Anda di halaman 1dari 2

1.

Kriteria diagnosis sirosis hepatis (kriteria Haryono-subandiri)


1. Spyder naevi
2. Sklera ikterik
3. Varises esofagus
4. Ascites
5. Splenomegali
6. Hepatomegali
7. Eritema Palmaris
2. Pencegahan dan prinsip pengelolaan sirosis hepatis

Sirosis hpatis terjadi berupa ruptur pada darah segitiga kiernan yang disebabkan oleh
infeksi virus hpatitis sehingga menyebabkan distribusi oksigen untuk daerah yang
jauh dari pendarahan akan menglami hipoksia. Keadaan itu diperparah lagi dengan
terjadinya fibrosis akibat pengakitfan sistem imun CD 8+, sehingga sel-sel hepatosis
menjadi banyak mengalami kematian dan pengerasan.
3. Pencegahan dan prinsip pengobatan sirosis hepatis
Untuk pencegahan dan pengobatan sirosi hepatitis melalui etiologi dari sirosis
hepatis itu sendiri. Untuk terapi itu sendiri ditujukan untuk mengurangi progresi
penyakit tersebut, menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati.
Bila sirosis tanpa koma hepatika diberikan diet yang mengandung protein 1g/kgBB
dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari
Sedangkan pada sirosi hepatis ed causa hepatitis B akan diberikan pengobatan
dengan pemberian lamivudin sebagai antiviral dan pemberian interferon alfa atau
gamma. Untuk terapi lini pertama diberikan 100mg Lamivudin secara oralsetiap hari
selama setahun. Tapi pemberian sekitar 9-12 bulan menimbulkan mutasi YMDD
sehingga terjadi resistensi obat. Interferon alfa diberikan secara suntikan secara
subkutan 3MIU, tiga kali seminggu selama 4-6 bulan.
Pada hepatitis C kronik diberikan kombinasi interferon dengan ribavirin
merupakan terapi standar. Interferon diberikan secara suntikan sbukutan dengan dosis
5 MIU tiga kali seminggu dan dikombinasikan ribavirin 800-1000 mg/hari selama 6
bulan.
Pada fibrosis hati, pengobatan antifibrotik pada saat ini lebih mengarah kepada
peradangan dan tidak terhadap fibrosisnya. Pengobatannya berupa kearah sel stellata

dengan memberikan obat anti peradangan yaitu kolkisin yang mencegah pembentukan
kolagen, namun belum terbukti dalam penelitian jadi sampai sekarang masih
menggunakan penbotan dengan metotreksat dan vitamin A.
Untuk pengobatan sirosis dekompensata berupa komplikasi dari sirosi seperti
asites, ensefalopati hepatika dan varises esofagus.
Asites, pengobatan dengan tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi
garam sebanyak 5,2 gram atau 90mmol/hari. Diet rendah garam dikombinasikan
dengan obat-obatan diuretik. Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis
100-200 mgsekali sehari. Respon diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat
badan 0,5 kg/ hari, tanpa edema kaki atau 1 kg/hari dengn adanya edema kaki.
Bilamana pemberian spironolaktontidak adekuat maka dikombinasikan dengan
furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari. Pemberian furosemid bisa ditambahkan
apabila tidak ada respond, maksimal dosisnya 160 mg/hari Pngeluaran asites bisa 4-6
liter dan dilindungi dengan pmeberian albumin.
Ensefalopati hepatika, laktulosa membantu pasien untuk mngeluarkan amonia.
Neomisin bisa digunakan untuk mngurangi bakteri usus penghasil amonia, diet
protein dikurangi sampai 0,5gr/kg berat badan per hari.
Varises esofagus, sebelum maupun sesudah berdarah bisa diberikan
propanolol. Pada waktu perdarahan akut bisa diberikan somatostatin atau oktreotid,
diteruskan dengan tindakan skleroterapi atau ligasi endoskopi.`Untuk perotinitis
bakterial diberikan antibiotik seperti sefotaksim intravena, amoksilia atau
aninoglikosida
4. Prognosis sirosis hepatis
Sirosis hepatis memiliki prognosis ddubia ed malam karena memiliki komplikasi
berupa kematian yang bisa disebabkan efek toksik bilirubin di otak dan efek dari
gangguan metabolisme tubuh serta diperparah oleh ascites yang menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdominal sehingga bisa menyebabkan gangguan dari
sistem digestive pasien.

Anda mungkin juga menyukai