan fisik sedang harus dimasukkan dalam upaya
penanganan pasien gout, namun latihan yang berlebihan
dan berisiko trauma sendi wajib dihindari.
FARMAKOTERAPI PADA
GANGGUAN TIROID
PENDAHULUAN
• GANGGUAN TIORID  kelainan pada kelenjar
tiroid karena terjadi gangguan dan perubahan
bentuk kelenjar maupun perubahan fungsi
(berlebihan, berkurang atau normal)
Pendahuluan Hipertiroid
• pengobatan jangka panjang dengan obat-obat
antitiroid seperti PTU atau methimazol, yang
diberikan paling sedikit selama 1 tahun. Obat-
obat ini menyekat sintesis dan pelepasan
tiroksin.
• Thioamide
• TIOAMID dapat melewati plasenta dan dikonsentrasi
pada tiroid fetus, sehingga penggunaan obat tersebut
pada masa kehamilan harus sangat hati-hati.
• Dari dua thioamide tersebut, penggunaan pada masa
kehamilan lebih disukai PTU karena agen ini lebih
kuat terikat pada protein sehinga tidak mudah
menembus plasenta.
• PTU tidak disekresi dalam jumlah besar dalam ASI
sehinga tidak perlu menghentikan pemberian ASI.
• TOKSISITAS TIOAMID
• Reaksi yang tidak diinginkan pada penggunaan
thioamide terjadi pada 3-12% pasien. Sebagian besar
dari reaksi tersebut terjadi pada awal terapi. Efek tidak
diinginkan yang paling lazim adalah ruam prurutik
mukopapular, kadang disertai tanda sistemik seperti
demam. Reaksi agranulositosis terjadi pada 0,3-0,6%
pasien yang menggunakan thioamide, tetapi resiko
dapat meningkat pada pasien yang berusia lanjut dan
pada pasien yang mendapat terapi methimazole dosis
tinggi (> 40 mg/hari).
• Beta-adrenergic reseptor antagonist
• Beta-adrenergic reseptor antagonistObat ini adalah
untuk mengurangi gejala-gejala hipertiroidisme. Contoh:
Propanolol
• penyekat beta seperti propranolol diberikan bersamaan
dengan obat-obat antitiroid. Karena manifestasi klinis
hipertiroidisme adalah akibat dari pengaktifan simpatis
yang dirangsang oleh hormon tiroid, maka manifestasi
klinis tersebut akan berkurang dengan pemberian
penyekat beta; penyekat beta manurunkan takikardia,
kegelisahan dan berkeringat yang berlebihan.
• Eutiroid
• Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid
dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis
terkecil yang masih memberikan keadaan
eutiroid selama 12-24 bulan, kemudian
pengobatan dihentikan.
Pendahuluan Hipotiroid
• Hormon tiroid berperan dalam perkembangan susunan
saraf pusat (antara lain migrasi dan mielinisasi).
Diketahui bahwa 95% HK tidak memperlihatkan tanda
dan gejala klinis yang khas saat lahir dan durasi
intervensi dini untuk mencegah retardasi mental singkat.
• L-T4 (levotiroksin) merupakan satu-satunya obat untuk
HK.
• Levotiroksin diberikan sesegera mungkin setelah
diagnosis ditegakkan.
• Terapi terbaik dimulai sebelum bayi berusia 2 minggu.
Dosis Levotiroksin yang Dianjurkan
Cara Pemberian Levotiroksin Pada Anak

• Pemberian levotiroksin secara oral


• Tablet bisa dihancurkan dan dicampurkan dengan air
minum (pulveres)
• Orang tua harus dijelaskan cara pemberian levotiroksin
dan pentingnya ketaatan minum obat.
• Levotiroksin bisa diberikan pagi atau malam hari
sebelum atau bersama dengan makan asalkan diberikan
dengan cara dan waktu yang sama setiap harinya.
• Pemberian levotiroksin tidak boleh bersamaan dengan
pemberian susu kedelai, zat besi, dan kalsium.
• Kasus dewasa dengan hipotiroid  biasanya
terjadi pada pasien yang mengalami krisis
hipotiroid akibat obat2 antihipertiroid 
penanganan dengan levotiroksin
• Pada kasus pasien post op tiroidisme 
levotiroksin

Anda mungkin juga menyukai