Anda di halaman 1dari 46

Laporan Kasus

Sirosis Hepatis

dr.Sulastri

RS Karya Medika 1
Definisi Sirosis Hepatis

• Penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan


adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul.
• Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan,
nekrosis hati yang luas, pembentukan jaringan ikat
dan usaha regenerasi nodul.
Epidemiologi Sirosis Hepatis

• Angka kejadian sirosis hepatis di Indonesia


menunjukkan pria lebih banyak menderita
sirosis daripada wanita (2-4,5 : 1), terbanyak
didapatkan pada dekade kelima.
Etiologi Sirosis Hepatis
Penyakit Infeksi
Bruselosis, ekinokokus, skistosomiasis, toksoplasmosis, hepatitis virus
Penyakit keturunan dan metabolic
Defisiensi ά1-antitripsin, sindroma fanconi, galaktosemia, penyakit gaucher, hemokromatosis,
penyakit simpanan glikogen, intoleransi fluktosa herediter, penyakit Wilson
Obat dan toksin
Alkohol, amiodaron, arsenic, obstruksi bilier, penyakit perlemakan hati non alkoholik, Sirosis
bilier primer, kolangitis sklerosis primer
Penyebab lain
Penyakit usus inflamasi kronik, fibrosis kistik, sarkoidosis, pintas jejunoileal
Klasifikasi Sirosis Hepatis

Secara Fungsional
Secara
konvensional

Makronodular Mikronodular
(besar nodul lebih dari (besar nodul kurang
3 mm), dari 3 mm),

atau campuran mikro


dan makronodular.
Patogenesis Sirosis Hepatis

• Pada sirosis hati pasca nekrosis, gambaran patologi hati


biasanya mengerut, berbentuk tidak teratur, dan terdiri dari
nodulus sel hati yang dipisahkan oleh pita fibrosis yang padat
dan lebar.

https://www.mitchmedical.us/
Peranan sel stelata (stellate cell).
• Dalam keadaan normal sel stelata berperan dalam keseimbangan
pembentukan matriks ekstraselular dan proses degradasi.
• Pembenrukan fibrosis menunjukkan perubahan proses
keseimbangan.
• Jika terpapar faktor tertentu yg berlangsung secara terus menerus
(misal: hepatitis virus, bahan-bahan hepatotoksik), maka sel stelata
akan menjadi sel yang membentuk kolagen.
• Jika proses berjalan terus menerus maka fibrosis akan berjalan
terus di dalam sel stelata, dan jaringan hati yang normal akan
digantikan oleh jaringan ikat.
https://www.mitchmedical.us/
Gambaran Klinis Sirosis Hati
Diagnosis Sirosis Hepatis

Anamnesis

Pemeriksaan
Fisik

Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan Endoskopi : Varises esofagus

• Pemeriksaan Radiologi : USG abdomen

• Pada kasus tertentu diperlukan pemeriksaan biopsi hati/


peritoneoskopi untuk membedakan hepatitis kronik aktif
yang berat dengan sirosis hati dini.
Penatalaksanaan Sirosis Hepatis

• Bila tidak ada koma hepatic diberikan diet yang


mengandung protein 1g/KgBB dan kalori sebanyak
2000-3000 kkal/hari.
Penatalaksanaan Sirosis Kompensata

• Pemberian asetaminofen, kolkisin dan obat herbal


bisa menghambat kolagenik.
• Hepatitis autoimun : steroid atau imunosupresif.
• Penyakit hati nonalkoholik; menurunkan berat badan
akan mencegah Sirosis .
• Pada hepatitis B : interferon alfa dan lamivudin (analog
nukleosida) merupakan terapi utama.
• Lamivudin sbg terapi lini pertama diberikan 100 mg
secara oral setiap hari selama satu bulan. Namun
pemberian lamivudin setelah 9-12 bulan menimbulkan
mutasi YMDD sehingga terjadi resistensi obat.
• Interferon alfa diberikan secara suntikan subkutan 3 MIU,
3x seminggu selama 4-6 bulan, namun ternyata banyak
yang kambuh.
• Pada hepatitis C kronik: kombinasi interferon dengan
ribavirin merupakan terapi standar.
• Interferon diberikan secara suntikan subkutan
dengan dosis 5 MIU 3x seminggu dan dikombinasikan
ribavirin 800-1000 mg/ hari selama 6 bulan. 1
Penatalaksanaan Sirosis Dekompensata

1. Asites;
• Tirah baring dan diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2
gram atau 90 mmol/hari dan dikombinasi obat diuretic.
• Awalnya Spironolakton dosis 100-200 mg sehari. Respon diuretic
bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari, tanpa
adanya edema kaki atau 1 kg/hari dengan edema kaki.
• Bila spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasikan dengan
furosemid, dosis 20-40 mg/hari. Furosemid bisa ditambah dosisnya
bila tidak ada respon, max dosisnya 160 mg/hari.
• Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites
bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin. 1
• Ensefalopati hepatik: laktulosa untuk mengeluarkan ammonia. Neomisin
bisa digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil ammonia.
• Varises esophagus; Sebelum dan sesudah berdarah bisa diberikan obat β-
blocker. Waktu perdarahan akut, diberikan preparat somatostatin atau
oktreotid, diteruskan dengan tindakan skleroterapi atau ligasi endoskopi. 1
• Peritonitis bakterial spontan; diberikan antibiotika spt sefotaksim iv,
amoksilin, atau aminoglikosida. 1
• Sindrom hepatorenal; mengatasi perubahan sirkulasi darah hati, mengatur
keseimbangan garam dan air.
• Transplantasi hati; terapi definitive pada pasien sirosis dekompensata.
Komplikasi
Sirosis Hepatis

http://www.pathophys.org/cirrhosis/
Komplikasi Sirosis Hepatis

• Paling sering : Peritonitis bakterial spontan: infeksi cairan asites oleh


satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intra abdominal.
Biasanya asimtomatik, dpt timbul demam dan nyeri abdomen.
• Sindrom hepatorenal, tjd gangguan fungsi ginjal akut berupa oliguri,
pe↑ ureum dan kreatinin tanpa kelainan organik ginjal. Kerusakan
hati lanjut → penurunan fungsi ginjal → pe↓ filtrasi glomerulus.
• Varises esofagus; manifestasi hipertensi porta. 20-40% pasien sirosis
dengan varises esofagus pecah yang menimbulkan perdarahan.
• Ensefalopati hepatik: kelainan neuropsikiatrik akibat disfungsi hati
• Sindrom hepatopulmonal, tdp hidrotoraks & hipertensi
portopulmonal.
Prognosis Sirosis Hepatis
• Prognosis sirosis sangat
bervariasi dipengaruhi
etiologi, beratnya kerusakan
hati, komplikasi,penyakit lain
yang menyertai.
• Klasifikasi Child-Pugh
berkaitan dengan angka
kelangsungan hidup selama
satu tahun pada pasien.
• Angka kelangsungan hidup
selama 1 tahun untuk
penderita sirosis dengan
Child-Pugh A, B, dan C
diperkirakan masing-masing
100, 80, dan 45%. 1
Laporan Kasus
• IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. G
• Umur : 50 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Kp.Pulo Gebang Bekasi
• Pekerjaan : Petani
• Status : Menikah
• Agama : Islam
• Suku : Betawi
• Tanggal Masuk RS : 18 Desember 2018
• Rekam Medis : 92863600
ANAMNESA
Anamnesis : Auto-anamnesis
Keluhan Utama : Perut membesar sejak ± 5 bulan SMRS

• Riwayat Penyakit Sekarang


• Pasien laki-laki berusia 50 tahun datang ke RS.Karya Medika 1
dengan keluhan utama perut membesar sejak 5 bulan SMRS. Perut
membesar secara perlahan pada seluruh bagian perut sehingga
mengganggu aktivitasnya. Perut terasa menegang dan sebah.
Namun keluhan perut membesar ini tisak sampai membuat pasien
sesak napas. Keluhan disertai badan lemas, nafsu makan menurun,
mual dan tidak ada muntah, serta demam.
• 1 bulan SMRS pasien merasa perutnya semakin membesar
dan menegang, cairan di perutnya belum pernah disedot.
Keluhan disertai BAB berwarna hitam seperti aspal,
konsistensi padat dan cair ada ampas dan lendir dengan
frekuensi 5 kali sehari dan hampir setiap hari dengan volume
±150 cc tiap buang air besar, buang air kecil dalam batas
normal dengan frekuensi 2-3x/hari, warna kuning jernih, nyeri
saat BAK tidak ada, kemerahan pada air kencing tidak ada.
Nafsu makan pasien berkurang, terasa lemas, dan tidak ada
demam. Pasien juga mengeluhkan kedua tungkai bawahnya
bengkak tidak disertai nyeri tekan. Jika ditekan, seperti
berbekas dan lama kembali ke bentuk semula. Sembab di
kelopak mata disangkal.
• Pasien mengeluhkan sesak napas, terutama bila berbaring
telentang, sehingga pasien lebih nyaman tidur miring ke sebelah
kanan atau kiri. Pasien menyangkal pernah melakukan transfusi
darah sebelumnya, pasien menyangkal pernah menggunakan
obat-obat terlarang, pasien tidak pernah berganti-ganti pasangan
seksual. Dalam 5 bulan terakhir berat badan pasien menurun ± 5
kg dari 53 kg menjadi 48 kg. Pasien berobat ke poliklinik penyakit
dalam RSKM1 disarankan untuk rawat inap dan transfusi darah
karena hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan pasien
anemia, akan tetapi pasien menolak untuk di rawat inap.

• 1 hari SMRS, pasien merasa perutnya semakin membesar dari


sebelumnya dan terasa menegang, mual dan nafsu makan
menurun.
• Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat sakit asma (-), sakit kuning (-), kencing manis (-), darah tinggi (-),
keganasan (-). Riwayat di rawat di RS Kartika Husada Tambun 5 bulan yang lalu dengan keluhan
perut membesar dan terasa sebah.

• Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat sakit kuning dalam keluarga (-), Riwayat penyakit dengan
keluhan yang sama dalam keluarga (-), tekanan darah tinggi (-), kencing manis (-), asthma (-),
keganasan (-), TB (-).

• Riwayat Kebiasaan :Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Pasien tidak pernah minum jamu.
Pasien merokok sejak usia 18 tahun hingga sekarang, ±6 batang perhari.

• Riwayat Pengobatan :Pasien sering mengkonsumsi obat-obat penghilang nyeri dalam waktu yang
lama. Riwayat alergi obat (-). Riwayat kontrol sejak bulan Oktober 2018 di Poliklinik penyakit dalam
RSKM1 dengan keluhan perut membesar dan BAB hitam

• Riwayat pribadi dan sosial : Pasien tinggal dirumah bersama istri dan anaknya. Pasien bekerja
sebagai petani. Pasien menggunakan uang pribadi untuk berobat
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum : Tampak sakit sedang


• Kesadaran : Komposmentis
• GCS : E4 V5 M6
• Tekanan Darah : 110/80 mmHg
• Nadi : 80x/menit
• Napas : 22x/menit
• Suhu : 36,5 oC
• Tinggi Badan : 162 cm
• Berat badan : 48 kg
• Status Generalisata
• Kepala : dbn
• Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-), pupil bulat isokor 2mm/2mm, refleks cahaya
(+/+)
• Telinga : dbn
• Hidung : dbn
• Mulut : Mukosa bibir kering, bibir sianosis(-), pembesaran
tonsil (-), gusi berdarah (-), atrofi papil(-), stomatitis (-), gigi
caries (+).
• Leher : dbn
• Toraks
• Pulmo :
• Inspeksi : bentuk dinding dada simetris, ukuran normal, pergerakan
dinding dada simetris, spider nevi (-), retraksi sela iga (-),.
• Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris, vocal fremitus D/S sama,
nyeri tekan (-), krepitasi (-)
• Perkusi : sonor pada kedua lapang atas, tengah dan bawah paru.
Nyeri ketok (-).
• Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada lapangan paru kanan dan
kiri, wheezing -/-, ronkhi (-/-)

• Cor : dbn
• Abdomen
• Inspeksi : perut tampak cembung simetris, Distended
(+), umbilicus menonjol, caput medusa (-), venektasi
kolateral (+)
• Auskultasi : bising usus (+) , metallic sound (-)
• Perkusi : shifting dullness (+), nyeri ketok (+) region
epigastrium
• Palpasi : nyeri tekan (-), hepar sulit dinilai, lien sulit
dinilai, undulasi (+), lingkar perut: 94 cm

• Ekstremitas : Eritema palmaris (-), clubbing finger (-), akral


hangat +/+, Edema pretibia (-/-) , Kulit kuning (-) , CRT <2s ,
sianosis (-) ,tremor (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 18/12/18 19/12/18 20/12/18 Nilai


Satuan
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 6,1 6,8 10,1 g/dL 13,50
Jumlah Hematokrit 21,9 23,0 33,4 % 40-48
Jumlah Leukosit 37,3 24,51 25,41 Ribu/L 4,50-10
Jumlah Trombosit 663 379 333 Ribu/L 150-400
Kimia Darah
Albumin 2,64 2,03 g/dL 3,20-5,20
Pemeriksaan lab tgl 20/12/18
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan lab tgl 19/12/18 Albumin 2,95 g/dl 3.20-3.50

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Anti HCV Negatif Negatif


Rujukan
Hematologi Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Tinja
Golongan Darah O
Lengkap
Rhesus Positif Darah Samar Negatif Negatif
Kimia Darah Makroskopis

Bilirubin total 0,49 mg/dl 0-1 Warna Kuning kehijauan


Konsistensi Lembek
Fungsi Ginjal
Bau Biasa
Ureum 53 mg/dl 20-40 Campuran Sisa makanan, lendir
Kreatinin 1,85 mg/dl 0,50-1,50 Mikroskopis
Leukosit 3-4 /LPB 0.00-5.00
Diabetes
Eritrosit 0-1 /LPB 0.00-1.00
Glukosa Sewaktu 99 mg/dl <170 Bakteri Positif Positif
NA, K, CL Parasit Negatif Negatif

Natrium 139,7 mmol/L 135-145 Telur cacinng Negatif Negatif


Jamur Hypha +1, sel Ragi +2 Negatif
Kalium 3,85 mmol/L 3,50-5 Amylum Negatif Negatif
Chlorida 111,9 mmol/L 94-111 Lemak Negatif Negatif
Serat Positif 1 Negatif
pH 8,0 6-7
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 21 Desember 2018
Urine
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Lengkap
Rujukan Warna Kuning
Kimia Darah Kejernihan Jernih
pH 5.0 5.00-8.00
Albumin 3,31 g/dL 3.20-5.20
berat Jenis 1010 1005-1030
NA, K, CL
Albumin Negatif Negatif
Natrium 136.6 mmol/L 135-145 Glukosa Negatif Negatif
Kalium 3.68 mmol/L 3,50-5 Keton Negatif Negatif
Chlorida 107.5 mmol/L 94-111 Urobilinogen 0.2 E.U 0.10-1.00
Bilirubin Negatif Negatif
Darah samar Negatif Negatif
Leukosit esterase Negatif Negatif
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 19 Oktober 2018
Nitrit Negatif Negatif

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan Sedimen


Eritrosit 0-1 LPB 0-1
Kimia darah Leukosit 1-2 LPB 1-5
Fungsi hati Silinder Negatif LPK Negatif
Epitel Gepeng +1 Gepeng +1
SGOT/AST 23 U/L 0-37 Kristal Negatif Negatif
SGPT/ALT 16 U/L 0-41 Bakteri Negatif Negatif
Lain-lain Negatif
HBsAg Negatif S/N Negatif
• Pemeriksaan USG abdomen
Kesan : Sirosis Hepatis dan Asites
• Pemeriksaan EKG
Kesan : dbn
• Pemeriksaan Rontgen Thorax
Kesan :
• Infiltrat minimal di paracardial dextra.
• Besar cor normal.
DIAGNOSIS KERJA

• Sirosis Hepatis
• Anemia
• Hipoalbuminemia
Penatalaksanaan

Non Medikamentosa Medikamentosa


• Tirah baring • Injeksi ondancentron 3x4 mg
• Diet rendah garam, dan restriksi cairan • Injeksi omeprazol 1x40 mg
• Oksigen 3 liter/menit • Injeksi ceftriaxone 1x2 gr
• Pungsi asites setelah perbaikan keadaan umum • Lasix drip 5 mg / jam syring pump
• Transfusi PRC • Spironolakton 100 mg x 1 tab
• Transfusi Albumin 20% • Propanolol 2x 10 mg
• IVFD Ringer Asetat 500 ml/24 jam • Chana 3x 1 tab
• Sukralfat sirup 4x1C
PEMBAHASAN- ANALISA KASUS

Teori Kasus
secara epidemiologi angka kejadian sirosis hepatis di Indonesia Pada anamnesis pasien berjenis kelamin
menunjukkan pria lebih banyak menderita sirosis daripada laki-laki berusia 50 tahun.
wanita (2-4,5 : 1), terbanyak didapatkan pada dekade kelima.
sirosis (kompensata) meliputi perasaan mudah lelah dan Keluhan perut membesar, badan lemas,
lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, nafsu makan menurun, mual,BAB
mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat timbul berwarna hitam seperti aspal, kedua
impotensi, testis mengecil, buah dada membesar, hilangnya tungkai bawahnya bengkak tidak disertai
dorongan seksualitas. nyeri tekan, sesak napas, terutama bila
(sirosis dekompensata), gejala-gejala lebih menonjol terutama berbaring telentang, dan berat badan
bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, pasien menurun ± 5 kg dari 53 kg menjadi
meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur, demam 48 kg.
tidak begitu tinggi. muntah darah dan/atau melena, serta
perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi,
bingung, agitasi, sampai koma.
Teori Kasus

Temuan klinis yang paling banyak pada penderita sirosis PF: konjungtiva anemis, pada inspeksi abdomen perut
hati berdasarkan urutan terbanyak adalah: asites, tampak cembung simetris, distended, umbilicus
edema kaki dan sacral, spider nevi, splenomegali, menonjol, terdapat venektasi kolateral. Pada perkusi
hepatomegali, venektasi, ikterus, eritema palmaris. didapatkan shifting dullness (+), nyeri ketok region
epigastrium. Pada palpasi hepar sulit dinilai, lien sulit
dinilai, undulasi (+), lingkar perut: 94 cm.

Dpt tjd kelainan hematologi anemia. SGOT dan SGPT Lab: hemoglobin↓(6,1 g/dl), leukosit↑ (37.300 ribu/L),
pe↑ abnormal, pd pemeriksaan rutin dapat menjadi Albumin ↓ (2,64 g/dl), biliribun total 0,49 mg/dl. Nilai
salah satu tanda adanya peradangan atau kerusakan hati SGOT dan SGPT normal pada bulan oktober 2018, HBsAg
akibat berbagai penyebab, termasuk sirosis. Sirosis yang negatif dan AntiHCV negatif. Pada pemeriksaan USG
lanjut dapat disertai pe↓ kadar albumin dan faktor abdomen didapatkan kesan Sirosis hepatis dan asites.
pembekuan darah.
Pemeriksaan USG juga dapat menilai asites,
splenomegali, trombosis vena porta, pelebaran vena
porta, dan skrining karsinoma hati pada pasien sirosis.
Teori Kasus

penatalaksanaan sirosis bila tidak ada koma hepatic : diet yang Penalaksanaan tersebut sesuai dengan instruksi DPJP
mengandung protein 1g/KgBB dan kalori sebanyak 2000-3000 Non Medikamentosa
kkal/hari. Tirah baring
Asites; tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi Diet rendah garam, dan restriksi cairan
garam sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari. Diet rendah garam Oksigen 3 liter/menit
dikombinasi dengan obat-obatan diuretic. Pungsi asites setelah perbaikan keadaan umum
Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 Transfusi PRC
mg sehari. Respon diuretic bisa dimonitor dengan penurunan Transfusi Albumin 20%
berat badan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari IVFD Ringer Asetat 500 ml/24 jam
dengan edema kaki. Bilamana spironolakton tidak adekuat bisa
dikombinasikan dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari. Medikamentosa
Pemberian furosemid bisa ditambah dosisnya bila tidak ada Injeksi ondancentron 3x4 mg
respon, maksimal dosisnya 160 mg/hari. Injeksi omeprazol 1x40 mg
Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran Injeksi ceftriaxone 1x2 gr
asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian Lasix drip 5 mg / jam syring pump
albumin. Varises esophagus; sebelum berdarah dan sesudah Spironolakton 100 mg x 1 tab
berdarah bisa diberikan obat β-blocker. Propanolol 2x 10 mg
Propepsa 4x 1C
Chana 3x 1 tab
Sukralfat sirup 4x1C
PENUTUP
• Pasien laki-laki 50 tahun dengan keluhan asites, melena, lemas, mual, kedua kaki bengkak, sesak
napas jika berbaring terlentang, nafsu makan menurun dan penurunan berat badan. Kebiasaan
minum obat-obatan pereda nyeri dan merokok. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
110/80 mmHg, denyut nadi 80 kali/ menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,5c, berat badan 48
kg, konjungtiva anemis pada kedua mata, Abdomen cembung, umbilicus menonjol, venektasi (+),
shifting dullness (+), nyeri ketok (+) regio epigastrium, palpasi hepar sulit dinilai, lien sulit dinilai,
undulasi (+), lingkar perut: 94 cm. Pada pemeriksaan laboratorium awal pasien masuk rumah
sakit menunjukkan hemoglobin yang rendah (6,1 g/dl), leukositosis (37.300 ribu/L), Albumin yang
rendah (2,64 g/dl), biliribun total 0,49 mg/dl (normal). Nilai SGOT dan SGPT normal pada bulan
oktober 2018, HBsAg negatif dan AntiHCV negatif. Pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan
kesan Sirosis hepatis dan asites.
• Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan maka
pasien tersebut didiagnosis Sirosis hepatis dekompensata, Anemia, dan hipoalbuminemia.
• Setelah dilakukan 5 hari perawatan di rumah sakit pasien di perbolehkan pulang oleh DPJP.
DAFTAR PUSTAKA
• Nurdjanah S. Sirosis Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi V. Jakarta. Pusat Penerbitan
Departmen Ilmu Penyaakit Dalam Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia. 2009. 668-72
• Djaya N. Profil Lipid dan Kadar GlukPasiena Darah Penderita Sirosis Hati Child B dan C serta
Hubungannya dengan Asupan Makanan dan Status Gizi di Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta
Barat. Volume 3. No 3. Jakarta : FK Unika Atmajaya, 2004
• Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC, 2000. 573
• Hadi S. Hepatologi. Bandung : Mandar Maju, 2000. 331-7
• Underwood J. Patologi Umum dan Sistemik. Volume II. Edisi 2. Jakarta : EGC, 1998. 489
• Suyono H. Sirosis Hati. Gastroenterologi. Cetakan ke-7. Penerbit Alumni Bandung. 1999 : 23-9
• Sulaiman Ali, Nurul A, Laurentius A, Sjaifoellah Noer, editor’s. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi I.
Jakarta : Sagung Seto.2012. p. 347-82
• Porth CM. Alterations in hepatobiliary function. In Essentials of pathophysiology: concepts of
altered health states. 2nd ed.: Lippincott Williams & Wilkins; 2004. p. 494-51

Anda mungkin juga menyukai