FK UGM-RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA - 2017 Penyidik dan Detail Permintaan Nama Penyidik : YS Pangkat/NRP : Brigadir / 77080838 Lap.Polisi Nomor : Tertanggal : 24 September 2017 Detail Permintaan: Pemeriksaan Luar dan Pembuatan Visum et Repertum Identitas Korban Nama : Ms.X Jenis Kelamin : Perempuan Umur : Tidak diketahui Alamat : Tidak diketahui No RM : 0xx-2017 Agama : Tidak diketahui Bangsa : Tidak diketahui Q1 : Pihak yang Berwenang Membuat Keterangan Ahli KUHAP pasal 133 ayat (1) penyidik berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli. Pasal 11 KUHAP penyidik pembantu juga memiliki wewenang yang sama. Kategori penyidik (KUHAP pasal 6 ayat (1) jo PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1)) Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh UU dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, sedangkan penyidik pembantu berpangkat serendah-rendahnya Sersan Dua. Bila penyidik adalah PNS, maka kepangkatan serendah-rendahnya golongan II/b untuk penyidik dan II/a untuk penyidik pembantu. Bila tidak ada pejabat penyidik seperti diatas, maka Kepala Kepolisisan Sektor yang berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua dikategorikan pula sebagai penyidik karena jabatannya. (PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (2)) Juridiksi Peradilan Militer (Surat Keputusan Pangab No: Kep/04/P/II/1983 tentang Penyelenggaraan Fungsi Kepolisian Militer. Pasal 4 huruf c ketentuan tersebut mengatur fungsi Polisi militer sebagai penyidik Pasal 6 ayat c ketentuan diatas mengatur Provost dalam membantu komandan/Ankum (atasan yang berhak menghukum) dalam penyidikan perkara pidana (dilingkungan yang bersangkutan). Tetapi penyelesaian selanjutnya diserahkan kepada POM atau POLRI Q1 : Pihak yang Berwenang Membuat Keterangan Ahli KUHAP pasal 133 ayat 1 Kewenangan melakukan pemeriksaan forensik yang menyangkut tubuh manusia dan membuat keterangan ahli adalah dokter ahli kedokteran kehakiman (forensik), dan dokter ahli lainnya. Yang dibuat oleh dokter ahli kedkteran kehakiman disebut keterangan ahli sedangkan yang dibuat oleh selain ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan. Q5: Menentukan Sebab Kematian Asfiksia (mekanik yang paling sering) yang disebabkan oleh pencekikan, penjeratan, pembekapan). Utk memastikan asfiksia pemeriksaan leher Menemukan tanda intravitalitas mikro Membedakan kekerasan tumpul dgn cedera akibat trauma jalan lahir Penyakit kongenital (peny.membran hialin, kongenital fatal lainnya) dan bs juga pneumonia Q8 : Perkiraan Waktu Kematian Bayi Perkiraan waktu kematian dapat dinilai dari : 1. Lebam mayat (Livor Mortis) mulai tampak 20-30 menit pasca kematian dan menetap setelah 8-12 jam 2. Kaku mayat (Rigor Mortis) mulai tampak 2 jam pasca kematian, lengkap setelah 12 jam. 3. Penurunan suhu tubuh (jarang dipakai) 4. Pembusukan mulai tampak 24 jam pasca kematian (warna hijau pd perut kanan bawah). Jika terdapat lalat 30-40 jam pasca mati. Q8 : Perkiraan Waktu Kematian Bayi Pemeriksaan lain : 1. Pemeriksaan kornea kornea keruh dlm waktu 10-12 jam pasca kematian 2. Perubahan dlm lambung (tidak dapat memastikan waktu kematian secara pasti) 3. Perubahan dalam cairan serebrospinal kadar nitrogen asam amino < 14 mg% kematian belum lewat dari 10 jam. 4. Perubahan cairan vitreus kalium cukup akurat untuk memperkirakan saat kematian antara 24-100 jam pasca kematian Q8 : Perkiraan Waktu Kematian Bayi 5. Reaksi Supravital kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca kematian, sekresi kelenjar keringat 60-90 menit pasca kematian.