Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS

ATRESIA BILIER
Julinar, Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RS Dr. M. Djamil Padang
E-mail : yusridianne@yahoo.com

Abstrak
Atresia bilier merupakan penyakit yang jarang terjadi dan penyababnya
belum diketahui secara pasti. Karakteristik dari penyakit ini adalah terjadinya
inflamasi progresif pada duktus bilier sehingga terjadi obstruksi ekstrahepatal
yang akhirnya dapat menyebabkan fibrosis dan sirosis hepar. Atresia bilier ada 2
tipe yaitu: 1.) Syndromic atau fetal, disertai beberapa kelainan kongenital (10-
20%). 2.) non syndromic, tanpa disertai kelainan kongenital yang lain (80-90%).
Atresia bilier akan berakibat fatal tanpa penanganan yang cepat. Kelainan ini
dapat ditangani dengan metode operasi Kasai prosedure yang dapat mengalirkan
kembali aliran empedu hampir 80% jika dilakukan secepatnya, gold periode >60
hari. Diagnosis dini sangat penting untuk keberhasilan operasi Kasai. Pada
penulisan ini akan dilaporkan sebuah kasus atresia bilier tipe fetal, seorang anak
laki-laki berusia 58 hari, dengan keluhan tampak kuning sejak usia 3 minggu
disertai dengan buang air besar berwarna pucat, buang air kecil berwarna seperti
teh pekat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, laboratorium, USG dan
biopsi hepar yang sangat mendukung diagnosis atresia bilier. Operasi Kasai tidak
efektif karena disertai dengan komplikasi kholangitis yang akhirnya menyebabkan
sirosis hepatis pada 5 bulan kehidupan.
Kata kunci : Atresia bilier, Kasai procedure, kholangitis, sirosis hapatis

Abstract
Biliary atresia is a disease of unknown etiology, characterized by
progressive fibro inflammatory of the bile duct and liver that result obstruction of
extrahepatic bile duct, leading to the fIbrosis and liver cirrhosis. It has two form of
biliary atresia : 1.) syndromic of fetal biliary atresia (10-20%) with various
congenital anomalies, 2.) non syndromic biliary atresia (80-90%) with isolated
anomaly. In this case we report on an infant with the second form of biliary
atresia, with diagnosis and operation was not based on liver biopsy, but on clinical
features, laboratorium finding and USG, that were a highly suggestive of fetal
form of biliary atresia. A boy 58 days infant with fetal biliary atresia. He
developed jaundice in 3 weeks of life, pale stool, dark urine, and liver was
palpable. Kasai operation was not effective because he had cholangitis
complicated and developed liver cirrhosis at five month of age. Fetal EHBA
(Extra Hepatic Biliary Atresia) with worse outcome after Kasai procedure because

188
of cholangitis complicated. Early diagnosis EHBA is very important for succesfull
of Kasai procedure.
Key words: biliary atresia, kasai, Cholangitis, liver cirrhosis

189
Majalah Kedokteran Andalas, Vol.33. No.2. Juli –Desember 2009 190

Pendahuluan sementara bila sesudah usia tersebut


Atresia bilier adalah suatu (4,6)
hasilnya kurang dari 20%.
keadaan dimana tidak adanya lumen
pada traktus bilier ekstrahepatik yang KASUS
menyebabkan hambatan aliran empedu. Seorang anak laki-laki A, berumur 6
Atresia bilier terjadi karena proses minggu, dirawat di IRNA D IKA RSUP
inflamasi yang berkepanjangan yang Dr. M. Djamil Padang dari tanggal 15
menyebabkan kerusakan progresif pada Juli 2008 s/d 19 Juli 2008, MR 601044,
duktus bilier ekstrahepatik sehingga rujukan dari RSUD Painan dengan
terjadi hambatan aliran empedu keterangan suspek kolestasis. keluhan
(kolestasis), akibatnya di dalam hati waktu masuk rumah sakit tampak
dan darah terjadi penumpukan garam kuning sejak usia 3 minggu.
empedu dan peningkatan bilirubin Alloanamnesis didapatkan dari
direk.(1-3) ibu dan ayah pasien dengan keluhan
Penyebab atresia bilier belum utama tampak kuning sejak usia 3
dapat dipastikan. Atresia bilier akan minggu, semakin lama semakin
mengakibatkan fibrosis dan sirosis hati bertambah kuning, awalnya kuning
pada usia yang sangat dini, bila tidak tampak di mata kemudian di seluruh
ditangani segera. Jika operasi tidak badan, buang air besar tampak
dilakukan, maka angka keberhasilan berwarna pucat (seperti dempul) sejak
hidup selama 3 tahun hanya berkisar 3 minggu yang lalu, frekwensi 1-2
10% dan rata - rata meninggal pada kali/hari, konsistensi lunak. Buang air
(1,4)
usia 12 bulan. kecil berwarna gelap seperti teh pekat
Di dunia secara keseluruhan sejak 3 minggu yang lalu, jumlah biasa.
dilaporkan angka kejadian atresia bilier Tidak disertai demam, mual muntah
berkisar 1:10.000-15.000 kelahiran dan batuk pilek. Anak telah dibawa
hidup, lebih sering pada wanita dari berobat ke bidan selama 2 minggu
pada laki-laki. Rasio atresia bilier namun tidak ada perbaikan, kemudian
antara anak perempuan dan laki-laki berobat ke RSUD Painan, lalu
1,4:1, dan angka kejadian lebih sering dianjurkan ke RSUP Dr. M. Djamil
pada bangsa Asia. Kolestasis Padang dengan keterangan suspek
ekstrahepatik sekitar 25-30% kolestasis. Satu minggu kemudian anak
(4-7)
disebabkan oleh atresia billier. Di baru dibawa ke RSUP Dr. M. Djamil
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Padang karena alasan biaya.
Jakarta penyebab kolestasis obstruktif Selama hamil ibu mengaku
yang paling banyak dilaporkan (>90%) sehat, riwayat sakit kuning selama
(3)
adalah atresia bilier. hamil disangkal. Anak tunggal,
Deteksi dini kemungkinan dilahirkan spontan, persalinan dibantu
adanya atresia bilier sangat penting, oleh bidan di rumah bersalin, cukup
sebab keberhasilan pembedahan bulan, langsung menangis kuat, berat
hepato-portoenterostomi (Kasai) akan badan lahir 2700 gr, panjang badan
menurun apabila dilakukan setelah lahir 45 cm.
umur 2 bulan. Keberhasilan operasi Riwayat imunisasi dasar belum
sangat ditentukan terutama oleh usia lengkap, BCG diberikan pada umur 0
saat dioperasi, yaitu bila dilakukan bulan, ada skar, polio satu kali. Hepatitis B satu
sebelum usia dua bulan, keberhasilan kali pada umur 1
mengalirkan empedu lebih 80%,
Julinar,Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, ATRESIA BILIER 191

bulan. Riwayat pertumbuhan dan Uji fungsi hati didapatkan protein total
perberkembangan normal. Anak hanya 6,0 g/dl ( 6,6-8,7), albumin 4,8 g/dl
diberi ASI saja. (3,8- 5 gr/dl), globulin 1,2 g/dl (1,3-
Pemeriksaan fisik anak tampak 2,7 gr/dl), kolesterol 156 mg/dl
sakit ringan, sadar, aktif, tekanan darah (<200), bilirubin total 9,9 mg/dl,
100/60 mmHg, laju denyut nadi 120 bilirubin indirek 2,3 mg/dl, bilirubin
kali/menit, laju nafas 30 kali/menit. direk 7,6 mg/dl. SGOT 190 u/l (<38
Suhu tubuh 37 oC. Panjang badan 54 u/l), SGPT 200 u/l (<41 u/l), alkali
cm, berat badan 4,2 Kg, BB/U 85,7%, fosfatase 888 u/l (82-383 u/l), Gamma
PB/U `95%, BB/PB 97,6%. Kesan glutamil transminase 289 u/l (8-36
status gizi baik. Kulit teraba hangat, u/l), PT 14 menit 16 detik (10 detik-13
tampak ikterik. Tidak teraba menit ,6 detik), APTT 51 menit 3
pembesaran kelenjar getah bening. detik(29 menit, 2detik – 39menit,
Konjungtiva tidak anemis, sklera 4detik). HBsAg (-), IgM anti HBc (-),
ikterik, pupil isokor, diameter 2 mm, anti HCV (-). Feses 3 porsi berwarna
reflek cahaya +/+ normal. Telinga, pucat seperti dempul.
hidung dan tenggorok tidak ditemukan
kelainan. Mukosa bibir dan mulut
basah. Leher JVP sulit dinilai. Dada
simetris, paru fremitus normal (kanan
sama dengan kiri), sonor, suara nafas
vesikuler, tidak terdengar ronki dan
wheezing. Tidak terlihat iktus jantung,
iktus jantung teraba, batas jantung sulit
dinilai, irama teratur, tidak terdengar
bising jantung. Perut tidak distensi, hati
teraba 1/3-1/3, konsistensi padat,
permukaan rata, pinggir tajam dan
tidak ada nyeri tekan, limpa tak teraba,
perkusi timpani. Bising usus normal.
Status pubertas A1P1G1. Pada anggota
gerak didapatkan akral hangat, perfusi
perifer baik, reflek fisiologis positif
normal, Tidak ditemukan reflek
patologis.
Gambar 1 : USG hepar
Hasil pemeriksaan labora-
torium: Hemoglobin 12,3 gr%,
USG hati bentuk dan ukuran
leukosit 6.500/mm3. Hitung jenis normal tidak ada pelebaran duktus
0/1/2/66/39/2. Pada pemeriksaan urine bilier, kandung empedu tidak
warna teh pekat, bilirubin (++), terdeteksi, ke Hitung skor Tohoku 7
protein(-), reduksi (-), urobilinogen (>5 atresia biliaris) kesan sesuai
(-). Sedimen leukosit 1-2/lpb, eritrosit dengan atresia billier.
0 -1/lpb, silinder (-), epitel gepeng (+),
kristal (+). Feses lunak, warna pucat
Diagnosis kerja
seperti dempul, tidak berlendir dan kolestasis ektsrahepatal, DD / kolestasis
berlemak, secara mikroskopis tidak intrahepatal.
ditemukan leukosit, eritrosit, parasit,
dan amuba.
Majalah Kedokteran Andalas, Vol.33. No.2. Juli –Desember 2009 192

Penatalaksanaan
Terapi suportif berupa Asam
ursodeoksikolat 3x20 mg, dan diberikan
ASI on demand. Konsultasi ke Bagian
Bedah Anak, anjuran operasi Kasai.
Operasi Kasai dilakukan tanggal 30 Juli
2008. Pada saat operasi tidak ditemukan
kandung empedu, dilakukan Roux n-Y
anastomase /hepatoporto jejunostomi
(gambar 2), kemudian
diambil jaringan hati untuk
pemeriksaan patologi anatomi.
Diberikan terapi Glukosa 5% : NaCl
0,9% 105 cc/kg BB/hari, Asam
ursodeoksikolat 3 x 20 mg, Fosfomycin Gambar 2: Hepatoporto enterostomi
2 x 250 mg, Roboransia (Vitamin (Kasai procedures)
A,D,E), Vitamin K1 2.5 mg, anak
dipuasakan sementara.
Gambaran histopatologi hati
didapatkan jaringan hati dengan
fibrotik periportal dan duktus bilier
yang berproliferasi serta adanya sel-sel
limfosit ( ductular reaction ), parenkim
terdiri dari hepatosit yang mengalami
degenerasi hidropik, bengkak,
sitoplasma bergranuler, mengandung
pigmen coklat kekuningan, kesan
kolestasis kronik. Selama perawatan
anak tidak mengalami komplikasi. Hari Gambar 3: Anak saat perawatan paska
ke-8 rawatan kondisi anak stabil, tidak operasi.
demam dan anak tidak tampak kuning,
buang air besar berwarna kuning, lalu Dua minggu kemudian, anak dirawat
kembali di RSUP Dr. M. Djamil melalui rujukan
anak dipulangkan. Diberikan obat rumah sakit swasta dengan keterangan pasca
pulang Asam ursodeoksikolat 3 x 20 pemasangan drain. Telah diberikan antibiotik
mg, Roboransia (vitamin A,D,E),
vitamin K1 2,5 mg
Julinar,Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, ATRESIA BILIER 193

cefotaxim selama 4 hari. Pemeriksaan terganggu, anemia defisiensi Fe.


fisik didapatkan anak tampak kuning Disikapi dengan koreksi elektrolit dan
kembali, sadar, laju nafas 26 transfusi dengan PRC.
kali/menit, suhu 37 o C, laju denyut Hari ke-5 rawatan anak tampak
nadi 100 kali/menit, mata konjungtiva kuning, demam tinggi, buang air besar
anemis, sklera ikterik. Thorak, jantung berwarna kuning lebih muda dari
dan paru dalam batas normal, abdomen sebelumnya, muntah tidak ada. Dari
sedikit distensi , bising usus melemah, drain keluar cairan berwarna
lingkar perut 41 cm, drain terpasang kekuningan lebih kurang 3 cc, anak
baik, cairan keluar berwarna tampak sakit berat, sadar, abdomen
kekuningan ± 5 ml, hati teraba 2/3-2/3, distensi, hati teraba ¾-¾, konsitensi
konsistensi padat, permukaan rata, padat, permukaan rata, pinggir tumpul,
pinggir tumpul, limpa teraba Schuffner limpa schuffner II, lingkar perut 42 cm,
I. Shifting dullness (+), bising usus
Pemeriksaan laboratorium rutin (+)normal, buang air basar berwarna
didapatkan Hb 7,9 gr%, lekosit 25.600, kuning kebih muda dari sebelumya.
Hitung jenis 0/0/2/90/8/2, Kesan : suspek kholangitis . ASI OD
Eritrosit 3,4 juta/mm3 . Hematokrit 25 ditambah susu formula progestimil.
vol%, Retikulosit 9º/oo, trombosit Hasil Hb 10,9 g/dl, leukosit
3 3 3
151.000 /mm . Pemeriksaan urin: 17.000/mm , trombosit 20.000/mm .
bilirubin urin (+), protein (-) dan Hari ke-16 rawatan, anak tidak
reduksi (-), epitel silinder dan gepeng demam, tampak kuning seluruh
tidak ditemukan, urobilinogen (+). badan,buang air besar berwarna pucat,
Feses berwarna kuning muda, BB 4200 kg, perut membuncit,
konsitensi lunak, secara mikroskopis distensi lingkar perut 43 cm, venektasi
tidak ditemukan eritrosit, leukosit dan pada dinding perut (+), hati teraba ¾-¾
amuba. Kesan : pasca operasi Kasai padat, perukaan rata, lien teraba
dengan distensi abdomen ec...? dan Schuffner II. Kesan sirosis hepatis.
anemia mikrositik hipokrom ec suspek Anak pulang atas permintaan keluarga,
defisiensi Fe, Sikap IVFD Glukosa 5%: diberikan Asam ursodeoksikolat 3x 20
NaCl 0,9% = 3:1 105 cc/kg BB/hari, mg, Roboransia (vitamin A,D,E),
Cefotaxim 2x 200 mg (IV), Vitamin K 2.5. Dianjurkan kontrol ke
dekompresi lambung, Asam poliklinik IKA.
ursodeoksikolat 3x20 mg, anak
sementara dipuasakan. Elektrolit Na : DISKUSI
107 mEq/ L, K: 2,1 mEq/L. albumin Dari alloanamnesis didapatkan
2,5 g/dl, globulin 2,1 g/dl, bilirubin anak tampak kuning sejak usia 3
total 24,4 mg/dl, bilirubin direk 18,7 minggu, buang air besar berwarna
mg/dl, bilirubin indirek 5,7 mg/dl, pucat (seperti dempul), buang air kecil
SGOT 297 u/l, SGPT 301 u/l. Alkali berwarna gelap. Jika gejala ini muncul
fosfatase 865 u/l, GGT 301 u/l. Foto pada usia lebih 2 minggu maka harus
polos abdomen 2 posisi, tampak udara dicurigai kemungkinan atresia billier.(5)
memenuhi usus, air fluid level tidak Pada kasus ini bayi tampak kuning
ada. Kesan : metorismus. PT 30menit 8 pada usia 3 minggu.
detik, APTT 54 menit 8 detik. SI 40 Dari pemeriksaan fisik pada
mg/dl, TIBC 275 mg/dl (saturasi awalnya didapatkan keadaan umum
transferin 14,5%). Kesan: anak baik, kulit tampak ikterik, mata
hiponatremia, hipokalemia, fungsi hati konjungtiva ikterik, hepatomegali,
Majalah Kedokteran Andalas, Vol.33. No.2. Juli –Desember 2009 194

pertumbuhan anak masih dalam batas minggu, operasi tertunda karena alasan
normal, berat badan lahir cukup (2700 biaya. Operasi dapat berjalan lancar
gram). Pada kolestasis intrahepatik dan anak dapat dipulangkan. Tenggang
dimana berat badan lahir biasanya waktu 4 minggu pasca operasi terjadi
dibawah normal. Dalam literatur komplikasi pasca operasi berupa
dikatakan bahwa pada atresia billier kholangitis dengan demam tinggi (suhu
0
biasanya anak lahir dengan berat badan 39,5 C), buang air besar berwarna
normal, cukup bulan dan pertumbuhan pucat kembali, kadar bilirubin direk
anak masih normal pada 3 bulan bertambah (7,6mg/dl menjadi 18,7
pertama kehidupan dengan status gizi mg/dl), hal ini sesuai dengan Triad
baik.(2,7) cholangitis menurut Campbell.
Pemeriksaan penunjang pada Komplikasi yang paling sering setelah
kasus ini didapatkan. bilirubin urin operasi Kasai 30-60% berupa
positif 2 (++), pengumpulan feses 3 kholangitis dapat terjadi beberapa
porsi tetap berwana pucat. Didapatkan minggu atau beberapa bulan
juga peningkatan kadar bilirubin direk, setelah operasi Kasai. Selanjutnya
GGT meningkat lebih dari 5 kali, terjadi komplikasi sepsis yang
SGOT, SGPT, rasio alkalifosfatase memperburuk keadaan umum anak.
dengan GGT kurang dari 7. Ini Disamping itu pada kasus ini
menyokong diagnosis atresia juga terjadi anemia yang disebaban
bilier.(2,3,8) Menurut Gupta R, oleh defisiensi Fe, dimana saturasi
mengumpulkan feces 3 porsi yang transferin 14,5%. Menurut kriteria
berwarna tetap pucat mempunyai WHO anemia defisiensi Fe jika saturasi
sensitifitas 87,7%.(9) Kombinasi transferin <15%.(13) Hal ini menambah
peningkatan GGT, bilirubin direk dan perburukan keadaan umum anak.
alkalifosfatase mempunyai spesifisitas Adanya asites, venektasi pada dinding
92,9% dalam menentukan atresia abdomen dan hepatosplenomegali yang
10
billier. Pada kasus ini hitung Score merupakan dasar bahwa pada anak
Tohoku 7, sesuai dengan skoring telah mengalami sirosis hepatis, namun
Tohoku jika skore Tohoku lebih 5 atau diagnosis pasti tetap berdasarkan
sama dengan 5 menunjukkan atresia pemeriksaan biopsi hati. Terjadinya
(11)
billier. komplikasi operasi berupa kholangitis
Pemeriksaan USG hati pada dan gambaran klinis sirosis hepatis
kasus ini tidak ditemukan kandung menyebabkan prognosis pada pasien
empedu, kesan sesuai dengan atresia ini tidak baik.
bilier.Sensitifitas pemeriksaan ini 75-
80%.(1,2,5) Hasil patologi anatomi KEPUSTAKAAN
tampak gambaran fibrotik periportal 1. Cambell KM, Bezzere JA.
dan duktus bilier yang berproliferasi Biliary atresia. Dalam: Walker
serta adanya sel-sel limfosit WA, Goulet Olivier et al,
mendukung diagnosis atresia bilier. penyunting. Pediatric
Gambaran ini sesuai dengan gambaran gastrointestinal disease. Edisi
histologi atresia billier. Pemeriksaan keempat. Ortario: BC Decker
histologi ini mempunyai akurasi Company; 2004. h. 122-35.
(1,6,12)
diagnostik yang tinggi 90-95%.
Penanganan pada pasien ini 2. ParlinR.Atresiabilier:
dilakukan operasi Kasai (hepato- Fakultas Kedokteran Universitas
portoenterostomi) pada saat berumur 8 Indonesia, 2001.
Julinar,Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, ATRESIA BILIER 195

Didapat dari: URL: http: // 8. Bisanto J. Evaluasi diagnostik


www.kalbe.co.id / fiks / cdk / dan tatalaksana kolestasis pada
15 atresia billier.html bayi. J Gastroenterologi anak
3. Bisanto J, Evaluasi diagnosis Indonesia; 2:118-27.
dan tatalaksana kolestasis pada
bayi. Dalam : Subijanto NS, 9. Gupta R, Nogdeve NG, Sarin
Sjamsul A, Ahmad S, Alpha F, YK. Neonatal surgical jaundice
penyunting. BKGAI 07 revisited. Indian J Pediatric
Kongres Nasional III BKGAI: 2005; 72:415– 22.
Des 6-8, 2007; Surabaya; 2007.
h.75-89. 10. Maggiore G, Bernard D,
Hadchouel M, Lemonnier A,
4. Hasan H, William F. Neonatal Alagille D. Diagnostic value of
kolestasis. Dalam: Kliegman serum gamma glutamyl
RM, Behrman RE, Jenson HB, transpeptidase activity in liver
Stanton BF, penyunting. Nelson diseases
textbook of pediatrics. Edisi
delapan belas. Philadephia: 11. in children. J Paediatr
Saunders company; 2007. h. Gastroenterol Nutr 1991; 12:
1185–201. 21-6. Kimura K, Hays DM.
Biliary atresia. The Japanase
5. Chistoph C. Biliary atresia. experience. Havard University;
Didapat dari http: // www. 1980; 24-164.
Orphanet / data / patho / 6B /
uk-Biliary atresia. pdf.okt 2005. 12. Sokul RJ, Michael R,
Narkewicz, Frederick MK:
6. Arif S, Deteksi dini kolestasis Pathogenesis and out come of
neonatal. Surabaya : Fakultas biliary atresia. J Pediatr
Kedokteran Universitas gastroentrol nutr 2003; 37: 4–
Airlangga, 2005. 21.

7. Whitington PF. Chronic 13. Suchy FJ. Neonatal cholestasis.


cholestasis of infancy. Pediatr J Pediatr Rev 2004; 25:388–96.
clin North Am 1996 ; 43 ; 1-26.

Anda mungkin juga menyukai