Sirosis Hepatis
dr.Sulastri
RS Karya Medika 1
Definisi Sirosis Hepatis
Secara Fungsional
Secara
konvensional
Makronodular Mikronodular
(besar nodul lebih dari (besar nodul kurang
3 mm), dari 3 mm),
https://www.mitchmedical.us/
Peranan sel stelata (stellate cell).
• Dalam keadaan normal sel stelata berperan dalam keseimbangan
pembentukan matriks ekstraselular dan proses degradasi.
• Pembenrukan fibrosis menunjukkan perubahan proses
keseimbangan.
• Jika terpapar faktor tertentu yg berlangsung secara terus menerus
(misal: hepatitis virus, bahan-bahan hepatotoksik), maka sel stelata
akan menjadi sel yang membentuk kolagen.
• Jika proses berjalan terus menerus maka fibrosis akan berjalan
terus di dalam sel stelata, dan jaringan hati yang normal akan
digantikan oleh jaringan ikat.
https://www.mitchmedical.us/
Gambaran Klinis Sirosis Hati
Diagnosis Sirosis Hepatis
Anamnesis
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan penunjang
1. Asites;
• Tirah baring dan diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2
gram atau 90 mmol/hari dan dikombinasi obat diuretic.
• Awalnya Spironolakton dosis 100-200 mg sehari. Respon diuretic
bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari, tanpa
adanya edema kaki atau 1 kg/hari dengan edema kaki.
• Bila spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasikan dengan
furosemid, dosis 20-40 mg/hari. Furosemid bisa ditambah dosisnya
bila tidak ada respon, max dosisnya 160 mg/hari.
• Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites
bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin. 1
• Ensefalopati hepatik: laktulosa untuk mengeluarkan ammonia. Neomisin
bisa digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil ammonia.
• Varises esophagus; Sebelum dan sesudah berdarah bisa diberikan obat β-
blocker. Waktu perdarahan akut, diberikan preparat somatostatin atau
oktreotid, diteruskan dengan tindakan skleroterapi atau ligasi endoskopi. 1
• Peritonitis bakterial spontan; diberikan antibiotika spt sefotaksim iv,
amoksilin, atau aminoglikosida. 1
• Sindrom hepatorenal; mengatasi perubahan sirkulasi darah hati, mengatur
keseimbangan garam dan air.
• Transplantasi hati; terapi definitive pada pasien sirosis dekompensata.
Komplikasi
Sirosis Hepatis
http://www.pathophys.org/cirrhosis/
Komplikasi Sirosis Hepatis
• Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat sakit kuning dalam keluarga (-), Riwayat penyakit dengan
keluhan yang sama dalam keluarga (-), tekanan darah tinggi (-), kencing manis (-), asthma (-),
keganasan (-), TB (-).
• Riwayat Kebiasaan :Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Pasien tidak pernah minum jamu.
Pasien merokok sejak usia 18 tahun hingga sekarang, ±6 batang perhari.
• Riwayat Pengobatan :Pasien sering mengkonsumsi obat-obat penghilang nyeri dalam waktu yang
lama. Riwayat alergi obat (-). Riwayat kontrol sejak bulan Oktober 2018 di Poliklinik penyakit dalam
RSKM1 dengan keluhan perut membesar dan BAB hitam
• Riwayat pribadi dan sosial : Pasien tinggal dirumah bersama istri dan anaknya. Pasien bekerja
sebagai petani. Pasien menggunakan uang pribadi untuk berobat
PEMERIKSAAN FISIK
• Cor : dbn
• Abdomen
• Inspeksi : perut tampak cembung simetris, Distended
(+), umbilicus menonjol, caput medusa (-), venektasi
kolateral (+)
• Auskultasi : bising usus (+) , metallic sound (-)
• Perkusi : shifting dullness (+), nyeri ketok (+) region
epigastrium
• Palpasi : nyeri tekan (-), hepar sulit dinilai, lien sulit
dinilai, undulasi (+), lingkar perut: 94 cm
• Sirosis Hepatis
• Anemia
• Hipoalbuminemia
Penatalaksanaan
Teori Kasus
secara epidemiologi angka kejadian sirosis hepatis di Indonesia Pada anamnesis pasien berjenis kelamin
menunjukkan pria lebih banyak menderita sirosis daripada laki-laki berusia 50 tahun.
wanita (2-4,5 : 1), terbanyak didapatkan pada dekade kelima.
sirosis (kompensata) meliputi perasaan mudah lelah dan Keluhan perut membesar, badan lemas,
lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, nafsu makan menurun, mual,BAB
mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat timbul berwarna hitam seperti aspal, kedua
impotensi, testis mengecil, buah dada membesar, hilangnya tungkai bawahnya bengkak tidak disertai
dorongan seksualitas. nyeri tekan, sesak napas, terutama bila
(sirosis dekompensata), gejala-gejala lebih menonjol terutama berbaring telentang, dan berat badan
bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, pasien menurun ± 5 kg dari 53 kg menjadi
meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur, demam 48 kg.
tidak begitu tinggi. muntah darah dan/atau melena, serta
perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi,
bingung, agitasi, sampai koma.
Teori Kasus
Temuan klinis yang paling banyak pada penderita sirosis PF: konjungtiva anemis, pada inspeksi abdomen perut
hati berdasarkan urutan terbanyak adalah: asites, tampak cembung simetris, distended, umbilicus
edema kaki dan sacral, spider nevi, splenomegali, menonjol, terdapat venektasi kolateral. Pada perkusi
hepatomegali, venektasi, ikterus, eritema palmaris. didapatkan shifting dullness (+), nyeri ketok region
epigastrium. Pada palpasi hepar sulit dinilai, lien sulit
dinilai, undulasi (+), lingkar perut: 94 cm.
Dpt tjd kelainan hematologi anemia. SGOT dan SGPT Lab: hemoglobin↓(6,1 g/dl), leukosit↑ (37.300 ribu/L),
pe↑ abnormal, pd pemeriksaan rutin dapat menjadi Albumin ↓ (2,64 g/dl), biliribun total 0,49 mg/dl. Nilai
salah satu tanda adanya peradangan atau kerusakan hati SGOT dan SGPT normal pada bulan oktober 2018, HBsAg
akibat berbagai penyebab, termasuk sirosis. Sirosis yang negatif dan AntiHCV negatif. Pada pemeriksaan USG
lanjut dapat disertai pe↓ kadar albumin dan faktor abdomen didapatkan kesan Sirosis hepatis dan asites.
pembekuan darah.
Pemeriksaan USG juga dapat menilai asites,
splenomegali, trombosis vena porta, pelebaran vena
porta, dan skrining karsinoma hati pada pasien sirosis.
Teori Kasus
penatalaksanaan sirosis bila tidak ada koma hepatic : diet yang Penalaksanaan tersebut sesuai dengan instruksi DPJP
mengandung protein 1g/KgBB dan kalori sebanyak 2000-3000 Non Medikamentosa
kkal/hari. Tirah baring
Asites; tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi Diet rendah garam, dan restriksi cairan
garam sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari. Diet rendah garam Oksigen 3 liter/menit
dikombinasi dengan obat-obatan diuretic. Pungsi asites setelah perbaikan keadaan umum
Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 Transfusi PRC
mg sehari. Respon diuretic bisa dimonitor dengan penurunan Transfusi Albumin 20%
berat badan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari IVFD Ringer Asetat 500 ml/24 jam
dengan edema kaki. Bilamana spironolakton tidak adekuat bisa
dikombinasikan dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari. Medikamentosa
Pemberian furosemid bisa ditambah dosisnya bila tidak ada Injeksi ondancentron 3x4 mg
respon, maksimal dosisnya 160 mg/hari. Injeksi omeprazol 1x40 mg
Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran Injeksi ceftriaxone 1x2 gr
asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian Lasix drip 5 mg / jam syring pump
albumin. Varises esophagus; sebelum berdarah dan sesudah Spironolakton 100 mg x 1 tab
berdarah bisa diberikan obat β-blocker. Propanolol 2x 10 mg
Propepsa 4x 1C
Chana 3x 1 tab
Sukralfat sirup 4x1C
PENUTUP
• Pasien laki-laki 50 tahun dengan keluhan asites, melena, lemas, mual, kedua kaki bengkak, sesak
napas jika berbaring terlentang, nafsu makan menurun dan penurunan berat badan. Kebiasaan
minum obat-obatan pereda nyeri dan merokok. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
110/80 mmHg, denyut nadi 80 kali/ menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,5c, berat badan 48
kg, konjungtiva anemis pada kedua mata, Abdomen cembung, umbilicus menonjol, venektasi (+),
shifting dullness (+), nyeri ketok (+) regio epigastrium, palpasi hepar sulit dinilai, lien sulit dinilai,
undulasi (+), lingkar perut: 94 cm. Pada pemeriksaan laboratorium awal pasien masuk rumah
sakit menunjukkan hemoglobin yang rendah (6,1 g/dl), leukositosis (37.300 ribu/L), Albumin yang
rendah (2,64 g/dl), biliribun total 0,49 mg/dl (normal). Nilai SGOT dan SGPT normal pada bulan
oktober 2018, HBsAg negatif dan AntiHCV negatif. Pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan
kesan Sirosis hepatis dan asites.
• Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan maka
pasien tersebut didiagnosis Sirosis hepatis dekompensata, Anemia, dan hipoalbuminemia.
• Setelah dilakukan 5 hari perawatan di rumah sakit pasien di perbolehkan pulang oleh DPJP.
DAFTAR PUSTAKA
• Nurdjanah S. Sirosis Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi V. Jakarta. Pusat Penerbitan
Departmen Ilmu Penyaakit Dalam Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia. 2009. 668-72
• Djaya N. Profil Lipid dan Kadar GlukPasiena Darah Penderita Sirosis Hati Child B dan C serta
Hubungannya dengan Asupan Makanan dan Status Gizi di Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta
Barat. Volume 3. No 3. Jakarta : FK Unika Atmajaya, 2004
• Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC, 2000. 573
• Hadi S. Hepatologi. Bandung : Mandar Maju, 2000. 331-7
• Underwood J. Patologi Umum dan Sistemik. Volume II. Edisi 2. Jakarta : EGC, 1998. 489
• Suyono H. Sirosis Hati. Gastroenterologi. Cetakan ke-7. Penerbit Alumni Bandung. 1999 : 23-9
• Sulaiman Ali, Nurul A, Laurentius A, Sjaifoellah Noer, editor’s. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi I.
Jakarta : Sagung Seto.2012. p. 347-82
• Porth CM. Alterations in hepatobiliary function. In Essentials of pathophysiology: concepts of
altered health states. 2nd ed.: Lippincott Williams & Wilkins; 2004. p. 494-51