Anda di halaman 1dari 5

TATALAKSANA

NON FARMAKOLOGI
• Diet pada sirosis hepatis bertujuan memberikan makanan
secukupnya guna memepercepat perbaikan fungsi fisiologis hati
tanpa memperberat pekerjaannya.
• Jumlah kalori harian dapat diberikan sebanyak 2000-3000
kkal/hari.
• Protein 75-100 gr/hari, bila tidak ada komplikasi koma hepatikum
dapat diberikan diet yang mengandung protein 1gr/kgBB, jika
terdapat encefalopati hepatikum konsumsi protein diturunkan
sampai 0,5gr/hari.
• Untuk pasien dengan ascites dibatasi konsumsi cairan sebanyak
<1000 cc/hari.
• Disarankan mengonsumsi suplemen vitamain terutama
multivitamin yang mengandung thiamine 100 mg dan asam folat
1 mg.
FARMAKOLOGI
Stadium kompensata
Tatalaksana sirosis hepatis stadium kompensata ditujukan untuk mengurangi
progresivitas kerusakan hati. Terapi pasien ditujukan untuk menghilangkan etiolog
diantaranya :
• Alkohol dan bahan-bahan lain yang bersifat hepatotoksik dihentikan penggunaannya.
• Pemberian asetaminofen, kolkisin dan obat herbal menghambat kolagenik.
• Pada hepatitis autoimun bisa diberikan steroid (kortikosteroid) atau imunosupresif
dengan dosis 40-60 mg /hari.
• Hemokromatosis, flebotomi setiap minggu sampai kadar besi menjadi normal dan
diulang sesuai kebutuhan.
• Hepatitis virus B, interferon alfa dan lamivudine (analog nukelosida) merupakan
terapi utama. Lamivudin sebagai terapi lini pertama diberikan 100 mg secara oral
setiap hari selama satu tahun. Interferon alfa diberikan secara suntikan subkutan 3
MIU, tiga kali seminggu selama 4-6 bulan.
• Hepatitis C kronik, kombinasi interferon dengan ribavirin merupakan terapi standar,
interferon diberikan secara subkutan dengan dosis 5 MIU tiga kali seminggu dan
dikombinasi ribavirin 800-1000 mg/hari selama 6 bulan.
Stadium dekompensata
Ascites
• Diet rendah garam, konsumsi garam 5,2 gram atau 90 mmol/hari atau 400-800 mg/hari.
• pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari.
• Bila pemberian spironolakton belum adekuat maka bisa dikombinasi dengan furosemide
dengan dosis 20-40 mg/hari. Pemberian furosemid bisa ditambahkan dosisnya bila tidak
ada respon, maksimal dosisnya 160 mg/hari.
• Parasintesis dilakukan jika jumlah asites sangat besar.
Varises esofagus
• Sebelum terjadi perdarahan dan sesudah perdarahan dapat diberikan obat penyekat beta
(propanolol). Pada pasien yang tidak tahan terhadap pemberian beta bloker dapat
diberikan isosorbide mononitrate
• Waktu perdarahan akut bisa diberikan preparat somatostatin atau okterotid, diteruskan
dengan tindakan skleroterapi atau ligasi endoskopi
• Pencegahan perdarahan kembali dapat dilakukan skleroterapi atau ligasi, beta bloker non
selektif (propanolol, nadolol) 20 mg sebanyak 2 kali sehari atau 40-80 mg sekali sehari,
isosorbide mononitrate dapat diberikan 10 mg sebanyak 2 kali sehari sehari atau 20-40
mg sebanyak 2 kali sehari.
• Profilaksis skleroterapi tidak boleh dilakukan kepada pasien yang belum pernah
mengalami perdarahan varises esofagus karena berdasarkan penelitian, skleroterapi
dapat meningkatkan angka kematian daripada pengguna beta bloker
Ensefalopati hepatikum
• Laktulosa membantu pasien untuk mengurangi amonia.
• Neomisin bisa digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil amonia. Diberikan
dengan dosis 2-4 gram Diet protein dikurangi sampai 0,5 gr/kgBB per hari. terutama
diberikan yang kaya asam amino rantai cabang.
Sindrom hepatorenal
• Terapi yang diberikan kebanyakan tidak efektif. Berdasarkan penelitian, pemberian
vasokonstriksi dengan waktu kerja lama (ornipressin dan albumin, ornipressin dan
dopamine, atau somatostatin analog octreotide dan midodrione sebagai obat alpha
adrenergik) dan TIPS memberikan perbaikan.
Anemia
• Untuk anemia defisiensi besi dapat diberikan sulfa ferrosus, 0,3 gram tablet, 1 kali
sehari post coenam.
• Pemberian asam folat 1 mg/hari, diindikasikan pada pengobatan anemia makrositik
yang berhubungan dengan alkoholisme. Transfusi sel darah merah beku (packed red
cell) dapat diberikan untuk mengganti kehilangan darah < 7 g/dL
Transplantasi hati
• Transplantasi hati diindikasikan pada kasus irreversibel, penyakit hati kronik progresif,
gagal hati berat, dan penyakit metabolik dimana kelainannya terdapat di hati.
• Transplantasi hati harus dipertimbangkan pada pasien dengan status mentalis yang
berkurang, peningkatan bilirubin, pengurangan albumin, perburukan koagulasi, asites
refrakter, perdarahan varises berulang, atau ensefalopati hepatik yang memburuk.
• Transplantasi hati memberikan harapan hidup 5 tahun pada 80% pasien.

Anda mungkin juga menyukai