Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATEMESIS

Disusun :

WILDA NUN HARDIAN


PO713201181194

CI INSTITUSI
HERYANSYAH, S.Kep, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


PRODI D.III KEPERAWATAN
KELOMPOK H
KELAS III D
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMATEMESIS

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Hematemesis merupakan muntah darah yang disebabkan oleh adanya perdarahan
saluran makan bagian atas yang muntahan isi lambung bercampur darah atau regurgitasi
darah
2. Etiologi
Hematemesis akan terjadi bila perdarahan di daerah proksimal jejunum. perdarahan biasanya
mengalami sebanyak 50-100 ml, dan baru dijumpai dengan keadaan melena. Hematemesis terjadi
dengan kelainan varises esofagus, ulkus peptikum, gastritis erosif 

3. Patofisiologi
a. Ulkus peptikum
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena
jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam
hidroklorida) dan pepsin. Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan
konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan
normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mucus yang
cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
B. Barier mukosa lambung
Merupakan pertahanan utama lambung terhadap pencernaan yang
dilakukan lambung itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi pertahanan
mukosa adalah suplai darah , keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa dan
regenersi sel epitel. Seseorang mungkin akan mengalami ulkus peptikum karena
satu dari dua faktor ini , yaitu; (1) hipersekresi asam lambung (2) kelemahan
barier mukosa lambung.
Apapun yang menurunkan produksi mucus lambung atau merusak
mukosa lambung adalah ulserogenik ; salisilat, obat anti inflamasi non steroid,
alcohol dan obat antiinflamasi.
d. Sindrom Zollinger-Ellison
Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan ; hipersekresi getah lambung,
ulkus duodenal, dan gastrinoma dalam pancreas.
4. Pathway Proses.
regenerasi sel hati dalam bentuk yang terganggu

Kegagalan parenkim hati. Varises portal. Enselfalopati

Nafsu makan menurun. Tekanan darah meningkat

Mual muntah. Pembuluh darah pecah

Kelemahan

Sakit perut. Hematemesis. Melena

1,Perubahan nutrisi

2.keseimbangan cairan

3. Gangguan perfusi jaringan

4. Cemas
5. Gejala Klinis
a. Gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan
diare.
b. Demam, berat badan menurun ,lelah.
c. Ascites, hidratonaks dan edemo
d. Ikterus, biasanya warna urin menjadi lebih tua atau warna coklat.
e. Hematomegali, hati akan dapat mengecil karena fibrosis.
f. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput
medusa, wasir dan varies esofagus
g. Kelainan endokrin merupakan tanda dari hiperestrogenisme
h. Amenore, hiperpigmentasi areola mamae

6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1) Darah : Hb menurun / rendah
2) SGOT, SGPT yang meningkat adalah kebocoran
dari sel yang mengalami kerusakan.
3) Albumin, kadar albumin yang merendah adalah
cerminan kemampuan sel hati yang kurang.
4) Pemeriksaan kadar elektrolit
5) Peninggian kadar gula darah.
6) Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti
HBSAg/HBSAB, HBeAg, dll
b. Radiologi
1) USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan
splenomegali, acites
2) Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus
3) Angiografi untuk pengukuran vena portal
7. Penatalaksanaan
a. Istirahat cukup ditempat tidur
b. Diet rendah protein, rendah garam, diit tinggi kalori
c. Antibiotik
d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino
esensial berantai cabang dan glukosa.
e. Robansia vitamin B kompleks
B.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien, meliputi :
Nama pasien, Umur pasien, Jenis kelamin pasien, Suku bangsa, Pekerjaan pasien,
Pendidikan pasien, Alamat pasien, Tanggal masuk rumah sakit dan Diagnosa medis
pasien
b. Keluhan utama
keluhan utama pasien adalah muntah darah atau berak darah yang terjadi secara tiba-
tiba.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
keluhan utama pasien adalah muntah darah atau berak darah yang terjadi secara
tiba-tiba .
2. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien biasanya mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis, sirosis hepatitis,
hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran pencernaan bagian atas
riwayat penyakit darah misalanya diabetes melitus, riwayat penggunaan obat ,
riwayat kebiasaan gaya hidup pasien seperti mengkonsumsi alkohol , dan
kebiasaan makan pasien
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keuarga pasien apabila salah satu anggota keluarga mempunyai kebiasaan makan
yang dapat memicu akan terjadinya hematemesis melena, maka akan
mempengaruhi anggota keluarga lainnya.

d. Pola-pola fungsi kesehatan


1. Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat
Pasien mempunyai kebiasaan minum alkohol, dan pengunaan obat-obat
ulserogenik
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan pasien berupa mual, muntah, perut terasa kembung, dan nafsu
makan menurun,.intake nutrisi harus dalam bentuk makanan yang lunak dan
mudah dicerna pasien
3. Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat pasien meliputi kekurangan protein
(hydroprotein) yang menyebabkan keluhan subjektif pada pasien. Yaitu berupa
kelemahan otot dan kelelahan, sehingga aktivitas sehari-hari pasien termasuk
pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti dari pekerjaan
4. Pola eliminasi
Pola eliminasi pasien mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pada BAB
terjadi konstipasi atau diare. Perubahan warna feses yaitu hitam seperti petis,
konsistensi pekat. Sedangkan pada BAK, warna urin gelap dan konsistensi pekat.
5. Pola tidur dan istirahat
Pasien mengalami perubahan tentang gambaran dirinya yaitu badan menjadi
kurus, perut membesar karena ascites dan kulit mengering pada pasien dan
bersisik agak kehitaman.
6. Pola hubungan peran
adanya perawatan pasien yang lama akan terjadi hambatan dalam menjalankan
perannya seperti semula.
7. Pola reproduksi seksual
terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon yaitu androgen dan
estrogen.bila terjadi pada lelaki (suami) dapat menyebabkan penurunan libido
dan impoten, bila terjadi pada wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus
haid atau dapat terjadi aminore .dan dalam hal ini tentu saja mempengaruhi
pasien sebagai pasangan suami dan istri.
8. Pola penaggulangan stres
Biasanya pasien dengan koping stres yang baik, maka dapat mengatasi
masalahnya. namun sebaliknya bagi pasien yang tidak bagus kopingnya maka
pasien dapat destruktif dilingkungan sekitarnya.
9. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola nilai dan kepercayaan tidak terjadi gangguan pada pasien.

e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum pasien yaitu Hematomesis melena akan terjadi ketidak
seimbangan nutrisi akibat anoreksia, intoleransi terhadap makanan atau tidak
dapat mencerna, mual, muntah, perut kembung.
2. Sistem respirasi
Pada pasien hematemesis akan terjadi sesak atau takipnea dan pernafasan
dangkal. Bunyi nafas tambahan hipoksia, ascites.
3. Sistem kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler pasien memiliki riwayat perikarditis, penyakit
jantung reumatik, dan bunyi jantung (S3, S4).
4. Sistem gastrointestinal.
Terdapat nyer tekan pada abdomen atau nyeri kuadran kanan atas.
5. Sistem persyarafan
Pasiem akan mengalami penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung dan
halusinasi.
6. Sistem geniturianaria / eliminasi
Pasiem akan mengalami flatus, distensi abdomen (hepatomegali, penurunan
bising usus, feses berwarna tanah liat, urin gelap pekat, dan mengalami diare atau
konstipasi.

f. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan dilambung
2. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
3. Perubahan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk memproses mencerna makanan.
4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan
pennyakitnya.
5. Intoleransi aktivitas berhubugnan dengan kelemahan

g. Perencanaan atau Intervensi


1. Diagnosa Keperawatan I : Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan
dengan perdarahan dilambung.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria Hasil : - Pendarahan berkurang atau berhenti, Nadi normal dan pengisian
kuat yaitu (60 – 100 x/mnt), Tekanan darah menurun yaitu (110/70 – 120/80
mmHg) dan akral hangat
Rencana Tindakan
a. Observasi TTV dan tanda-tanda syok hipovolemik tiap 30 menit
rasional : Deteksi dini terhadap perubahan kondisi pasien sehingga dapat
menentukan tindakan yang lebih tepat.
b. Bila ada tanda-tanda syok hipovolemik beri posisi kepala lebih rendah
dari kaki..
Rasional : Mencegah terjadinya hipoksia
c. Observasi intake dan out put cairan
Rasional : Menjaga kebutuhan keseimbangan cairan tetap adekuat
d. Observasi adanya perdarahan
Rasional : Deteksi dini terhadap perubahan kondisi pasien
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian plasma expander
Rasioanal : Mengganti plasma yang keluar akibat muntah dan BAB darah
2. Diagnosa Keperawatan II : Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru.
Tujuan : Sesak nafas berkurang
Kriteria Hasil :Frekuensi pernafasan normal (RR 16 – 20 x/menit). , Tidak
terdapat bunyi nafas tambahan,pasien hipoksia.
Rencana Tindakan
a. Observasi TTV klien (terutama RR).
Rasional : Mengetahui tk skala sesak Kx.
b. Auskultasi bunyi nafas Kx.
Rasional : Mengetahui ada tidaknya bunyi nafas tambahan.
c. Berikan posisiyang nyaman pada Kx seperti semi fowler.
Rasional :Mengurangi rasa nyeri.
d. Kolaborasi dengan tim dokter dalam memberikan teraepi obat.
Rasional : Melaksanakan fungsi independent.

3. Diagnosa keperawatan III : Perubahan nutrisi kurang dari kebuthan


berhubungan dengan ketidakmampuan untuk memproses makanan.
Tujuan : Kebutuhan pasien terpenuhi
Kriteria Hasil : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, Mual muntah berkurang, BB
meningkat, Nafsu makan bertambah
Rencana Tindakan
a. Timbang BB Kx setiap hari.
Rasional : Sebagai indikator atau status nutrisi Kx tercukupi atau belum.
b. Motivasi Kx agar mau makan.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan.
c. Kolaborasi dengan tim ahli gizi dalam pemberian nutrisi.
Rasional : mengoptimal kan asupan nutrisi

DAFTAR PUSTAKA

H. M. Syaifoellah Noer. Prof. dr, dkk., Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta, 1996.

Marlyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta. 2000.

Lynda Juall Carpenito, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta, 1999.

Anda mungkin juga menyukai