Anda di halaman 1dari 16

SIROSIS HEPATIS

OLEH:
KELOMPOK 5
DEFINISI

 sirosis hati/sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis


yang ditandai oleh adanya peradangan difus pada
hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi
dan regenerasi sel hati disertai nodul dan merupakan
stadium akhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya
pengerasan dari hati.
Anatomi Dan Fisiologi Hati
 Hati merupakan organ terbesar didalam tubuh, beratnya sekitar 1500 gram. Letaknya
dikuadaran kanan atas abdomen, dibawah diafragma dan terlindungi oleh tulang rusuk
(costae). Hati dibagi menjadi 4 lobus dan setiap lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis
jaringan ikat yang membentang kedalam lobus itu sendiri dan membagi massa hati
menjadi unit-unit kecil, yang disebut lobulus.
 Fungsi metabolik hati:
• Metabolisme glukosa
• Konversi amonia
• Metabolisme protein
• Metabolisme lemak
• Penyimpanan vitamin dan zat besi
• Metabolisme obat
• Pembentukan empedu
• Ekskresi bilirubin
Etiologi
 Penyebab sirosis hepatis antara lain :
• Malnutrisi
• Alkoholisme
• Virus hepatitis
• Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena
hepatika
• Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan)
• Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
• Zat toksik
 Sirosis atau pembentukan parut dalam hati dibedakan menjadi tiga
tipe berdasarkan etiologinya, yaitu sirosis Laennec, sirosis postnekrotik,
dan sirosis bilier (Smeltzer & Bare, 2002).
PATOFISIOLOGI

 Hati dapat terlukai oleh berbagai macam sebab dan kejadian. Kejadian
tersebut dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau dalam keadan
yang kronis atau perlukaan hati yang terus menerus yang terjadi pada
peminum alcohol aktif. Hal ini kemudian membauat hati merespon
kerusakan sel tersebut dengan membentuk ekstraselular matriks yang
mengandung kolagen, glikoprotein, dan proteoglikans, dimana sel yang
berperan dalam proses pembentukan ini adalah sel stellata. Pada cedera
yang akut sel stellata membentuk kembali ekstraselular matriks ini dimana
akan memicu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa
difus dan nodul sel hati sehingga ditemukan pembengkakan pada hati
Pathway
MANIFESTASI KLINIS

 Menurut Smeltzer & Bare (2002) manifestasi klinis dari sirosis hepatis antara
lain:
 Pembesaran Hati
 Obstruksi Portal dan Asites
 Varises Gastrointestinal
 Edema
 Defisiensi Vitamin dan Anemia
 Kemunduran Mental
 Perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan kurang, perasaan
perut kembung/begah, dan berat badan menurun
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Laboratorium : urine, tinja, darah, tes faal hati


 USG abdomen
 MRI dan CT scan abdomen
 Peritoneoskopi (laparoskopi)
Penatalaksanaan

 Penatalaksanaan menurut Tarigan (2002) adalah:


 Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol yang
teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori tinggi protein, lemak
secukupnya.
 Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti :
 Alkohol dan obat-obatan dianjurkan menghentikan penggunaannya.
Alkohol akan mengurangi pemasukan protein ke dalam tubuh. Dengan diet
tinggi kalori (300 kalori), kandungan protein makanan sekitar 70-90 gr sehari
untuk menghambat perkembangan kolagenik dapat dicoba dengan
pemberian D penicilamine dan Cochicine.
 Hemokromatis. Dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi/
terapi kelasi (desferioxamine). Dilakukan vena seksi 2x seminggu sebanyak
500cc selama setahun.
 Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid.
Cont…
Terapi terhadap komplikasi yang timbul
 Asites
Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gram/ hari.
Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretik. Bilamana pemberian
spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/
hari. Pemberian furosemid bisa ditambah dosisnya bila tidak ada respons, maksimal
dosisnya 160 mg/ hari. Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites
bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin.
 Perdarahan varises esofagus (hematemesis, hematemesis dengan melena atau
melena saja)
 Lakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah untuk mengetahui apakah
perdarahan sudah berhenti atau masih berlangsung.
 Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik dibawah 100 mmHg, nadi diatas 100
x/menit atau Hb dibawah 99% dilakukan pemberian IVFD dengan pemberian
dextrose/ salin dan tranfusi darah secukupnya.
 Diberikan vasopresin 2 amp 0,1 gr dalam 500cc D5% atau normal salin pemberian
selama 4 jam dapat diulang 3 kali.
Cont…
 Ensefalopati
 Dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada hipokalemia.
 Mengurangi pemasukan protein makanan dengan memberi diet sesuai.
 Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada
varises.
 Pemberian antibiotik campisilin/ sefalosporin pada keadaan infeksi sistemik.
 Transplantasi hati.
 Peritonitis bakterial spontan
Diberikan antibiotik pilihan seperti cefotaksim, amoxicillin, aminoglikosida.
 Sindrom hepatorenal/ nefropatik hepatik
Mengatur keseimbangan cairan dan garam.
Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan sirosis


hepatis adalah
 perdarahan saluran cerna,
 asites, danensefalopati hepatikum
(Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2002).
Konsep Asuhan
Keperawatan Sirosis Hepatis
Pengkajian

 Identifikasi klien
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat kesehatan keluarga
 Pola kebutuhan dasar
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang
Diagnosa

 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,


asites.
 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
inadekuat.
 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ascites, edema.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
 Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu
pada kulit.
 Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan metabolisme protein.
 Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh.
Intervensi

Anda mungkin juga menyukai